Anda di halaman 1dari 22

PEKERJA MIGRAN INDONESIA (PMI)

Disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perburuhan

Dosen Pengampu:

Dr. Agusmidah SH., M.Hum

Dr. Abdul Harris, S.H., M.Kn

Disusun oleh:

Kelompok 1

Rindiani 210200038
Adelina Mariani Sihombing 210200046
Nur Dara Bulan Agustina 210200051
Laras Sri Ullina Azahra Siregar 210200115
Cindy Chairunisa 210200207

FAKULTAS HUKUM KELAS C

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2022/2023
Review Jurnal 1

Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Migran Sektor Informal dalam Prespektif Teori
Bekerjanya Hukum di Masyarakat

Oleh Adelina Mariani Sihombing - 210200046

Judul Jurnal : Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Migran Sektor


Informal dalam Prespektif Teori Bekerjanya Hukum di
Masyarakat
Penulis : Hanny Natasha Rosalina dan Lazarus Tri Setyawanta
Nama Jurnal : Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia
Tahun : 2020
Volume/No. : Vol. 2/No. 2 Tahun 2020, hlm. 174-187
Instansi Penerbit : Magister Hukum Universitas Diponegro
ISSN : 2656-3193 (Print)/2656-5737 (Online)
Akreditasi :Science and Technology Index (SINTA) 2
IDENTITAS JURNAL

PENDAHULUAN

Dalam latar belakang penelitian ini menjelaskan bahwa setiap orang berhak memiliki
pekerjaan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sebagaimana yang dituangkan dalam pasal 27 ayat
(2) UUD NRI Tahun 1945 bahwa setiap warga negara berhak mendapat pekerjaan untuk
penghidupan yang layak. Namun dalam realitasnya pekerjaan yang tersedia di dalam negeri tidak
sepadan dengan jumlah para pencari kerja mengakibatkan banyaknya pengangguran. Di sisi lain
kondisi perekonomian yang kurang menarik di dalam negri memicu orang-orang mencari pekerjaan
di negara lain. Mobilitas tenaga kerja tersebut kian meningkat seiring dengan banyaknya tawaran
pekerjaan di luar negeri yang menawarkan kualitas hidup yang lebih baik. Namun hal ini tidak
sepadan dengan banyakya kasus kekerasan yang terjadi terhadap pekerja migran di luar negeri
sehingga dibutuhkan peran pemerintah untuk menjamin setiap hak dari pekerja migran Indonesia
tersebut. Mengenai perlindungan pekerja migran sendiri sebenarnya telah diatur dalam Undang-
Undang No 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia sebagai payung hukum
dalam melindungi pekerja migran Indonesia. Pekerjaan sektor informal merupakan pekerjaan yang
paling rentan terhadap kekerasan dan pelanggaran terhadap hak-haknya karena pekerja migran di
sektor informal umumnya memiliki tingkat Pendidikan menengah ke bawah dan minim terhadap
pengalaman kerja. Hal ini menyebabkan banyak muncul persoalan yang terjadi pada pekerja sektor
informal, seperti berstatus illegal dan tidak memiliki keterampilan mengakibatkan terjadinya
beberapa perlakuan buruk terhadap mereka.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif (Normative Law Research)
dimana penelitian ini dikaji dengan pendekatan konseptual (Conceptual Approach) dan pendekatan
kasus (Case Approach). Adapun bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bahan
hukum primer, sekunder, dan tesier yang terdiri dari peraturan perundang-undangan, buku, jurnal,
dan sumber-sumber bacaanya lainnya.

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini pembahasan yang disajikan dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Perlindungan dan Pemenuhan Hak Pekerja Migran Indonesia di Sektor Informal


Berdasarkan Undang-Undang No 18 Tahun 2017

Undang-Undang No 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia


merupakan undanng-undang yang dibentuk sebagai prosedur penempatan pekerja migran
seperti pelatihan pra-penempatan, Kesehatan, perlindungan pekerja, penyelesaian
perselisihan, pengawasan penempatan dan kegiatan perlindungan untuk pekerja migran
Indonesia. Undang-Undang ini sendiri merupakan undang-undang yang disempurnakan dari
undang-undang terdahulunya, yaitu undng-undanng No 34 Tahun 2004 tentang Penempatan
dan Pelindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Undang-undang ini memiliki
beberapa kelebihan tersendiri seperti perubahan istilah Tenaga Kerja Indonesia menjadi
Pekerja Migran Indonesia, kemudian di luas kannya pertanggung jawaban pemerintah
terutama dalam pelatihan dan Pendidikan, adanya pembagian peran pemerintah yang
melibatkan pemerintah daerah, digantinya jaminan atas asuransi swasta bagi pekerja migran
Indonesia menjadi BPJS Ketenagakerjaan, adanya penguatan atas ketenagakerjaan di luar
negeri dengan menyusun masing-masing tugas dan fungsinya serta kelebihan lainnya yang
lebih melindungi pekerja migran Indonesia. Berdasarkan pengklasifikasianya, pekerja
migran Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu pekerja migran di sektor formal dan pekerja
migran di sektor informal. Pekerja migran di sektor informal merupakan pekerja migran
dengan tingkat Pendidikan menengah ke bawah serta sebagian dari mereka tidak memiliki
pengalaman dalam bekerja.

Berdasarkan pasal 6 ayat (1) Undang-Undang No 18 Tahun 2017 terdapat 13 hak


yang wajib dipenuhi bagi pekerja migran Indonesia termasuk di dalamnya untuk mendapat
perlindungan saat bekerja. Namun dalam realitanya kasus kekerasan terhadap pekerja
migran Indonesia pada sektor informal masih terus terjadi seperti yang terjadi pada seorang
pekerja migran Indonesia sebagai PRT yang bernama Santi R Simbolon yang ditemuukan
tewas meninggal di Paya Terubung, Malaysia. Kemudian adapula kasus pekerja migran
Indonesia asal NTT bernama Adelia Sau, yang ditemukan tewas setelah disiksa majikannya
di Malaysia. Berdasarkan dua kasus tersebut, rentannya pekerjaan yang dilakukan para
pekerja migran Indonesia ini sangat diharuskan untuk memberikan perlindungan kepada
mereka. Perlindungan tersebut mencakup perlindungan teknis oleh Perwakilan Diplomatik
Indonesia, yang dutujukan dengan tindakan berupa penyediaan rumah singgah yang aman
dan repatrisasi, tindakan fasilitatator, serta rehabilitasi terhadap pekerja migran yang
bermasalah. Selain itu terhadap kasus tersebut diupayakan hal-hal lain yang menjadi hak
bagi pekerja migran seperti proses hukumnya disana, upah-upaha yang belum terbayarkan,
serta hak-hak lainnya.

2. Analisis Yuridis Pelindungan dan Pemenuhan Pekerja Migran Indonesia di Sektor


Informal Berdasarkan Teori Bekerjanya Hukum di Masyarakat

Secara yuridis untuk mengukur efektifitas hukum di masyarakat ditinjau dengan


menggunakan Teori Bekerjanya Hukum di Masyarakat yang didasarkan pada 3 faktor yaitu:
Faktor pertama yakni Lembaga Pembuat Peraturan (Law Making Process) yang merupakan
lembaga yang berwenang melegitimasi pembuatan perundang-undangan. Lembaga yang
terkait dengan penelitian ini adalah Dewas Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Faktor
kedua yaitu lembaga Penerap Peraturan (Law Implementating Process) yang merupakan
lembaga pelaksana yang secara tegas melaksanakan perintah yang ada dalam undang-
undang tanpa adanya diskriminasi. Berdasarkan Pasal 39 – 43 UU No.18 Tahun 2017,
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota serta
Pemerintah Desa memiliki tugas dan tanggung jawab memberikan jaminan pelindungan,
pembinaan, pelaksanaan, penyelenggara, serta pemenuhan hak-hak pekerja migran
Indonesia. Faktor ketiga yaitu Pemegang Peran (Role Occupant), yaitu masyarakat
diharapkan mampu menaati hukum. Fungsi pemegang peran dalam hal ini sebagai umpan
balik dalam kepada lembaga peraturan dan lembaga penerap peraturan. Masyarakat
diharapkan mampu untuk dapat mematuhi dan memahami aturan tersebut. Berdasarkan teori
bekerjanya hukum di masyarakat terkait penelitian ini, pada dasarnya permasalahan
mengenai kasus-kasus yang sering terjadi pada pekerja migran Indonesia adalah kelalaian
terkait adanya kelalaian dalam bertindak anatara lembaga penerapan sanksi dan pemegang
peran. Terkait mengapa pelindungan dan pemenuhan hak yang diberikan kepada pekerja
migran Indonesia yang masih saja bermasalah dikarenakan masing-masing pihak, baik
lembaga atau masyarakat yang dianggap lalai dalam menjalankan dan memahami aturan
hukum yang dibuat. Lembaga penerap peraturan, dalam hal ini dianggap hal ini diangggap
lalai karena sering kali pada kasusnya mendapati kasus perusahan ini tidak bersertifikasi dan
tidak memenuhi standar hukum yang ditetapkan. Selain itu kelalaian juga terjadi pada
masyarakat sebagai pemegang peran. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang
didapatkan oleh pala calon pekerja migran, pekerja migran, serta keluarganya sehingga
mengakibatkan banyaknya oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dengan
mengiming-ngimingkan sesuatu.

ULASAN JURNAL

Berdasarkan jurnal yang dipaparkan, di atas, telah membuka pemahaman baru mengenai
perlindungan hukum pekerja migran Indonesia pada sektor infomal. Dalam penelitian ini tidak
hanya mengkaji permasalahan mengenai pekerja migran sektor informal dari segi regulasinya
melainkan juga dari teori bekerjanya hukum di masyarakat sehingga pembaca dapat memahami
bagaimana perlindungan hukum baik dari segi regulasi maupun bagaimana penerapan hukumnya
dalam prespektif bekerjanya hukum di masyarakat.

Ditinjau dari segi penulisan, jurnal ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami
meskipun diselengi beberapa penggunaan istilah asing seperti Role Occupant (pemegang peran)
penulis tetap memberikan arti dari istilah asing tersebut. Dalam jurnal ini pula telah menggunakan
kaidah ilmiah yang memaparkan penjelasanya dari segi regulasi dan teori untuk kemudian di susun
sesuai dengan struktur penulisan jurnal yang baik dan benar. Dari segi pengetikan, jurnal ini tidak
memiliki kesalahan pengetikan dan telah sesuai dengan EYD yang baik dan benar. Refrensi yang
digunakan dalam jurnal ini merupakan refrensi yang terbaru dalam rentang waktu 5-10 tahun
belakangan. Namun terdapat tiga refrensi lama yang diambil dari tahun 2008, 1971, dan 1993.

Berdasarkan jurnal tersebut dapat dipamahami bahwa perlindungan hukum pada pekerja
migran Indonesia di sektor informal masih belum dapat dikatakan efektif bagi pekerja migran
Indonesia meskipun memang pemerintah telah berupaya melakukan perlindungan hukum melalui
regulasi yakni undang-undang pelindungan pekerja migran Indonesia. Namun perlu dipahami
bahwa selain payung hukum yang dibuat, penerapan perlindungan hukum dalam menajamin pekerja
migra Indonesia juga harus diperhatikan oleh karenanya dibutukan keselarasan antara Lembaga
Penerap Peraturan, Lembaga Penerap Peraturan, dan Pemegang Peran atau masyarakat yang selaras
dan bersinambungan antara satu dengan lain agar perlindungan hukum terhadap pekerja migran
Indonesia di sektor informal dapat terlaksana dengan baik. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa
pekerja migran Indonesia merupakan salah satu sumbangsi devisa negara terbanyak sehingga dalam
hal ini negara harus memastikan pekerja migran Indonesia khususnya pada sektor informal dapat
terlindungi. Apabila ini tercapai maka Tujuan Pmebangunan Berkelanjutan (SDGs) pada point 8
yakni menciptakan pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi juga akan tercapai.
Review Jurnal 2

Implementasi Fungsi keimigrasian Terhadap Perlindungan Pekerja Migran

Indonesia

Oleh Nur Dara Bulan Agustina - 210200051

Judul Jurnal : Implementasi Fungsi keimigrasian Terhadap Perlindungan Pekerja


Migran Indonesia
Penulis : Achmad Setiawan. S
Nama Jurnal : Jurnal Ilmiah Kajian Keimigrasian
Tahun : 2020
Volume/No. : Vol. 3/No. 1 Tahun 2020
Instansi Penerbit : Politeknik Imigrasi
ISSN : 2622-4828
Akreditasi : Science and Technology Index (SINTA) 5
IDENTITAS JURNAL

PENDAHULUAN

Meningkatnya jumlah penduduk dunia di Abad kedua ini ditandai dengan


ketidakseimbangan antara tingkat kelahiran (natalitas) yang lebih besar dibandingkan Dengan
tingkat kematian (mortalitas) dengan Diikuti oleh populasi penduduk yang tidak Merata antar
wilayah.Keadaan inilah juga yang menjadi Faktor pendorong terjadinya peningkatan arus
pergerakan manusia antar Negara atau internasional. Adapun arus pergerakan manusia oleh ara
pekerja migran tersebut yang dominan Didorong oleh faktor ekonom serta Ketidakseimbangan
antara jumlah penduduk Dan lapangan pekerjaan, jika dikaitkan dengan Pipe concept, maka sejalan
dengan pola migrasi Selatan ke Utara. Dalam hal ini Pemerintah perlu menyadari bahwa timbulnya
Peningkatan jumlah PMI adalah salah satunya Karena ketidamampuan pemerintah Menyediakan
fasilitas pekerjaan bagi warga Negaranya. Banyanya Pekerja Migran Indonesia juga ekuivalen
dengan banyaknya kasus yang menimpa para PMI atau sering disebut pahlawan devisa di luar
negeri.
METODE PENILITIAN

Jurnal ini di dapat hasil riset karena menggunakan metode yuridis empinis, yang dimana
dalam pengerjaannya penulis menelaah isu hukum dengan di dasari aturan hukum Keimigrasian
Terhadap perlindungan pekerja Migran di Indonesia, penulis mengaitkan dasar hukum Dalam hal
ini peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan fakta-fakta yang terjadi di masyarakat.

PEMBAHASAN

Dalam Hal ini penulis membahas Masalah tersebut dengan menguraikan Beberapa bagian :

1. Pelaksanaan Fungsi Keimigrasian Terhadap Pekerja Migran Indonesia,Penulis


menguraikan bahwa Pekerja Migran Indonesia sering juga disebut sebagai Pahlawan devisa
negara. Hal tersebut dikarenakan pekerja migran menjadi salah satu penggerak
perekonomian negara, Namun dibalik itu semua, Indonesia Masih memiliki berbagai
permasalahan terkait Pekerja Migran diantaranya ialah PMI Non prosedural. Dalam Hal ini
penulis akan Membahas bagaimana alur yang harus Dilakukan oleh pekerja migran untuk
menjadi PMI Prosedural dan kaitannya dengan fungsi Keimigrasian Untuk menjadi PMI
yang legal atau PMI prosedural, terdapat berbagai regulasi di Indonesia megenai Pekerja
Migran mulai Tingkat Undang- undang Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden hingga
Peraturan Menteri
2. Fungsi Keimigrasian, Penulis juga membahas tentang fungsi keimigrasian itu sendiri yang
dimana Fungsi Keimigrasian diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 2011
Tentang Keimigrasian Pasal 1 Angka 3 yakni catur fungsi keimigrasian yang menyatakan
bahwa “Fungsi Keimigrasian adalah bagian dari urusan pemerintahan negara dalam
memberikan pelayanan Keimigrasian penegakan hukum, keamanan negara, dan fasilitator
pembangunan kesejahteraan Masyarakat
3. Pencegahan PMI non prosedural, Penulis menguraikan bahwa pada Upaya pencegahan
Pekerja Migran Indonesia (PMI) non prosedural sudah dilakukan dalam Berbagai
kesempatan dan kebijakan, dimulai Dengan diterbitkannya Surat Edaran Direktur Jenderal
Imigrasi Nomor IMI-0277 GR.02.06 Tahun 2017 tentang Pencegahan TKI non-prosedural
yang Ditetapkan tanggal 24 Februari 2017. Dalam Surat edaran ini, menekankan pada
Pengawasan penerbitan dokumen perjalanan Dan pemeriksaan di Tempat Pemeriksaan
Imigrasi Bentuk pengawasan bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI) tentunya juga tidak
terlepas Dari peran aktif Imigrasi khususnya 125 UPT Kantor Imigrasi yang tersebar di
seluruh Indonesia Dalam memberikan perlindungan Bagi calon Pekerja Migran Indonesia,
peran Kantor Imigrasi dalam hal ini berperan Melakukan pengawasan dan pengendalian
Dalam penerbitan dokumen perjalanan bagi pemohon yang rentan menjadi PMI Non
Prosedural.
4. Peningkatan Pengawasan Di Tempat Pemeriksaan Imigrasi, Penulis menguraikan
Bahwa Sebagaimana definisi Pekerja Migran itu Yakni WNI yang bekerja diluar negera
asalnya. Artinya para Pekerja Migran harus melalui tempat Pemeriksaan Imigrasi (IPI)
untukMenuju ke negara tujuannya. Dalam rangka meningkatkan Kualitas pemeriksaan lalu
lintas keimigrasian, Perlu dilakukan pengetatan dalam pengawasan Setiap orang yang masuk
atau keluar wilayah Indonesia. Salah satu sistem yang ada di Tempat Pemeriksaan Imigrasi
ialah BCM (Border Control management), yakni sebuah Sistem Manajemen Pengawasan
Wilayah Perbatasan Berbasis teknologi informasi dan komunikasi Untuk menangani seluruh
kegiatan Perlintasan orang di Tempat Pemeriksaan Imigrasi dalam rangka mewujudkan
Terciptanya standardisasi dalam pemeriksaan Keimigrasian dan perekaman data lalu lintas
Orang yang masuk dan keluar dari dan ke Wilayah Indonesia pada Tempat Pemeriksaan
Imigrasi. Sehingga dalam hal ini dengan Adanya sistem BCM lebih memudahkan Pejabat
Imigrasi dalam melakukan Pemeriksaan.
5. Peran Pos Lintas Batas Dalam Membangun Kesejahteraan Masyarakat Di Kawasan
Perbatasan, Penulis menguraikan jika adanya sebuah tempat pemeriksaan imigrasi yang
menjadi akses bagi orang dan barang untuk melintas perbatasan negara. Tempat perlintasan
tersebut disebut dengan Pos Lintas Batas yang berfungsi untuk memberikan pelayanan
kepada setiap orang dan barang yang akan melintas perbatasan negara
6. Bentuk Pengawasan Keimigrasian Bagi PMI Di Luar Negeri. Penulis menguraikan
bahwa bentuk dari Pengawasan Lapangan bagi WNI Yang berada di luar negeri dilakukan
untuk Mencari dan mendapatkan keterangan Mengenai keberadaan WNI yang berada di luar
Wilayah Indonesia Pengawasan tersebut Dilakukan berdasarkan alasan keimigrasian Atau
permintaan dari kementerian/lembaga Lain Itulah bentuk pengawasan bagi WNI yang
Berada di luar negeri, baik dalam hal Pengawasan secara administratif maupun Pengawasan
lapangan. Hal tersebut dilakukan Untuk tetap menjamin perlindungan bagi Seluruh WNI
yang berada di luar negeri yang Dilakukan oleh Pejabat Imigrasi.

Ulasan Jurnal
Didalam jurnal ini penulis memberikan paparan yang jelas dan mudah
dipahami mengenai tema pekerja migran Indonesia, Bahasa yang digunakan tidak
terlalu teknis sehingga dapat diikutin dan di pamahami dengan baik oleh pembaca
yang memiliki latar belakang pengetahuan yang beragam. Nah, jurnal ini juga
memberikan wawasan dan pengetahuan baru mengenai fenomena bagaimana fungsi
dari keimigrasian pekerja migran Indonesia.
Penulis berhasil menyajikan temuan- temuan terbaru dengan data menunjukkan
bahwa Indonesia merupakan salah satu Negara Dengan pengirim Pekerja migran
terbanyak Khususnya bagi Negara-negara wilayah Asia.
Penulis melakukan penelitian yang teliti, menggunakan metodologi yang
sesuai, dan menyajikan temuan dengan analisis yang kuat.saat membaca jurnal ini
Tata penulisan yang digunakan struktur dari jurnal ini sudah sesuai kaidah,
Tulisannya juga menggunakan kalimat yang jelas, padat, dan lugas. Penulis berhasil
mengkomunikasikan gagasan dan temuannya dengan baik, tetapi ada sedikit
membingungkan pembaca pada penulisannya yaitu kurang nya kata sedikit pada
Tujuan No 2 jurnal pada kalimat “ Untuk mengetahui tindakan yang diambil ol”
Tidak dijelaskan dan di sambungkan pada kata tersebut. Ada beberapa juga terdapat
beberapa kesalahan sedikit saja pada spasi penulisan yang terlalu berjarak.
Referensi yang digunakan oleh penulis dapat dikatakan up-to-date karena
jurnal ini diterbitkan pada tahun 2020 tetapi referensi yang di ambil dari penulis ada
beberapa yang kurang up-to-date, seperti refrensi lainya ada undang-undang dan
posiding yang dimana data mengenai penempatan pekerja migran di di indonesia
yang digunakan adalah data yang berasal dari tahun 2017-2019.
Dalam meresume jurnal ini, Kami mendapatkan wawasan baru mengenai
berbagai permasalahan terkait Pekerja migran, dalam jurnal ini juga menjelaskan
bagaimanadilakukan Pemerintah dalam Perllindungan terhadap hak pekerja Migran
sesuai dengan peraturannya baik dalam pelaksanaan fungsi keimigrasian,bagaimana
pencegahan PMI yang non prosedural, peningkatan Pengawasan, peran pos lintas
dalam membangun kesejahteraan PMI serta bentuk pengawasan bagi PMI luar
negeri.
Menurut kami, jurnal ini dapat Meningkatkan kesadaran kita sebagai pembaca
tentang pekerja migran Indonesia sebagai langkah penting untuk memastikan bahwa
mereka harus diperlakukan dengan martabat dan mendapatkan perlindungan yang
layak di tempat kerja Sebagai PMI.
Menurut kami, adanya jurnal implementasi fungsi keimigrasian terhadap

perlindungan pekerja Migran Indonesia Dapat meningkatkan kesadaran masyarakat


mengenai PMI , sesuai dengan sasaran pilar ke- 8 dan target 8.7 SDGs yaitu
“Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi”. Dalam hal ini tujuan SDGs sendiri
terhadap PMI memastikan bahwa mereka (PMI) memiliki akses terhadap pekerjaan
yang aman, layak, dan adil di negara tujuan. Hal ini melibatkan perlindungan hak-hak
pekerja migran, termasuk hak asasi manusia, upah yang adil, jam kerja yang wajar,
dan kondisi kerja yang aman.SDGs Pilar ke-8 juga menekankan pentingnya
perlindungan sosial untuk semua pekerja. Pekerja migran Indonesia sering
menghadapi risiko dan kerentanan yang lebih tinggi, termasuk penyalahgunaan,
eksploitasi, dan ketidakadilan.
Nah Salah satu target SDGs Pilar ke-8 ini mengurangi angka pengangguran,
terutama di kalangan kaum muda. Pekerja migran Indonesia, terutama yang berasal
dari kelompok muda, seringkali mencari pekerjaan di luar negeri karena minimnya
peluang kerja di dalam negeri. Dengan menciptakan peluang kerja yang layak dan
meningkatkan kesempatan di dalam negeri, dapat membantu mengurangi
ketergantungan pada migrasi ekonomi. Dalam hal ini Bahwa pekerja Migran
Indonesia sering juga disebut sebagai Pahlawan devisa negara. Hal tersebut
dikarenakan pekerja migran menjadi salah satu penggerak perekonomian negara,
terlihat dari data FBI (Fee Based Income).
Review Jurnal 3
Peran Imigrasi Dalam Pengawasan Pekerja Migran Indonesia
Oleh Laras Sri Ullina Azahra Siregar – 210200115

Judul Jurnal : Peran Imigrasi Dalam Pengawasan Pekerja Migran Indonesia


Penulis : Habibi Firlana, Cahyoko Edi Tando
Nama Jurnal : Jurnal Poltekim
Tahun : 2022
Volume/No. : Vol.5/ No. 1 Tahun 2022,hlm.69-77
Instansi Penerbit : Politeknik Imigrasi
ISSN : 2622 – 4828
Akreditasi : Science and Technology Index (SINTA) 6
IDENTITAS JURNAL

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, penduduk indonesia yang terus
bertambah menimbulkan ketidakseimbangan atas ketersediaan lapangan kerja dan jumlah tenaga
kerja, oleh karenanya pemerintah indonesia memberikan kesempatan kepada warga negara
indonesia untuk bekerja sebagai pekerja migran, namun hal tersebut perlu diawasi oleh pemerintah
melalui Direktorat Jenderal Imigrasi agar mengurangi dampak dari banyaknya pekerja migran yang
bermasalah di luar negeri. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17
ribu pulau yang berbatasan dengan negara lain baik darat, laut maupun udara, PMI, juga
merupakan salah satu unsur penting dalam memberikan dampak terhadap kenaikan roda ekonomi
Indonesia yang cukup banyak jumlahnya. Memberikan kesempatan PMI bekerja di luar negeri
merupakan salah satu program pemerintah Indonesia untuk dapat mengurangi pengangguran di
Indonesia.

METODE PENELITIAN

Jurnal ini Memakai metode penelitian menganalisis peran dari imigrasi indonesia dalam
menanggulangi permasalahan tenaga migran indonesia menggunakan metode kualitatif berbentuk
studi pustaka atau Systematic Literature Review (SLR). Pengawasan Administrasi diatur dalam UU
Nomor 6 Tahun 2011 Pasal 67 dan Pasal 68 tentang Keimigrasian yakni melakukan pemeriksaan
dan penelitian terhadap surat perjalanan, surat atau dokumen pendukung lainnya, daftar cekal,
pemotretan, pengambilan sidik jari dan pengelolaan data keimigrasian daripada warga Negara
Indonesia maupun orang asing. Hasil Penelitian ditemukan peran imigrasi dalam pengawasan
Pekerja Migran Indonesia dalam bentuk pengawasan administratif dan pengawasan lapangan

PEMBAHASAN

Adanya kesenjangan antar daerah hal ini menjadi faktor yang mendorong sebagian
penduduk indonesia lebih memilih bekerja di luar negeri sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Pengertian dari PMI dapat diartikan bahwa seorang yang memiliki warga negara Indonesia dan
melakukan pekerjaan di luar negeri atau luar wilayah Indonesia, data dari Badan Pusat Statistik
tahun 2019 mencatat dimana tujuan dari PMI masih didomininasi Kawasan Asia Timur mencapai
angka 57%, Kemudian Kawasan Asia Tenggara hanya 37%, dengan rata-rata tujuan mayoritas PMI
adalah Malaysia, Hongkong, Taiwan, karena berbagai alasan termasuk dari sisi pendapatan yang
lebih baik di negara-negara tersebut. Hal ini menjadi pertimbangan bagi imigrasi dalam pengawasan
dengan melakukan pencegahan terjadinya persoalan yang menimpa PMI di luar negeri.

Petugas imigrasi harus lebih berhati-hati dalam memberikan pelayanan di kantor imigrasi
maupun di tempat pemeriksaan imigrasi (TPI) mengingat maraknya modus operandi ke luar negeri
dengan dalih sekolah, wisata dan ibadah. Konflik dalam pengawasan PMI adalah modus operandi
yang semakin kompleks dan banyak penyalur yang menggunakan cara ilegal dalam memberikan
rekomendasi kepada calon PMI, selain itu masih banyaknya orang Indonesia yang menghalalkan
berbagai macam cara untuk mendapatkan Dokumen Perjalanan Republik Indonesia (DPRI) guna
berangkat ke luar negeri, walaupun setiap warga negara indonesia berhak mendapatkan DPRI,
namun petugas imigrasi tetap harus selektif dalam memberikan DPRI guna pencegahan dan
pengawasan PMI Ilegal.

ULASAN JURNAL
Pada jurnal ini penulis memberikan penjelasan yang jelas dan mudah dipahami mengenai
Peran migrasi terhadap Perlindungan Pekerja Migran Indonesia. Struktur kalimat yang dipakai
sangat mudah untuk dipahami.

Penulis memaparkan bahwa PMI merupakan salah satu unsur penting dalam memberikan
dampak terhadap kenaikan roda ekonomi Indonesia yang cukup banyak jumlahnya. Serta memberi
kesempatan PMI bekerja di luar negeri merupakan salah satu program pemerintah Indonesia untuk
dapat mengurangi pengangguran di Indonesia. Pekerja migrasi tentu juga harus lebih berhati hati
dalam melakukan pemeriksaan serta persetujuan pengurusan di kantor imigrasi.

Referensi yang digunakan sudah update, karena jurnal ini diterbitkan pada tahun 2022.
Dalam resume jurnal ini didapati bahwa pengawasan serta perlindungan PMI haruslah sangat teliti,
dan hati hati. Di dalam negeri maupun diluar. Jurnal ini dapat Meningkatkan kesadaran sebagai
pembaca bahwa PMI merupakan salah satu unsur terpenting dari perekonomian Indonesia, dan
merupakan suatu yang harus di jaga keamanan nya oleh pihak migrasi, dimulai dari paspor
memberikan pengawasan kepada PMI merupakan hal yang paling penting untuk pemberangkatan
PMI. Hal ini menjadi pertimbangan bagi imigrasi dalam pengawasan dengan melakukan
pencegahan terjadinya persoalan yang menimpa PMI di luar negeri. Pengawasan dapat diartikan
sebagai kegiatan yang dilakukan agar sesuai dengan rencana dan memperbaiki kekurangan dan
kesalahan agar tidak terulang kekeliruan yang sama kembali.
Review Jurnal 4

Studi atas Pasal 63 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2017 Tentang Perlindungan Pekerja Migran
Indonesia (PPMI)

Oleh Cindy Chairunisa - 210200207

Judul Jurnal : Studi atas Pasal 63 Undang-undang Nomor 18 Tahun 2017 Tentang
Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PPMI)
Penulis : Ria Wulandari
Nama Jurnal : Tanjungpura Law Journal
Tahun : 2019
Volume/No. : Vol. 3/No. 2 Tahun 2019, hlm. 174-185
Instansi Penerbit : Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura
ISSN : 2541-0482 (Print)/2541-0490 (Online)
Akreditasi : Science and Technology Index (SINTA) 5
IDENTITAS JURNAL

PENDAHULUAN

Pada jurnal ini, latar belakang membahas mengenai meningkatnya jumlah pekerja migran
yang menjadi korban tindak pidana menyebabkan UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri dianggap sudah tidak sesuai dengan
perkembangan kebutuhan perlindungan pekerja migran Indonesia selain itu dianggap tidak sesuai
dengan Konvensi Konvensi internasional tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran
Dan Anggota Keluarganya Tahun 1990. Oleh karena itu pemerintah Indonesia telah membentuk
UU No. 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (UU PPMI) menggantikan
UU No. 39 Tahun 2004. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja
Migran Indonesia (PPMI) dinilai memiliki banyak kemajuan baik secara proses maupun substansi
yang berbasis pada pemenuhan hak asasi manusia. Namun, ketentuan mengenai pekerja rumah
tangga migran dianggap sama dengan UU No. 39 Tahun 2004 dikarenakan pekerja rumah tangga
migran masih tidak diperbolehkan bekerja secara perseorangan/mandiri. Ketentuan ini tercantum
dalam Pasal 63 ayat 1 yang berbunyi: “pekerja migran perseorangan dapat bekerja ke luar negeri
pada pemberi kerja berbadan hukum.” Dari pasal tersebut dapat dikatakan bahwa pekerja rumah
tangga tidak dapat dilakukan secara perseorangan/mandiri karena pekerja rumah tangga tidak
bekerja pada pemberi kerja berbadan hukum dengan kata lain pekerja rumah tangga tetap berada di
bawah perusahaan swasta Alasan keberadaan pekerja rumah tangga migran ditempatkan di bawah
perusahaan swasta (PPPMI) karena sebagian besar pekerja rumah tangga tidak memiliki pendidikan
dan keterampilan yang memadai. UU No. 18 Tahun 2017 dianggap belum sesuai dengan Konvensi
internasional tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran Dan Anggota Keluarganya
Tahun 1990 dan bahkan disebut justru melanggengkan perdagangan orang.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dipakai dalam jurnal ini adalah penelitian hukum normatif atau
kepustakaan dengan sumber data bahan hukum primer berupa konvensi internasional dan UU No.
18 Tahun 2017 dan bahan hukum sekunder meliputi buku-buku hukum baik itu skripsi, tesis dan
disertasi hukum, jurnal-jurnal hukum dan kasus-kasus hukum.

PEMBAHASAN

Dalam jurnal ini, terdapat dua topik pembahasan yaitu:

1. Ketentuan Pasal 63 ayat 1 Undang-Undang No 18 Tahun 2017 Berkontradiksi Secara


Internal dan Eksternal dengan Peraturan Lain

Pada UU No. 18 Tahun 2017, terdapat mekanisme melakukan perjanjian kerja secara
mandiri. Undang-undang ini memberi kesempatan bagi pekerja melakukan perjanjian kerja
tanpa melalui perusahaan penempatan (Pasal 1 ayat 4). Akan tetapi terdapat pasal lain dalam
undang-undang ini yang menyebutkan bahwa hanya pekerja yang bekerja pada perusahaan
berbadan hukum saja yang dapat melakukan perjanjian kerja secara mandiri. Ini artinya
tidak semua pekerja migran dapat melakukan perjanjian kerja secara mandiri sebagaimana
disebut dalam Pasal 1 ayat 4, Pekerja migran yang bekerja pada perseorangan tetap harus
menggunakan jasa perusahaan penempatan swasta. Padahal berdasarkan data dari Laporan
Pekerja Global Indonesia: Antara Peluang dan Resiko yang dirilis oleh World Bank bisa kita
katakan sekitar 32% Pekerja Migran Indonesia harus menggunakan jasa perusahaan
penempatan swasta yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga atau pengasuh anak.
Kontradiksi internal antara Pasal 1 ayat 4 dan Pasal 63 ayat 1 juga mengakibatkan benturan
dengan asas kesetaraan dan keadilan gender yang dianut dalam pasal 2 undang-undang ini.
Hal ini membuat perempuan yang bekerja pada sektor domestik tidak dapat secara mandiri
melakukan perjanjian kerja sebagaimana pekerja di sektor perkebunan dan industrial yang
biasanya didominasi laki-laki. Pembedaan yang dibuat dalam Pasal 63 ayat (1) dapat disebut
sebagai diskriminasi gender. Alih-alih membuat aturan yang berbeda antara pekerja satu dan
lainnya yang justru bertentangan dengan kesetaraan dan keadilan gender, pemerintah
seharusnya lebih meningkatkan keahlian pekerja migran rumah tangga sehingga memiliki
posisi tawar yang lebih baik dinegara tujuan, membuat standarisasi perjanjian kerja yang
berlaku di kedua negara sehingga pekerja rumah tangga telah mengetahui dan mempelajari
hak dan kewajibannya sejak di tanah air, melakukan pendampingan dan pengawasan pada
saat pembuatan perjanjian kerja, memastikan perjanjian kerja dibuat dalam dua Bahasa.
Apabila pekerja migran memiliki keterampilan dan pengetahuan yang cukup, mereka akan
mampu melindungi diri di negara tujuan.

2. Ketentuan tentang Pekerja Rumah Tangga Migran yang Diwajibkan Menggunakan


Perusahaan Penempatan Swasta Berpotensi Menjadi Perdagangan Orang

Majelis Bangsa-Bangsa Umum telah Perserikatan mengesahkan Transnational


Organized Crime (TOC) atau juga disebut Konvensi Palermo pada tanggal 15 November
2000 dan mulai diberlakukan pada tanggal 15 November 2003. Konvensi Palermo bertujuan
untuk mencegah, menekan dan menghukum perdagangan atas manusia khususnya kaum
perempuan dan anak-anak. Indonesia telah meratifikasi Konvensi Transnational Organized
Crime (TOC) pada tanggal 19 April 2007 dan mengesahkannya serta mengundangkannya ke
dalam Lembar Negara RI Tahun 2007 No. 58, Tambahan Lembar Negara RI Nomor 4720,
UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang
(TPTPPO). UU No. 39 Tahun 2004 mengenai Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
mengatur bahwa perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) dapat melakukan tindakan
dan perekrutan, penampungan dan pengiriman tenaga kerja Indonesia ke Negara tujuan.
Dalam proses perekrutan biasanya perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) telah
melakukan pemalsuan dokumen dan identitas. Setelah para tenaga kerja Indonesia tiba di
Negara tujuan banyak dari mereka dieksploitasi, ditempatkan di lokalisasi pelacuran bahkan
ada yang meninggal tanpa memiliki beberapa organ tubuhnya. Peristiwa di atas telah
memenuhi unsur-unsur perdagangan orang mulai dari unsur pelaku, unsur proses / tindakan,
unsur cara / modus dan unsur tujuan/ akibat. Meski UU No. 34 Tahun 2004 telah diganti,
namun UU No. 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia tetap
mengacu pada UU No. 39 Tahun 2004 khusus mengenai pekerja rumah tangga yang di
wajibkan menggunakan jasa perusahaan penempatan pekerja migran Indonesia. Meskipun
UU No. 18 Tahun 2017 mengamanatkan bahwa yang melakukan perekrutan dan pembinaan
adalah pemerintah daerah namun tidak bisa dipungkiri bahwa terdapat oknum-oknum
pemerintah daerah sebagai penyelenggara negara dalam kasus-kasus terdahulu turut
berperan atas terjadinya tindak pidana perdagangan orang.

ULASAN JURNAL

Pada jurnal ini, banyak pembahasan yang berputar-putar sehingga menurut saya agak sulit
dimengerti. Tetapi dari segi kebahasaan, dapat dilihat bahwa tidak ada typo dalam jurnal tersebut.

Penulis memaparkan tentang pasal 63 ayat 1 UU No. 18 Tahun 2017 yang berkontradiksi
secara eksternal dan internal dengan peraturan lain, termasuk pengaturan pada konvensi
internasional. Sayangnya, meski menyinggung konvensi internasional, tapi tidak dijelaskan secara
rinci mengenai pengaturan yang ada di konvensi internasional. Selain membahas tentang
kontradiksi eksternal dan internal pada pasal 63 ayat 1 UU No. 18 Tahun 2017, pada jurnal ini juga
dibahas mengenai ketentuan tentang pekerja rumah tangga migran yang diwajibkan menggunakan
perusahaan penempatan swasta berpotensi menjadi perdagangan orang. Hal ini dibahas secara
cukup baik pada jurnal ini. Terdapat data mengenai berapa persen PMI yang wajib bekerja
menggunakan perusahaan swasta dan seluruhnya adalah PMI wanita, memberikan penjelasan
mengapa pasal 63 ayat 1 UU No. 18 Tahun 2017 secara tak langsung membuka potensi untuk
terjadinya perdagangan orang.

Untuk referensi yang digunakan pada jurnal ini sudah cukup up to date dan relevan untuk
digunakan menjadi referensi dari jurnal tersebut. Terdapat dua referensi yang menggunakan pustaka
tahun 2007, namun itu wajar mengingat penulis membandingkan isi pasal 63 ayat 1 UU No. 18
Tahun 2017 dengan UU No. 34 Tahun 2004.

Topik yang dibahas pada jurnal ini sesuai dengan SDG’s ke-8, yaitu “Pekerjaan Layak dan
Pertumbuhan Ekonomi”. Hal ini dapat dilihat dari pembahasan jurnal yang mengarah pada hak PMI
untuk mendapatkan pekerjaan layak tanpa dipersulit dengan adanya pengaturan mengenai beberapa
pekerjaan yang harus menggunakan perusahaan swasta untuk dapat bekerja di luar negeri dan
berakhir menjadi praktik perdagangan orang. Dengan kesetaraan kesempatan untuk bekerja di luar
negeri, pertumbunhan ekonomi pun akan ikut naik.
Review Jurnal 5
Kebijakan Jaminan Sosial Pekerja Migran Indonesia
Oleh Rindiani - 210200038

Judul Jurnal : Kebijakan Jaminan Sosial Pekerja Migran Indonesia


Penulis : L. Hadi Adha, Zaeni, Rahmawati
Nama Jurnal : Jurnal Risalah Kenoktariatan
Tahun : 2020
Volume/No. : Vol. 1/No. Tahun 2020, hlm. 170-192
Instansi Penerbit : Fakultas Hukum Universitas Mataram
ISSN : 2775-362X
Akreditasi : Science and Technology Index (SINTA) 6
IDENTITAS JURNAL

PENDAHULUAN

Ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian pemerintah. Untuk
menghadapi tantangan di bidang ketenagakerjaan ini, Kementerian Ketenagakerjaan
(Kemenaker) menetapkan enam fokus program atau kebijakan pada tahun 2019. “Pertama,
penciptaan lapangan kerja baru yang targetnya periode 2015-2019 mencapai 10 juta, Kedua,
pemerintah akan fokus membangun Sumber Daya Manusia (SDM). Ketiga, perlindungan
buruh migran Indonesia. Pemerintah bakal melanjutkan program fasilitasi buruh migran
sekaligus bentuk perlindungannya. Kemenaker menegaskan pemerintah harus hadir secara
nyata untuk melakukan perlindungan dan mencari peluang pasar kerja untuk buruh migran
Indonesia, terlebih mengenai peraturan pelaksana UU No.18 Tahun 2017 tentang Perlindungan
Pekerja Migran Indonesia (UU PPMI), masih banyak peraturan turunan UU PPMI yang akan
diterbitkan seperti Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Presiden (Perpres), dan Peraturan
Menteri (Permen). Keempat, jaminan sosial untuk tenaga kerja baik tenaga kerja domestik maupun
Pekerja migran Indonesia. Kelima, pengawasan ketenagakerjaan. Pemerintah tentunya harus
fokus terhadap pengawasan ketenagakerjaan terutama terhadap perusahaan yang
menggunakan bahan berbahaya dan sektor konstruksi. Keenam, mengenai revisi UU
Ketenagakerjaan. “Kajian terhadap UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, agar
ditekankan pada isu keseimbangan beban antara perusahaan dan pekerja, Khusus mengenai
Pekerja Migran Indonesia, Negara Republik Indonesia adalah negara yang menduduki
ranking ke-empat di tingkat kepadatan penduduk di dunia dan merupakan sumber besar bagi
ratusan ribu tenaga kerja yang mencari Pekerjaan ke luar negeri seperti di Malaysia, Singapura
dan Timur Tengah. Berdasarkan data Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia (BN2PTKI). Sepanjang 2014 - Maret 2019, kuantitas Pekerja Migran
Indonesia (PMI) mencapai 1,55 juta pekerja. Khusus selama triwulan pertama 2019,
populasinya mencapai 64.062 orang terdiri dari 19.597 (31%) pekerja laki-laki dan 44.465
(70%) pekerja perempuan. Realisasi jumlah PMI Januari – Maret tahun ini turun 3,07%
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebanyak 66.090 pekerja. Dari sumber
yang sama diketahui, penempatan PMI sepanjang 2018 meningkat 7,89% secara year on
year menjadi 283.640 ribu pekerja. Jumlah ini terdiri dari 84.665 (30%) pekerja laki-laki dan
198.975 (70%) pekerja perempuan. Tingginya penempatan pekerja migran ke luar negeri seolah
mengindikasikan bahwa bekerja di luar negeri terus menjadi impian sebagian masyarakat.
Penghasilan yang cukup besar menjadi salah satu alasan mereka mengadu nasib sampai ke negeri
jiran.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian normative dimana penelitian ini
pendekatkan konseptual. Adapun bahan hukum yang digunakan bahan hukum sekunder. Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan ini menggantikan Peranturan Menteri Nomor 18 Tahun 2017 tentang
Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Indonesia.

PEMBAHASAN
Peraturan ketenagakerjaan yang kaku telah menghambat penciptaan lapangan kerja dan
gagal memberikan perlindungan bagi pekerja, terutama pekerja Indonesia yang bekerja diluar
Negeri yang kita sebut Pekerja Migran Indonesia. menurut Bank Dunia untuk dapat
terselenggaranya reformasi kebijakan ketenagakerjaan tersebut harus terfokus pada empat
prioritas berikut ini :Pertama, menegosiasikan kesepakatan besar mengenai reformasi
peraturan. Kebuntuan reformasi pesangon saat ini telah merusak daya saing pasar tenaga
kerja Indonesia dan hanya menawarkan sedikit perlindungan bagi sebagian besar pekerja.
Perlu diupayakan pemecahan yang “sama-sama untung” dengan menyederhanakan dan
mengurangi tingkat pesangon yang terlalu tinggi, dan pada saat yang bersamaan,
memberikan tunjangan pengangguran untuk melindungi pekerja formal dengan lebih efektif.
Sistem tunjangan pengangguran adalah komponen inti dari sistem Jaminan Sosial Nasional
di masa depan, sebuah institusi kunci di banyak negara lain yang berpenghasilan menengah.
Kedua, mengembangkan strategi pelatihan keahlian menyeluruh untuk melengkapi pekerja supaya
dapat memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Perlindungan pekerja tidak cukup hanya
dengan mengandalkan peraturan ketenagakerjaan. Sebagian besar peraturan tersebut tidak
relevan bagi pekerja informal yang merupakan angkatan kerja mayoritas. Pemerintah dapat
membantu lebih banyak pekerja dengan menerapkan sejumlah strategi, baik formal maupun
informal, untuk pengembangan keahlian. Dalam hal pendekatan formal, membatalkan
moratorium pembangunan sekolah menengah atas umum akan membantu memenuhi
permintaan. Selanjutnya, perluasan sekolah menengah atas kejuruan seharusnya adalah untuk
menanggapi permintaan pasar tenaga kerja sesungguhnya, bukan sekadar memenuhi kuota.
Memperbaiki mutu pendidikan kejuruan untuk memenuhi permintaan yang besar akan pekerja
berpendidikan lebih tinggi. Pada saat bersamaan, memperkenalkan strategi pelatihan keahlian
non-formal sebagai pelengkap untuk menargetkan mayoritas pekerja di Indonesia yang tidak
mampu mengakses pendidikan formal. Ketiga, meluncurkan program tenaga kerja aktif yang
dirancang untuk melindungi mereka yang paling rentan. Para pekerja sering menjadi korban
dalam guncangan, seperti yang terjadi ketika krisis keuangan 1997. Tanpa adanya jaring
pengaman, para pekerja umumnya bertahan dengan mencari kerja di sektor informal dan
pertanian. Ancaman krisis keuangan global baru-baru ini telah menyoroti betapa perlunya
Indonesia mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk menghadapi guncangan di masa
depan. Indonesia dapat bersiap menghadapi guncangan lapangan kerja dan upah di masa depan
dengan memperkenalkan program jaring pengaman tenaga kerja demi melindungi pekerja
yang paling rentan. Persiapan dapat diawali dengan pekerjaan umum yang merupakan jaring
pengaman penting yang dapat dipakai secara efektif untuk menargetkan pekerja miskin dan
berupah rendah. Keempat, berinvestasi dalam riset untuk mendukung pembuatan kebijakan berbasis
bukti. Banyak perdebatan mengenai kebijakan dan program pasar tenaga kerja yang tidak
didasarkan pada bukti empiris. Diperlukan peningkatan mutu dan pendalaman riset kebijakan
ketenagakerjaan untuk membantu pemerintah baru dalam menjalankan agenda reformasi yang
didukung hasil analisis dan bukti kuat. Fasilitas penelitian, think tank lokal, dan Biro Pusat Statistik,
semuanya berperan penting menghasilkan data dan melakukan riset tenaga kerja bermutu untuk
memenuhi kebutuhan pembuat kebijakan

ULASAN JURNAL

Pada jurnal ini penulis memberikan penjelasan yang jelas dan mudah dipahami mengenai
Peran migrasi terhadap Perlindungan Pekerja Migran Indonesia. Struktur kalimat yang dipakai
sangat mudah untuk dipahami.

Peneliti menyarankan agar regulasi perlindungan Pekerja Migran Indonesia dalam


bentuk Undang-undang maupun peraturan lainya seperti UU No 18 tahun 2017 dan
Permenakertrans No 18 tahun 2018 telah cukup baik subtansinya, tidak hanya pekerja migran yang
mendapatkan manfaat dari perlindungan tersebut namun keluarga buruh migran merasakan
manfaat dari program Jaminan Sosial sebagaimana yang tertuang dalam subtansi peraturan
per-undang-undangan. Hanya saja sebagai saran dari penulis manfaat dari program Jaminan
sosial tersebut dapat terlaksana dan diselenggarakan benar-benar sesuai dengan apa yang telah
dinyatakan dalam isi peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu Pengawasan serta Penegakan
hukum terhadap terselenggaranya program Jamsos Pekerja Migran oleh lembaga-lembaga terkait
perlu untuk di perketat dan adanya dukungan dari penyelenggara Negara (Pemerintah) sangatlah
diperlukan dalam upaya implementasi manfaat program Jamsos tersebut benar-benar terlaksana.

Anda mungkin juga menyukai