Anda di halaman 1dari 4

“PERLINDUNGAN HUKUM PMI TERHADAP TINDAK PIDANA PERDAGANGAN

ORANG DI WILAYAH PERAIRAN ZONA EKONOMI EKSLUSIF DITINJAU DARI


ASPEK HUKUM LAUT INTERNASIONAL”

ARTIKEL

Disusun Oleh :
KELOMPOK 3

1. SALSABILA PUTRI D10121492


2. INKA CAHAYA PURNAMA D10121515
3. NUR FADILA D10121190
4. PUTRA RENALDI D10121120

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR. BELAKANG


Perlindungan hukum merupakan sebuah tindakan serta proses guna untuk
melindungi individu dengan dasar peraturan yang ada dan disahkan oleh negara atau
penguasa. Dalam pasal 3 UU No 18 Tahun 2017 Tentang Perlindungan Pekerja Migran
Indonesia menyatakan bahwa "Tujuan perlindungan pekerja migran Indonesia yaitu: a.
menjamin pemenuhan dan penegakan hak asasi manusia sebagai warga negara dan Pekerja
Migran Indonesia; dan b. menjamin pelindungan hukum, ekonomi, dan sosial Pekerja
Migran Indonesia dan keluarganya." Selain itu, Berdasarkan Undang – Undang No. 21
Tahun 2007 tentang Pemberantasan TPPO Pasal 58 menyebutkan bahwa untuk
mengefektifkan dan menjamin pelaksanaan pemberantasan perdagangan orang, Pemerintah
Pusat dan Daerah membentuk Gugus Tugas.
Perlindungan PMI telah disebutkan dalam asas nasional pasif KUHP yang mengatur
tiap negara yang berdaulat memiliki hak dan kewajiban untuk melindungi kepentingan
hukum warga negaranya. Oleh karna itu, Peran Pemerintah Indonesia dalam melindungi
pekerja migran Indonesia seharusnya telah sesuai dengan Undang-Undang yang saat ini
berlaku. Sesuai dengan Pasal 54 Ayat (1) Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang menjelaskan bahwa “Dalam hal korban berada di luar negeri
memerlukan perlindungan hukum akibat tindak pidana perdagangan orang, maka
Pemerintah Republik Indonesia melalui perwakilannya di luar negeri wajib melindungi
pribadi dan kepentingan korban, dan mengusahakan untuk memulangkan korban ke
Indonesia atas biaya negara”.1
Adapun, fungsi perlindungan hukum yaitu sebagai pemenuhan hak Asasi PMI
secara merata agar perlindungan, pemenuhan hak bagi pekerja migran dapat terpenuhi
dengan optimal. Sejalan dengan itu, belum optimalnya penanganan hukum terkait dengan
penegakan serta perlindungan hukum bagi PMI ditandai dengan data Sepanjang tahun 2021
Bareskrim polri melaporkan telah menginvestigasi 24 kasus TPPO, 8 kasus perdagangan
seks dan 16 kasus perdagangan tenaga kerja yang melibatkan pekerja migran berdasarkan
UU TPPO. Angka ini menunjukkan bawa belum optimalnya penegakan hukum serta
perlindungan hukum sesuai dengan UU No 18 Tahun 2017 Tentang Perlindungan Hukum
Pekerja Migran Indonesia. Belum optimalnya perlindungan hukum serta pemenuhan hak
asasi bagi PMI menjadi faktor peningkatan TPPO.
Menurut pasal 3 huruf a, Protocol Palermo, tindak pidana perdagangan orang ialah
“perekrutan, pengiriman ke suatu tempat, pemindahan, penampungan atau penerimaan

1
Risky Dwi Umami, PERLINDUNGAN HUKUM YANG DILAKUKAN KONSULAT JENDERAL
REPUBLIK INDONESIA JOHOR BAHRU MALAYSIA TERHADAP PEKERJA MIGRAN INDONESIA
SEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG, Tesis Universitas Sri Wijaya
Palembang, hlm.2
melalui ancaman, atau pemaksaan dengan kekerasan atau dengan cara-cara kekerasan lain,
penculikan, penipuan, penganiayaan, penjualan, atau tindak penyewaan untuk
mendapatkan keuntungan atau pembayaran tertentu untuk tujuan eksploitasi”. 2
Data dari Walk Free Foundation berkaitan dengan Indeks Perbudakan Dunia
mengatakan bahwa Indonesia menempati posisi ke-8 dari 167 negara yang praktik
perbudakan modern atau perdagangan orang tertinggi. Hal tersebut disebabkan pada tahun
2014 tercatat 714.300 rakyat Indonesia yang menjadi korban perdagangan orang.
Dibandingkan jumlah pada taun 2013 tentu ini sangat terlihat perbedaan yang signifikan,
pada tahun 2013 tercatat 210.970 warga Indonesia yang menjadi korban perdagangan
orang. Korban-korban tersebut dieksploitasi baik secara fisik dan seksual, mendapat tindak
kekerasan, penyiksaan, bahkan ada yang tidak mendapat haknya sebagai pekerja yakni
gaji.3
Dengan berbagai permasalahan yang ada, baik Kejaksaan Agung (Kejagung) dan
Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) di
Jakarta yang bertanggung jawab untuk menginvestigasi kasus-kasus kriminal antar wilayah
yurisdiksi tidak memiliki mekanisme atau pusat data untuk melacak data penyidikan,
penuntutan, putusan, dan hukuman kasus-kasus perdagangan orang di semua tingkat
pemerintahan. oleh karena itu, data penegakan hukum kurang lengkap, Sehingga dalam
penangan serta perlindungan hukum PMI Masih belum Optimal.
Wilayah laut Indonesia merupakan wilayah yang memiliki peranan besar bagi
negara dan juga merupakan ancaman terbesar bagi keutuhan negara itu sendiri, karena jika
ditinjau Indonesia merupakan negara kepulauan dengan posisi silangnya yang sangat
strategis. Terletak di antara dua benua dan dua samudra. Posisi silang yang strategis
menyebabkan Indonesia mempunyai peranan penting dalam lalu lintas laut, tetapi posisi
silang seperti ini di samping menguntungkan juga membahayakan bagi negara, baik dalam
bidang sosial ekonomi, kebudayaan, maupun pertahanan dan keamanan. 4
Untuk melindungi wilayah laut Indonesia, yang memiliki nilai yang sangat strategis
baik dalam bidang politik, hukum, ekonomi serta pertahanan keamanan pemerintah negara
Repoblik Indonesia telah mengeluarkan produk Hukum yaitu UU No. 5 Tahun 1983
Tentang ZEEI serta produk hukum yang saling berkaitan untuk menciptakan perlindungan
di wilayah perairan ZEEI. 5
Oleh karena itu, mengenai masalah tersebut manarik bagi peneliti, untuk melakukan
penelitian tentang Perlindungan hukum PMI terhadap korban tindak pidana perdagangan
orang diwilayah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) ditinjaudari hukum laut internasional.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Perlindungan Hukum PMI terhadap Tindak Pidana Perdagangan Orang di wilayah
perairan Zona Ekonomi Eksklusif jika ditinjau dari aspek Hukum Laut Internasional ?

2
Anggie Rizqita Herda Putri, PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN TINDAK PIDANA
PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA (Legal Protection for Victims of Human Trafficking Crimes in
Indonesia), Jurnal Res Judicata Vol 2, 1 Juni 2019, hlm. 2
3
Ibid hlm. 3
4
Aditya Taufan Nugraha, Perlindungan Hukum Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Terhadap eksistensi Indonesia
Sebagai Negara Maritim, Jurnal Selat Vol. 2, Nomor 1 Oktober 2014, hlm. 156
5
Ibid hlm. 157
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penulisan penelitian ini yaitu ingin menjawab permasalahan yang telah
diurajkan dalam rumusan masalah, Adapun tujuan tersebut yaitu :
1. Untuk mengetahui Bagaimana Perlindungan Hukum PMI terhadap Tindak Pidana
Perdagangan Orang di wilayah perairan Zona Ekonomi Eksklusif jika ditinjau dari
aspek Hukum Laut Internasional

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Sebagai wawasan kepada para pembaca pada umumnya dan juga kepada penulis sendiri
khususnya;
2. Menambah wawasan tentang Perlindungan Hukum PMI terhadap Tindak Pidana
Perdagangan Orang di wilayah perairan Zona Ekonomi Eksklusif jika ditinjau dari
aspek Hukum Laut Internasional.

1.5 METODE PENELITIAN


Jenis metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian
yang berfokus pada norma hukum positif berupa peraturan perundang-undangan. Menurut Peter
Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Normatif adalah suatu Proses untuk menemukan suatu aturan
hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin- doktrin hukum untuk menjawab permasalahan hukum
yang dihadapi. Dimana penelitian hukum normatif dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori
atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyeledaikan masalah yang dihadapi".6

6
Muhaimin, Metode Penelitian Hukum, Mataram, Mataram University Press (2020), hlm. 47

Anda mungkin juga menyukai