Anda di halaman 1dari 4

NAMA : Muhammad Hanif Basyar

NIM : C0C020006
PRODI : D3 AKUNTANSI B
TUGAS ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

KASUS PELANGGARAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

1. Kasus malpraktek oleh perawat terhadap pasien RSUD Cut Nyak Dien Meulaboh 31 Januari
2020
Dua perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh, Aceh Barat, Aceh,
divonis masing-masing 2 tahun penjara karena terbukti salah menyuntik pasien hingga meninggal
dunia. Keduanya ialah Erwanty dan Desri Amelia Zulkifli. Dikutip detikcom dari situs resmi
Pengadilan Meulaboh, Jumat (31/1/2020), kasus tersebut bermula saat korban Alfa Reza dibawa ke
rumah sakit karena karena tertusuk kayu pada paha kiri sampai ke bokong. Dia masuk ke ruang IGD
pada Jumat, 19 Oktober 2018. Sejam berselang, tim dokter melakukan tindakan operasi terhadap
korban. Setelah selesai menjalani operasi, korban dipindahkan ke ruang perawatan anak. Dokter
kemudian memerintahkan Erwanty, Desri, serta beberapa perawat yang bertugas jaga untuk
memberikan obat kepada korban. Pada malam hari sekitar pukul 21.00 WIB, terdakwa Desri
membuka buku rekam medis untuk melihat obat yang harus disuntikkan ke Reza. Dia melihat
ketersediaan obat pada kotak obat Reza hanya satu. Desri kemudian mengatakan kepada Erwanty ada
beberapa obat yang harus disuntikkan ke Reza. Erwanty selanjutnya memerintahkan Desri untuk
meresepkan obat ke dalam Kartu Obat Pasien (KOP) untuk digunakan sebagai dasar pengambilan
obat di depo. Tak lama berselang, Desri meminta orang tua korban mengambil obat di depo obat.
Petugas di sana sempat menanyakan keberadaan pasien. Namun, karena ayah korban tidak dapat
berbicara, akhirnya diserahkan obat tersebut setelah petugas melihat data korban. Saat itu, petugas
mengira Reza masih berada di dalam ruang operasi. Setelah obat dikantongi, terdakwa kemudian
memerintahkan untuk menyuntik ke korban. Reza mendapat suntikan obat beberapa kali dalam
beberapa menit. Sekitar pukul 00.05 WIB, Sabtu, 20 Oktober 2018, Desri memanggil Erwanty, lalu
mengabarkan kondisi Reza melemah. Erwanty mengecek keadaan Reza dan mendapatkan kondisi
nadi serta pernapasan korban sudah melemah. Seorang perawat di ruang anak memberi tahu kedua
terdakwa bahwa keduanya salah menyuntik obat ke tubuh Reza. Hal itu menyebabkan Reza
meninggal dunia. Kasus tersebut selanjutnya dilaporkan ke Polres Aceh Barat. Polisi memeriksa
sejumlah sakti tersebut kedua terdakwa. Erwinty dan Desri selanjutnya dikirim ke pengadilan. Dalam
persidangan di PN Meulaboh, jaksa penuntut umum (JPU) menuntut keduanya dengan hukuman
masing-masing 2 tahun 6 bulan penjara. Namun majelis hakim memvonis keduanya lebih ringan.
Majelis hakim yang diketuai Zulfadly dengan hakim anggota Muhammad Al-Qudri dan Irwanto
menyatakan kedua terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
melakukan kelalaian berat yang mengakibatkan kematian bagi penerima pelayanan kesehatan.

Analisis :

Kasus malpraktek yang terjadi pada kedua perawat tersebut merupakan kasus pelanggaran
perlindungan konsumen dalam bidang kesehatan dengan mengakibatkan kejadian hilangnya seorang
nyawa manusia. Maka dasar hukum perlindungan konsumen terhadap kasus tersebut adalah,

 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, memasukan


pelayanan kesehatan sebagai objek hukum perlindungan konsumen dan menempatkan
penerima layanan kesehatan sebagai konsumen serta tenaga kesehatan sebagai pelaku usaha
dalam hubungan hukumnya.

2. Kasus Carding yang menyeret para artis di Surabaya 27 Februari 2020

Kepolisian Daerah Jawa Timur meringkus tiga tersangka kejahatan pembobolan kartu kredit atau
carding yang menyeret Gisella Anastasia (GA), Awkarin (AK) dan empat artis lain. Kabid Humas
Polda Jatim Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan tiga tersangka yang diamankan tersebut
yakni Sergio Chondro (SC), M Farhan Darmawan (MFD), dan Mila Deli Ruby (MDR). Mereka
adalah pengelola tiket agen perjalanan, yang menawarkan jasanya di Instagram @TIKETKEKINIAN.
Patroli siber Ditreskrimsus Polda Jatim mengendus aksi ketiga tersangka di media sosial. Trunoyudo
mengatakan SC dan MFD berperan sebagai pengelola akun @TIKETKEKINIAN, sedangkan MDR
bertugas sebagai orang yang melakukan transaksi pembobolan kartu kredit atau carding. Dalam
aksinya, kawanan ini mendapatkan data kartu kredit secara ilegal, yakni membeli dari jaringan
spammer atau pencuri data dengan harga per 1 data Rp150.000-200.000. Korbannya adalah pemilik
kartu kredit dari Jepang. Polisi pun mengamankan sejumlah barang bukti seperti laptop, ponsel, kartu
ATM, kartu kredit, buku rekening, akun instagram, akun facebook dan email berisi data kartu kredit
orang lain. Trunoyudo mengungkapkan para tersangka menangguk keuntungan hingga ratusan juta
rupiah selama setahun. “SC telah melakukan kurang lebih 500 transaksi penjualan tiket pesawat dan
hotel. Ini omzetnya Rp30 juta per bulan, sehingga keuntungannya Rp360 juta selama transaksi dari
Februari 2019,” ujarnya. “Tersangka MFD ini omzet Rp5 – Rp10 juta per bulan. Keuntungan
didapatkan Rp120-240 juta dari 2018. Sedangkan, MD omzet Rp10-20 juta per bulan. Sejak
dilakukan Maret 2019 keuntungannya Rp120-240 juta,” kata dia. Keuntungan tersebut kemudian
digunakan para tersangka untuk membayar jasa promosi enam selebriti. Termasuk menanggung tiket
hotel dan pesawat. Truno mengungkapkan enam selebriti yang terseret dalam kasus ini antara lain GA
(Gisella Anastasia), JI (Jesica Iskandar), TM (Tyas Mirasih), BW (Boy William), serta AK (Awkarin)
dan RS (Ruth Stefanie). “GA ada Rp25 juta dari Jakarta ke Australia untuk dua orang kelas bisnis,
kemudian JI juga ada senilai Rp4 juta Jakarta-Bali, TM ini salah satu kamar hotel senilai Rp5 juta,”
papar Truno. Polda Jatim bakal memanggil enam selebriti itu untuk dimintai keterangan sebagai saksi.
Atas perbuatannya, mereka dipersangkutkan Pasal 32 ayat (1) Pasal 48 ayat (1) UU RI Nomor 19
tahun 2016 tentang perubahan atas UU RI Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi Transaksi
Elektronik Jo Pasal 55 ayat (1) KUHP dan/atau Pasal 56 KUHP, dengan hukuman maksimal 10 tahun
penjara, dan denda Rp 5 Miliar.

Analisis :

Pada kasus ini para artis melakukan tindakan kejahatan carding dimana transaksi menggunakan kartu
kredit seseorang. Setelah mengetahui nomor kartu kredit calon korban, kemudian pelaku dapat
berbelanja Online melalui kartu kredit curian tersebut. Maka atas tindakan tersebut otomatis
merugikan para konsumen sekaligus menjadi korban atas kejadian tersebut. Hukum perlindungan
konsumen yang berlaku pada kasus tersebut adalah,

 Undang- Undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen khususnya dalam Pasal
4 huruf a. Dalam Pasal 4 huruf a Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen: “hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang
dan/jasa”
 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yaitu Pasal 19 ayat (1)
dan (2), Pasal 23, Pasal 45 ayat (1) dan Pasal 64.

3. Kasus penipuan olshop yang dilakukan oleh kakak adik pada tahun 2020

Dua orang perempuan kakak beradik di Jawa Barat berinisial VI (33) dan VA (30) dibekuk oleh
Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jawa Barat. Dari catatan polisi, dua wanita itu telah
menipu sekitar 92 pelaku usaha toko Online dan Offline. Pelaku menyasar penjual Online Shop di
beberapa wilayah seperti Bandung, Medan, Surabaya hingga Semarang. Tak tanggung-tanggung,
akibat aksi keduanya, kerugian yang diderita oleh seluruh korban mencapai hampir Rp 1 miliar.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jabar Kombes Erdi A Chaniago menjelaskan, dua pelaku
rupanya telah melakukan penipuan sejak delapan tahun lalu. Kakak beradik itu kebanyakan menyasar
pelaku usaha Online. “Mereka lakukan kegiatan ini lebih kurang sejak tahun 2012. Mereka melakukan
secara bergantian,” kata Erdi. Erdi mengatakan, keduanya menipu dengan cara memanipulasi data
dokumen elektronik bukti pembayaran. Keduanya, mengirimkan bukti transfer fiktif kepada penjual.
Modusnya mengirim bukti transfer fiktif terhadap segala sesuatu yang dipesan,” tutur Erdi. Penipuan
yang terakhir dilakukan, pelaku VA bermodus membeli produk baju bermerek Giordani sebanyak 32
potong seharga Rp 5,4 juta. VA kemudian mengirim bukti transfer palsu. Keesokan harinya, satu
pelaku lainnya memesan produk baju bermerek serupa sebanyak 79 potong seharga Rp 14,8 juta.
Sama dengan saudaranya, dia juga mengirimkan bukti transfer fiktif. Namun setelah dicek ke unit
keuangan pusat dan Admin perusahaan, uang dari tiga transaksi sejumlah Rp 24,7 juta tidak pernah
masuk ke rekening perusahaan PT Giordano Indonesia. Saat dihubungi, nomor pihak penjual justru
diblokir. Penjual pun melaporkan peristiwa itu ke Polda Jawa Barat. Tak hanya melakukan penipuan
dengan bukti transfer fiktif, rupanya mereka berdua juga bekerja sama melakukan penipuan dengan
memesan barang secara cash on delivery (COD). Salah satunya akan mengaku sebagai kerabat
pemesan kemudian membawa pergi barang dan tak kembali. Erdi mengatakan, akibat aksinya, pelaku
membuat para penjual rugi hingga hampir mencapai Rp 1 miliar. “Dari kegiatan mereka, kerugian
hampir mencapai Rp 1 miliar, atau kurang lebih Rp 700 juta lebih,” ucap Erdi. Mereka dijerat dengan
Pasal 51 jo Pasal 35 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas UU Nomor 11
Tahun 2008 tentang ITE. Ancaman hukuman maksimal 12 tahun penjara.

Analisis :

Kasus diatas merupakan tindakan penipuan yang berkedok online shop atau olshop dimana olshop itu
sendiri adalah sebuah toko usaha yang didirikan oleh pemilik usaha dalam bentuk online. Tindakan
yang dilakukan oleh kakak adik tersebut sangat merugikan para konsumen yang sudah
mempercayakan usaha olshop yang mereka lakukan bahkan tindakannya sudah dilakukan sejak 2012.
Maka hal tersebut hukum dasar perlindungan konsumen yang berlaku pada kejahatan tersebut adalah,

 Pasal 8 ayat (1) huruf f UU 8/1999 melarang pelaku usaha untuk memproduksi dan/atau
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan
dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut.
 Pasal 4 huruf h UU 8/1999 tersebut berhak mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau
tidak sebagaimana mestinya.
 Pasal 7 huruf g UU 8/1999 berkewajiban memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai
dengan perjanjian.
 Pasal 62 ayat (1) UU 8/1999 yang berbunyi: Pelaku usaha yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17
ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2) dan Pasal 18 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 tahun atau pidana denda paling banyak Rp 2 miliar.

Anda mungkin juga menyukai