Anda di halaman 1dari 19

PERTANGGUNGJAWABAN PEMERINTAH INDONESIA TERHADAP TKI

DILUAR NEGERI

UAS

Nama : Kamarch Kahleh Sandoval Muhayar

NIM : 11000120140701

Kelas : Hukum Internasional J

1
A. PENDAHULUAN
Pekerja migran adalah pemegang hak asasi universal dimana hak, martabat dan
keamanannya membutuhkan perlindungan khusus dan spesifik. Pekerja migran
internasional berada di luar perlindungan hukum negara kebangsaannya sehingga mereka
rentan terhadap pelecehan dan eksploitasi. Perlindungan tersebut diberikan sejak
kegiatan sistem penempatan pasar tenaga kerja yang berkaitan dengan pra-penempatan,
penempatan, dan purna penempatan berlangsung. Pelaksana kebijakan perlindungan
dilakukan oleh suatu lembaga pelayanan penempatan dan perlindungan pekerja migran.
Pekerja migran di Indonesia dikenal dengan istilah Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Pengiriman TKI ke luar negeri telah berlangsung sejak abad XX1.

Terbatasnya jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia tidak sesuai dengan
jumlah tenaga kerja yang ada di Indonesia. hal itu menyebabkan pemerintah
mengeluarkan kebijakan untuk mengirim tenaga kerja Indonesia keluar negeri. salah satu
penyebab dari kurang nya ketersediaan lapangan kerja tersebut adalah pembangunnan di
Indonesia dalam berbagai sector banyak yang memerlukan tenaga kerja yang mempunyai
keahlian dan keterampilan yang khusus, sehingga tenaga kerja dari Indoensia sendiri tidak
mampu untuk mengisi posisi kerja tersebut. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa tenaga
kerja di Indonesia masih ada yang menggunakan tenaga kerja asing. Data demografi
Indonesia menunjukan pertumbuhan angkatan kerja yang cukup signifikan. Badan Pusat
Statistik (BPS) pada 2014 menyatakan jumlah penduduk Indonesia adalah 237.641.326
jiwa dengan jumlah angkatan kerja 125,32 juta jiwa. Peningkatan angkatan kerja tersebut
tidak diikuti dengan kesempatan kerja yang menimbulkan tingkat pengangguran pada
2014 yang mencapai 7,15 juta jiwa, dan meningkat pada awal Februari 2015 menjadi 7,4
juta jiwa.2

Atas amanat UUD 1945 Pasal 27 ayat (2) menetapkan bahwa ; “ tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

1
Rusdi Tagaroa dab Encop Sofia, Buruh Migran Indonesia Mencari Keadilan, Bekasi: Solidaritas Perempuan,
Lembaga Advokasi Buruh Migran Indonesia, 2004, hlm. 1.
2
Azka Nur Meida, Tenaga Kerja Di Indonesia, Siap Atau Tidak Siap Menghadapi AEC 2015,
https://www.academia.edu/9886209/TENAGA_KERJA_INDONESIA_SIAP_ATAU_TIDAK_SIAP_M
ENGHADAPI_AEC_2015

2
Berdasarkan amanat UUD tersebut, semua WNI yang ingin dan mampu bekerja, agar
mendapatkan pekerjaan, sekaligus mendapatkan kehidupan yang layak sebagaimana
manusia yang hak-hak nya dilindungi oleh hukum. Namun Pasal tersebut sangat berat dan
sangat tidak sesuai dengan fakta yang ada dilapangan mengingat jumlah penduduk
Indonesia dan pembagunan ekonomi Indonesia yang masih kurang.

Semenjak krisis ekonomi, jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja diluar
negeri semakin banyak dan terus meningkat. Sebagian besar tenaga kerja diisi oleh
perempuan yang bekerja di sector informal, yang rata-rata dari mereka tidak mempunyai
pendidikan, pengalaman serta wawasan yang cukup. Permasalahan yang sering dialami
oleh para TKI tersebut adalah kebanyakan dari mereka direkrut oleh oknum Pengerah
Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI), yang di imingi dengan pekerjaan kepada mereka
dengan prosedur yang cepat dan biaya yang lebih murah dari biaya rata-rata. Hal tersebut
memicu terjadinya rentetan masalah yang dialami oleh Tenaga Kerja Indonesia baik dari
sebelum keberangkatan ke negara yang dituju, ditempat TKI bekerja, bahkan sampai
kembali lagi ke Indonesia.

Pemerintah memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa penempatan TKI sesuai


dengan job order.3 pemerintah melakukan berbagai kebijakan untuk meningkatkan
kesempatan kerja dan kebijakan meningkatkan kualitas tenaga kerja. Kebijakan tersebut
dapat dilakukan dengan mengatasi beberapa permasalahan ketenagakerjaan di
Indonesia, Pemerintah memiliki upaya untuk menambah peluang kerja dengan
menciptakan lapangan kerja formal seluas-luasnya, Upaya pemerintah untuk
meningkatkan taraf kesejahteraan hidup masyarakatnya, yakni dengan mendorong
pekerja dari pekerjaan yang memiliki produktivitas rendah ke pekerjaan yang memiliki
produktivitas tinggi4.

permasalahan banyak menghampiri TKI selama bekerja di luar negeri. Mulai dari
permasalahan pelanggaran hak asasi manusia sampai dengan masalah perdagangan
manusia yang sering menghantui TKI. Pekerja juga sering mendapatkan masalah akibat
dari dirinya sendiri karena menjadi seorang yang ilegal di negara orang. Sangat
memprihatikan dengan maraknya kekerasan yang terjadi terhadap TKI selama ini.
Malaysia dan Saudi Arabia negara yang tercatat dimana TKI sering mendapat
3
Supra No 5, hlm. 5.
4
Id

3
pelanggaran HAM yang dilakukan sang majikan. Artinya, pemerintah wajib untuk
meningkatkan kesejahteraan para pekerja yang bekerja di lapangan kerja informal.

Seperti yang sering di dengar di berbagai macam media massa, adanya TKI diluar
negeri mengalami pengalam yang tidak mengenakan dan tidak manusiawi. Hal tersebut
seperti diestrum dengan listrik, disiksa, disertika, kekerasan seksual, pemerkosaan, dan
pemukulan. Seperti “S”, asal Karanganyar yang bekerja di Jeddah, Arab Saudi. Dirinya
harus menjalankan perawatan intensif di rumah sakit lantaran menderita sejumlah luka,
seperti luka bekas seterika di tangan, kedua telinga bengkak, dan indikasi pembenturan
kepada dengan benda keras. Kondisi korban yang mengkhawatirkan itu dilaporkan oleh
sang anak, A, ke SBMI (Serikat Buruh Migran Indonesia) di Jeddah. A lantas juga
meminta perlindungan untuk ibunya, agar tidak mengalami kejadian mengerikan itu.

Perlindungan terhadap tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri


merupakan bagian dari kewajiban negara untuk memenuhi hak-hak konstitusional sebagai
warga negara. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia merupakan bagian integral dari sistem yang
dibangun berdasarkan amanat Pasal 28 D ayat 3, dimana setiap warga negera berhak
untu mendapatkan pekerjaan yang layak (Muin, 2015). Dikeluarkannya Undang-Undang
No. 39 tahun 2004 tentang penempatan dan perlindungan tenaga kerja indonesia di luar
negeri diharapkan pemerintah bisa menekan angka korban kekerasan terhadap tenaga
kerja Indonesia di luar negeri, untuk mencegah terjadinya TKI ilegal. Dalam undang-
undang ini mengatur mengenai perjanjian kerja dan penempatan untuk para TKI.

4
B. PERMASALAHAN

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas adapun rumusan masalah yang
akan penulis bahas, yaitu:

1. Bagaimana pengaturan perjanjian penempatan Tenaga Kerja Indonesia dan lembaga


pelayanan Tenaga Kerja Indonesia?

2. Dengan adanya perlakuan yang diterima oleh Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di
luar negeri sebelum pemberangkatan, penempatan, dan purna penempatan,
bagaimanakah perlindungan hukum terhadap mereka?

5
C. PEMBAHASAN

Penempatan Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri

Pemerintah bertujuan dengan adanya penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar


negeri bisa mensejahterakan warganya akibat dari kurangnya lapangan kerja di indonesia.
Mengingat pentingnya sebuah pekerjaan, uu dasar negara republik Indonesia tahun 1945
menentukan bahwa: setiap rakyat Indonesia berhak atas pengidupan yang layak bagi
dirinya. Perlindungan tenaga kerja tersebut diciptakan agar kondisi setiap tenaga kerja
dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi berlangsungnya sistem hubungan kerja
yang harmonis oleh seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai kedudukan dan peranan.
Imam soepomo mengatakan bahwa5 : “perlindungan hukum terhadap tenaga kerja adalah
penjagaan agar tenaga kerja dapat melakukan pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan.”

Menurut Soepomo perlindungan tenaga kerja dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu:
perlindungan ekonomis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk penghasilan yang
cukup, termasuk bila tenaga kerja tidak mampu bekerja di luar kehendaknya; perlindungan
sosial, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan kesehatan kerja, dan
kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi; dan perlindungan teknis,
yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan keselamatan kerja6.

Pada akhirnya Pemerintah Indonesia akhirnya mengeluarkan uu no. 39 tahun


2004 untuk melindungi segenap warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri.
Undang-undang ini sudah mencakup seluruh aspek mengenai perjanjian penempatan
yang dilakukan oleh calon TKI yang berikan mengenai hak dan kewajiban para pihak yang
ada di dalamnya.

Undang–undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan


Tenaga Kerja Indonesia dalam Pasal 1 menyatakan bahwa: “Perlindungan TKI adalah
segala upaya untuk melindungi kepentingan calon TKI/TKI dalam mewujudkan
terjaminnya pemenuhan hak-haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, baik
sebelum, selama, maupun sesudah bekerja.” 7

5
Imam Soepomo, Hukum Perburuhan, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1987, hlm 78
6
Id
7
Ni Kadek Sintia Dewi. “Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri”2021

6
Mengenai tanggung jawab negara menurut prinsip-prinsip umum mengenani
perlindungan WNI di luar negeri bergantung pada terpeliharanya keseimbangan yang
pantas antara dua hak fundamental negara. merupakan hak suatu negara untuk
menjalankan yuridiksi di dalam wilayahnya sendiri, bebas dari pengawasan negara-negara
luar; dan merupakan hak suatu negara untuk melindungi warga negaranya diluar negeri.
Pasal 8 uu no. 39 tahun 2004 menentukan setiap calon TKI berhak atas pekerjan di luar
negeri; bebas menganut agama dan keyakinan; menerima upah yang sewajarnya;
mendapatkan jaminan perlindungan hukum; dan mendapat hak dan pelakuan sama
dengan tenaga asing lainnya. Dari sini bisa dilihat apa saja yang menjadi kewajiban
seorang majikan.

Kewajiban calon TKI juga ditentukan dalam pasal 9 uu no. 39 tahun 2004 antara
lain harus mematuhi segala peraturan yang ada di dalam maupun luar negeri tempat
tujuan bekerja; membayar jasa penyedia layanan TKI sesuai dengan perjanjian yang
dibuat sebelumnya; dan berprilaku baik selama berada di luar negeri. Lembaga non
Departemen yang dibentuk oleh pemerintah untuk memperlancar penempatan TKI keluar
negeri yaitu BNP2TKI merupakan kepanjangan dar Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia didirikan untuk melaksanakan tugas pengayoman
dari hal pengurusan dokumen hingga pemeberangkatan TKI.

Tahapan tahapan yang harus dilalui oleh seorang TKI untuk menjadi seorang TKI
diatur dalam Pasal 31 uu no.39 tahun 2004 menentukan tahapan yang yang dilewati untuk
menjadi seorang TKI yang legal, ialah dengan pengurusan surat izin pengerhana;
pemilihan dan penyaringan; pendidikan dan pelatihan kerja; pemeriksaan kesehatan dan
psikologi; pengursan dokumen; uji kompetensi; pemebekalan akhir pemberangkatan; dan
akhirnya di berangkatkan ke negara tujuan, termasuk pengurusan dokumen, tahapan ini
sangat penting untuk mencegah adanya TKI illegal di negara orang lain

Sebagian besar permasalahan dialami oleh TKI sektor informal yang berangkat ke
luar negeri melalui jalur ilegal, dimana latar belakang pendidikan mereka kurang dan
berasal dari keluarga miskin. Di Dalam Negeri sendiri mereka sudah mendapatkan
perlakuan yang merugikan. Contohnya yakni; tidak menggunakan petugas resmi
perusahaan melainkan melalui calo, dimana calo tersebut memanfaatkan peluang untuk
mencari kepentingan pribadi. Hal ini terlihat dari beragamnya jumlah biaya yang mereka

7
pungut, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah, Pemalsuan dokumen. Biasanya yang
dipalsukan yaitu usia tenaga kerja, hal ini kerap terjadi baik melalui KTP atau paspor dan
terjadinya perbudakan dan kekerasan sesksual ditempat penampungan.

Indonesia telah meratifikasi Konvensi ILO Nomor 88 Tentang Lembaga Pelayanan


Penempatan Tenaga Kerja dan membentuk lembaga penempatan tenaga kerja yaitu,
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) yang
diatur dalam Pasal 94 ayat (1) dan (2) Undang–Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, yang kemudian
secara khusus diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2006 Tentang Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.8 Peran BNP2TKI ini
juga dipertegas dalam Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2006 tentang Kebijakan
Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindunngan Tenaga Kerja Indonesia. Dalam
pelaksanaan migrasi tenaga kerja tersebut terdapat badan–badan negara lainnya yang
juga berhubungan dengan BNP2TKI, yakni:

1. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang memiliki peran utama dalam
merumuskan kebijakan penempatan dan perlindungan di uar negeri;

2. Kementerian Luar Negeri melalui kantor diplomatik di luar negeri memiliki tugas
untuk membantu saat proses migrasi tersebut terlaksana di negara tujuan;

3. Kementerian Sosial memiliki tugas membantu apabila terjadi trafficking dan atau
deportasi TKI dari luar negeri;

4. Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian bertanggung jawab


mengkoordinasi berbagai kerja badan pemerintahan yang berhubungan dengan reformasi
penempatan dan perlindungan TKI juga perbaikan layanan keuangan bagi TKI. Sesuai
Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2006, Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian
bertanggung jawab membentuk dua unit kerja pendukung untuk mempermudah agen-
agen penanganan permasalanpermasalan khusus dalam pengkoordinasiannya;

5. Kementerian koordinasi kesejahteraan rakyat bertanggung jawab melaksanakan


koordinasi pelayanan TKI yang bermasalah di luar negeri, misalnya seperti deportasi;
8
Ribka Lydia Atedjadi, “PERAN DAN TANGGUNG JAWAB LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN DAN
PERLINDUNGAN PEKERJA MIGRAN DI INDONESIA” 2020

8
6. Kementerian koordinasi bidang politik Hukum dan Keamanan bersama dengan
Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian bertugas mengkoordinasi dan mengawasi
pelaksanaan Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2006 sesuai dengan masing-masing bidang
tanggung jawab dan melaporkan pelaksanaannya secara teratur;

7. Kementerian kesehatan mengurusi pemeriksaan kesehatan sebelum


keberangkatan semua TKI ke luar negeri dan pelayanan kesehatan bagi TKI yang sakit
dan menjadi korban kekerasan dan perdagangan orang;

Pemerintah dapat melimpahkan sebagian wewenangnya dan/atau tugas


pembantuan kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan upaya perlindungan TKI di luar
negeri. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab Pemerintah berkewajiban:
menjamin terpenuhinya hak-hak calon TKI/TKI, baik yang bersangkutan berangkat melalui
pelaksana penempatan TKI, maupun yang berangkat secara mandiri; mengawasi
pelaksanaan penempatan calon TKI; membentuk dan mengembangkan sistem informasi
penempatan calon TKI di luar negeri; melakukan upaya diplomatik untuk menjamin
pemenuhan hak dan perlindungan TKI secara optimal di negara tujuan; dan memberikan
perlindungan kepada TKI selama masa sebelum pemberangkatan, masa penempatan,
dan masa purna penempatan.9

Untuk kedepannya, negara harus membuktikan bahwa antara teori atau aturan dan
prakteknya dalam persoalan TKI harus dijamin benar-benar akan diimplementasikan
sesuai dengan tuntutan dan keinginan masyarakat luas. Negara seharusnya memiliki
keberanian jika ada kasus kekerasan atau pelanggaran HAM yang menimpa TKI di negeri
orang. Negara tidak boleh bersikap lembek dan tidak berani menghadapi negara-negara
dimana berada TKI yang tertimpa kasus kekerasan maupun pelanggaran HAM. Jika
pemerintah atau negara tidak melakukannya, sebaiknya menghentikan kebijakan
pengiriman TKI keluar negeri bukan malah sebaliknya. Tugas dan fungsi negara adalah
mengatur dan menjamin kesejahteraan serta keselamatan warga negaranya dari segala
kejahatan, pelanggaran HAM, penjajahan bahkan kebodohan dan kemiskinan.

BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA DI


LUAR NEGERI

9
id

9
Faktor-faktor yang mengakibatkan TKI Indonesia menajdi korban kejahatan di luar
negeri adalah faktor rendahnya pengetahuan karena kurangnya pendidikan sehingga
mereka harus mencari pekerjaan ke luar negeri tanpa pengetahuan yang cukup maka hal
ini akan menjadi faktor viktimogen bagi diri mereka sendiri. Secara garis besar faktor
penyebab TKI menjadi korban kejahatan di Malaysia adalah:

1. Kurangnya pengetahuan akibat rendahnya pendidikan, mayoritas tenaga kerja di


Indonesia adalah lulusan SD dan SMP.

2. Akibat perbuatan diri mereka sendiri karena tidak mempersiapkan diri secara
administratif dan skill yang memadai, fakta menunjukan bahwa mayoritas dari TKI yang
datang ke Indonesia bekerja di sektor informal.

3. Pihak ketiga yang tidak bertanggung jawab baik agen-agen yang tidak
bertanggung jawab sampai para majikan yang tidak manusiawi.

Kebijakan imigrasi mengakibatkan banyaknya TKI yang terpaksa bertahan


mendapatkan perlakuan majikan mereka yang mengeksploitasi tenaga mereka dan
melakukan berbagai kekerasan, Perlindungan TKI dilakukan pemerintah guna menekan
angka kekerasan yang diterima TKI selama menjalankan tugasnya dan guna
menyelamatkan TKI dari oknum yang ingin memperdagangkan mereka di luar negeri.
Hukum sangat dibutuhkan guna melindungi setiap manusia yang merasa kurang dan
belum siap secara politik, ekonomi dan sosial dalam mendapatkan keadilan bagi mereka.
Berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam melindungi rakyatnya baik
diluar negeri maupun dalam negeri itu sendiri. berbagai macam aturan telah dibuat dan
disahkan untuk mengatasi masalah yang terjadi terhadap Tenaga Kerja Indonesia. namun
dalam implementasinya masih banyak terdapat pelanggaran-pelanggaran yang terjadi
baik disengaja maupun tidak disengaja.

Terdapat Bentuk perlindungan yang diberikan kepada TKI ada 3 terdiri dari;
perlindungan sebelum pemberangkatan ialah suatu perlindungan dimana calon TKI akan
diberikan iformasi mengenai syarat dan prosedur tahapan yang harus dilewati untuk
menjadi TKI termasuk pengurusan dokumen, tahapan ini sangat penting untuk mencegah
terjadinya TKI ilegal. Kedua yaitu perlindungan selama berada pada wilayah kerja sesuai
negara tujaan, dimana perlindungan ini mencakup mengenai hal-hal dorongan serta
dukungan secara moral maupun fisik sesuai dengan ketentuan hukum wilayah tempat

10
tujuan bekerja. Pemerintah melakukan pengawasan dan pembinaan mencegah terjadinya
pelanggaran HAM yang dilakukan oleh majikan tempat TKI bekerja10.

Ketiga ialah perlindungan yang diberikan kepada TKI setelah selesai masa kerja
yang termasuk kedalamnya pemutusan hubungan kerja ataupun karena mengalami
kecelakaan sampai dengan kegiatan deportasi pemerintah luar negeri tempat tujuan
bekerja yang dikenakan pada TKI. Apabila seandainya dalam proses pemulangan TKI,
terdapat TKI yang sudah meninggal dunia karena suatu alasan tertentu pihak pelaksana
penempatan TKI wajib mengabarkan keluarga yang bersangkutan paling cepat satu hari
setelah kematian TKI. Sesuai ketentuan yang ada pelaksana penempatan TKI juga harus
memberikan biaya pemakaman yang bersangkutan, walaupun sudah meninggal
penerimaan hak-hak TKI harus dipenuhi oleh jasa pelaksana pemberangkatan TKI.

Upaya perlindungan mutlak harus dipahami dan dilaksanakan sebaik-baiknya oleh


pemberi kerja. Berdasarkan Undang–undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan yang menjadi objek utama dalam perlindungan tenaga kerja meliputi: 11
perlindungan atas hak–hak dalam hubungan kerja; perlindungan atas hak–hak dasar
pekerja/buruh untuk berunding dengan pengusaha dan mogok kerja; perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja; perlindungan khusus bagi pekerja/buruh perempuan,
anak, dan penyandang cacat; perlindungan tentang upah, kesejahteraan, dan jaminan
sosial tenaga kerja; dan perlindungan atas hak pemutusan hubungan tenaga kerja.

Setiap tenaga kerja baik di dalam negeri dan di luar negeri memiliki hak yang
sama, namun karena kekhususan bekerja di luar negeri yang tercipta dari kerja sama
antar pemerintah dan dituangkan dalam suatu perjanjian antara negara maka terdapat
hak-hak khusus yang menjadi bagian perlindungan bagi Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Kewajiban untuk menjamin perlindungan pekerja migran menimbulkan pembagian
tanggung jawab berdasarkan peran negara, yaitu negara asal dan negara tujuan.
Pembagian tanggung jawab negara asal dan negara tujuan adalah sebagai berikut:12

1. Peran negara asal dalam melindungi individu yang terlibat dalam proses migrasi
tenaga kerja selama tahap pra-keberangkatan dan tahap kembali ketika mereka secara

10
id
11
Imam Soepomo, Hukum Perburuhan, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1987, hlm 78
12
ILO, “Protecting the rights of Migrant Workers: a shared responsibility, hlm. 5.

11
fisik hadir, dan selama setelah keberangkatan dan bekerja ketika mereka tidak secara fisik
hadir;

2. Peran negara tujuan melindungi individu yang terlibat dalam proses migrasi
tenaga kerja selama setelah keberangkatan dan bekerja ketika secara fisik hadir, dan
selama pra-keberangkatan dan tahap kembali ketika mereka tidak hadir secara fisik

Peran negara tersebut diimplementasikan dalam kegiatan penempatan yang


dimulai dari tahap pra penempatan, penempatan, dan purna penempatan. Pada ketiga
tahapan tersebut negara harus memenuhi perlindungan kepada calon pekerja migran
dan/atau pekerja migran, sebagai berikut:

1. Tahap Pra Penempatan. Tahap ini diawali dengan perekrutan tenaga kerja.
perekrutan tersebut dilakukan oleh PPTKIS yang telah memiliki surat ijin perekrutan yang
diterbitkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk suatu daerah tertentu.
Perekrutan oleh PPTKIS harus memberikan informasi yang lengkap dan benar kepada
calon pekerja migran.

2. Penempatan. Tenaga kerja migran yang telah memenuhi persyaratan dalam


masa pra penempatan akan ditempatkan di negara tujuan sesuai dengan perjanjian kerja
yang telah disepakati. Tenaga kerja migran yang berada pada negara penempatan wajib
untuk melaporkan kedatangannya kepada perwakilan negara dan juga memiliki hak untuk
melaporkan kepada perwakilan negara apabila tidak ditempatkan sesuai pekerjaan yang
telah disepakati dalam perjanjian kerja.

3. Purna Penempatan. Tenaga kerja migran yang akan kembali ke negara asalnya
wajib untuk melaporkan kepulangannya kepada perwakilan di negara penempatan.
Tenaga kerja migran sektor informal yang melakukan keberangkatan melalui PPTKIS,
wajib untuk melaporkan kepulangannya kepada PPTKIS tersebut, dan PPTKIS tersebut
bertanggungjawab terhadap laporan kepulangan tenaga kerja migran. PPTKIS yang tidak
menjalankan fungsi ini akan diberikan sanksi administratif oleh menteri dari Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi.13

Perlindungan hukum tidak hanya diberikan bagi Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
yang legal (resmi) saja, tetapi perlindungan hukum juga sudah semestinya diberikan bagi
13
Pasal 100 ayat (1) jo Pasal 74 ayat (1) Undang–Undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Perlindungan Tenaga
Kerja di Indonesia di Luar Negeri.

12
Tenaga kerja Indonesia (TKI) yang ilegal, karena pada dasarnya tenaga kerja Indomesia
(TKI) adalah manusia yang memiliki hak asasi untuk mendapatkan perlindungan hukum
apabila mengalami suatu tindak kejahatan, begitu juga bagi para tenaga kerja Indonesia
(TKI) yang berada di luar negeri, apabila mengalami suatu tindak pidana, seperti
pemerkosaan, penganiayaan, pelecehaan seksual dan juga penipuan, sudah semestinya
tenaga kerja Indonesia (TKI) illegal tersebut mendapatrkan perlindungan hukum.
Beberapa bentuk perlindungan terhadap korban baik yang berada dalam negeri mapun
diluar negeri khususnya TKI di luar negeri, yaitu :

a. Ganti rugi Istilah ganti kerugian digunakan oleh KUHAP dalam Pasal 99 ayat (1)
dan (2) dengan penekanan pada penggantian biaya yang telah dikeluarkan oleh pihak
yang dirugikan atau TKI yang menjadi korban kejahatan di luar negeri.

b. Restitusi (restitution)

Restitusi lebih diarahkan pada tanggung jawab pelaku terhadap akibat yang
ditimbulkan oleh kejahatan sehingga sasaran utamannya adalah menanggulangi semua
kerugian yang diderita korban. Tolok ukur yang digunakan dalam menentukan jumlah
resitusi yang diberikan tidak mudah dalam merumuskannya. Hal ini tergantung pada
status soial pelaku dan korban.

c. Kompensasi Kompensasi merupakan bentuk santunan yang dapat dilihat dari


aspek kemanusiaan dan hak-hak asasi. Adannya gagasan mewujudkan kesejahteraan
sosial masyarakat dengan berlandaskan pada komitmen kontrak sosial dan solidaritas
sosial menjadikan masyarakat dan Negara bertanggungjawab dan berkewajiban secara
moral untuk melindungi warganya, khususnya mereka TKI yang mengalami musibah
sebagai korban kejahatan. Kompensasi sebagai bentuk santunan yang sama sekali tidak
tergantung bagaimana berjalannya proses peradilan dan putusan yang dijatuhkan, bahkan
sumber dana untuk itu diperoleh dari pemerintah atau dana umum. Tetapi pada praktek di
kenyataannya pelaksanaan undang-undang ini tidak berjalan dengan semestinya, karena
masih banyak terjadi tindak pidana penganiayaan, perkosaan, pelecehan seksual, dan
juga penipuan yang dialami oleh tenaga kerja Indonesia (TKI). Hal tersebut membuktikan
bahwa tenga kerja Indonesia (TKI) tidak mendapat perlindungan hukum yang semestinya
seperti yang tercantum dalam ketentuan Pasal 77, Pasal 78 ayat (1) dan juga Pasal 80

13
ayat (1) Undang-undang No 39 Tahun 2004 Tentang penempatan dan perlindungan
tenaga kerja Indonesia di luar negeri.14

Efektivitas penegakan hukum dipengaruhi oleh beberapa faktor: pertama, faktor


hukum, akibat tidak diikutinya asas-asas berlakunya undang–undang dalam bidang
ketenagakerjaan, yang meliputi asas terbuka, bebas, obyektif, dan adil. BNP2TKI memiliki
tanggung jawab dalam menyebarkan informasi sejelas mungkin kepada calon TKI
mengenai migrasi tenaga kerja. Informasi yang jelas dapat berpengaruh dalam
mengurangi angka tenaga kerja yang menjadi tenaga kerja tidak berdokumentasi (illegal).

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA OLEH


PEMERINTAHAN DILIHAT DARI PERATURAN PERUNDANG-UDANGAN

Beberapa ketentuan yang berkaitan dengan perlindungan bagi tenaga kerja


Indonesia (TKI) diatur dalam Pasal 77, Pasal 78 ayat (1) dan Pasal 80 ayat (1) Undang-
undang No 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Inodnesia ke Luar Negeri. Pasal 77 Undang-undang No 39 Tahun 2004 menyatakan
bahwa:

(1) Setiap calon TKI/TKI mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan

(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dari pra
penempatan, masa penempatan, sampai dengan purna penempatan

Selanjutnya dalam Pasal 78 ayat (1) Undang-undang No 39 Tahun 2004


menyatakan bahwa: “Perwakilan Republik Indonesia memberikan perlindungan terhadap
TKI di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta hukum dan
kebiasaan internasional”.

Didalam pasal 80 ayat (1) Undang-undang No 39 Tahun 2004 menjelaskan bahwa


perlindungan selama masa penempatan TKI berada diluar negeri dilaksanakan secara:

a. Pemberian bantuan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan di


Negara tujuan serta hukum dan kebiasaan internasional

14
Ari Heriyanto, “PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) YANG MENJADI KORBAN
KEJAHATAN DI MALAYSIA”.

14
b. Pembelaan atas pemenuhan hak-hak sesuai dengan perjanjian kerja dan/atau
peraturan perundang-undangan di Negara TKI ditempatkan.

Ditegaskan juga pada Pasal 77 dan 78 ayat (1) Undang-undang No 39 Tahun


2004, yang menyebutkan bahwa tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri
termasuk di Malaysia berhak mendapatkan perlindungan hukum dari pemerintah
Indonesia. sesuai yang terdapat dalam Pasal 80 ayat (1) Undang-undang No 39 Tahun
2004 ini.

Pada Pasal 77 ayat (2) disebutksn bahwa tenaga kerja Indonesia (TKI)
mendapatkan perlindungan pada pra penempatan, masa penempatan, sampai dengan
purna penempatan. Perlindungan pada masa pra penempatan bagi tenaga kerja
Indonesia (TKI) antara lain: a. Para calon tenaga kerja Indonesia (TKI) diharuskan
mengikuti semua syarat-syarat yang ditentukan atau sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan untuk bekerja di luar negeri khsusunya Malaysia. b. Para calon tenaga kerja
Indonesia (TKI) diwajibkan mendapatkan pelatihan dan juga diwajibkan mengikuti program
asuransi untuk dapat bekerja di luar negeri termasuk di Malaysia. c. Perlindungan
diberikan pada saat tenaga kerja Indonesia tersebut melakukan pelatihan sebelum
berangkat bekerja di Malaysia. d. Perlindungan diberikan pada saat tenaga kerja
Indonesia tersebut berada di tempat penampungan sebelum ditempatkan bekerja di
Malaysia.

Sementara perlindungan yang diberikan pada masa purna penempatan yakni pada
saat Tenaga Kerja Indonesia (TKI) pulang ke Indonesia adalah pelayanan yang memadai,
baik dari segi informasi seperti memasang sistem pemantauan pada terminal kedatangan
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk menginformasikan mengenai hak-hak para Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) yang membutuhkan perawatan kesehatan sesampainya Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) yang menderita kekerasan fisik dan pelecehan seksual yang perlu
segera mendapatkan perawatan.

Terdapat juga pelindungan hukum secara preventif dan juga kuratif untuk
melindungi TKI di luar negeri. Perlindungan preventif untuk TKI merupakan suatu
perlindungan dilakukan dengan cara edukatif yaitu pemberian informasi mengenai hak-hak
dan kewaiban masing-masing pihak dalam melakukan suatu pekerjaan yang baik dan
benar terutama dalam bidang pekerjaan asisten rumah tangga (ART) atau biasa disebut

15
sektor infomal. Menegaskan apa saja kewajiban yang harus pekerja lakukan, hak apa
yang pekerja dapatkan dan dalam betuk apa hak itu diterima oleh pekerja. Apabila dalam
suatu hubungan kerja terjadi pelanggaran terhadap kesepakatan dalam perjanjian kerja
maka TKI juga mendapatkan perlindungan secara kuratif atau represif. Perlindungan ini
diberikan apabila TKI mengalami suatu masalah hukum di negara tempanya bekerja.
Sebagai upaya dalam perbaikan kondisi para korban. Dimungkinkan agar setiap korban
mendapatkan keadilan dan perbaikan mental bagi yang mendapatkan kekerasan secara
fisik guna melanjutkan kehidupannya dengan lebih baik.

16
KESIMPULAN

Penempatan Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri

Pengaturan Perjanjian Penempatan terhadap Tenaga Kerja Indonesia di Luar


Negeri diatur dalam Pasal 31 Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri dengan adanya ketentuan
penempatan yang dilakukan sebagimana termuat antara pelaksana penempatan TKI
swasta dengan calon TKI yang berisi hak dan kewajiban tiaptiap aspek pada saat
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke negera sasaran sesuai pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku sudah menekan resiko terjadinya TKI ilegal dan
perdagangan manusia (trafficking).

Pemerintah harus melakukan pengawasan terhadap kegiatan pengiriman TKI ke


luar negeri dan memastikan bahwa mereka telah bekerja sesuai dengan yang telah
diperjanjikan sebelumnya dan memperoleh penghasilan yang layak dan rutin. Mengingat
lemahnya posisi TKI yang bekerja ke luar negeri sehingga perlu memperoleh pengawasan
dari pemerintah melalui instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. perlu
melakukan kerjasama yang intens dengan beberapa negara yang menjadi tujuan
pengiriman tenaga kerja Indonesia khususnya Malaysia mengenai perlindungan hak-hak
TKI yang bekerja di negara tersebut khususnya mengenai hak untuk mendapatkan upah
yang layak dan rutin dan hak untuk tidak disiksa. Kedua, meningkatkan kualitas SDM TKI
yang akan bekerja ke luar negeri. Ketiga, melakukan penindakan terhadap pihakpihak
yang melakukan pengiriman TKI secara ilegal karena akan membahayakan jiwa TKI yang
bersangkutan dan berpotensi membuka peluang perdagangan manusia.

BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA DI


LUAR NEGERI

Perlindungan hukum terhadap tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri
telah diatur dalam Pasal 77, 78 dan 80 Undang-undang No 39 Tahun 2004 Tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri. Bentuk
perlindungan hukum yang dapat diberikan dapat berupa ganti rugi, restitusi dan
kompensasi. Perlindungan TKI Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004,

17
perlindungan terhadap TKI sebagai pekerja ke luar negeri meliputi; Perlindungan TKI
sebelum penempatan; Perlindungan TKI semasa penempatan; Perlindungan TKI setelah
selesai bekerja dalam penempatan. Pemerintah juga memberikan perlindungan secara
pereventif dan kuratif/represif untuk melindungi hak-hak TKI. Dalam hal ini tujuan dari
perlindungan preventif yaitu untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap TKI.

diperlukannya pembentukan lembaga satu atap yang memiliki kewenangan dalam


menghasilkan penetapan kebijakan, pengawasan dan perlindungan terhadap tenaga kerja
indonesia yang berada di luar negeri sehingga memberikan efektifitas dalam penegakkan
hukum; dan peninjauan kembali atas Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang lebih mengakomodasi
Konvensi Pekerja Migran 1990.

18
DAFTAR PUSTAKA

Rusdi Tagaroa dab Encop Sofia, Buruh Migran Indonesia Mencari Keadilan, Bekasi:
Solidaritas Perempuan, Lembaga Advokasi Buruh Migran Indonesia, 2004,
Azka Nur Meida, Tenaga Kerja Di Indonesia, Siap Atau Tidak Siap Menghadapi AEC
2015,
Iman Soepomo, Hukum Perburuhan, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1987.
Ari Heriyanto, “PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) YANG
MENJADI KORBAN KEJAHATAN DI MALAYSIA”.
ILO, “Protecting the rights of Migrant Workers: a shared responsibility
Pasal 100 ayat (1) jo Pasal 74 ayat (1) Undang–Undang No. 39 Tahun 2004 Tentang
Perlindungan Tenaga Kerja di Indonesia di Luar Negeri.
Ni Kadek Sintia Dewi. “Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri”2021

Ribka Lydia Atedjadi, “PERAN DAN TANGGUNG JAWAB LEMBAGA PELAYANAN PENEMPATAN
DAN PERLINDUNGAN PEKERJA MIGRAN DI INDONESIA” 2020

19

Anda mungkin juga menyukai