Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya manusia.
Sayangnya sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia kebanyakan bukan tenaga ahli
karena latar belakang pendidikan yang kurang memadai. Dengan banyaknya sumber daya
manusia yang ada, hal ini berbanding terbalik dengan lapangan kerja yang ada di
Indonesia, sehingga banyak sekali pengangguran di setaiap kota. Padahal seperti yang
diketahui, di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) 1945
pada Pasal 27 ayat (3) menyatakan bahwa, tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dengan mengacu undang-undang
tersebut seharusnya setiap warga negara berhak mendapatkan pekerjaan sesuai untuk
memiliki penghidupan yang layak sesuai dengan kebutuhannya. 1
“In this era of globalization, the migration of people a cross the world were
most increasingly. Migration is the right of person to move to other countries which
guarantee by the international law of human rights as enshrined in the
International Bill of Rights. The purpose of this basic rights is to improve
development of economic, social and cultural life of those persons (Stephen James;
2007 : 195). By the end of twentieth century’s, the moral truth of human rights
clearly recognized by the international community and often said that rest on a
sympathetic identification of deep conscience of human being (Robert Meister;
2011 :20). Thus, the rights to gain job in other countries through migration
mechanism may be deemed as a rights of persons to improve their economic life,
actually can be said as universal human rights, since it is part of the “right to life”.
(Paulina Tambakaki; 2010 : 8).”2
Dengan dasar alasan mendorong setiap individu untuk mendapatkan uang banyak
dengan cara cepat, salah satunya adalah menjadi Tenaga Kerja Indonesia. Negara
mempunyai tujuan untuk menyelenggarakan kesejahteraan umum atau negara melakukan
tugas service public. Untuk menjalankan tugas service public ini negara bertindak atas
1
Adharinal, Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Irregular Di Luar Negeri (Protec On
Of Irregular Indonesian Workers In Overseas), Jurnal Rechtvinding, Vol. 1 No. 1 Januari-April
2012. hlm. 158
2
I Made Pasek Diantha, Protecting Migrant Workers, An Indonesian Experiences, International
Journal of Business, Economics and Law, Vol. 7, Issue 3 August 2015. hlm. 53.
1
kewenangan yang ada padanya, baik yang diatur dalam peraturan Perundang-undangan
atau melalui campur tangan pemerintah (freies ermesen) dalam rangka mencapai tujuan
negara.3Indonesia merupakan negara pengirim (sending country) buruh migran terbesar
kedua di Asia Tenggara setelah Philipina.1 Berdasarkan data yang ada pada tahun 2018
jumlah TKI yang bekerja di luar negeri mencapai 283.640 ribu pekerja. Secara makro
uang yang dikirim (remittance) oleh buruh migran Indonesia pada tahun 2019 berjumlah
US$ 6,793 milyar, dan pada tahun 2020 diprediksi meningkat menjadi US$ 7,139 milyar
dollar.4
Salah satu daerah asal PMI yang cukup besar di Indonesia adalah NTB khususnya
Pulau Lombok.Sampai dengan akhir tahun 2018 berdasarkan data pada Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Propinsi NTB jumlah PMI yang bekerja di luar negeri mencapai
650.000 orang. Remittance yang dikirim oleh PMI sebanyak Rp2.000.000.000,- (dua milyar
rupiah) per hari belum termasuk yang dikirim lewat teman yang pulang atau yang dibawa
langsung oleh PMI yang bersangkutan. Untuk melindungi PMI yang bekerja di luar negeri
(work in overseas), pemerintah telah menetapkan Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2017
tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia dan peraturan pelaksanaannya. Meskipun
demikian PMI belum dapat terlindungi secara layak baik pada tahap pra penempatan ( pre-
placement), saat penempatan (during placement), dan setelah penempatan ( post-
placement). Berbagai kasus menimpa PMI yang bekerja di luar negeri seakan tidak
mengenal kata akhir mulai dari tindakan kekerasan, pelecehan seksual, upah, jam kerja,
dan waktu istirahat yang tidak sesuai dengan perjanjian kerja, dan lain-lain yang
melanggar harkat dan martabat manusia.
Diundangkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan
Pekerja Migran Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6141
Tahun 2017.diharapkan dapat memberikan perlindungan bagi para Pekerja Migran
Indonesia yang berada di Luar Negeri. Selain itu adanya Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Dan Transmigrasi No. 14/Men/2010 tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri dan PERMENAKER No. 18 Tahun 2018 tentang
Jaminan Sosial juga merupakan landasan hukum untuk melindungi Tenaga Kerja
Indonesia yang berada di luar negeri. Terungkap data dari hasil pra survey pada tanggal
10 Desember 2018 dengan pegawai Disnakertrans, ada lebih dari 18% warga kabupaten

3
Jum Anggriani, Hukum Administrasi Negara, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2012, hlm. 88.
4
AdharinalAdharinal, Op.Cit, hlm. 161
2
kediri menjadi Pekerja Migran Indonesia, dan 5% dari angka PMI tersebut adalah Pekerja
Migran Indonesia tidak berdokumen resmi atau disebut ilegal. 5
Dengan menggunakan Penyaluran Pekerja Migran Indonesia (PJPMI) yang ada di
setiap kota, mereka berangkat dengan kemampuan bahasa untuk berkomunikasi di sana,
keterampilan, dokumen-dokumen resmi dari PJMII serta Keimigrasian. Penempatan PMI
berdasarkan jumlah statistik yang dilakukan oleh Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BNP3MI) pada tahun 2014-2019 mencapai 1,55
juta orang.6Menjadi PMI merupakan sebuah fenomena yang biasa terjadi di beberapa
wilayah di Indonesia.Fenomena tersebut merupakan dampak dari ketidaktersediaan
lapangan kerja dan juga akibat dari pembangunan yang tidak merata di beberapa wilayah,
khususnya di daerah pedesaan. Meski dengan dorongan sosiologis, latar belakang
ekonomi serta kebijakan politik yang berbeda, Semenjak abad ke XIX tenaga kerja
Indonesia telah tersebar hingga Suriname, New Caledonia, Siam dan Serawak dengan
jumlah yang mencapai puluhan ribu pekerja yang bekerja sebagai kuli kontrak. 7
Terjadinya migrasi di Indonesia merupakan hal yang tidak dapat dihindari bagi
negara yang sedang bersaing untuk menghadapi era globalisasi.2 Di Provinsi Jawa Timur
pada tahun 2017 jumlah PMI yang berangkat ke luar negeri 63.453 orang; sementara
pada tahun 2018 jumlah PMI yang berangkat ke luar negeri 70.381 orang. Di Nusa
Tenggara Barat pada tahun 2017 PMI yang berangkat ke luar negeri 82.273 orang;
sementara pada tahun 2018 TKI yang berangkat ke luar negeri 90.731 orang.8
Jika kita dapat lihat masih banyak Pekerja Migran di Indonesia yang mengalami
perlakuan tidak menyenangkan oleh atasannya, bahkan banyak sekali PMI yang terancam
dihukum mati yang pada faktanya pelanggaran-pelanggaran tersebut bukanlah
sepenuhnya salah mereka. Dari kasus tersebut terlihat bahwa hak asai manusia orang lain
masih kurang untuk dihargai padahal hak asasi manusia adalah hak yang melekat atau
interent pada diri manusia, yang berasal dari Tuhan sejak manusia itu dilahirkan. Dan
negara Indonesia atau negara lain juga harus menghormati hak asasi manusia yang lain

5
Barzah Latupono, Perlindungan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Terhadap Pekerja Kontrak
(Outsourcing) Di Kota Ambon, Jurnal Sasi, Vol. 17 No. 3 Bulan Juli-September 2011. hlm. 64
6
AdharinalAdharinal, Op.Cit. hlm. 164
7
Rachmat Syafaat, Menggagas Kebijakan Pro TKI: Model Kebijakan Perlindungan TKI ke Luar
Negeri di
Kabupaten Blitar, Pusat Pengembangan Hukum dan Gender Fakultas Hukum Universitas
Brawijaya
Malang, 2018.hlm. 1.
8
Ibid. hlm. 29
3
karena hak asasi manusia secara obyektif adalah kewenangan-kewenangan pokok yang
melekat pada manusia sehingga harus dihormati oleh negara manapun. 9

B. Rumusan Masalah
1. Apakah batasan dan pengertian Pekerja Migran Indonesia?
2. Bagaimana Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Migran Indonesia Berdasarkan UU
No. 8 Tahun 2017 Tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia dan
PERMENAKER No. 18 Tahun 2018 Tentang Jaminan Sosial Pekerja Migran
Indonesia?
3. Apakah perbandingan Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Migran Indonesia Antara
UU No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia Diluar Negeri dengan UU No.18 Tahun 2017 Tentang Perlindungan
Pekerja Migran Indonesia?

BAB II
9
Anis Widyawati, “Kajian Hukum Internasional Terhadap HAM”, Jurnal Ilmu Hukum Pandecta,
Vol 2, No 2, Juli-Desember 2015, hlm. 41.
4
PEMBAHASAN

A. Batasan Dan Pengertian Pekerja Migran Indonesia

1. Pengertian Pekerja Migran Indonesia

Pengaturan tentang Pekerja Migran Indonesia ke luar negeri adalah Undang-


undang No. 18 Tahun 2017 Tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia. Pada
konsideran menimbang huruf c, d dan e, disebutkan bahwa tenaga kerja Indonesia di luar
negeri sering dijadikan obyek perdagangan manusia, termasuk perbudakan dan kerja
paksa, korban kekerasan, kesewenang-wenangan, kejahatan atas harkat dan martabat
manusia serta perlakuan lain yang melanggar hak asasi manusia. Maka negara wajib
menjamin dan melindungi hak asasi warga negaranya yang bekerja baik di dalam maupun
di luar negeri berdasarkan prinsip persamaan hak, demokrasi, keadilan sosial, kesetaraan
dan keadilan gender, anti diskriminasi dan anti perdagangan manusia. Dalam hal
penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri merupakan suatu upaya untuk
mewujudkan hak dan kesempatan yang sama bagi tenaga kerja untuk memperoleh
pekerjaan dan penghasilan yang layak, yang pelaksanaannya dilakukan dengan tetap
memperhatikan harkat, martabat, hak asasi manusia dan perlindungan hukum serta
pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan
kebutuhan nasional.10
Berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat (2) jo. Pasal 28 D Ayat (2) UUD Negara RI
Tahun 1945 jelaslah bahwa bekerja merupakan hak asasi warga negara yang merupakan
tanggung jawab negara untuk memenuhinya. Untuk melaksanakan amanat konstitusi ini,
pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan. Salah satunya adalah dengan mengisi
peluang kerja di luar negeri. Indonesia adalah pengirim (sending country) buruh mengirim
terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Philipina. 11 Berdasarkan data yang ada pada
tahun 2018 jumlah PMI yang bekerja di luar negeri mencapai 283.640 ribu orang, secara
makro uang yang dikirm (remittance) oleh buruh migran Indonesia pada tahun 2019
berjumlah U$$ 6,793 milyar, dan pada tahun 2020 meningkat menjadi U$$ 7,139 milyar
dollar.12

10
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2014, hlm. 54
11
Tita Naovalita, “Perlindungan Sosia Buruh Migran Perempuan”, Jakarta, 2016, hlm.64.
12

5
Dalam pasal 1 angka 2 Undang – Undang No. 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan
Pekerja Migran Indonesia berbunyi : “Pekerja Migran Indonesia adalah setiap warga
Negara Indonesia yang akan, sedang, atau telah melakukan pekerjaan dengan menerima
upah di luar wiiayah Republik Indonesia”. Pekerja Migran juga diartikan sebagai seseorang
yang berimigrasi, atau telah berimigrasi dari satu negara ke negara lain, dengan sebuah
gambaran bahwa orang tersebut akan dipekerjakan oleh seseorang yang bukan dirinya
sendiri, termnasuk siapapun yang biasanya diakui sebgai seorang migran, untuk bekerja. 13

2. Sejarah Pengubahan TKI Menjadi PMI


Sebelum kepada nama PMI ( Pekerja Migran Indonesia ) awalnya adalah TKI
(Tenaga Kerja Indonesia ) yang diatur dalam UU No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Diluar Negeri. Dalam pasal 1 angaka 1 dimuat
arti dari TKI (Tenaga Kerja Indonesia) yang berbunyi : “Tenaga Kerja Indonesia yang
selanjutnya disebut dengan TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi
syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu
dengan menerima upah”.
Penggantian nama TKI menjadi PMI tersebut disesuaikan dengan ILO Migrant
workers Convention dan Undang – Undang No. 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan
Pekerja Migran Indonesia. Penggantian TKI menjadi PMI agar pekerja migran bekerja ke
luar negeri melalui proses sesuai aturan atau prosedur. Karena dengan proses yang
prosedural pekerja migran terdata oleh pemerintah. Sehingga pemerintah dengan mudah
melacak datanya, sementara yang tidak prosedur susah mencari datanya seperti kejadian
kapal tenggelam di Tawaw. Sebelumnya, istilah TKI sempat diganti menjadi “ekspatriat”
pada 2017. Perubahan nama itu, menurut Menteri Ketenagakerjaan saat itu, M Hanif
Dhakiri, bukan cuman istilah, tapi lebih pada peningkatan kualitas WNI di luar negeri. 14
Selain itu, Tatang menyatakan, kalau bicara mengenai TKI seakan-akan cerita duka,
dengan adanya kasus-kasus yang menimpa mereka. TKI sering juga disebut Buruh Migran
Indonesia (BMI), khususnya di kalangan pekerja migran Indonesia di Hong Kong.

3. Hak Dan Kewajiban Pekerja Migran Indonesia Legal dan Ilegal

13
ILO, “Perlindungan dan Pencegahan Untuk Pekerja Migran Indonesia”, Jakarta, 2019, hal. 4
14
Ibid, hal. 15
6
Menurut Undang-Undang No.18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran
Indonesia dalam pasal 6 mengatur hak dan kewajiban Pekerja Migran Indonesia yang
legal, yaitu :

(1) Setiap Calon Pekerja Migran Indonesia atau Pekerja Migran Indonesia memiliki
hak:
a. mendapatkan pekerjaan di luar negeri dan memilih pekerjaan sesuai dengan
kompetensinya;
b. memperoleh akses peningkatan kapasitas diri melalui pendidikan dan pelatihan
kerja;
c. memperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja, tata cara
penempatan, dan kondisi kerja di luar negeri;
d. memperoleh pelayanan yang profesional dan manusiawi serta perlakuan tanpa
diskriminasi pada saat sebelum bekerja, selama bekerja, dan setelah bekerja;
e. menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan yang dianut;
f. memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di negara tujuan
penempatan dan/atau kesepakatan kedua negara dan/atau Perjanjian Kerja;
g. memperoleh pelindungan dan bantuan hokum atas tindakan yang dapat
merendahkan harkat dan martabat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di Indonesia dan di negara tujuan penempatan;
h. memperoleh penjelasan mengenai hak dan kewajiban sebagaimana tertuang
dalam Perjanjian Kerja;
i. memperoleh akses berkomunikasi;
j. menguasai dokumen perjalanan selama bekerja;
k. berserikat dan berkumpul di negara tujuan penempatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara tujuan
penempatan;
l. memperoleh jaminan pelindungan keselamatan dan keamanan kepulangan
Pekerja Migran Indonesia ke daerah asal; dan/atau
m. memperoleh dokumen dan Perjanjian Kerja Calon Pekerja Migran Indonesia
dan/atau Pekerja Migran Indonesia.

(2) Setiap Pekerja Migran Indonesia memiliki kewajiban:

7
a. menaati peraturan perundang-undangan, baik di dalam negeri maupun di
negara tujuan penempatan;
b. menghormati adat-istiadat atau kebiasaan yang berlaku di negara tujuan
penempatan;
c. menaati dan melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan Perjanjian Kerja; dan
d. melaporkan kedatangan, keberadaan, dan kepulangan Pekerja Migran
lndonesia kepada Perwakilan Republik Indonesia di negara tujuan penempatan.

(3) Setiap Keluarga Pekerja Migran Indonesia memiliki hak:


a. memperoleh informasi mengenai kondisi, masalah, dan kepulangan Pekerja
Migran Indonesia;
b. menerima seluruh harta benda Pekerja Migran Indonesia yang meninggal di
luar negeri;
c. memperoleh salinan dokumen dan Perjanjian Kerja Calon Pekerja Migran
Indonesia dan/atau Pekerja Migran Indonesia; dan
d. memperoleh akses berkomunikasi.

Sedangkan hak dan kewajiban dari Pekerja Migran Indonesia yang ilegal
tidak diatur dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan
Pekerja Migran Indonesia secara implisit. Hanya saja secara eksplisit hak dari
Pekerja Migran Indonesia Ilegal diatur dalam pasal 3 UU No. 18 Tahun 2017
tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia yang terkandung dalam tujuan
perlindungan Pekerja Migran Indonesia, yang berbunyi : “ menjamin pemenuhan
dan penegakan hak asasi manusia sebagai warga negara dan Pekerja Migran
Indonesia”. Selain itu dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hubungan luar Negeri,
dalam pasal 18 ayat (1) secara eksplisit juga mengatur hak dari Pekerja Migran
Indonesia yang ilegal yang tertuang dalam perlindungan kepada warga negara
Indonesia, yang berbunyi : “Pemerintah Republik Indonesia melindungi
kepentingan warga negara atau badan hukum Indonesia yang menghadapi
permasalahan hukum dengan perwakilan negara asing di Indonesia”. Yang artinya,
hak dari Pekerja Migran Indonesia yang Ilegal adalah Perlindungan Hak Asasi
Manusia dan pada saat menghadapi permasalahan hukum.

8
B. Penganturan Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Migran Indonesia

Permasalahan Pekerja luar negari atau migran di Indonesia merupakan salah


satu persoalan yang terus menyita perhatian publik. Kekerasan Pekerja Migran
Indonesia (PMI), pekerja migran ilegal hingga persoalan administrasi mengindikasi
masih terdapat kelemahan dalam perlindungan dan tata kelola pekerja migran.
Keberlakuan filosofis (filosofischegeltung) suatu kaidah hukum jika
mencerminkan cita hukum (Rechtidee) bangsa Indonesia sebagai nilai
positif yang tertinggi (uberpositivenwerte) yakni Pancasila.15

Payung hukum perlindungan pekerja migran diatur dalam Undang-Undang


Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI). UU
tersebut merupakan penguatan dari aturan sebelumnya, UU Nomor 39 Tahun 2004
tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

UU PMI menekankan peran lebih besar kepada pemerintah dalam penempatan


dan perlindungan pekerja migran. Pemerintah bertanggung jawab dalam penentuan
pekerja migran mulai dari proses sebelum, masa kerja dan setelah bekerja. Sedangkan
pihak swasta hanya diberi peran dalam pelaksanan penempatan PMI. Berikut pasal-
pasal yang mengatur perlindungan Pmi dalam UU No. 18 Tahun 2017 Tentang
Perlindungan Pekerja Migran Indonesia :

Pasal 7

Pelindungan Calon Pekerja Migran Indonesia Pekerja Migran Indonesia meliputi:

a. Pelindungan Sebelum Bekerja;

b. Pelindungan Selama Bekerja; dan

c. Pelindungan Setelah Bekerja.

Pelindungan Sebelum Bekerja

15
Achmad Ali, 2002, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), Gunung
Agung, Jakarta,
hlm. 115. Lihat pula Sudikno Mertokusumo, 1991, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta, hlm.
76.

9
Pasal 8

Pelindungan Sebelum Bekerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a meliputi:

a. pelindungan administratif; dan

b. pelindungan teknis. Pelindungan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf a paling sedikit meliputi:

a. kelengkapan dan keabsahan dokumen penempatan; dan

b. penetapan kondisi dan syarat kerja. Pelindungan teknis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b paling sedikit meliputi:

a. pemberian sosialisasi dan diseminasi informasi;

b. peningkatan kualitas Calon Pekerja Migran Indonesia melalui pendidikan dan pelatihan
kerja;

c. Jaminan Sosial;

d. fasilitasi pemenuhan hak Calon Pekerja MigranIndonesia;

e. penguatan peran pegawai fungsional pengantar kerja;

f. pelayanan penempatan di layanan terpadu satu atap penempatan dan pelindungan


Pekerja Migran Indonesia; dan

g. pembinaan dan pengawasan.

Pelindungan Selama Bekerja

Pasal 21

(l) Pelindungan Selama Bekerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b meliputi:
a, pendataan dan pendaftaran oleh atase ketenagakerjaan atau pejabat dinas luar negeri
yang ditunjuk;

b. pemantauan dan evaluasi terhadap Pemberi Kerja, pekerjaan, dan kondisi kerja;
c. fasilitasi pemenuhan hak Pekerja Migran Indonesia;

d. fasilitasi penyelesaian kasus ketenagakerjaan;

10
e. pemberian layanan jasa kekonsuleran;

f. pendampingan, mediasi, advokasi, dan pemberian bantuan hukum berupa fasilitasi jasa
advokat oleh Pemerintah Pusat dan/atau Perwakilan Republik Indonesia serta perwalian
sesuai dengan hukum negara setempat;

g. pembinaan terhadap Pekerja Migran Indonesia; dan

h. fasilitasirepatriasi.

Pelindungan Setelah Bekerja

Pasal 24

Pelindungan Setelah Bekerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c meliputi:

a. fasilitasi kepulangan sampai daerah asal;

b. penyelesaian hak Pekerja Migran Indonesia yang belum terpenuhi;

c. fasilitasi pengurusan Pekerja Migran Indonesia yang sakit dan meninggal dunia;

d. rehabilitasi sosial dan reintegrasi sosiai; dan

e. pemberdayaan Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya.

Jaminan Sosial Pekerja Migran Indonesia

Pasal 29

(1) Dalam upaya Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, Pemerintah Pusat


menyelenggarakan Jaminan Sosial bagi Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya.

(2) Penyelenggaraan program Jaminan Sosial bagi Pekerja Migran Indonesia dan
keluarganya merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional.

(3) Penyelenggaraan Jaminan Sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dikelola oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

(4) Untuk risiko tertentu yang tidak tercakup oleh Jaminan Sosial, Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan dapat bekerja sama dengan lembaga pemerintah atau
swasta.

11
Pelindungan Hukum, Sosial, dan Ekonomi

Paragraf 1

Pelindungan Hukum

Pasal 31

Pekerja Migran Indonesia hanya dapat bekerja ke Negara tujuan penempatan yang:
a. mempunyai peraturan perundang-undangan yang melindungi tenaga kerja asing;

b. telah memiliki perjanjian tertulis antara pemerintah negara tujuan penempatan dan
Pemerintah Republik Indonesia; dan/atau

c. memiliki sistem Jaminan Sosial dan/atau asuransi yang melindungi pekerja asing

Paragraf 2

Pelindungan Sosial

Pasal 34

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya wajib


melakukan pelindungan sosial bagi Calon Pekerja Migran Indonesia dan/atau Pekerja
Migran Indoriesia melalui:

a. peningkatankualitas melalui standardisasi

b. peningkatan peran sertifikasi;

c. penyediaan tenaga kompeten;

d. reintegrasi sosial melalui layanan peningkatan keterampilan, baik terhadap Pekerja


Migran Indonesia maupun keluarganya;

e. kebijakan pelindungan kepada perempuan dan anak; dan

f. penyediaan pusat Pelindungan Pekerja Migran Indonesia di negara tujuan penempatan.

Paragraf 3

Pelindungan Ekonomi

12
Pasal 35

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya waj ib


melakukan pelindungan ekonomi bagi Calon Pekerja Migran Indonesia dan/ atau Pekerja
Migran Indonesia melalui:

a. pengelolaan remitansi dengan melibatkan lembaga perbankan atau lembaga keuangan


nonbank dalam negeri dan negara tujuan penempatan;

b. edukasi keuangan agar Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya dapat mengelola
hasil remitansinya; dan

c. edukasikewirausahaan.

Selain perlindungan hukum yang diatur dalam UU Nomor 18 tahun 2017 Tentang
Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, terdapat juga Peraturan Menlu Nomor. 5 Tahun
2018 tentang Perlindungan WNI di Luar Negeri. Kemudian, UU berkaitan dengan Pmi
terdapat juga Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang, ada juga dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, ada juga dalam Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2004
tentang sistem Jaminan Sosial Nasional, dan undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011
tentang Badan Penyelenggaraan jaminan Sosial. PMI juga berhak mendapat jaminan
sosial berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 18 Tahun 2018 tentang
Jamian Sosial bagi Pekerja Migran Indonesia. Serta pengaturan ketenagakerjaan secara
internasional yang diatur melalui 8 konvensi dasar Internasional Labour Organization (ILO)
yang terbagi dalam 4 kelompok :

1. Kovensi tentang kebebasan berserikat (konvensi ILO No. 87 dan 98 )


2. Konvensi tentang diskriminasi ( Konvensi ILO No. 100 dan 111 )
3. Konvensi tentang kerja paksa ( Konvensi ILO No. 29 dan 105 )
4. Konvensi tentang perlindungan anak ( Konvensi ILO No. 138 dan 182 )
C. Perbandingan Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Migran Indonesia
Antara UU No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia Diluar Negeri dengan UU No.18 Tahun 2017
Tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia
13
Pekerjaan mempunyai makna yang sangat penting dalam kehidupan manusia
karena dengan adanya pekerjaan maka manusia dapat hidup layak untuk dapat memenuhi
kehidupan diri sendiri dan keluarganya. Konstitusi menjamin hak atas pekerjaan di dalam
Pasal 27 ayat (2) Perubahan UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pemerintah memiliki
kewajiban untuk memenuhi hak atas pekerjaan dengan menyediakan lapangan pekerjaan.
Namun, keterbatasan lowongan pekerjaan yang ada di Indonesia menyebabkan
banyaknya warga negara Indonesia yang bekerja ke luar negeri (tenaga kerja
Indonesia/TKI). Pemerintah belum memberikan perlindungan yang optimal terhadap TKI,
mengingat banyaknya kasus-kasus perlakuan yang tidak manusiawi terhadap TKI di
negera lain.16

Dengan menyadari pentingnya perlindungan terhadap TKI yang telah menyumbang


devisa bagi negara, maka pada tanggal 25 Oktober 2017 DPR  telah mensahkan UU
Perlindungan Pekerja Migran Indonesia. Adapun definisi pekerja migran Indonesia dalam
UU ini adalah setiap warga negara Indonesia yang akan sedang atau telah melakukan
pekerjaan dengan menerima upah di luar wilayah Republik Indonesia. Selanjutnya, yang
dimaksud dengan perlindungan pekerja migran Indonesia (PMI) adalah segala upaya
untuk melindungi kepentingan calon PMI dan keluarganya dalam mewujudkan terjaminnya
pemenuhan haknya dalam keseluruhan kegiatan sebelum bekerja, selama bekerja dan
setelah bekerja dalam aspek hukum, ekonomi dan sosial. Sementara itu, dalam UU
sebelumnya yaitu UU Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri menekankan pada pemberian perlindungan warga
negara yang menggunakan haknya untuk mendapat pekerjaan, khususnya pekerjaan di
luar negeri, agar mereka dapat memperoleh pelayanan penempatan tenaga kerja secara
cepat dan mudah dengan mengutamakan keselamatan tenaga kerja baik fisik, moral
maupun martabatnya. Dari kedua definisi tersebut di atas. maka perlindungan terhadap
PMI dalam UU yang baru dilakukan sejak dini baik sebelum, selama dan setelah bekerja
dibandingkan dengan UU yang lama yang memberikan perlinduangan pada saat
penempatan PMI.
16
Achmad Fauzi, 2005, Pancasila Tinjauan dari Konteks Sejarah, Filsafat, Ideologi Nasional dan
Ketatanegaraan Republik Indonesia, Danar Wijaya Brawijaya University Press, Malang, hlm. 99.

14
Perbandingan dalam perlindungan PMI terdapat di dalam penjelasan UU Nomor 18
Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia lebih menekankan dan
memberikan peran yang lebih besar kepada pemerintah dan mengurangi peran swasta
dalam penempatan dan perlindungan pekerja migran Indonesia. Dalam UU ini, peran
perlindungan PMI diserahkan kepada pemerintah baik pusat maupun daerah dimulai dari
sebelum bekerja, selama bekerja dan setelah bekerja. Pihak swasta hanya diberi peran
sebagai pelaksana penempatan PMI. Selanjutnya tujuan dari perlindungan calon PMI
(pasal 3) adalah sebagai berikut:

1. Menjamin pemenuhan dan penegakan hak asasi manusia sebagai warga


negara dan PMI; dan
2. Menjamin perlindungan hukum, ekonomi dan sosial PMI dan keluarganya.
Penguatan peran negara baik di tingkat pusat dan daerah menunjukkan komitmen
negara untuk memberikan perlindungan kepada PMI dan penghormatan hak asasi
manusia. Dengan peran negara yang besar akan meminimalisasi tindakan eksploitatif yang
selama ini dilakukan oleh pihak swasta untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-
besarnya. Selama ini dominasi peran swasta dalam pengelolaan buruh migran
menghantarkan PMI dalam situasi yang rentan pelanggaran HAM. Dalam UU lama ( UU
Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penenpatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di
Luar Negeri)  peran swasta sangat dominan mulai memberikan informasi, pendataan,
pengurusan dokumen, menyelenggarakan pendidikan, pra-pemberangkatan,
penampungan, medical check-up, memberangkatkan, sampai menyelesaikan masalah
hingga kepulangan.17 Dalam UU baru peran swasta hanya memberangkatkan PMI yang
sudah diverifikasi dan dinyatakan siap oleh  lembaga terpadu satu atap (LTSA),
melaporkan kepulangan dan menyelesaikan masalah. Berikut ini pembangian peran antara
Pemerintah Pusat dan Daerah dalam memberikan perlindungan kepada PMI sebagai
berikut:

Tabel: Tugas dan Tanggung Jawab Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berdasarkan
UU Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia 18

17
Sunawar Sukowati, “Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Luar Negeri menurut
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia”, Semarang: Sekripsi Universitas Negeri Semarang, hlm.24.

18
https://business-law.binus.ac.id/2017/12/31/paradigma-baru-perlindungan-pekerja-migran-indonesia/
15
Tugas dan Tanggung Jawab

Pemerintah Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Pemerintah Desa


Kabupaten/Kota

Menjamin Memberikan Memberikan Melakukan


perlindungan dan perlindungan PMI perlindungan PMI pemberdayaan
pemenuhan hak PMI sebelum dan setelah sebelum dan setelah kepada calon
bekerja. bekerja PMI, PMI dan
keluarganya

Mengatur, membina, Menerbitkan ijin Melaporkan hasil Memfasilitasi


melaksanakan dan kantor cabang evaluasi terhadap pemenuhan
mengawasi perusahaan PMI dan perusahaan persyaratan
penyelengaraan melaporkan hasil penempatan PMI administrasi
penempatan PMI evaluasinya secara kepada Pemprov. kependudukan
berjenjang calon PMI

Membentuk dan Mengatur, membina, Menyosialisasikan Menerima dan


mengembangkan melaksanakan dan informasi dan memberikan
sistem informasi mengawasi permintaan PMI informasi dan
terpadu penyelenggaraan kepada masyarakat, permintaan
penempatan PMI membuat basis data pekerjaan dari
PMI. instansi

Melakukan Dapat membentuk Dapat membentuk Melakukan


koordinasi kerja layanan terpadu satu layanan terpadu satu verifikasi data
sama antar instansi atap penemapatan atap penempatan dan dan pencatatan
dalam menanggapi dan perlindungan PMI. perlindungan PMI calon PMI
pengaduan dan
penanganan kasus
PMI

Mengurus Menyediakan pos Mengurus kepulangan Melakukan


kepulangan PMI bantuan dan PMI pemantauan
pelayanan di tempat keberangkatan

16
pemberangkatan dan dan kepulangan
pemulangan PMI PMI

Menyediakan dan Menyelenggarakan Menyelenggarakan


memfasilitasi pendidikan dan pendidikan dan
pelatihan calon PMI pelatihan kerja pelatihan kerja serta
melakukan pembinaan
dan pengawasan
terhadap lembaga
pendidikan dan
pelatihan kerja di
kabupaten/kota

Melakukan reintegrasi
sosial dan ekonomi
bagi PMI dan
keluarganya

Dari tabel tersebut di atas terlihat penguatan peran negara dari tingkat desa,
kabupaten/kota, Propinsi dan Pemerintah Pusat yang meliputi perlindungan PMI sebelum
dan setelah bekerja, melakukan pemberdayaan kepada calon PMI, PMI dan keluarganya,
melaksanakan dan mengawasi penyelenggaraan penempatan PMI, menerbitkan ijin
perusahaan PMI dan mengevaluasinya, membentuk dan mengembangkan sistem
informasi terpadu, membentuk layanan terpadu satu atap (termasuk pos bantuan),
mengurus kepulangan PMI, menyediakan dan memfasilitasi pelatihan calon PMI. Hal ini
menunjukkan adanya komitmen dari Negara dalam memberikan perlindungan bagi PMI
(pekerja migran Indonesia) di semua tingkatan. UU ini memberikan ruang bagi
terselenggaranya tata kelola PMI yang terdesentralisasi. Dengan peran dan tanggung
jawab yang berjenjang dari tingkatan desa, pemkab/ pemkot, pemprov dan pemerintah
pusat maka dibutuhkan mekanisme koordinasi yang efektif sehingga tidak ada tumpang
tindih tanggumg jawab. Dari tabel diatas, terdapat beberapa tugas dan tanggung jawab

17
yang tumpang tindih di antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa.

Selain pembagian peran dan tanggung jawab antara Pemerintah Pusat sampai
Daerah juga perlu kejelasan tugas dan tanggung jawab dengan Instansi Pemerintah
(Kementrian Tenaga Kerja) dan Instansi lainnya. Dengan adanya batasan yang jelas tugas
dan tanggung jawab masing-masing akan menghindari saling lempar tanggung jawab
yang akan merugikan kepentingan PMI. Untuk itu perlu diatur lebih lanjut dalam peraturan
pelaksananya yang berupa peraturan pemerintah, peraturan mentri, peraturan badan,
peraturan presiden tentang batasan tugas dan tanggung jawab, koordinasi antara
lembaga/instansi, sarana dan prasarana yang memadai serta dukungan alokasi anggaran
bagi perbaikan perlindungan PMI. Semoga dengan perubahan perlindungan pekerja
migran Indonesia akan mampu memberikan perlindungan bagi PMI dan mencegah
tindakan-tindakan tidak manusiawi yang dilakukan terhadap Pekerja Migran Indonesia.

D. Contoh Kasus

1. Contoh Kasus PMI Ilegal


Seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Indramayu, Jawa Barat,
meninggal di luar negeri. Ia diduga dibunuh oleh orang dekatnya. Serikat Buruh
Migran pun mendesak pemerintah mengawal proses hukum kasus itu.
PMI bernama Nurhidayati Wartono Surata (NWS) itu ditemukan tak bernyawa di
sebuah hotel di kawasan Geylang, Singapura, Senin (31/12/2018) kemarin, dengan
tanda bekas kekerasan di tubuhnya. Polisi menduga dia dibunuh oleh seorang pria
asal Bangladesh yang merupakan kekasihnya.

Ketua Serikat Buruh Migran Kabupaten Indramayu, Juwarih, mendesak


pemerintah Indonesia mengawal proses hukum di Singapura terhadap pelaku
pembunuhan. Dia berharap pelaku mendapatkan “hukuman yang setimpal”.
Juwarih berharap pemerintah menjamin pendidikan anak Nur itu sampai jenjang
universitas. “Kami juga berharap janji pemerintah melalui Kepmen tentang BPJS
Ketenagakerjaan di situ kan ada beasiswa untuk anaknya PMI yang meninggal
dunia,” desaknya.19

2. Contoh Kasus PMI Ilegal

19
https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-kawal-kasus-pembunuhan-tki-di-singapura/
18
Adelina Lisao, tenaga kerja Indonesia ( TKI) yang ilegal asal Nusa Tenggara Timur
(NTT), meninggal di Rumah Sakit Bukit Mertajam, Malaysia, Minggu (11/2/2018).
Sehari sebelum meninggal, Sabtu (10/2/2018), petugas penyelamat menemukan
Adelina berada di luar rumah majikannya di Penang. Ketika ditemukan, perempuan
21 tahun itu menderita luka-luka di tubuhnya. Antara lain di kepala, wajah, dan
terdapat nanah pada bekas luka bakar di kaki. Kabar kematian Adelina merupakan
sedikit dari deretan kasus penyiksaan para TKI di Malaysia yang seakan tidak ada
habisnya.20

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dalam pasal 1 angka 2 Undang – Undang No. 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan
Pekerja Migran Indonesia berbunyi : “Pekerja Migran Indonesia adalah setiap warga
Negara Indonesia yang akan, sedang, atau telah melakukan pekerjaan dengan
menerima upah di luar wiiayah Republik Indonesia”. Penggantian nama TKI
20
https://internasional.kompas.com/read/2018/02/13/
19
menjadi PMI tersebut disesuaikan dengan ILO Migrant workers Convention dan
Undang – Undang No. 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran
Indonesia. Penggantian TKI menjadi PMI agar pekerja migran bekerja ke luar
negeri melalui proses sesuai aturan atau prosedur.

2. Payung hukum perlindungan pekerja migran diatur dalam Undang-Undang Nomor


18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI). UU tersebut
merupakan penguatan dari aturan sebelumnya, UU Nomor 39 Tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

3. perlindungan pekerja migran Indonesia (PMI) adalah segala upaya untuk


melindungi kepentingan calon PMI dan keluarganya dalam mewujudkan
terjaminnya pemenuhan haknya dalam keseluruhan kegiatan sebelum bekerja,
selama bekerja dan setelah bekerja dalam aspek hukum, ekonomi dan sosial.
Sementara itu, dalam UU sebelumnya yaitu UU Nomor 39 Tahun 2004 tentang
Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri menekankan
pada pemberian perlindungan warga negara yang menggunakan haknya untuk
mendapat pekerjaan, khususnya pekerjaan di luar negeri, agar mereka dapat
memperoleh pelayanan penempatan tenaga kerja secara cepat dan mudah dengan
mengutamakan keselamatan tenaga kerja baik fisik, moral maupun martabatnya.
Dari kedua definisi tersebut di atas. maka perlindungan terhadap PMI dalam UU
yang baru dilakukan sejak dini baik sebelum, selama dan setelah bekerja
dibandingkan dengan UU yang lama yang memberikan perlinduangan pada saat
penempatan PMI.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Jum Anggriani. 2012. Hukum Administrasi Negara, Graha Ilmu, Yogyakarta


Rachmat Syafaat. 2018. Menggagas Kebijakan Pro TKI: Model Kebijakan Perlindungan TKI
ke Luar Negeri di Kabupaten Blitar, Pusat Pengembangan Hukum dan Gender
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Malang
Lalu Husni. 2014. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia , Raja Grafindo Persada,

20
Jakarta
Tita Naovalita. 2016. “Perlindungan Sosia Buruh Migran Perempuan”, Jakarta
ILO. 2019. “Perlindungan dan Pencegahan Untuk Pekerja Migran Indonesia”, Jakarta
Achmad Ali. 2002. Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis) ,
Gunung Agung, Jakarta,
Achmad Fauzi. 2005. Pancasila Tinjauan dari Konteks Sejarah, Filsafat, Ideologi Nasional
dan Ketatanegaraan Republik Indonesia, Danar Wijaya Brawijaya University Press,
Malang
Sunawar Sukowati, “Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Luar Negeri menurut
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia”, Semarang: Sekripsi Universitas Negeri Semarang

B. Jurnal

Adharinal. 2012. Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Irregular Di Luar Negeri
(Protec On Of Irregular Indonesian Workers In Overseas), Jurnal Rechtvinding,
Vol. 1
I Made Pasek Diantha. 2015. Protecting Migrant Workers, An Indonesian Experiences,
International Journal of Business, Economics and Law, Vol. 7,
Barzah Latupono. 2011. Perlindungan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Terhadap Pekerja
Kontrak (Outsourcing) Di Kota Ambon, Jurnal Sasi, Vol. 17
Anis Widyawati. 2015. “Kajian Hukum Internasional Terhadap HAM”, Jurnal Ilmu Hukum
Pandecta, Vol 2

C. Undang-Undang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia Diluar Negeri
Undang-Undang No. 8 Tahun 2017 Tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia
PERMENAKER No. 18 Tahun 2018 Tentang Jaminan Sosial Pekerja Migran Indonesia

D. Internet

21
https://business-law.binus.ac.id/2017/12/31/paradigma-baru-perlindungan-pekerja
migran-indonesia/
https://www.voaindonesia.com/a/indonesia-kawal-kasus-pembunuhan-tki-di-singapura/
https://internasional.kompas.com/read/2018/02/13/

22

Anda mungkin juga menyukai