Anda di halaman 1dari 7

Analisis Kasus Sindikat Jual Beli Ginjal Internasional, Oknum Polisi dan

Petuga s Imigrasi

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Dagang

Dosen Pengampu :

Dr. SITI YULIA MAKKININAWA, S.H, M.H.

Disusun Oleh :

HANDIKA RIDWAN

PROGRAM STUDI
HUKUM EKONOMI SYARIAH
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SYARIAH
IMAM ASY SYAFI’I PEKANBARU 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perdagangan organ tubuh manusia sepertinya bukan hal asing lagi dan banyak iklan
di media maupun internet yang menawarkan hal tersebut. Perdagangan organ tubuh masih
dilarang diberbagai negara termasuk di Indonesia sehingga penjualan organ tubuh di
pasar gelap cukup marak terjadi. Permintaan yang tinggi ini membuat bisnis jual beli
organ manusia di pasar gelap tumbuh subur.

Umumnya untuk kepentingan transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia,


diperoleh oleh penerima dari keluarga dekat. Sebagai seorang calon donor organ,
kedekatan sifat dasar kondisi kesehatan fisik dan kelayakan secara kesehatan menjadi
pertimbangan mengapa donor organ umumnya dilakukan antar keluarga yang memiliki
pertalian kekerabatan dengan harapan memiliki kesamaan golongan darah dan kesamaan
dalam sifat dan karakter antibodi/kekebalan tubuh serta terkait masalah etika dan
kemanusiaan.1

Modus dalam melakukan kejahatan perdagangan organ tubuh manusia semakin


bermacam-macam dan terorganisir dengan baik. Para pelaku kejahatan yang ingin
mendapatkan keuntungan atau uang secara cepat dan tidak sedikit menghalalkan segala
cara dan salah satunya adalah dengan melakukan jual beli organ tubuh manusia.

1. Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa Nomor : 11 Tahun 2019
Tentang Transplantasi Organ Dan/Atau Jaringan Tubuh Untuk Diri Sendiri
menyebutkan : Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh orang yang hidup untuk
diri sendiri dibolehkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Terdapat kebutuhan yang dibenarkan secara syar’i, baik pada tingkatan al-hajah
maupun ad-dlarurah;
b. Tidak membahayakan diri sendiri;
c. Transplantasi dilakukan oleh ahli yang kompeten dan kredibel.
2. Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana point 1 tidak dibolehkan
jika hanya untuk kepentingan yang bersifat tahsiniyat.2

1
Ruslan Abdul Gani, “Penegakan Hukum Kasus Jual Beli Organ Tubuh Di Indonesia: Model Integratif Dengan
Pendekatan Hukum Islam dan UU Kesehatan”, Fenomena, Vol. 8, No. 2, 2016, h.156-157.
2
Fatwa MUI Nomor 11 Tahun 2019 tentang Transplantasi Organ Dan/Atau Jaringan Tubuh Untuk Diri Sendiri.

1
Tim gabungan dari Polda Metro Jaya dan Mabes Polri menangkap 12
tersangka sindikat jual beli ginjal jaringan internasional. Direktur Reserse Kriminal
Umum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi mengatakan, 12 orang tersebut
menjual ginjal ke Kamboja. Mereka mempunyai peran masing-masing untuk
melancarkan aksinya. "Dari 12 tersangka ini, 10 merupakan bagian daripada sindikat,
di mana dari 10 orang, sembilan adalah mantan donor. Kemudian, ini ada koordinator
secara keseluruhan, atas nama tersangka H, ini menghubungkan Indonesia dan
Kamboja," kata Hengki di Gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Kamis
(20/7/2023). Operasi Dilakukan di RS Milik Pemerintah Kamboja Selain itu, aparat
juga menangkap pelaku yang mengurus paspor serta akomodasi para korban.
Oknum polisi dan petugas imigrasi ikut ditangkap Dari 12 orang yang
ditangkap, dua di antaranya adalah oknum anggota Polri dan oknum petugas
imigrasi. Hengki menjelaskan, oknum anggota Korps Bhayangkara itu berinisial
Aipda M, sedangkan oknum petugas imigrasi berinisial HA. Aipda M berperan
membantu para tersangka agar tidak terlacak oleh aparat. "Dia ini anggota yang
berusaha mencegah, merintangi, baik langsung atau tidak langsung proses penyidikan
yang dilakukan tim gabungan, yaitu dengan cara menyuruh membuang HP,
berpindah-pindah tempat, pada intinya adalah menghindari pengejaran dari pihak
kepolisian," jelas Hengki Akal-akalan Sindikat Jual Beli Ginjal Internasional
Palsukan Surat agar Korban Bisa Operasi di Kamboja Aipda M diketahui menerima
uang total Rp 612 juta atas perannya itu. Sementara itu, "Keberangkatan ke luar
negeri, ternyata mereka memalsukan rekomendasi dari beberapa perusahaan seolah-
olah akan family gathering ke luar negeri," kata Hengki. "Apabila ditanya petugas
imigrasi akan ke mana, family gathering, ini surat rekomendasi. Ini ada dua
perusahaan yang dipalsukan oleh kelompok ini, seolah-olah akan family gathering,
termasuk stempelnya (dipalsukan)," sambung dia. Incar kelompok ekonomi rentan
Hengki menuturkan, para tersangka selalu mengincar korban yang tergolong
kelompok ekonomi rentan. Mayoritas korban adalah orang-orang yang terdesak
secara ekonomi imbas diterpa pandemi Covid-19. "Kami perlu sampaikan bahwa
tindak pidana saat ini, terkait dengan tindak pidana perdagangan orang yang meliputi
perekrutan, pengangkutan, penampungan, pemindahan, termasuk dengan
memanfaatkan posisi rentan dengan tujuan eksploitasi," ucap Hengki. Ginjal WNI
Dihargai Rp 200 Juta di Kamboja, tapi Dipotong Sindikat Rp 65 Juta Korban
memiliki latar belakang berbeda. Hengki memerinci, para korban itu ada yang

2
berprofesi sebagai pedagang hingga seorang lulusan strata-2 yang tidak bekerja.
"Profesi korban ini ada pedagang, ada guru privat, bahkan calon donor ini ada yang
S2 dari universitas ternama, karena tidak ada kerjaan dari dampak pandemi (Covid-
19) ini," ungkap Hengki. "Kemudian juga ada buruh, sekuriti, dan sebagainya. Jadi,
motifnya sebagian besar adalah ekonomi dan posisi rentan ini dimanfaatkan oleh
sindikat ini," jelas dia.
Di sini ada yang spesifik ternyata dari donor berubah jadi perekrut, kemudian
dijanjikan uang Rp 135 juta masing-masing apabila selesai melaksanakan
transplantasi ginjal di Kamboja sana," ujar Hengki. Rp 200 juta untuk satu ginjal, tapi
dipotong Rp 65 juta Setelah menangkap 12 tersangka, polisi pun mengetahui harga
satu ginjal yang diambil dari para korban. Hengki menyebutkan, korban sebenarnya
mendapat uang Rp 200 juta. Namun, uang itu dipotong Rp 65 juta oleh tersangka
sebagai biaya ganti akomodasi, penggantian paspor, dan biaya rumah sakit selama
proses pengangkatan ginjal berlangsung. "Rp 135 juta dibayar ke donor, sindikat
terima uang Rp 65 juta untuk setiap satu orang," tutur Hengki. "Menurut keterangan
para donor, penerima ginjal-ginjal itu juga berasal dari berbagai negara, yakni India,
China, Malaysia, dan Singapura," imbuh dia. Operasi di RS milik Pemerintah
Kamboja Adapun operasi pengangkatan ginjal dilakukan di rumah sakit milik
Pemerintah Kamboja.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Divisi Hubungan Internasional (Kadiv
Hubinter) Polri Irjen Krishna Murti. "Tindak pidana ini dilakukan di rumah sakit
yang secara otoritas di bawah kendali pemerintahan Kamboja," ungkap Krishna di
Mapolda Metro Jaya, Kamis. Tertangkapnya Sindikat Jual-Beli Ginjal Internasional,
Libatkan Oknum Polisi sampai Petugas Imigrasi Karena itu, polisi akan
berkomunikasi dengan otoritas pemerintah untuk menyelidiki lebih lanjut soal jual
beli ginjal di rumah sakit tersebut. Polri juga akan meminta Staf Khusus (Stafsus)
Perdana Menteri Kamboja Hun Sen untuk memulangkan para korban di rumah sakit
itu.3

Rumusan masalah

3
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/07/21/08040441/tertangkapnya-sindikat-jual-beli-ginjal-
internasional-oknum-polisi-dan?page=all. Penulis : Joy Andre Editor Nursita Sari Kompas.com

3
1. Bagaimana sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana memperjualbelikan
organ/jaringan tubuh?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tindak Pidana Perdagangan Organ Tubuh Manusia

Perdagangan organ tubuh manusia ini sendiri telah di jelas dilarang dalam Pasal 192

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang kesehatan berbunyi: “Setiap orang

dengan sengaja memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh dengan dalih apapun

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 Ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling

lama sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp. 1.000.000.000 (satu miliar rupiah).”

Selain dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, perdagangan

organ tubuh manusia juga diatur dalam Undang- Undang Nomor 21 tahun 2007 tentang

Pemberantasan Perdagangan Orang.

Mahalnya biaya untuk melakukan transplantasi organ tubuh memicu terjadinya

perbuatan-perbuatan yang tidak baik oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab

untuk memenuhi permintaaan, sehingga tidak dapat dihindarkan untuk terjadinya tindak

pidana perdagangan organ tubuh manusia yang berawal dari perdagangan manusia

(human trafficking) terutama anak dan perempuan.4

Meskipun adanya peraturan yang melarang perdangangan organ tubuh manusia tetapi

praktik perdagangan organ tubuh manusia masih banyak dilakukan dan sebagian

dilakukan secara terang-terangan di Indonesia. Kasus jual beli organ tubuh manusia,

bukanlah sesuatu yang baru dalam fenomena hukum di Indonesia. Fakta dan motif dibalik

maraknya kasus jual beli organ tubuh manusia dapat ditelusuri secara real melalui dunia

4
Yesenia Amerelda Laki, “Tindak Pidana Perdagangan Organ Tubuh Manusia Menurut Ketentuan Hukum
Positif Indonesia”, Lex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt/2015, h.118.

4
maya dilakukan oleh para pelaku, salah satunya dengan penjualan organ tubuh di media

sosial Facebook.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pertanggung jawaban pidana terhadap orang yang menjual organ tubuhnya sendiri

bahwa perbuatan tersebut apabila telah terpenuhi ketiga unsur dari pertanggungjawaban

pidana nya, maka merupakan sebuah kejahatan dan sudah seharusnya dikenakan

hukuman pidana. Hal tersebut telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang

menyebutkan bahwa pelaku tindak pidana penjualan organ tubuh dapat dipidana dengan

dalih apapun seperti berdasarkan bunyi Pasal 64 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa “penjualan organ atau jaringan

dilarang untuk diperjualbelikan dengan dalih apapun”

B. Saran
Seharusnya aparat penegak hukum baik Kepolisian, Jaksa Penuntut Umum maupun

Majelis Hakim agar senantiasa menggunakan analisis yang cermat serta pertimbangan-

pertimbangan mengenai hukuman bagi orang yang menjual organ tubuhnya sendiri agar

tidak ada lagi orang yang ingin menjual organ tubuhnya karena hal itu sangat merugikan

dirinya sendiri maupun berdampak pada pihak lain yang ingin menjual organ tubuhnya

5
tersebut. Akan tetapi dengan tetap memperhatikan aturan dan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku agar dapat menjunjung tinggi rasa keadilan yang sebenarnya bagi

pihak mana pun.

Anda mungkin juga menyukai