Anda di halaman 1dari 9

Perlindungan Hukum Terhadap TKI di Luar Negeri Pra Pemberangkatan, Penempatan, dan Purna Penempatan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TKI DI LUAR NEGERI PRA


PEMBERANGKATAN, PENEMPATAN, DAN PURNA PENEMPATAN

Oleh:
ERWAN BAHARUDIN
Puspen Jurnal Ilmiah ± UIEU
erwan.baharudin@indonusa.ac.id

ABSTRAK
Jumlah tenaga kerja yang ada di Indonesia tidak sesuai dengan jumlah lapangan pekerjaan yang
tersedia. Oleh sebab itu pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengirimkan tenaga kerja
Indonesia ke luar negeri. Dampak positif dari pengiriman TKI ini yaitu mengurangi pengangguran,
dan menghasilkan devisa yang banyak. Di tahun 2006 saja, jumlah devisa yang diterima oleh
negara sebesar Rp. 60 trilliun. Sedangkan dampak negatifnya yaitu, banyaknya permasalahan yang
dialami TKI dimulai ketika mereka masih menjadi calon TKI, ketika berada di negara tempat
mereka kerja, dan ketika kembali ke Tanah Air. Permasalahan tersebut antara lain: penipuan,
penganiayaan, pelecehan seksual, pemerkosaan, bahkan sampai ada yang meninggal dunia.
Ironisnya pelaku tindakan tidak menyenangkan tersebut bisa lolos dari jeratan hukum. Dengan
demikian pemerintah RI harus lebih memberikan perlindungan hukum terhadap TKI yang bekerja
di luar negeri, karena secara tidak langsung hal tersebut dapat merusak citra bangsa di mata
Internasional. Negara jangan hanya mengedepankan business oriented saja, sebab tugas dan fungsi
negara adalah mengatur dan menjamin kesejahteraan serta keselamatan warga negaranya dari
segala kejahatan, pelanggaran HAM, penjajahan bahkan kebodohan dan kemiskinan. Sementara
itu, undang-undang yang dibuat pemerintah yaitu Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri masih kurang komprehensif, karena masih
memposisikan TKI sebagai ekspor komoditi, bukan sebagai manusia dengan segala harkat dan
martabatnya. Dengan demikian Undang-Undang ini belum menciptakan sistem yang berpihak
kepada TKI. Apabila negara tidak segera membenahi lubang-lubang dari Undang-Undang
tersebut, bangsa kita dapat dikategorikan sebagai pelanggar Deklarasi Umum HAM (1948),
Konvensi Pencegahan Perdagangan Manusia dan Eksploitasi Pelacur (1949), Konvensi
Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukum lain yang Kejam, Tidak Manusiawi dan
Merendahkan Martabat Manusia (1984), dan Konvensi Hak Anak (1989), karena Indonesia
merupakan negara yang ikut menandatangani semua konvensi tersebut.

Kata Kunci: Devisa Negara, Penganiayaan, Perlindungan TKI, Citra Bangsa

Pendahuluan catat di Depnaker, dalam tahun 1999 ± 2003 saja,


Banyaknya jumlah tenaga kerja di jumlah tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia
Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat, mencapai 111.891 orang. Sebagian besar menempati
tetapi jumlah lapangan pekerjaan yang ada tidak jabatan level menengah ke atas. UUD 1945 Pasal 27
dapat mengimbangi jumlah pencari kerja tersebut. ayat (2) PHQHWDSNDQ EDKZD ´7LDS-tiap warga
Salah satu penyebabnya yaitu pembangunan di negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
Indonesia dalam berbagai sektor banyak memer- layak EDJL NHPDQXVLDDQ´ 'HQJDQ GHPLNLDQ VHPXD
lukan tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan Warga Negara Indonesia yang mau dan mampu
ketrampilan yang tinggi, sehingga tenaga kerja bekerja, supaya dapat diberikan pekerjaan, sekaligus
Indonesia yang ada belum mampu mengisi sepenuh- dengan pekerjaan itu mereka dapat hidup layak
nya posisi tersebut. Hal ini terbukti negara kita sebagai manusia yang mempunyai hak-hak yang
masih saja menggunakan Tenaga Kerja Asing. Ter- dilindungi oleh hukum. Namun pasal tersebut
Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007 168
Perlindungan Hukum Terhadap TKI di Luar Negeri Pra Pemberangkatan, Penempatan, dan Purna Penempatan

merupakan hal yang berat dilaksanakan mengingat Berita semacam ini tak henti-hentinya kita
jumlah penduduk Indonesi dan pembangunan eko- dengar. Sangat ironis memang, karena Tenaga Kerja
nomi yang kurang menggembirakan saat ini. Indonesia telah menyumbangkan devisa dengan
Salah satu cara yang ditempuh oleh jumlah yang tinggi kepada negara, tetapi disatu sisi,
pemerintah dalam mendayakan tenaga kerja di masalah perlindungan hukum terhadap mereka baik
Indonesia yaitu melalui kebijakan mengirimkan sebelum pemberangkatan, di tempat kerja, sampai
tenaga kerja Indonesia ke luar negeri. Apalagi kepulangan ke Tanah Air masih sangat rentan terha-
semenjak krisis ekonomi, jumlah tenaga kerja dap kejahatan.
Indonesia yang bekerja ke luar negeri semakin
meningkat. Sebagian besar mereka dari kaum Permasalahan
perempuan dan bekerja disektor informal, yang Dengan adanya perlakuan yang diterima
mana tidak mempunyai pendidikan, pengalaman oleh Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di luar
dan wawasan yang cukup. Kebanyakan mereka negeri sebelum pemberangkatan, penempatan, dan
direkrut oleh calo/oknum dari PJTKI (Pengerah Jasa purna penempatan, bagaimanakah perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia), yang menjanjikan peker- hukum terhadap mereka?
jaan kepada mereka dengan prosedur yang cepat
dan biaya lebih murah. Hal inilah yang memicu Tinjauan Teori
terjadinya rentetan permasalahan yang dialami oleh 3HUOLQGXQJDQ 7., \DLWX ´6HJDOD XSD\D
Tenaga Kerja Indonesia sebelum berangkat, ditem- untuk melindungi kepentingan calon Tenaga Kerja
pat kerja, bahkan sampai kembali ke Tanah Air. Indonesia dalam mewujudkan terjaminnya pemenu-
Seperti yang sering kita dengar di media han hak-haknya sesuai dengan peraturan perundang-
massa, adanya Tenaga Kerja Indonesia di luar undangan, baik sebelum, selama, maupun sesudah
negeri yang mengalami perlakuan yang tidak manu- bekerja´. (Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004).
siawi, seperti dipukul, disetrika, disetrum listrik, Dengan demikian, seluruh TKI yang bekerja di luar
pelecehan seksual, pemerkosaan, bahkan sampai negeri mendapatkan perlindungan hukum dari
meninggal dunia. Namun, pelaku penganiayaan pemerintah, karena telah termuat dalam Undang-
tersebut masih bebas berkeliaran. Seperti dalam Undang No. 39 tahun 2004.
sebulan terakhir ini, sejumlah penganiayaan Tenaga +XNXP \DLWX ´3HUDWXUDQ \DQJ GLEXDW GDQ
Kerja Indonesia di Malaysia kembali marak terjadi, disepakati baik secara tertulis maupun tidak tertulis;
yaitu kasus penganiayaan Parsiti, hingga yang peraturan, undang-undang yang mengikat perilaku
memakan korban tewas seperti yang dialami oleh VHWLDS PDV\DUDNDW WHUWHQWX´ $PUDQ < 6 &KDQLDJR
Kurnasih. Namun hingga kini, proses hukum kasus- 1997).
kasus tersebut masih menggantung dan kerap meng- Sedangkan yang dimaksud Tenaga Kerja
hadapi banyak kendala. Terlebih pelaku penyiksaan ,QGRQHVLD \DLWX ´:DUJD 1HJDUD ,QGRQHVLD EDLN ODNL-
dapat bebas jika telah membayar uang jaminan. laki maupun perempuan yang bekerja di luar negeri
dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian
169 Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007
Perlindungan Hukum Terhadap TKI di Luar Negeri Pra Pemberangkatan, Penempatan, dan Purna Penempatan

NHUMD´ .HSXWXVDQ 0HQDNHU 1R 0(1 bangunan. Dengan demikian kita dihadapkan pada
Menurut Undang-Undang No. 39 Tahun 2004, yang masalah pengembangannya, bagaimana agar modal
GLPDNVXG 7., \DLWX ´6HWLDS ZDUJD QHJDUD \DQJ dasar tersebut dapat dikembangkan dan diarahkan
memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam agar sesuai dengan fungsinya dalam pembangunan,
hubungan kerja dengan jangka waktu tertentu termasuk penyediaan lapangan pekerjaannya. Telah
GHQJDQ PHQHULPD XSDK´ Dengan demikian semua banyak cara dan upaya yang ditempuh dalam rangka
Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja diluar pengembangan dan penyiapan lapangan pekerjaan
negeri harus menandatangani surat perjanjian kerja bagi penduduk Indonesia, baik lapangan kerja
terlebih dahulu. Menurut Soepomo, 2002, perjanjian formal maupun informal yaitu pengiriman Tenaga
NHUMD DGDODK ´6XDWX SHUMDQMLDQ \DQJ GLDGDNDQ ROHK Kerja Indonesia ke Luar Negeri.
buruh dan majikan, dimana buruh menyatakan Sejarah mencatat, sejak masa Pemerintahan
kesanggupannya untuk bekerja pada majikan Hindia Belanda sudah terjadi pengerahan tenaga
dengan menerima upah, dan dimana majikan kerja ke luar negeri. Sebagai jawaban atas terjadinya
menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan ´PDODLVH HNRQRPL 3HPHULQWDK +LQGLD %HODQGD
EXUXK GHQJDQ PHPED\DU XSDK´ Selanjutnya lebih melalui wearving ordonantie 1936 melegalisasi
lengkap lagi Wibowo Soedjono berpendapat bahwa pengerahan TKI tersebut. Kondisi makin rumit pada
yang dimaksud dengan perjanjian kerja adalah tahun 1876 sampai 1981 yang dikenal dengan era
hubungan hukum antara seseorang yang bertindak ´RLO ERRP´. Pasca ´RLO ERRP´ tersebut masalah
sebagai pekerja/buruh dengan seseorang yang ber- sosial semakin meluas terutama soal tersedianya
tindak sebagai majikan, atau perjanjian orang per- lapangan pekerjaan. Jalan keluarnyapun akhirnya
orangan pada suatu pihak dengan lain pihak sebagai ditempuh dengan mengerahkan TKI ke luar negeri
majikan, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam skala besar.
GHQJDQ PHQGDSDW XSDK´ 3HUMDQMLDQ NHUMD PHQXUXW Dampak positif dari pengiriman TKI yaitu:
Undang-Undang No. 39 Tahun DGDODK ´3HU- 1. Mempercepat hubungan antar negara (negara
janjian tertulis antara Tenaga Kerja Indonesia pengirim tenaga kerja dengan negara penerima)
dengan pengguna yang memuat syarat-syarat kerja, 2. Mendorong terjadinya pengalaman kerja dan
hak dan kewajiban masing-PDVLQJ SLKDN´ 'HQJDQ ahli teknologi.
demikian suatu perjanjian kerja sudah memuat 3. Meningkatkan pembayaran di dalam neraca
antara hak dan kewajiban kedua belah pihak, dan pembayaran negara (devisa). (Sendjun H.
apabila dalam prakteknya terdapat penyimpangan- Manullang, 1990).
penyimpangan, maka pihak yang menyimpang Selain membawa dampak positif tersebut,
tersebut dapat dikenakan sangsi hukum. dalam praktek penyelenggaraannya timbul berbagai
dampak negatif mulai dari pra pemberangkatan,
Pembahasan penempatan dan purna penempatan/ kepulangan ke
Jumlah tenaga kerja di Indonesia merupa- Tanah Air.
kan potensi yang besar sebagai modal dalam pem-

Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007 170


Perlindungan Hukum Terhadap TKI di Luar Negeri Pra Pemberangkatan, Penempatan, dan Purna Penempatan

Ada dua cara bagi TKI untuk dapat bekerja di luar 3. Ditempat penampungan. Disini mereka
negeri. Pertama melalui jalur formal yang lazimnya diperlakukan seadanya, bahkan menjadi objek
dikelola oleh biro-biro penyalur tenaga kerja dan pemerasan dan pelecehan seksual oleh petugas
memiliki izin resmi dari pemerintah. Kedua melalui keamanan maupun pegawai PJTKI. PJTKI
jalur ilegal, dimana para TKI diselundupkan oleh memang memberikan pelatihan, namun kuriku-
oknum-oknum tertentu yang mengatasnamakan lum yang diberikan tidak dirancang sesuai
biro-biro penyalur tenaga kerja. Disinilah akar per- dengan kebutuhan, melainkan hanya sebatas
masalahannya. Sebab ketika terjadi tindakan tidak menggunakan peralatan rumah tangga dan
semestinya, pemerintah negara tempat TKI bekerja bahasa asing sekadarnya. Padahal, mereka
akan menyalahkan TKI dan pemerintah Indonesia membutuhkan wawasan dan pengetahuan yang
karena masuk secara ilegal. berkaitan dengan negara tujuan, jenis pekerjaan,
Sebagian besar permasalahan dialami oleh hak dan tanggung jawab, bagaimana cara
TKI sektor informal yang berangkat ke luar negeri membaca dan mengisi kontrak kerja, apa yang
melalui jalur ilegal, dimana latar belakang pendi- harus dilakukan jika terjadi penganiayaan dan
dikan mereka kurang dan berasal dari keluarga bagaimana meningkatkan posisi tawar dengan
miskin. Di Dalam Negeri sendiri (pra pembe- majikan dan dengan pihak yang berkompeten.
rangkatan) mereka sudah mendapatkan perlakuan Ditempat penampungan ini juga tidak ada
yang merugikan. Contohnya yakni: kejelasan waktu, sampai kapan mereka harus
1. Dalam perekrutan TKI. Pengerah Jasa Tenaga tinggal. Mulai dari berminggu-minggu bahkan
Kerja (PJTKI) umumnya tidak menggunakan berbulan-bulan. Ironisnya biaya selama hidup
petugas resmi perusahaan melainkan melalui dipenampungan ditanggung sendiri oleh TKI.
calo, dimana calo tersebut memanfaatkan Dengan demikian, jika pemerintah benar-
peluang untuk mencari kepentingan pribadi. Hal benar serius ingin melindungi TKI, yang patut
ini terlihat dari beragamnya jumlah biaya yang dilakukan pertama-tama yaitu mulai melakukan
mereka pungut, mulai dari ratusan ribu hingga pembenahan, dimulai dari proses perekrutan. Pada
jutaan rupiah. Bagi yang mau membayar dimu- tahap ini harus dilakukan penertiban terhadap calo
ka jumlahnya lebih kecil tetapi bisa juga diba- atau agen liar yang beroperasi didaerah-daerah. Atau
yar setelah kerja dengan akad utang yang tentu bisa juga melalui birokrasi yang mudah dengan
jumlahnya lebih besar. Padahal, majikan sudah biaya yang tidak memberatkan. Terakhir mensosia-
mengeluarkan recruiting fee kepada PJTKI. lisasikan birokrasi tersebut ke daerah-daerah.
2. Pemalsuan dokumen. Biasanya yang dipalsukan Dengan demikian para calo akan tersingkir dengan
yaitu usia tenaga kerja, hal ini kerap terjadi baik sendirinya.
melalui KTP atau paspor. Pelakunya disini Sedangkan permasalahan yang dialami oleh
selain calo, juga aparat negara yaitu pembuat TKI ketika berada di tempat tujuan yaitu mereka
KTP di kantor desa/kelurahan dan pihak imigra- dilepas begitu saja termasuk dalam lingkungan
si yang mengeluarkan paspor. domestik majikan tanpa perlindungan dan penga-

171 Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007


Perlindungan Hukum Terhadap TKI di Luar Negeri Pra Pemberangkatan, Penempatan, dan Purna Penempatan

wasan aparatur pemerintah/PJTKI. Tidak sedikit diantara jumlah kedatangan TKI sebanyak
dari mereka yang sebelumnya tidak mengetahui 1.093.674 orang, 8,19 persennya (sekitar 89.521
nama dan alamat majikan apalagi indentitas lainnya. orang pulang dalam kondisi bermasalah. Permasa-
Bahkan, hingga mereka bekerja. Tidak heran jika lahannya beragam, mulai PHK sepihak, pekerjaan
terjadi masalah, tidak banyak yang bisa dilakukan, yang tidak sesuai, gaji tidak dibayar, hingga per-
karena lemahnya hukum yang ada. Sementara itu lakuan tidak menyenangkan seperti penganiayaan
mereka yang melarikan diri dari majikannya dan pelecehan seksual. (www.jawapos.co.id).
biasanya tidak membawa dokumen apapun terma-
suk paspor. Tabel 1
Penelitian yang dilakukan Roqib Abdul Jumlah Permasalahan TKI yang Pulang dari Luar
Qadir dari komisi IV DPR, menyebutkan di Kuwait Negeri Selama April 2004
saja setiap hari ada 50 kasus baru yang menimpa Jenis Permasalahan Asia Timur Tengah Jumlah
Pasifik & Afrika Total
para TKI/TKW dari 11.000 pekerja Indonesia yang - Tidak mampu 146 221 367
ada di negara tersebut. Data tersebut belum terma- bekerja
- Gaji tidak dibayar 32 399 431
suk yang dialami TKI yang tidak melapor dan - Penganiayaan 29 187 216
- Pelecehan seksual 6 167 173
negara lain di Timur Tengah yang setiap bulan rata- - Majikan 6 9 15
rata menerima 25-30 ribu TKI. Selama tahun 2002, meninggal
- Pekerjaan tidak 417 706 1.123
konsorsium perlindungan buruh migran Indonesia sesuai
- Majikan 0 3 3
mencatat 1.308.765 kasus yang dihadapi TKI dan bermasalah
hingga September 2003 sudah sekitar 150 kasus - Kecelakaan kerja 8 52 60
- Sakit 149 596 745
mereka tangani. Sejauh ini belum ada tindakan - Dokumen tidak 21 16 37
lengkap
hukum apapun yang seimbang yang menjerat
Jumlah 814 2.356 3.170
pelaku. (www.kompas.com) Sumber: Ditjen PPTKLN Depnakertrans
Sementara data dari Depnakertrans, jumlah
TKI bermasalah yang pulang dari luar negeri dalam Tabel 2
bulan April 2004 mencapat 3.170 orang (lihat tabel Jumlah Kasus TKI yang Bekerja di Luar Negeri
1). Dari jumlah tersebut urutan pertama adalah Tahun 2005
masalah pekerjaan yang tidak sesuai dengan kontrak No Jenis Kasus Jumlah
1 Gaji tidak dibayar 371
kerja (35,43%), disusul masalah TKI yang sakit
2 Pelecehan seksual 29
(23,50%) gaji yang tidak dibayarkan (13,59%), 3 Penganiayaan 88
tidak mampu bekerja (11,57%), penganiayaan 4 Kecelakaan kerja 29
5 PHK 140
(6,81%), dan pelecehan seksual (5,,45%). 6 Sakit 124
Sedangkan jumlah kasus TKI yang bekerja 7 Putus Komunikasi 253
diluar negeri tahun 2005 dapat dilihat pada tabel 2. 8 Kriminal 12
9 Gagal Berangkat 45
Data lain yang diperoleh menyebutkan Total 1.091
dalam kurun tahun 2003 hingga pertengahan 2006, Sumber: Ditjen PPTKLN Depnakertrans

Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007 172


Perlindungan Hukum Terhadap TKI di Luar Negeri Pra Pemberangkatan, Penempatan, dan Purna Penempatan

Dari data yang diperoleh tersebut, sudah seharus- HAM yang menimpa TKI di negeri orang. Negara
nyalah Negara lebih memperhatikan dan melindungi jangan bersikap lembek dan tidak berani meng-
TKI. Apalagi devisa yang dihasilkan oleh TKI hadapi negara-negara dimana disitu ada TKI yang
ternyata menempati posisi tertinggi kedua setelah tertimpa kasus kekerasan maupun pelanggaran
penerimaan dari sektor minyak dan gas. Berdasar- HAM. Jika pemerintah atau negara tidak melaku-
kan data yang diperoleh, remittance dari TKI yang kannya, sebaiknya menghentikan kebijakan pengi-
berada di luar negeri selama tahun 2006 sebesar Rp. riman TKI keluar negeri bukan malah sebaliknya.
60 trilliun. (www.antara.co.id) Tugas dan fungsi negara adalah mengatur dan men-
Target pemerintah sendiri sampai tahun jamin kesejahteraan serta keselamatan warga nega-
2009 nanti pengiriman TKI mencapai 3,9 juta. ranya dari segala kejahatan, pelanggaran HAM,
Perkiraan remittance dari jumlah TKI tersebut penjajahan bahkan kebodohan dan kemiskinan.
mencapai 20,75 millilar dollar atau sekitar Rp. 186 Saat kembali ke Tanah Air kedatangan
trilliun. (www.nakertrans.go.id). Tetapi jika perlin- mereka disediakan tempat khusus, yakni Terminal
dungan hukum terhadap para TKI masih seperti ini, III Bandara Soekarno Hatta, tetapi tempat tersebut
Negara jelas semata-mata hanya mencari keun- bukannya untuk memudahkan dan melindungi TKI,
tungan saja. Semestinya juga ada kebijakan- justru ditempat khusus tersebut para oknum/preman
kebijakan tertentu dari negara yang benar-benar dengan gampang menipu, memeras mereka. Misal-
menjamin atas keberadaan TKI di luar negeri, nya TKI diserbu pegawai loket penukaran uang
apalagi tinggal untuk waktu yang lama. Beberapa yang menawarkan penukaran uang asing ke rupiah
hal yang harus diambil oleh negara ketika membuka dengan nilai tukar yang tentu saja lebih murah.
kebijakan bagi TKI, yaitu pertama, negara harus Setelah mengambil barang di bagasi Bandara
benar-benar berkoordinasi dengan perwakilannya di Soekarno Hatta mereka kembali menjadi objek
luar negeri (Kedubes RI) yang bertugas mendata, pemerasan dan penipuan, ada yang menggunakan
mengayomi atau memantau keberadaan TKI yang kedok penjemputan dari PJTKI, dan menawarkan
ada di masing-masing negara tujuan. Kedua, negara jasa pengantaran hingga tempat tujuan. Semua
wajib memberikanbantuan hukum jika ada TKI dengan biaya yang tidak wajar. Bahkan tidak jarang
yang memiliki persoalan hukum di negara tujuan. diantara mereka mengalami perampokan. Dengan
Ketiga, negara harus mengusut tuntas jika ada demikian peran pemerintah juga diharapkan dalam
kasus-kasus pelanggaran HAM atau kekerasan melindungi dan mengawal para TKI ini untuk
terhadap TKI yang ada diluar negeri. Untuk kede- sampai ditempat tujuan karena kejadian seperti ini
pannya, negara harus membuktikan bahwa antara sering terjadi.
teori atau aturan dan prakteknya dalam persoalan Sebenarnya, pemerintah telah mengambil
TKI harus dijamin benar-benar akan diimple- langkah-langkah dalam melindungi TKI supaya
mentasikan sesuai dengan tuntutan dan keinginan mereka terhindar dari tindakan-tindakan yang meru-
masyarakat luas. Negara seharusnya memiliki kebe- gikan mereka. Langkah-langkah tersebut antara lain:
ranian jika ada kasus kekerasan atau pelanggaran

173 Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007


Perlindungan Hukum Terhadap TKI di Luar Negeri Pra Pemberangkatan, Penempatan, dan Purna Penempatan

1. Mengeluarkan Surat Keputusan Menakertrans 9. Membentuk Badan Nasional Penempatan dan


Nomor 157/MEN/2003 tentang asuransi Perlin- Perlindungan TKI (BPN2TKI) melalui Perpres
dungan TKI di luar negeri No. 81 Tahun 2006. Lembaga ini merupakan
2. Menandatangani perjanjian kerjasama penem- lembaga pemerintah non departemen (LPND)
patan TKI (MOU) dengan beberapa negara yang mempunyai fungsi pelaksanaan kebijakan
penerima TKI yaitu Yordania serta Kuwait di bidang penempatan dan perlindungan TKI
(1996) dan Malaysia (2004) secara terkoordinir dan terintegrasi. Tugas
3. Melakukan pendampingan para TKI dibeberapa badan ini yaitu memberikan pelayanan, meng-
negara (Arab Saudi, Kuwait, dan Malaysia) oleh koordinasikan dan melakukan pengawasan,
tim advokasi, yang beranggotakan PNS dan dokumen, pembekalan akhir pemberangkatan
mahasiswa yang bekerja di negara itu serta (PAP), penyelesaian masalah, sumber-sumber
pengacara lokal dari negara setempat. Tim pembiayaan, pemberangkatan sampai pemu-
advokasi ini bertugas mendata, memantau dan langan, peningkatan kualitas TKI. Bahkan juga
membela TKI di luar negeri mengurus perjanjian hukum secara tertulis
4. Memberlakukan sistem satu pintu untuk pengi- antara Pemerintah RI dan pemerintah negara
riman TKI ke Singapura melalui embarkasi pengguna TKI atau pengguna berbadan hukum
Batam di negara yang dijadikan tujuan penempatan.
5. Meningkatkan kualitas TKI yang akan ditem-
patkan keluar negeri, khususnya untuk pem- Tetapi sistem perlindungan yang diambil
bantu rumah tangga (PRT) dibatasi minimal Pemerintah RI tersebut masih terkesan lips service,
berpendidikan SLTP. Mereka diharapkan mem- masih sebatas pernyataan dan keputusan, dan juga
punyai kemampuan yang leebih baik dalam masih memberikan peluang cukup terbuka untuk
ketrampilan kerja, penguasaan bahasa negara praktik-praktik percaloan oleh para mafia PJTKI
tujuan dan mempunyai kesiapan mental yang maupun pemerintah mulai perekrutan sampai
lebih baik serta sudah memenuhi syarat usia pemulangan ke Tanah Air. Negara masih terlalu
minimum TKI mengedepankan devisa yang diperoleh dari TKI
6. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait di tersebut. Bahkan dalam undang-undang terbaru
negara penerima TKI dalam penanganan mengenai perlindungan TKI, yaitu Undang-Undang
penempatan dan perlindungan TKI. Nomor 39 Tahun 2004 masih kurang komprehensif,
7. Mengeluarkan Undang-Undang Penempatan karena masih memposisikan TKI sebagai ekspor
dan Perlindungan TKI di Luar Negeri komoditi, bukan sebagai manusia dengan segala
(PPTKLN) harkat dan martabatnya. Dengan demikian Undang-
8. Mengeluarkan Undang-Undang Nomor 39 Undang ini belum menciptakan sistem yang
tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindu- berpihak kepada TKI.
ngan Tenaga Kerja Indonesia di Luar negeri, Apabila negara tidak segera membenahi
dan terakhir, lubang-lubang dari Undang-Undang tersebut, maka

Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007 174


Perlindungan Hukum Terhadap TKI di Luar Negeri Pra Pemberangkatan, Penempatan, dan Purna Penempatan

bangsa kita dapat dikategorikan sebagai pelanggar pengacara lokal yang go international, karena
Deklarasi Umum HAM (1948), Konvensi Pence- selama ini tim advokasi hanya beranggotakan
gahan Perdagangan Manusia dan Eksploitasi Pela- mahasiswa, PNS, dan aktivis yang berada dinegara
cur (1949), Konvensi Menentang Penyiksaan dan mereka bekerja dan terpaksa menjadi lawyer.
Perlakuan atau Hukum lain yang Kejam, Tidak Keenam, menyediakan dana operasional tetap untuk
Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia pelayanan dan perlindungan TKI di Luar Negeri,
(1984), dan Konvensi Hak Anak (1989), karena sebab untuk proses perlindungan tersebut memer-
Indonesia merupakan negara yang ikut menandata- lukan biaya yang harus dikeluarkan. Ketujuh,
ngani semua konvensi tersebut. Memonitor, dan memastikan kepulangan TKI sam-
pai di tempat asalnya, berdasarkan perjanjian kerja
Kesimpulan yang disepakati.
Dari penjelasan tersebut di atas, dapat Sebagai cermin untuk negara, sebaiknya
ditarik kesimpulan bahwa rentetan permasalahan pembenahan perlindungan hukum terhadap tenaga
TKI merupakan kurang baiknya penanganan di kerja di mulai juga dari dalam negeri, khususnya
dalam negeri sendiri. Jika pemerintah serius ingin pembantu rumah tangga. Semestinya mereka men-
melindungi calon TKI/TKI, pertama yang harus dapatkan perhatian khusus, sebab pekerjaan mereka
dilakukan yaitu melakukan pembenahan, dimulai juga rentan terhadap masalah pelanggaran dan
dari perekrutan. Pada tahap ini dilakukan penga- eksploitasi. Undang-undang Ketenagakerjaan
wasan dan penertiban terhadap oknum PJTKI (calo) nasional (UU No. 13 Tahun 2003) hanya melin-
dan oknum pemerintah. Kalau perlu perekrutan TKI dungi hak-hak buruh yang mendasar, antara lain:
tersebut tidak usah melibatkan peran swasta. Lalu pengaturan tentang berapa jumlah jam kerja per
menyederhanaan birokrasi bekerja di luar negeri minggu, penjelasan tentang waktu istirahat,
menjadi mudah dan murah. Kedua, Memberikan pengaturan libur dan cuti termasuk cuti hamil dan
pelatihan kepada calon TKI, termasuk bagaimana upah minimum, serta pengaturan tentang meka-
cara melakukan perjanjian kerja sama perusahaan/ nisme dalam menyelesaikan perselisihan. Dengan
pemerintah yang membutuhkan tenaga kerja. demikian Undang-Undang ini diperinci berlaku
Dengan begitu, sebelum berangkat TKI dan keluar- hanya bagi pekerja perusahaan untuk pengusaha.
ganya sudah mengetahui alamat tempat kerja, jenis Sedangkan para PRT ini tidak dikualifikasikan
pekerjaan, nama majikan, dan jumlah gaji yang VHEDJDL ´GLSHNHUMDNDQ ROHK SHQJXVDKD´ $NLEDWQ\D
akan diterima. Ketiga, membuat MOU dengan PRT dibiarkan tanpa perlindungan hukum atas hak ±
negara penerima TKI dengan mengedepankan harga hak mereka.
diri TKI dan citra bangsa, jadi tidak semata-mata
merupakan business oriented. Keempat mendam- Daftar Pustaka
pingi para TKI tersebut oleh tim advokasi, serta $PUDQ < 6 &KDQLDJR ´.DPus Lengkap Bahasa
pengacara lokal dari negara setempat. Kelima, ,QGRQHVLD´ 3XVWDND 6HWLD %DQGXQJ 1997.
Menyediakan tim advokasi yang beranggotakan

175 Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007


Perlindungan Hukum Terhadap TKI di Luar Negeri Pra Pemberangkatan, Penempatan, dan Purna Penempatan

$PQHVW\ ,QWHUQDWLRQDO ³,QGRQHVLD (NVSORLWDVL GDQ


Pelanggaran:Situasi Sulit Pekerja Rumah
7DQJJD 3HUHPSXDQ´ -DNDUWD
$UP ³7., 3XUQD 3URGXNWLI´ -XUQDO 6XDUD 0HWUR
edisi 22 Tahun I, 5 ± 12 Maret 2007,
Jakarta, 2007.
$VLNLQ =DLQDO GNN ³'DVDU-Dasar Hukum
3HUEXUXKDQ´ 5DMDZDOL 3HUV -DNDUWD
(QGDQJ 5RNKDQL ´3HQJHWDKXDQ 'DVDU 7HQWDQJ
Hak-+DN %XUXK´ <DNRPD-PGI, Jakarta,
2002.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik
Indonesia Nomor: KEP-204?MEN/1999
tentang Penempatan Tenaga Kerja Republik
Indonesia.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81
Tahun 2006 Tentang Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39
Tahun 2004 Tentang Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di
Luar Negeri.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun
2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat
Buruh.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan Nasional
www.antara.co.id
www.suarakarya-online.com/news.html?id=17081
www.media-indonesia.com
www.jawapos.co.id
www.nakertrans.go.id
www.kompas.com
www.hukumonline.com

Lex Jurnalica Vol.4 No.3, Agustus 2007 176

Anda mungkin juga menyukai