PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya manusia.
Sayangnya sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia kebanyakan bukan tenaga ahli
karena latar belakang pendidikan yang kurang memadai. Dengan banyaknya sumber daya
manusia yang ada, hal ini berbanding terbalik dengan lapangan kerja yang ada di
Indonesia, sehingga banyak sekali pengangguran di setaiap kota. Padahal seperti yang
diketahui, di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) 1945
pada Pasal 27 ayat (3) menyatakan bahwa, tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dengan mengacu undang-undang
tersebut seharusnya setiap warga negara berhak mendapatkan pekerjaan sesuai untuk
memiliki penghidupan yang layak sesuai dengan kebutuhannya. 1
“In this era of globalization, the migration of people a cross the world were
most increasingly. Migration is the right of person to move to other countries which
guarantee by the international law of human rights as enshrined in the
International Bill of Rights. The purpose of this basic rights is to improve
development of economic, social and cultural life of those persons (Stephen James;
2007 : 195). By the end of twentieth century’s, the moral truth of human rights
clearly recognized by the international community and often said that rest on a
sympathetic identification of deep conscience of human being (Robert Meister;
2011 :20). Thus, the rights to gain job in other countries through migration
mechanism may be deemed as a rights of persons to improve their economic life,
actually can be said as universal human rights, since it is part of the “right to life”.
(Paulina Tambakaki; 2010 : 8).”2
Dengan dasar alasan mendorong setiap individu untuk mendapatkan uang banyak
dengan cara cepat, salah satunya adalah menjadi Tenaga Kerja Indonesia. Negara
mempunyai tujuan untuk menyelenggarakan kesejahteraan umum atau negara melakukan
tugas service public. Untuk menjalankan tugas service public ini negara bertindak atas
1
Adharinal, Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Irregular Di Luar Negeri (Protec On
Of Irregular Indonesian Workers In Overseas), Jurnal Rechtvinding, Vol. 1 No. 1 Januari-April
2012. hlm. 158
2
I Made Pasek Diantha, Protecting Migrant Workers, An Indonesian Experiences, International
Journal of Business, Economics and Law, Vol. 7, Issue 3 August 2015. hlm. 53.
1
kewenangan yang ada padanya, baik yang diatur dalam peraturan Perundang-undangan
atau melalui campur tangan pemerintah (freies ermesen) dalam rangka mencapai tujuan
negara.3Indonesia merupakan negara pengirim (sending country) buruh migran terbesar
kedua di Asia Tenggara setelah Philipina.1 Berdasarkan data yang ada pada tahun 2018
jumlah TKI yang bekerja di luar negeri mencapai 283.640 ribu pekerja. Secara makro
uang yang dikirim (remittance) oleh buruh migran Indonesia pada tahun 2019 berjumlah
US$ 6,793 milyar, dan pada tahun 2020 diprediksi meningkat menjadi US$ 7,139 milyar
dollar.4
Salah satu daerah asal PMI yang cukup besar di Indonesia adalah NTB khususnya
Pulau Lombok.Sampai dengan akhir tahun 2018 berdasarkan data pada Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Propinsi NTB jumlah PMI yang bekerja di luar negeri mencapai
650.000 orang. Remittance yang dikirim oleh PMI sebanyak Rp2.000.000.000,- (dua milyar
rupiah) per hari belum termasuk yang dikirim lewat teman yang pulang atau yang dibawa
langsung oleh PMI yang bersangkutan. Untuk melindungi PMI yang bekerja di luar negeri
(work in overseas), pemerintah telah menetapkan Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2017
tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia dan peraturan pelaksanaannya. Meskipun
demikian PMI belum dapat terlindungi secara layak baik pada tahap pra penempatan ( pre-
placement), saat penempatan (during placement), dan setelah penempatan ( post-
placement). Berbagai kasus menimpa PMI yang bekerja di luar negeri seakan tidak
mengenal kata akhir mulai dari tindakan kekerasan, pelecehan seksual, upah, jam kerja,
dan waktu istirahat yang tidak sesuai dengan perjanjian kerja, dan lain-lain yang
melanggar harkat dan martabat manusia.
Diundangkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan
Pekerja Migran Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6141
Tahun 2017.diharapkan dapat memberikan perlindungan bagi para Pekerja Migran
Indonesia yang berada di Luar Negeri. Selain itu adanya Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Dan Transmigrasi No. 14/Men/2010 tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri dan PERMENAKER No. 18 Tahun 2018 tentang
Jaminan Sosial juga merupakan landasan hukum untuk melindungi Tenaga Kerja
Indonesia yang berada di luar negeri. Terungkap data dari hasil pra survey pada tanggal
10 Desember 2018 dengan pegawai Disnakertrans, ada lebih dari 18% warga kabupaten
3
Jum Anggriani, Hukum Administrasi Negara, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012, hlm. 88.
4
AdharinalAdharinal, Op.Cit, hlm. 161
2
kediri menjadi Pekerja Migran Indonesia, dan 5% dari angka PMI tersebut adalah Pekerja
Migran Indonesia tidak berdokumen resmi atau disebut ilegal. 5
Dengan menggunakan Penyaluran Pekerja Migran Indonesia (PJPMI) yang ada di
setiap kota, mereka berangkat dengan kemampuan bahasa untuk berkomunikasi di sana,
keterampilan, dokumen-dokumen resmi dari PJMII serta Keimigrasian. Penempatan PMI
berdasarkan jumlah statistik yang dilakukan oleh Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BNP3MI) pada tahun 2014-2019 mencapai 1,55
juta orang.6Menjadi PMI merupakan sebuah fenomena yang biasa terjadi di beberapa
wilayah di Indonesia.Fenomena tersebut merupakan dampak dari ketidaktersediaan
lapangan kerja dan juga akibat dari pembangunan yang tidak merata di beberapa wilayah,
khususnya di daerah pedesaan. Meski dengan dorongan sosiologis, latar belakang
ekonomi serta kebijakan politik yang berbeda, Semenjak abad ke XIX tenaga kerja
Indonesia telah tersebar hingga Suriname, New Caledonia, Siam dan Serawak dengan
jumlah yang mencapai puluhan ribu pekerja yang bekerja sebagai kuli kontrak. 7
Terjadinya migrasi di Indonesia merupakan hal yang tidak dapat dihindari bagi
negara yang sedang bersaing untuk menghadapi era globalisasi.2 Di Provinsi Jawa Timur
pada tahun 2017 jumlah PMI yang berangkat ke luar negeri 63.453 orang; sementara
pada tahun 2018 jumlah PMI yang berangkat ke luar negeri 70.381 orang. Di Nusa
Tenggara Barat pada tahun 2017 PMI yang berangkat ke luar negeri 82.273 orang;
sementara pada tahun 2018 TKI yang berangkat ke luar negeri 90.731 orang.8
Jika kita dapat lihat masih banyak Pekerja Migran di Indonesia yang mengalami
perlakuan tidak menyenangkan oleh atasannya, bahkan banyak sekali PMI yang terancam
dihukum mati yang pada faktanya pelanggaran-pelanggaran tersebut bukanlah
sepenuhnya salah mereka. Dari kasus tersebut terlihat bahwa hak asai manusia orang lain
masih kurang untuk dihargai padahal hak asasi manusia adalah hak yang melekat atau
interent pada diri manusia, yang berasal dari Tuhan sejak manusia itu dilahirkan. Dan
negara Indonesia atau negara lain juga harus menghormati hak asasi manusia yang lain
5
Barzah Latupono, Perlindungan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Terhadap Pekerja Kontrak
(Outsourcing) Di Kota Ambon, Jurnal Sasi, Vol. 17 No. 3 Bulan Juli-September 2011. hlm. 64
6
AdharinalAdharinal, Op.Cit. hlm. 164
7
Rachmat Syafaat, Menggagas Kebijakan Pro TKI: Model Kebijakan Perlindungan TKI ke Luar
Negeri di
Kabupaten Blitar, Pusat Pengembangan Hukum dan Gender Fakultas Hukum Universitas
Brawijaya
Malang, 2018.hlm. 1.
8
Ibid. hlm. 29
3
karena hak asasi manusia secara obyektif adalah kewenangan-kewenangan pokok yang
melekat pada manusia sehingga harus dihormati oleh negara manapun. 9
B. Rumusan Masalah
1. Apakah batasan dan pengertian Pekerja Migran Indonesia?
2. Bagaimana Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Migran Indonesia Berdasarkan UU
No. 8 Tahun 2017 Tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia dan
PERMENAKER No. 18 Tahun 2018 Tentang Jaminan Sosial Pekerja Migran
Indonesia?
3. Apakah perbandingan Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Migran Indonesia Antara
UU No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia Diluar Negeri dengan UU No.18 Tahun 2017 Tentang Perlindungan
Pekerja Migran Indonesia?
BAB II
9
Anis Widyawati, “Kajian Hukum Internasional Terhadap HAM”, Jurnal Ilmu Hukum Pandecta,
Vol 2, No 2, Juli-Desember 2015, hlm. 41.
4
PEMBAHASAN
10
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2014, hlm. 54
11
Tita Naovalita, “Perlindungan Sosia Buruh Migran Perempuan”, Jakarta, 2016, hlm.64.
12
5
Dalam pasal 1 angka 2 Undang – Undang No. 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan
Pekerja Migran Indonesia berbunyi : “Pekerja Migran Indonesia adalah setiap warga
Negara Indonesia yang akan, sedang, atau telah melakukan pekerjaan dengan menerima
upah di luar wiiayah Republik Indonesia”. Pekerja Migran juga diartikan sebagai seseorang
yang berimigrasi, atau telah berimigrasi dari satu negara ke negara lain, dengan sebuah
gambaran bahwa orang tersebut akan dipekerjakan oleh seseorang yang bukan dirinya
sendiri, termnasuk siapapun yang biasanya diakui sebgai seorang migran, untuk bekerja. 13
13
ILO, “Perlindungan dan Pencegahan Untuk Pekerja Migran Indonesia”, Jakarta, 2019, hal. 4
14
Ibid, hal. 15
6
Menurut Undang-Undang No.18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran
Indonesia dalam pasal 6 mengatur hak dan kewajiban Pekerja Migran Indonesia yang
legal, yaitu :
(1) Setiap Calon Pekerja Migran Indonesia atau Pekerja Migran Indonesia memiliki
hak:
a. mendapatkan pekerjaan di luar negeri dan memilih pekerjaan sesuai dengan
kompetensinya;
b. memperoleh akses peningkatan kapasitas diri melalui pendidikan dan pelatihan
kerja;
c. memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja, tata cara
penempatan, dan kondisi kerja di luar negeri;
d. memperoleh pelayanan yang profesional dan manusiawi serta perlakuan tanpa
diskriminasi pada saat sebelum bekerja, selama bekerja, dan setelah bekerja;
e. menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan yang dianut;
f. memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di negara tujuan
penempatan dan/atau kesepakatan kedua negara dan/atau Perjanjian Kerja;
g. memperoleh pelindungan dan bantuan hokum atas tindakan yang dapat
merendahkan harkat dan martabat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di Indonesia dan di negara tujuan penempatan;
h. memperoleh penjelasan mengenai hak dan kewajiban sebagaimana tertuang
dalam Perjanjian Kerja;
i. memperoleh akses berkomunikasi;
j. menguasai dokumen perjalanan selama bekerja;
k. berserikat dan berkumpul di negara tujuan penempatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara tujuan
penempatan;
l. memperoleh jaminan pelindungan keselamatan dan keamanan kepulangan
Pekerja Migran Indonesia ke daerah asal; dan/atau
m. memperoleh dokumen dan Perjanjian Kerja Calon Pekerja Migran Indonesia
dan/atau Pekerja Migran Indonesia.
7
a. menaati peraturan perundang-undangan, baik di dalam negeri maupun di
negara tujuan penempatan;
b. menghormati adat-istiadat atau kebiasaan yang berlaku di negara tujuan
penempatan;
c. menaati dan melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan Perjanjian Kerja; dan
d. melaporkan kedatangan, keberadaan, dan kepulangan Pekerja Migran
lndonesia kepada Perwakilan Republik Indonesia di negara tujuan penempatan.
Sedangkan hak dan kewajiban dari Pekerja Migran Indonesia yang ilegal
tidak diatur dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan
Pekerja Migran Indonesia secara implisit. Hanya saja secara eksplisit hak dari
Pekerja Migran Indonesia Ilegal diatur dalam pasal 3 UU No. 18 Tahun 2017
tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia yang terkandung dalam tujuan
perlindungan Pekerja Migran Indonesia, yang berbunyi : “ menjamin pemenuhan
dan penegakan hak asasi manusia sebagai warga negara dan Pekerja Migran
Indonesia”. Selain itu dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hubungan luar Negeri,
dalam pasal 18 ayat (1) secara eksplisit juga mengatur hak dari Pekerja Migran
Indonesia yang ilegal yang tertuang dalam perlindungan kepada warga negara
Indonesia, yang berbunyi : “Pemerintah Republik Indonesia melindungi
kepentingan warga negara atau badan hukum Indonesia yang menghadapi
permasalahan hukum dengan perwakilan negara asing di Indonesia”. Yang artinya,
hak dari Pekerja Migran Indonesia yang Ilegal adalah Perlindungan Hak Asasi
Manusia dan pada saat menghadapi permasalahan hukum.
8
B. Penganturan Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Migran Indonesia
Pasal 7
15
Achmad Ali, 2002, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Gunung
Agung, Jakarta,
hlm. 115. Lihat pula Sudikno Mertokusumo, 1991, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta, hlm.
76.
9
Pasal 8
b. penetapan kondisi dan syarat kerja. Pelindungan teknis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b paling sedikit meliputi:
b. peningkatan kualitas Calon Pekerja Migran Indonesia melalui pendidikan dan pelatihan
kerja;
c. Jaminan Sosial;
Pasal 21
(l) Pelindungan Selama Bekerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b meliputi:
a, pendataan dan pendaftaran oleh atase ketenagakerjaan atau pejabat dinas luar negeri
yang ditunjuk;
b. pemantauan dan evaluasi terhadap Pemberi Kerja, pekerjaan, dan kondisi kerja;
c. fasilitasi pemenuhan hak Pekerja Migran Indonesia;
10
e. pemberian layanan jasa kekonsuleran;
f. pendampingan, mediasi, advokasi, dan pemberian bantuan hukum berupa fasilitasi jasa
advokat oleh Pemerintah Pusat dan/atau Perwakilan Republik Indonesia serta perwalian
sesuai dengan hukum negara setempat;
h. fasilitasirepatriasi.
Pasal 24
c. fasilitasi pengurusan Pekerja Migran Indonesia yang sakit dan meninggal dunia;
Pasal 29
(2) Penyelenggaraan program Jaminan Sosial bagi Pekerja Migran Indonesia dan
keluarganya merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional.
(3) Penyelenggaraan Jaminan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dikelola oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
(4) Untuk risiko tertentu yang tidak tercakup oleh Jaminan Sosial, Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan dapat bekerja sama dengan lembaga pemerintah atau
swasta.
11
Pelindungan Hukum, Sosial, dan Ekonomi
Paragraf 1
Pelindungan Hukum
Pasal 31
Pekerja Migran Indonesia hanya dapat bekerja ke Negara tujuan penempatan yang:
a. mempunyai peraturan perundang-undangan yang melindungi tenaga kerja asing;
b. telah memiliki perjanjian tertulis antara pemerintah negara tujuan penempatan dan
Pemerintah Republik Indonesia; dan/atau
c. memiliki sistem Jaminan Sosial dan/atau asuransi yang melindungi pekerja asing
Paragraf 2
Pelindungan Sosial
Pasal 34
Paragraf 3
Pelindungan Ekonomi
12
Pasal 35
b. edukasi keuangan agar Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya dapat mengelola
hasil remitansinya; dan
c. edukasikewirausahaan.
Selain perlindungan hukum yang diatur dalam UU Nomor 18 tahun 2017 Tentang
Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, terdapat juga Peraturan Menlu Nomor. 5 Tahun
2018 tentang Perlindungan WNI di Luar Negeri. Kemudian, UU berkaitan dengan Pmi
terdapat juga Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang, ada juga dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, ada juga dalam Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2004
tentang sistem Jaminan Sosial Nasional, dan undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011
tentang Badan Penyelenggaraan jaminan Sosial. PMI juga berhak mendapat jaminan
sosial berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 18 Tahun 2018 tentang
Jamian Sosial bagi Pekerja Migran Indonesia. Serta pengaturan ketenagakerjaan secara
internasional yang diatur melalui 8 konvensi dasar Internasional Labour Organization (ILO)
yang terbagi dalam 4 kelompok :
14
Perbandingan dalam perlindungan PMI terdapat di dalam penjelasan UU Nomor 18
Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia lebih menekankan dan
memberikan peran yang lebih besar kepada pemerintah dan mengurangi peran swasta
dalam penempatan dan perlindungan pekerja migran Indonesia. Dalam UU ini, peran
perlindungan PMI diserahkan kepada pemerintah baik pusat maupun daerah dimulai dari
sebelum bekerja, selama bekerja dan setelah bekerja. Pihak swasta hanya diberi peran
sebagai pelaksana penempatan PMI. Selanjutnya tujuan dari perlindungan calon PMI
(pasal 3) adalah sebagai berikut:
Tabel: Tugas dan Tanggung Jawab Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berdasarkan
UU Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia 18
17
Sunawar Sukowati, “Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Luar Negeri menurut
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia”, Semarang: Sekripsi Universitas Negeri Semarang, hlm.24.
18
https://business-law.binus.ac.id/2017/12/31/paradigma-baru-perlindungan-pekerja-migran-indonesia/
15
Tugas dan Tanggung Jawab
16
pemberangkatan dan dan kepulangan
pemulangan PMI PMI
Melakukan reintegrasi
sosial dan ekonomi
bagi PMI dan
keluarganya
Dari tabel tersebut di atas terlihat penguatan peran negara dari tingkat desa,
kabupaten/kota, Propinsi dan Pemerintah Pusat yang meliputi perlindungan PMI sebelum
dan setelah bekerja, melakukan pemberdayaan kepada calon PMI, PMI dan keluarganya,
melaksanakan dan mengawasi penyelenggaraan penempatan PMI, menerbitkan ijin
perusahaan PMI dan mengevaluasinya, membentuk dan mengembangkan sistem
informasi terpadu, membentuk layanan terpadu satu atap (termasuk pos bantuan),
mengurus kepulangan PMI, menyediakan dan memfasilitasi pelatihan calon PMI. Hal ini
menunjukkan adanya komitmen dari Negara dalam memberikan perlindungan bagi PMI
(pekerja migran Indonesia) di semua tingkatan. UU ini memberikan ruang bagi
terselenggaranya tata kelola PMI yang terdesentralisasi. Dengan peran dan tanggung
jawab yang berjenjang dari tingkatan desa, pemkab/ pemkot, pemprov dan pemerintah
pusat maka dibutuhkan mekanisme koordinasi yang efektif sehingga tidak ada tumpang
tindih tanggumg jawab. Dari tabel diatas, terdapat beberapa tugas dan tanggung jawab
17
yang tumpang tindih di antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa.
Selain pembagian peran dan tanggung jawab antara Pemerintah Pusat sampai
Daerah juga perlu kejelasan tugas dan tanggung jawab dengan Instansi Pemerintah
(Kementrian Tenaga Kerja) dan Instansi lainnya. Dengan adanya batasan yang jelas tugas
dan tanggung jawab masing-masing akan menghindari saling lempar tanggung jawab
yang akan merugikan kepentingan PMI. Untuk itu perlu diatur lebih lanjut dalam peraturan
pelaksananya yang berupa peraturan pemerintah, peraturan mentri, peraturan badan,
peraturan presiden tentang batasan tugas dan tanggung jawab, koordinasi antara
lembaga/instansi, sarana dan prasarana yang memadai serta dukungan alokasi anggaran
bagi perbaikan perlindungan PMI. Semoga dengan perubahan perlindungan pekerja
migran Indonesia akan mampu memberikan perlindungan bagi PMI dan mencegah
tindakan-tindakan tidak manusiawi yang dilakukan terhadap Pekerja Migran Indonesia.
D. Contoh Kasus
19
https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-kawal-kasus-pembunuhan-tki-di-singapura/
18
Adelina Lisao, tenaga kerja Indonesia ( TKI) yang ilegal asal Nusa Tenggara Timur
(NTT), meninggal di Rumah Sakit Bukit Mertajam, Malaysia, Minggu (11/2/2018).
Sehari sebelum meninggal, Sabtu (10/2/2018), petugas penyelamat menemukan
Adelina berada di luar rumah majikannya di Penang. Ketika ditemukan, perempuan
21 tahun itu menderita luka-luka di tubuhnya. Antara lain di kepala, wajah, dan
terdapat nanah pada bekas luka bakar di kaki. Kabar kematian Adelina merupakan
sedikit dari deretan kasus penyiksaan para TKI di Malaysia yang seakan tidak ada
habisnya.20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam pasal 1 angka 2 Undang – Undang No. 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan
Pekerja Migran Indonesia berbunyi : “Pekerja Migran Indonesia adalah setiap warga
Negara Indonesia yang akan, sedang, atau telah melakukan pekerjaan dengan
menerima upah di luar wiiayah Republik Indonesia”. Penggantian nama TKI
20
https://internasional.kompas.com/read/2018/02/13/
19
menjadi PMI tersebut disesuaikan dengan ILO Migrant workers Convention dan
Undang – Undang No. 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran
Indonesia. Penggantian TKI menjadi PMI agar pekerja migran bekerja ke luar
negeri melalui proses sesuai aturan atau prosedur.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
20
Jakarta
Tita Naovalita. 2016. “Perlindungan Sosia Buruh Migran Perempuan”, Jakarta
ILO. 2019. “Perlindungan dan Pencegahan Untuk Pekerja Migran Indonesia”, Jakarta
Achmad Ali. 2002. Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis) ,
Gunung Agung, Jakarta,
Achmad Fauzi. 2005. Pancasila Tinjauan dari Konteks Sejarah, Filsafat, Ideologi Nasional
dan Ketatanegaraan Republik Indonesia, Danar Wijaya Brawijaya University Press,
Malang
Sunawar Sukowati, “Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Luar Negeri menurut
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia”, Semarang: Sekripsi Universitas Negeri Semarang
B. Jurnal
Adharinal. 2012. Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Irregular Di Luar Negeri
(Protec On Of Irregular Indonesian Workers In Overseas), Jurnal Rechtvinding,
Vol. 1
I Made Pasek Diantha. 2015. Protecting Migrant Workers, An Indonesian Experiences,
International Journal of Business, Economics and Law, Vol. 7,
Barzah Latupono. 2011. Perlindungan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Terhadap Pekerja
Kontrak (Outsourcing) Di Kota Ambon, Jurnal Sasi, Vol. 17
Anis Widyawati. 2015. “Kajian Hukum Internasional Terhadap HAM”, Jurnal Ilmu Hukum
Pandecta, Vol 2
C. Undang-Undang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia Diluar Negeri
Undang-Undang No. 8 Tahun 2017 Tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia
PERMENAKER No. 18 Tahun 2018 Tentang Jaminan Sosial Pekerja Migran Indonesia
D. Internet
21
https://business-law.binus.ac.id/2017/12/31/paradigma-baru-perlindungan-pekerja
migran-indonesia/
https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-kawal-kasus-pembunuhan-tki-di-singapura/
https://internasional.kompas.com/read/2018/02/13/
22