Anda di halaman 1dari 50

PERAN BADAN PERLINDUNGAN PEKERJA MIGRAN

INDONESIA (BP2MI) WILAYAH KEPULAUAN RIAU


DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA
PEKERJA MIGRAN INDONESIA (PMI) KOTA
TANJUNGPINANG

USULAN PENELITIAN

RIZKI AMELIA
NIM. 170565201026

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2021
PERSETUJUAN USULAN PENELITIAN UNTUK DISEMINARKAN

Dosen Pembimbing Usulan Penelitian mahasiswa:


Nama : Rizki Amelia
Nomor Induk Mahasiswa : 170565201026
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Judul Usulan Penelitian : Peran Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia
(BP2MI) Wilayah Kepulauan Riau Dalam
Memberikan Perlindungan Kepada Pekerja Migran
Indonesia (PMI) Kota Tanjungpinang.
Setelah mempelajari dan menilai sistematika dan materi masing-masing bab
dalam Usulan Penelitian ini, dinyatakan memenuhi ketentuan normatif dan
kriteria metode penelitian ilmiah, untuk itu dinilai layak serta dapat disetujui
untuk diseminarkan.
Tanjungpinang 2021

Menyetujui,
Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Agus Hendrayady, S.Sos., M.Si Novi Winarti, M.A


NIP/NIDN. 1005087301 NIP/NIDN. 198911052018032001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan

Yudhanto Satyagraha Adiputra, S.IP, M.A


NIP/NIDN. 1015068301

DAFTAF ISI

HALAMAN SAMPUL (COVER)................................................................................i


PERSETUJUAN USULAN PENELITIAN UNTUK DISEMINARKAN...............i

i
DAFTAF ISI................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................17
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................18
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................18
1.4.1 Manfaat Teoritis...............................................................................18
1.4.2 Manfaat Praktis.................................................................................19
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA......................................................................................20
2.1 Tinjauan Pustaka........................................................................................20
2.1.1 Tinjauan Literatur.............................................................................20
2.2 Kerangka Teori..........................................................................................26
2.2.1 Perlindungan.....................................................................................27
2.2.2 Perlindungan Hukum........................................................................28
2.2.3 Pelayanan Publik..............................................................................31
2.3 Kerangka Pemikiran..................................................................................33
2.4 Defenisi Konsep........................................................................................34
2.4.1 Perlindungan Sebelum Bekerja........................................................34
2.4.2 Perlindungan Selama Bekerja...........................................................34
2.4.3 Perlindungan Setelah Bekerja...........................................................35
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN...................................................................37
3.1 Pendekatan Penelitian................................................................................37
3.2 Objek dan Lokasi Penelitian......................................................................37
3.3 Fokus Penelitian........................................................................................39
3.4 Sumber Data..............................................................................................39
3.5 Teknik Pengumpulan Data........................................................................40
3.6 Informan....................................................................................................41
3.7 Teknik Analisis Data.................................................................................41
3.8 Jadwal Penelitian.......................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................45

ii
DAFTAR TABEL

3.1 Tabel Informan..............................................................................................41

3.2 Tabel Jadwal Penelitian................................................................................44

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesejahteraan bangsa dan negara merupakan salah satu tujuan utama

Negara Indonesia. Sebagaimana telah diamanatkan dalam Alinea Keempat

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

(UUD 1945) bahwa negara bertujuan “mewujudkan keadilan sosial dan

kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat Indonesia.” Tujuan tersebut kemudian

dituangkan ke dalam beberapa pasal di UUD 1945, salah satunya adalah

Pasal 27 Ayat (2) yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Pasal tersebut

mencerminkan bahwa pekerjaan sangat penting untuk menciptakan

kesejahteraan bagi setiap orang.

Suatu pekerjaan pada kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang

beraneka ragam sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup seseorang perlu

bekerja, baik bekerja dengan membuat usaha sendiri ataupun bekerja kepada

orang lain. Bekerja kepada orang lain dapat dilakukan dengan bekerja kepada

negara yang selanjutnya disebut sebagai pegawai ataupun bekerja kepada orang

lain (swasta) yang disebut sebagai buruh atau pekerja dengan bekerja mereka

mendapat upah untuk biaya hidup. Karena bagaimanapun juga upah merupakan

sarana untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja ataupun pegawai.

1
Tenaga kerja merupakan pelaku pembangunan dan pelaku ekonomi baik

secara individu maupun secara kelompok, sehingga mempunyai peranan yang

sangat signifikan dalam aktivitas perekonomian nasional, hal ini dikarenakan,

adanya keterlibatan tenaga kerja secara langsung pada sebuah proses produksi

barang maupun jasa yang mampu menggerakan roda perekonomian, sehingga

berdampak positif terhadap pembangunan ekonomi serta meningkatkan

produktivitas dan kesejahteraan masyarakat. Di Indonesia tenaga kerja sebagai

salah satu penggerak tata kehidupan ekonomi dan merupakan sumber daya yang

jumlahnya cukup melimpah.

Berdasarkan Undang-undang (UU) Ketenagakerjaan no. 13 tahun 2003,

tenaga kerja adalah setiap orang atau individu yang mampu melakukan pekerjaan

guna menghasilkan barang ataupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan pribadi

maupun masyarakat. Pada umumnya, tenaga kerja memiliki kriteria yang harus

dipenuhi, yaitu berada pada usia produktif atau usia kerja yaitu antara 18 tahun

sampai 64 tahun. Sedangkan Ketenagakerjaan adalah segala hal yang

berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa

kerja. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tenaga kerja adalah orang

bekerja atau mengerjakan sesuatu pekerja, pegawai dan sebagainya. Adapun jenis-

jenis tenaga kerja di Indonesia terbagi menjadi empat, baik dilihat dari sisi

kualitas, sifat, hubungan dengan produk, maupun jenis pekerjaan.

1. Jika melihat dari sisi kualitas maka tenaga kerja dapat dibedakan menjadi tiga

jenis yaitu :

2
 Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang membutuhkan pendidikan

terlebih dahulu sebelum dapat melakukan pekerjaannya. Contohnya, guru,

dokter, pengaca, polisi, dan lain sebagainya.

 Tenaga Kerja Terlatih adalah tenaga kerja yang tidak memerlukan

pendidikan dan hanya membutuhkan pelatihan terlebih dahulu sebelum

dapat bekerja. Contohnya, tukang pahat, tukang jahit, supir, dan montir.

 Tenaga Kerja Tidak terdidik adalah tenaga kerja yang tidak memerlukan

pendidikan maupun pelatihan terlebih dahulu, pekerjaan dapat dilakukan

bagi yang memiliki kemauan. Contohnya, tukang sapu, tukang sampah,

tukang parker, kuli panggul, dan kuli bangunan.

2. Jika melihat dari sifatnya maka tenaga kerja dapat diklasifikasikan menjadi

dua macam yaitu :

 Tenaga Kerja Rohani adalah tenaga kerja yang cenderung lebih

memanfaatkan kemampuan otaknya dalam bekerja. Tenaga kerja ini

biasanya adalah orang yang bekerja di tempat yang relative bersih dan

nyaman seperti perkantoran. Contohnya, manajer perusahaan, direktur,

maupun pejabat negara.

 Tenaga Kerja Jasmani adalah tenaga kerja yang dituntut untuk

menggunakan tenaganya dalam melakukan suatu pekerjaan.

Contohnya, buruh suatu pabrik amupun buruh tani.

3. Berdasarkan hubungan dengan produk, maka jenis tenaga kerja ini dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu :

3
 Tenaga Kerja Langsung adalah mereka yang bekerja dan turun

langsung dalam proses pembuatan atau produksi suatu produk.

Biasanya, dalam sebuah perusahaan yang besar, jumlah tenaga kerja

langsung yang dibutuhkan terbilang sangat banyak guna mempercepat

proses produksi. Contohnya, para pekerja seperti tukang jahit di

perusahaan tekstil.

 Tenaga Kerja Tak Langsung yaitu orang yang cenderung memiliki

tugas lebih ringan (secara fisik) karena tugasnya bukanlah membuat

tetapi merencanakan dan mengawasi produksi. Mereka yang tergolong

tenaga kerja tak langsung biasanya memiliki pendidikan yang tinggi.

Contohnya, manager, supervisor, maupun direktur.

4. Berdasarkan pada jenis pekerjaan yang dilakukan, maka tenaga kerja dapat

dibedakan menjadi tiga macam yaitu :

 Tenaga Kerja Lapangan adalah tenaga kerja yang bekerjanya terjun

langsung ke lapangan bahkan terkadang berhubungan langsung dengan

pelanggan. Contohnya, marketing lapangan.

 Tenaga Kerja Pabrik yaitu tenaga kerja yang bekerja di pabrik, biasanya

di bagian produksi.

 Tenaga Kerja kantor adalah tenaga kerja yang bekerjanya di kantor,

seperti tenaga administrasi dan keuangan. Mereka biasanya adalah

orang-orang yang terpilih dengan kemampuan atau keahlian khusus.

Pemerintah Indonesia sendiri tidak hanya memberikan peluang kepada

Tenaga Kerja untuk bekerja didalam negeri saja tetapi juga memberikan peluang

4
untuk bekerja diluar negeri. Seperti yang kita ketahui untuk penyebutan pekerja

Indonesia yang bekerja diluar Negeri disebut dengan Tenaga Kerja Indonesia

(TKI). Ada beberapa pendapat mengenai pengertian Tenaga Kerja Indonesia.

Menurut Pasal 1 bagian (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, TKI

adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar

negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah.

Dalam Pasal 1 Kep.Manakertran RI No Kep.104A/Men/2002 tentang penempatan

TKI keluar negeri disebutkan bahwa TKI adalah baik laki-laki maupun

perempuan yang bekerja di luar negeri dalam jangka waktu tertentu berdasarkan

perjanjian kerja melalui prosedur penempatan TKI.

Badan Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

(BP3TKI) memperkenalkan istilah baru Pekerja Migran Indonesia (PMI) sebagai

pengganti Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Hal itu berdasarkan Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia. Dalam

Undang-undang ini yang dimaksud dengan PMI adalah setiap warga negara

Indonesia yang akan, sedang, atau telah melakukan pekerjaan dengan menerima

upah di luar wiiayah Republik Indonesia.

Perlu kiranya suatu sarana perlindungan pemeliharaan dan pengembangan

terhadap kesejahteraan, terutama bagi mereka yang sedang mencari pekerjaan,

sedang bekerja dan setelah berakhirnya hubungan kerja seperti yang tercabtum

dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2017 Tentang

Pelindungan Pekerja Migran Indonesia di katakana bahwa perlindungan terhadap

5
PMI terbagi menjadi tiga, yakni perlindungan sebelum bekerja, perlindungan

selama bekerja dan perlindungan setelah bekerja.

Secara umum perlindungan seperti menjamin setiap hak yang dimiliki oleh

tenaga kerja ditegaskan dalam Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 seperti

yang dijelaskan diatas, bahwa tiap-tiap warga negara Indonesia berhak atas

pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan, dan kesamaan untuk mendapatkan

kesempatan serta perlakuan tanpa adanya diskriminasi untuk mencapai

kesejahteraan tenaga kerja itu sendiri maupun keluarganya dengan tetap

memperhatikan perkembangan dunia usaha.

Pekerja mempunyai kebutuhan sosial (sandang, pangan, kesehatan,

perumahan, ketentraman) sehingga menimbulkan kecendrungan majikan memiliki

wewenang penuh kepada pekerja/buruh baik dari segi upah dan jam kerjanya.

Suatu pekerja tidak hanya mempunyai nilai ekonomi saja, tetapi juga harus

mempunyai nilai kelayakan bagi manusia yang tinggi. Suatu pekerjaan baru

memenuhi semua itu bila keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pelaksananya

adalah terjamin

Perlindungan terhadap PMI harus diutamakan terutama bagi PMI yang jauh

dari Tanah Air dan keluarga mereka. Kekerasan terhadap PMI sudah sangat sering

terjadi hingga kini, dan yang menjadi korban kebanyakan dari mereka yang

bekerja menjadi Asisten Rumah Tangga (ART). Seperti kasus-kasus yang terjadi

baru-baru ini pada November 2020 lalu diberitakan melalui situs Batampos bahwa

ada 123 PMI yang ada di Soloman bekerja dengan tidak dibayar dikarenakan

6
negara tersebut terkena dampak dari Corona. Untuk pemulangan Pekerja Migran

tersebut didukung oleh PT. Bintan Meaing SI Limited yang berkedudukan di

Hongkong yang merupakan agensi pengguna. Sementara PMI asal Kepulauan

Riau yang bekerja di Soloman penyalurannya melalui PT. Maharani Anugerah

Pekerti. Dari pernyataan tadi bisa dilihat bahwa kurangnya kontribusi Pemerintah

dalam menangani hal tersebut terutama dari Pemerintah Daerah dan dari BP2MI

kota Tanjungpinang.

Pada Desember 2020 lalu Kembali terulang kekerasan/penyiksaan terhadap

PMI yang berada di Negeri Jiran, Malaysia. Pemerintah Indonesia memanggil

Duta Besar Malaysia di Jakarta dan menyampaikan kecaman menyusul kasus

penyiksaan PMI di negeri jiran itu terus berulang.

Kementerian Luar Negeri RI mengatakan tengah mendorong perundingan

kembali nota kesepakatan antara dua negara terkait penempatan buruh migran

yang lebih aman. Kecaman serupa juga disampaikan Indonesian Legal Resource

Centre (ILRC) yang berbasis di Malaysia kepada pemerintah setempat untuk

menuntaskan serta menghentikan kasus-kasus kekerasan terhadap buruh migran.

Berdasarkan keterangan dari BWI-Malaysian Liaison Council (BWI-MLC), pihak

berwenang menemukan korban dengan kondisi mengerikan dengan luka di

sekujur tubuh. Selain sayatan pisau di bagian dagu dan telapak tangannya, dia

juga mengalami luka bakar di wajah, badan, kaki kiri dan dada.

ILRC mencatat buruh migran yang bekerja di sektor domestik dari sejumlah

negara seperti Indonesia, Filipina, dan Vietnam di Malaysia sebanyak 300.000

7
orang. Dari keterangan salah satu anggota ILRC mengutarakan dari ratusan ribu

orang ini, lembaganya kesulitan untuk memantau persoalan ketenagakerjaan di

dalam rumah tangga ketimbang yang bekerja di perusahaan yang dapat dipantau

dalam satu tempat. Selain itu, menurutnya proses hukum terkait kasus kekerasan

terhadap buruh migran di Malaysia terkesan lambat ditangani.

Data Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) menunjukkan

Malaysia menjadi negara nomor satu yang sering mendapat laporan dari buruh

migran Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Laporannya terkait dengan

persoalan upah tak dibayar, pemalsuan dokumen, perdagangan orang, ingin

dipulangkan, pelecehan seksual hingga tindak kekerasan dari majikan. Sebelum

kasus MH, juga terdapat kasus penyiksaan PMI Adelina Lisau di Penang hingga

meninggal pada 2018. Pelakunya dibebaskan pengadilan, akan tetapi proses

hukumnya masih berjalan di tingkat banding di Mahkamah Persekutuan. Dalam

kasus penyiksaan lainnya, yaitu PMI Suyanti Sutrisno, pelakunya, Datin Rozita,

akhirnya kembali dijerat dalam penjara.

Gambar 1.1 Data diolah dari website: BP2MI 2018 dan 2019

8
Kemudian dari beberapa kasus yang diberitakan dimedia massa seperti

diatas, kepala BP2MI pada website resmi BP2MI 24 Mei 2020 lalu mengutarakan

bahwa banyak terjadi kasus penghinaan, penyitaan barang dan Tindakan kurang

terpuji yang dilakukan oleh pegawai imigrasi Malaysia kepada para PMI detensi

di Malaysia, sebagaimana diungkapkan oleh para PMI yang ditemui kepala

BP2MI kota Tanjungpinang.

Adapun Lembaga-lembaga yang menangani persoalan PMI tak hanya

melibatkan Kementrian Luar negeri. Terkait banyaknya kasus-kasus yang terjadi

terhadap PMI maka pemerintah membentuk Lembaga Perlindungan PMI yakni

Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI).

Sejarah mengenai tenaga kerja Indonesia yang dikirim keluar negeri

mengalami banyak perubahan dari masa ke masa. Pada masa sebelum

kemerdekaan Indonesia, migrasi tenaga kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri

dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda melalui penempatan buruh kontrak ke

negara Suriname, Amerika Selatan, yang juga merupakan wilayah koloni Belanda.

Sejak 1890 pemerintah Belanda mulai mengirim sejumlah besar kuli kontrak asal

Jawa bahkan Madura, Sunda, dan Batak untuk dipekerjakan di perkebunan di

Suriname. Tujuannya untuk mengganti tugas para budak asal Afrika yang telah

dibebaskan pada 1 Juli 1863 sebagai wujud pelaksanaan politik penghapusan

perbudakan sehingga para budak tersebut beralih profesi serta bebas memilih

lapangan kerja yang dikehendaki. Dampak pembebasan para budak itu membuat

perkebunan di Suriname terlantar dan mengakibatkan perekonomian Suriname

yang bergantung dari hasil perkebunan turun drastis. Adapun dasar pemerintah

9
Belanda memilih TKI asal Jawa adalah rendahnya tingkat perekonomian

penduduk pribumi (Jawa) akibat meletusnya Gunung Merapi dan padatnya

penduduk di Pulau Jawa.

Gelombang pertama pengiriman TKI oleh Belanda diberangkatkan dari

Batavia (Jakarta) pada 21 Mei 1890 dengan Kapal SS Koningin Emma. Pelayaran

jarak jauh ini singgah di negeri Belanda dan tiba di Suriname pada 9 Agustus

1890. Jumlah TKI gelombang pertama sebanyak 94 orang terdiri 61 pria dewasa,

31 wanita, dan 2 anak-anak. Kegiatan pengiriman TKI ke Suriname yang sudah

berjalan sejak 1890 sampai 1939 mencapai 32.986 orang, dengan menggunakan

77 kapal laut.

Kemudian masa Kementerian Perburuhan Era Kemerdekaan Pada 3 Juli

1947 menjadi tanggal bersejarah bagi lembaga Kementerian Perburuhan dalam era

kemerdekaan Indonesia. Melalui Peraturan Pemerintah No 3/1947 dibentuk

lembaga yang mengurus masalah perburuhan di Indonesia dengan nama

Kementerian Perburuhan. Pada masa awal Orde Baru Kementerian Perburuhan

diganti dengan Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi sampai

berakhirnya Kabinet Pembangunan III. Mulai Kabinet Pembangunan IV berubah

menjadi Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sementara Koperasi

membentuk Kementeriannya sendiri.

Selanjutnya dapat dikatakan, pada masa kemerdekaan Indonesia hingga

akhir 1960-an, penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri belum

melibatkan pemerintah, namun dilakukan secara orang perorang, kekerabatan, dan

10
bersifat tradisonal. Negara tujuan utamanya adalah Malaysia dan Arab Saudi yang

berdasarkan hubungan agama (haji) serta lintas batas antarnegara. Untuk Arab

Saudi, para pekerja Indonesia pada umumnya dibawa oleh mereka yang

mengurusi orang naik haji/umroh atau oleh orang Indonesia yang sudah lama

tinggal atau menetap di Arab Saudi. Adapun warga negara Indonesia yang bekerja

di Malaysia sebagian besar datang begitu saja ke wilayah Malaysia tanpa

membawa surat dokumen apa pun, karena memang sejak dahulu telah terjadi

lintas batas tradisional antara dua negara tersebut. Hanya pada masa konfrontasi

kedua negara di era Orde Lama kegiatan pelintas batas asal Indonesia menurun,

namun masih tetap ada.

Lalu pada era Orde Baru Penempatan TKI yang didasarkan pada kebijakan

pemerintah Indonesia baru terjadi pada 1970 yang dilaksanakan oleh Departemen

Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi dengan dikeluarkannya Peraturan

Pemerintah No 4/1970 melalui Program Antarkerja Antardaerah (AKAD) dan

Antarkerja Antarnegara (AKAN), dan sejak itu pula penempatan TKI ke luar

negeri melibatkan pihak swasta (perusahaan pengerah jasa TKI atau pelaksana

penempatan TKI swasta).

Program AKAN ditangani oleh pejabat kepala seksi setingkat eselon IV dan

bertanggung jawab langsung kepada Direktorat Jenderal Pembinaan dan

Penggunaan (Bina Guna). Program/Seksi AKAN membentuk Divisi atau Satuan

Tugas Timur Tengah dan Satuan Tugas Asia Pasifik. Sementara itu pelayanan

penempatan TKI ke luar negeri di daerah dilaksanakan oleh Kantor Wilayah

Depnakertranskop untuk tingkat provinsi dan Kantor Depnakertranskop Tingkat II

11
untuk Kabupaten. Kegiatan yang dinaungi oleh Dirjen Bina Guna ini berlangsung

hingga 1986.

Selanjutnya pada 1986 terjadi penggabungan dua Direktorat Jenderal yaitu

Direktorat Jenderal Bina Guna dan Direktorat Jenderal Pembinaan dan

Perlindungan (Bina Lindung) menjadi Direktorat Jenderal Pembinaan dan

Penempatan (Binapenta). Pada 1986 ini Seksi AKAN berubah menjadi Pusat

AKAN yang berada di bawah Sekretariat Jenderal Depnakertrans. Pusat AKAN

dipimpin oleh pejabat setingkat eselon II dan bertugas melaksanakan penempatan

TKI ke luar negeri. Di daerah pada tingkat provinsi/Kanwil, kegiatan penempatan

TKI dilaksanakan oleh Balai AKAN.

Pada 1994 Pusat AKAN dibubarkan dan fungsinya diganti Direktorat

Ekspor Jasa TKI (eselon II) di bawah Direktorat Jenderal Binapenta. Namun pada

1999 Direktorat Ekspor Jasa TKI diubah menjadi Direktorat Penempatan Tenaga

Kerja Luar Negeri (PTKLN). Dalam upaya meningkatan kualitas penempatan dan

keamanan perlindungan TKI telah dibentuk pula Badan Koordinasi Penempatan

TKI (BKPTKI) pada 16 April 1999 melalui Keppres No 29/1999 yang

keanggotannya terdiri 9 instansi terkait lintas sektoral pelayanan TKI untuk

meningkatkan program penempatan dan perlindungan tenaga kerja luar negeri

sesuai lingkup tugas masing-masing.

Pada 2001 di era Reformasi, Direktorat Jenderal Binapenta dibubarkan dan

diganti Direktorat Jenderal Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Luar

Negeri (PPTKLN) sekaligus membubarkan Direktorat PTKLN. Direktorat

12
Jenderal PPTKLN pun membentuk struktur Direktorat Sosialisasi dan

Penempatan untuk pelayanan penempatan TKI ke luar negeri. Sejak kehadiran

Direktorat Jenderal PPTKLN, pelayanan penempatan TKI di tingkat

provinsi/kanwil dijalankan oleh BP2TKI (Balai Pelayanan dan Penempatan TKI).

Pada 2004 lahir Undang-undang No 39/2004 tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, yang pada pasal 94 ayat (1)

dan (2) mengamanatkan pembentukan Badan Nasional Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Kemudian disusul dengan

lahirnya Peraturan Presiden (Perpres) No 81/2006 tentang Pembentukan

BNP2TKI yang struktur operasional kerjanya melibatkan unsur-unsur instansi

pemerintah pusat terkait pelayanan TKI, antara lain Kemenlu, Kemenhub,

Kemenakertrans, Kepolisian, Kemensos, Kemendiknas, Kemenkes, Imigrasi

(Kemenhukam), Sesneg, dan lain-lain.

Pada 2006 pemerintah mulai melaksanakan penempatan TKI program

Government to Government (G to G) atau antarpemerintah ke Korea Selatan

melalui Direktorat Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri

(PPTKLN) di bawah Direktorat Jenderal PPTKLN Depnakertrans. Pada 2007

awal ditunjuk Moh Jumhur hidayat sebagai Kepala BNP2TKI melalui Keppres No

02/2007, yang kewenangannya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

presiden. Tidak lama setelah Keppres pengangkatan itu yang disusul pelantikan

Moh Jumhur Hidayat selaku Kepala BNP2TKI, dikeluarkan Peraturan Kepala

BNP2TKI No 01/2007 tentang Struktur Organisasi BNP2TKI yang meliputi

unsur-unsur intansi pemerintah tingkat pusat terkait pelayanan TKI. Dasar

13
peraturan ini adalah Instruksi Presiden (Inpres) No 6/2006 tentang Kebijakan

Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.

Dengan kehadiran BNP2TKI ini maka segala urusan kegiatan penempatan

dan perlindungan TKI berada dalam otoritas BNP2TKI, yang dikoordinasi

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi namun tanggung jawab tugasnya kepada

presiden. Akibat kehadiran BNP2TKI pula, keberadaan Direktorat Jenderal

PPTKLN otomatis bubar berikut Direktorat PPTKLN karena fungsinya telah

beralih ke BNP2TKI. Program penempatan TKI G to G ke Korea pun dilanjutkan

oleh BNP2TKI, bahkan program tersebut diperluas BNP2TKI bekerjasama

pemerintah Jepang untuk penempatan G to G TKI perawat pada 2008, baik untuk

perawat rumahsakit maupun perawat lanjut usia.

Pada 2017, keluarlah Undang-Undang Nomor 18 tahun 2017 tentang

Pelindungan Pekerja Migran Indonesia dan disusul Peraturan Presiden Nomor 90

tahun 2019 tentang Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, yang menunjuk

BNP2TKI bertransformasi menjadi Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia

(BP2MI) sebagai Badan yang bertugas sebagai pelaksana kebijakan dalam

pelayanan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia secara terpadu.

Di era baru BP2MI, arah kebijakan BP2MI memiliki tema besar

pelindungan PMI yaitu Memerangi Sindikasi Pengiriman PMI Nonprosedural.

Dengan Sasaran Strategis: meningkatnya pelindungan dan kesejahteraan PMI dan

keluarganya, serta meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik. Dengan

Tujuan: Terwujudnya pelindungan PMI melalui penempatan PMI terampil dan

14
profesional guna meningkatkan kesejahteraan PMI dan keluarganya sebagai aset

bangsa, serta terselenggaranya peningkatan tata kelola organisasi yang efisien,

efektif, dan akuntabel

Dalam hal ini objek penilitian peneliti fokus di UPT.Badan Perlindungan

Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) wilayah Kepulauan Riau kota Tanjungpinang.

Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) adalah Lembaga

pemerintah nonkementrian yang bertugas sebagai pelaksana kebijakan dalam

pelayanan dan perlindungan pekerja migran indonesia secara terpadu. Seperti

yang dijelaskan sebelumnya BP2MI merupakan revitalisasi dari Badan Nasional

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) yang dimana

sudah tercantum dalam Perpres nomor. 90 tahun 2019. Sebelum mengenal istilah

BP2MI kota Tanjungpinang sendiri dulunya menggunakan istilah Badan

Perlindungan Pengawasan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI)

sebagai lembaga penanganan permasalahan PMI. Namun dikarenakan dengan

letak kota Tanjungpinang yang strategis berdekatan dengan Kota Batam sebagai

kawasan perdagangan bebas, dan Negara Singapura sebagai pusat perdagangan

dunia, kota Tanjungpinang juga merupakan salah satu daerah di Provinsi

Kepulauan Riau yang berbatasan langsung dengan luar negeri khususnya

Singapura, Malayasia, Vietnam dan Philipina, maka BP2MI mengambil alih

kantor BP3TKI untuk menangani permasalahan PMI dengan tetap melibatkan

BP3TKI sebagai pegawai tetap daerah dan BP2MI sebagai pegawai dari pusat.

Menurut Perpres nomor. 90 tahun 2019, BP2MI berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Presiden melalui menteri yang menyelenggarakan

15
urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan, dan dipimpin oleh Kepala.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Perpres tersebut,

BP2MI menyelenggarakan fungsi di antaranya pelaksanaan kebijakan di bidang

penempatan dan Pelindungan PMI. Kemudian pelaksanaan pelayanan dan

pelindungan PMI, penerbitan dan pencabutan surat izin perekrutan PMI,

penyelenggaraan pelayanan penempatan, pengawasan pelaksanaan pelayanan

jaminan sosial, pemenuhan hak PMI.

Sebagai Ibu Kota dari Provinsi Kepulauan Riau, posisi Kota Tanjungpinang

sangatlah strategis, di samping berdekatan dengan Kota Batam sebagai kawasan

perdagangan bebas, dan Negara Singapura sebagai pusat perdagangan dunia, Kota

Tanjungpinang juga terletak pada posisi silang perdagangan dan pelayaran dunia,

antara timur dan barat, yakni di antara Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan.

Kota Tanjungpinang merupakan salah satu daerah di Provinsi Kepulauan Riau

yang berbatasan langsung dengan luar negeri khususnya Singapura, Malayasia,

Vietnam dan Philipina. Demikian juga merupakan jalan lalu lintas antara negara

tetangga ke Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang dapat diakses dengan

mudah melalui jalur laut (Tanjungpinang Dalam Data, 2017).

Kota Tanjungpinang merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota yang

telah ditetapkan menjadi daerah entry point sesuai dengan Radiogram Mendagri

No.560/2909/SJ/2004. Kota Tanjungpinang yang merupakan Ibu Kota dari

Provinsi Kepulauan Riau memiliki peranan penting sebagai daerah entry point

dari pemulangan Tenaga Kerja Indonesia yang dideportasi dari negara

16
penempatan (Tim Koordinasi Pemulangan Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah

dan Keluarganya, 2011).

Data ini juga diperkuat dengan adanya pemulangan ratusan PMI dari

Malaysia ke Indonesia melalui Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang pada

bulan April 2021 lalu, seperti yang dikutip pada laman Batam News bahwa

Sedikitnya 109 orang yang pulang ini merupakan PMI yang kelar menjalani masa

hukuman di Negeri Jiran. Mereka terdiri dari 76 laki-laki dan 34 perempuan.

Koordinator Rehabilitasi Sosial, Tuna-Sosial dan Korban Perdagangan Orang,

Kementerian Sosial RI, Pitter Matakena menyampaikan, bahwa awalnya

pemulangan PMI ini ada sebanyak 110 orang. Namun 1 orang batal pulang karena

sakit. Menurunnya, pemisahan sebagian PMI itu dikarenakan sudah masuk

tergolong rentan sakit, sehingga diserahkan ke Badan Perlindungan Pekerja

Migran Indonesia (BP2MI) Tanjungpinang.

Beberapa hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti lebih

dalam mengenai Bagaimana Bentuk Perlindungan yang diberikan Badan

Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) wilayah Kepulauan Riau

Kepada Pekerja Migran yang berasal dari kota Tanjungpinang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat rumusan masalah yang menjadi

fokus penilitian ini yaitu : Bagaimana Peran Badan Perlindungan Pekerja Migran

Indonesia (BP2MI) wilayah Kepulauan Riau dalam memberikan perlindungan

Kepada Pekerja Migran Indonesia kota Tanjungpinang?

17
1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penilitian ini selain untuk memperaktekkan cara berpikir ilmiah

berdasarkan metodologi penelitian kemudian dituangkan dalam bentuk karya

ilmiah, juga mempunyai tujuan untuk mengetahui secara lebih jelas dan luas

tentang bagaimana Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI)

wilayah Kepulauan Riau kota Tanjungpinang dalam melindungi hak-hak para

pekerja migran kota Tanjungpinang.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang kelak akan dilakukan, besar harapan penelitian ini

dapat memberikan kegunaan yang besar terhadap pengembangan kajian ketenaga

kerjaan di Indonesia. Juga memiliki manfaat secara teoretis dan praktis :

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam

pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan bagi ilmu

pemerintahan pada khususnya terkait perlindungan bagi pekerja

migran serta dapat digunakan sebagai acuan terhadap penulisan

maupun penelitian pada tahap berikutnya.

b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur

kepustakaan tentang perlindungan bagi para pekerja migran yang

diberikan oleh Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia

(BP2MI).

18
1.4.2 Manfaat Praktis

a. Hasil dari peneliti ini diharapkan dapat memberikan jawaban kepada

masyarakat dan pemerintah terhadap permasalahan yang diteliti.

b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

semua pihak terutama pemerintah tentang pentingnya Peran Badan

Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) untuk memberikan

perlindungan bagi para pekerja migran.

19
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Literatur

Tinjauan pustaka terdahulu menjadi acuan penulis dalam penelitian sebagai

referensi untuk memperbanyak bahan kajian dalam penelitian. Sebagai perbedaan

dalam penelitian ini. Berikut beberapa penelitian terdahulu berupa beberapa

skripsi dan jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis :

a. Penelitian dari Sigit Sepriandi Mahasiswa Magister Ilmu Pemerintahan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan judul penelitian

Kebijakan Perlindungan Sosial Bagi Pekerja Migran Bermasalah (PMB)

Di Debarkasi Kota Tanjungpinang. Tingginya jumlah Pekerja Migran

Bermasalah (PMB) yang dideportasi dari Malaysia melalui

Tanjungpinang, mengharuskan pemerintah daerah untuk memperhatikan

semua hal yang berkaitan dengan perlindungan sosial mereka. Penelitian

ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan perlindungan sosial yang

dilakukan oleh Pemerintah di debarkasi Tanjungpinang terhadap Pekerja

Migran Bermasalah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan

teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi,

serta dianalisis menggunakan teknik triangulasi data. Hasilnya

menunjukkan bahwa ada koordinasi antara Pemerintah Daerah dengan

Kementerian Sosial dan BP3TKI Tanjungpinang dalam memberikan

20
perlindungan sosial bagi Pekerja Migran Bermasalah. Upaya perlindungan

sosial yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang seperti,

pemenuhan kebutuhan dasar mereka selama proses deportasi dan layanan

di Rumah Penampungan Warga Negara Indonesia-Migra Korban

Perdagangan Orang (WNI-M KPO), yang menggunakan praktek kerja

sosial. Perlindungan tersebut sudah mencakup perlindungan dalam bentuk

bantuan, pemulihan psikologis, perawatan kesehatan dan pemulangan ke

daerah asal.

b. jurnal penelitian yang berjudul Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak

Pekerja Migran Ditinjau Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017

Tentang Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Dalam jurnal yang ditulis

Nova Andriani ini tertulis Pemerintah telah mengeluarkan peraturan

perundang-perundangan mengenai tentang perlindungan Tenaga Kerja

Indonesia. Namun banyaknya Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri

ternyata berbuntut pada banyaknya masalah-masalah yang dihadapi oleh

Tenaga Kerja. Dalam skripsi ini, yang menjadi permasalahan adalah

bagaimana perlindungan Tenaga Kerja Indonesia menurut Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2017 serta bagaimana upaya pemerintah dalam

memberikan perlindungan hukum bagi Tenaga Kerja Indonesia. Dalam

melakukan penelitian ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan

(library research), yang berupa pengumpulan data dan digali berlandaskan

literature seperti, buku-buku, media cetak, media elektronik, media

internet dan lain-lain, data-data tersebut didapatkan dari bahanbahan

21
hukum berkaitan dengan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. Hasil

penelitian dan kesimpulan penelitian menunjukkan Perlindungan Tenaga

Kerja Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017,

Tenaga Kerja Indonesia adalah segala upaya untuk melindungi

kepentingan Calon Tenaga Kerja Indonesia dan/atau Tenaga Kerja

Indonesia dan keluarganya dalam mewujudkan terjaminnya pemenuhan

haknya dalam keseluruhan kegiatan sebelum bekerja, selama bekerja, dan

setelah bekerja dalam aspek hukum, ekonomi, dan sosial. Upaya

pemerintah dalam memberikan perlindungan hukum Tenaga Kerja

Indonesia sejauh ini dapat dilihat dari bentuk peraturan perundangan yang

dikeluarkan sebagai respon terhadap kebutuhan Tenaga Kerja Indonesia.

Indikator atas kondisi perlindungan terhadap Tenaga Kerja Indonesia

setidaknya dapat dilihat dari tiga aspek yaitu pra penempatan, penempatan,

serta purna penempatan.

c. Penelitian oleh Hidayat Andyanto salah satu dosen dari Universitas

Wiraraja Sumenep dengan judul penelitian Peran Pemerintah Daerah

Dalam Melindungi Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Dalam jurnal

penelitiannya beliau mengutarakan Kurangnya lapangan kerja di dalam

negeri mengakibatkan banyaknya warga Negara yang mencoba mengadu

nasib mencari uang ke luar negeri dengan harapan akan dapat memenuhi

kebutuhan-kebutuhan pokok bagi diri dan keluarga mereka baik kebutuhan

akan sandang, pangan, papan, dan pendidikan. Undang-undang nomor 39

Tahun 1999 pasal 38 ayat 2 tentang hak asasi manusia menyatakan bahwa

22
warga Negara berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang disukainya.

Oleh karenanya warga Negara Indonesia tidak dapat dilarang untuk

bekerja dimana saja termasuk di luar negeri dengan syarat sudah memnuhi

segala persyaratan yang sudah di tetapkan oleh pemerintah demi

keamanan, kenyamanan, dan kesejahteraan para tenaga kerja Indonesia

sejak akan berangkat, pada penempatan, dan pasca menjadi tenaga kerja

Indonesia. Penelitian ini diperoleh dari studi kepustakaan atau studi

dokumen di mana literature ataupun ketentuan peraturan perundang-

undangan yang terkait dengan permasalahan yang diteliti. Dengan

membaca buku-buku literature dan bahan hukum lain disamping dengan

menginventarisir dan mengumpulkan bahan-bahan tertulis lainnya. Di

Indonesia masalah ketenaga kerjaan diatur dalam undang-undang nomor

13 tahun 2003. Sebagaimana tercantum dalam undang-undang tersebut

pembangunan ketenagakerjaan di Indonesia secara umum ditujukan

mendaya gunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi,

mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja

yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan daerah.

Memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan

kesejahteraan serta meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya.

d. penelitan dari Pusat Penelitian Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia dengan objek penelitian Perhimpunan Pelajar Indonesiam PPI)

di Malayasia dengan judul Peran PPI dalam Upaya Perlindungan Tenaga

Kerja Indonesia di Malaysia. Alasan ekonomi merupakan salah satu faktor

23
yang menyebabkan seseorang bermigrasi ke luar negeri. Namun ada juga

yang bermigrasi untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.

Artikel ini mengkaji peran pelajar Indonesia di luar negeri, khususnya

yang tergabung di dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) dalam

upaya perlindungan terhadap tenaga kerja Indonesia (TKI). Penelitian

difokuskan pada PPI di negara yang memiliki jumlah TKI paling banyak

yaitu Malaysia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data

primer dikumpulkan melalui wawancara dan data sekunder melalui telaah

pustaka. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa PPI memiliki peran

dalam upaya perlindungan TKI. Peran tersebut diwujudkan melalui

berbagai kontribusinya seperti sumbangan ide/gagasan, diskursus, menjadi

mediator, memfasilitasi rumah singgah, bantuan pemulangan, bantuan dan

pendampingan hukum (advokasi), serta kegiatan pemberdayaan ekonomi

maupun pendidikan bagi TKI dan keluarganya.

e. penelitian dari Farida Nur Hidaya dengan judul penelitian Perlindungan

Hukum Terhadap Tenaga Kerja Wanita Indonesiadi Luar Negeri Korban

Exploitation Rape. Dalam penelitiannya beliau mengatakan perlindungan

hukum adalah perlindungan yang diberikan kepada subyek

hukum.Banyaknya jumlah tenaga kerja wanita yang bekerja di luar negeri

menimbulkan berbagai masalah, seperti sering menjadi korban

exploitation rape, hak untuk mendapatkan perlindungan dari negara

Indonesia maupun negara penerima TKI bekerja belum maksimal.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanaperlindungan

24
hukum terhadap tenaga kerja wanita Indonesia korban exploitation rape

pada saat ini ?, faktor – faktor apa yang menjadi kendala dalam

memberikan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja wanita Indonesia

di luar negeri yang menjadi korban exploitation rape ? danbagaimana

upaya pemerintah dalam memberikan perlindungan hukum bagi tenaga

kerja wanita Indonesia di luar negeri yang menjadi korban exploitation

rape pada masa yang akan datang ?. Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif-deskriptif melalui pendekatan yuridis normatif.Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka

danwawancara.Sumber data yang digunakan berupa data sekunder dan

dataprimer. Dengan fokus penelitian, mengkaji sumber hukum yang dapat

di terapkan dalam perlindungan hukum terhadap tenaga kerja wanita

Indonesia yang bekerja di luar negeri. Hasil penelitian dalam skripsi ini

menjelaskan bahwa perlindungan hukum terhadap tenaga kerja wanita

Indonesia korban exploitation rape pada saat ini masih sebatas pemenuhan

hak – hak korban saja yang bekerja secara legal, tidak untuk TKW yang

bekerja illegal.Konvensi Internasional Perlindungan Hak – Hak Seluruh

Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya Tahun 1990 belum efektif

dalam penerapannya. Sedangkan faktor yang menjadi kendala dalam

memberikan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja wanita di luar

negeri yang menjadi korban exploitation rape,adanya perbedaan sistem

hukum yang mengharuskan pemerintah Indonesia tunduk pada hukum

negara penerima TKI. Upaya pemerintah dalam memberikan perlindungan

25
hukum bagi tenaga kerja wanita Indonesia di luar negeri yang menjadi

korban exploitation rape pada masa yang akan datang dilakukan dengan

menjalin kerja sama dengan negara penerima TKI yang sudah memuat

unsur perlindungan terhadap TKI. Simpulan dari penelitian ini adalah

perlindungan yang dilakukan oleh pemerintah saat ini masih kurang

maksimal dikarenakan perbedaan sistem hukum dan dari pihak korban

sendiri dalam perlindungan terhadapnya. Upaya perlindungan kedepan

melalui hubungan diplomatik. Diharapkan adanya pengawasan, pelatihan

dan sinergi kerja sama dari semua pihak untuk perlindungan terhadap

TKW.

Dari beberapa jurnal dan skripsi diatas ada perbedaan membuat peneliti

sangat tertarik untuk membahas mengenai perlindungan terhadap pekerja migran

yakni peneliti terdahulu sudah sangat sering membahas mengenai peran dari

pemerintah pusat dalam melindungi nasib para pekerja migran dan perlindungan

hukum yang diberikan kepada pekerja migran, namun masih sangat minim yang

membahas mengenai bentuk perlindungan yang diberikan oleh Badan

Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI). oleh karena itu peneliti ingin

mengambil focus penelitian ini pada Badan Perlindungan Pekerja Migran

Indonesia (BP2MI) wilayah Kepulauan Riau kota Tanjungpinang.

2.2 Kerangka Teori

2.2.1 Tenaga Kerja/Pekerja Migran

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan

Pekerja Migran Indonesia yang dimaksud dengan PMI adalah setiap warga negara

26
Indonesia yang akan, sedang, atau telah melakukan pekerjaan dengan menerima

upah di luar wiiayah Republik Indonesia.

Terdapat beberapa definisi mengenai tenaga kerja menurut para ahli, yaitu:

a. Menurut Dr. A. Hamzah, tenaga kerja meliputi tenaga kerja yang

bekerja didalam maupun diluar hubungan kerja dengan alat

produksi utamanya dalam proses produksi tenaga kerja itu sendiri,

baik tenaga fisik maupun pikiran.

b. Menurut Eeng Ahman dan Epi Indirani, tenaga kerja adalah

seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan

sanggup bekerja jika ada permintaan kerja.

c. Menurut ALAM. S, tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15

tahun keatas untuk negara-negara berkembang seperti indonesia.

Sedangkan di negara-negara maju, tenaga kerja adalah penduduk

yang berurmur antara 15 hingga 64 tahun.

d. Menurut Suparmoko dan Icuk Ranggabawono, tenaga kerja adalah

penduduk yang telah memasuki usia kerja dan memiliki pekerjaan,

yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain

seperti sekolah, kuliah dan mengurus rumah tangga.

2.2.2 Perlindungan

Secara kebahasaan, kata perlindungan dalam bahas Inggris disebut dengan

protection. Istilah perlindungan menurut KBBI dapat disamakan dengan istilah

27
proteksi, yang artinya adalah proses atau perbuatan memperlindungi, sedangkan

menurut Black’s Law Dictionary, protection adalah the act of protecting.

Secara umum, perlindungan berarti mengayomi sesuatu dari hal-hal yang

berbahaya, sesuatu itu bisa saja berupa kepentingan maupun benda atau barang.

Selain itu perlindungan juga mengandung makna pengayoman yang diberikan

oleh seseorang terhadap orang yang lebih lemah.

2.2.3 Perlindungan Hukum

Menurut Soedjono Dirdjosisworo bahwa pengertian hukum dapat dilihat

dari delapan arti, yaitu hukum dalam arti penguasa, hukum dalam arti para

petugas, hukum dalam arti sikap tindakan, hukum dalam arti sistem kaidah,

hukum dalam arti jalinan nilai, hukum dalam arti tata hukum, hukum dalam arti

ilmu hukum, hukum dalam arti disiplin hukum. Beberapa arti hukum dari

berbagai macam sudut pandang yang dikemukakan oleh Soedjono Dirdjosisworo

menggambarkan bahwa hukum tidak semata-mata peraturan perundang-undangan

tertulis dan aparat penegak hukum seperti yang selama ini dipahami oleh

masyarakat umum yang tidak tahu tentang hukum. Tetapi hukum juga meliputi

hal-hal yang sebenarnya sudah hidup dalam pergaulan masyarakat.

Perlindungan hukum terhadap tenaga kerja menurut Imam Soepomo adalah

penjagaan agar tenaga kerja dapat melakukan pekerjaan yang layak bagi

kemanusiaan, salah satu bentuk perlindungan hukum yaitu norma kerja yang

meliputi perlindungan terhadap tenaga kerja yang berhubungan dengan waktu

28
kerja, sistem pengupahan, istirahat, cuti, kesusilaan ibadah menurut agama dan

keyakinan masing-masing.

Pengertian perlindungan adalah tempat berlindung, hal (perbuatan dan

sebagainya) memperlindungi. Dalam KBBI yang dimaksud dengan perlindungan

adalah cara, proses, dan perbuatan melindungi. Sedangkan hokum adalah

peraturan yang dibuat oleh pemerintah atau yang data berlaku bagi semua orang

dalam masyarakat (negara).

Adapun pendapat yang dikutip dari beberapa ahli mengenai perlindungan

hukum sebagai berikut:

1. Menurut Satjito Rahardjo perlindungan hukum adalah adanya upaya

melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu

Hak Asasi Manusia kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka

kepentingannya tersebut.

2. Menurut Setiono perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk

melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa

yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban

dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati

martabatnya sebagai manusia.

3. Menurut Muchsin perlindungan hukum adalah kegiatan untuk melindungi

individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah-kaidah

yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya

ketertiban dalam pergaulan hidup antara sesama manusia.

29
4. Menurut Hetty Hasanah perlindungan hukum yaitu merupakan segala

upaya yang dapat menjamin adanya kepastian hukum, sehingga dapat

memberikan perlindungan hukum kepada pihak-pihak yang bersangkutan

atau yang melakukan tindakan hukum.

Menurut ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 secara

yuridis menyatakan bahwa setiap tenaga kerja berhak dan mempunyai kesempatan

yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak tanpa

membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai dengan

minat dan kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan, termasuk perlakuan yang

sama terhadap penyandang cacat. Sedangkan Pasal 6 mewajibkan pengusaha

untuk memberikan hak dan kewajiban kepada pekerja/buruh tanpa membedakan

jenis kelamin, suku, ras, agama, warna kulit, dan aliran politik.

Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir

dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh

masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut

untuk mengatur hubungan perilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara

perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan

masyarakat. Menurut Satjipto Rahardjo, Perlindungan hukum adalah memberikan

pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan

perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-

hak yang diberikan oleh hukum. Perlindungan hukum ada 2 (dua) bentuk:

a. Preventif

30
Adalah perlindungan hukum yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan

untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran atau sengketa.

b. Represif

Adalah perlindungan hukum yang berupa sanksi seperti denda, penjara, dan

hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi pelanggaran atau

sengketa.

Setiap calon PMI/PMI mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Perlindungan yang dimaksud

meliputi prapenempatan, masa penempatan, sampai dengan purnapenempatan. Di

samping pemerintah, pelaksana penempatan PMI swasta juga bertanggung jawab

untuk memberikan perlindungan kepada calon PMI/PMI sesuai dengan peraturan

perundang-undangan dan perjanjian penempatan.

2.2.4 Pelayanan Publik

Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan

administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik yaitu setiap

institusi penyelenggara Negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk

berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum

lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Kegitan

tersebut dilaksanakan oleh pejabat, pegawai, petugas, dan setiap orang yang

31
bekerja di dalam organisasi penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan

atau serangkaian tindakan pelayanan publik.

Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) merupakan salah

satu contoh instansi pemerintah yang melaksanakan pelayanan publik. BP2MI

sebagai penyedia pelayanan publik mempunyai tugas fungsi membantu

pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan pembangunan dan dengan

banyaknya jumlah PMI di luar negeri telah memberi kontribusi mengurangi

masalah pengangguran di Indonesia serta memberi kontribusi mendatangkan

devisa. Pelayanan yang baik kepada Tenaga Kerja Indonesia atau pengguna

layanan haruslah didukung oleh pegawai-pegawai yang handal, berkompeten,

mampu memahami serta dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sesuai

dengan bidang tanggungjawab yang sudah diberikan atau dibebankan kepada

pemberi layanan. Selain itu juga, mereka tentu harus memiliki komitmen dan

tanggungjawab moral kepada Tenaga Kerja Indonesia sebagai pengguna layanan.

Tenaga Kerja Indonesia tentunya ingin mendapatkan kualitas pelayanan yang baik

dari pemerintah sebagai pemberi layanan.

32
2.3 Kerangka Pemikiran

Peran Badan Perlindungan


Pekerja Migran Indonesia
(BP2MI) Wilayah Kepulauan Riau
Dalam Memberikan Perlindungan
Kepada Tenaga Kerja Indonesia
Kota Tanjungpinang.

Tugas dan Fungsi Badan


Perlindungan Pekerja Migran
Indonesia (BP2MI)

Perpres. Nomor 90 Tahun 2019


Undang-Undang Nomor 13 Tahun
Tentang Badan Perlindungan
2003 Tentang Ketenagakerjaan
Pekerja Migran Indonesia

Perban. Nomor 05 Tahun 2020 Tentang


Rencana Strategis Badan Perlindungan
Pekerja Migran Indonesia Tahun 2020-
2024

Tugas, Tanggung Jawab dan Kewajiban Pemerintah


Perlindungan TKI
Strategi Peningkatan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia

33
2.4 Defenisi Konsep

2.4.1 Perlindungan Sebelum Bekerja

Pelindungan Sebelum Bekerja meliputi:

1. pelindungan administratif;

a. kelengkapan dan keabsahan dokumen penempatan,

b. penetapan kondisi dan syarat kerja.

2. pelindungan teknis.

a. pemberian sosialisasi dan diseminasi informasi,

b. peningkatan kualitas Calon Pekerja Migran Indonesia melalui

pendidikan dan pelatihan kerja,

c. Jaminan Sosial,

d. fasilitasi pemenuhan hak Calon Pekerja Migran Indonesia,

e. penguatan peran pegawai fungsional pengantar kerja,

f. pelayanan penempatan di layanan terpadu satu atap penempatan dan

pelindungan Pekerja Migran Indonesia,

g. pembinaan dan pengawasan.

2.4.2 Perlindungan Selama Bekerja

Pelindungan Selama Bekerja meliputi:

34
a. pendataan dan pendaftaran oleh atase ketenagakerjaan atau pejabat

dinas luar negeri yang ditunjuk,

b. pemantauan dan evaluasi terhadap Pemberi Kerja, pekerjaan, dan

kondisi kerja,

c. fasilitasi pemenuhan hak Pekerja Migran Indonesia,

d. fasilitasi penyelesaian kasus ketenagakerjaan,

e. pemberian layanan jasa kekonsuleran,

f. pendampingan, mediasi, advokasi, dan pemberian bantuan hukum

berupa fasilitasi jasa advokat oleh Pemerintah Pusat dan/atau

Perwakilan Republik Indonesia serta perwalian sesuai dengan hukum

negara setempat,

g. pembinaan terhadap Pekerja Migran Indonesia,

h. fasilitasirepatriasi.

2.4.3 Perlindungan Setelah Bekerja

Pelindungan Setelah Bekerja meliputi:

a. fasilitasi kepulangan sampai daerah asal,

b. penyelesaian hak Pekerja Migran Indonesia yang belum terpenuhi,

c. fasilitasi pengurusan Pekerja Migran Indonesia yang sakit dan

meninggal dunia,

d. rehabilitasi sosial dan reintegrasi sosiai,

35
e. pemberdayaan Pekerja Migran Indonesia dan keluarganya.

36
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan ialah metode penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti

pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci

(Sugiyono, 2005). Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap fakta, keadaan,

fenomena, variable dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan

menyuguhkan apa adanya.

Alasan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dimana penelitian

kualitatif sebagai metode ilmiah sering digunakan dan dilaksanakan oleh

sekelompok peneliti dalam bidang ilmu social. Penelitian kualitatif dilaksanakan

untuk membangun pengetahuan melalui pemahaman dan penemuan. Pendekatan

penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang

berdasarkan pada metode yang menyelidiki suatu fenomena social dan masalah

manusia. Pada penelitian ini peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti

kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden dan melakukan studi pada

situasi yang alami.

3.2 Objek dan Lokasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:13) objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal

objektif, valid dan reliable tentang suatu hal. Dalam penelitian ini yang menjadi

37
objek yaitu Peran Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Wilayah

Kepulauan Riau Dalam Memberikan Perlindungan Kepada Tenaga Kerja

Indonesia Kota Tanjungpinang.

Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti memperoleh informasi

mengenai data yang diperlukan. Lokasi dalam penelitian ini yaitu di kota

Tanjungpinang. Ada beberapa hal yang membuat peneliti tertarik memilih lokasi

penelitian di Kota Tanjungpinang yakni, Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota

dari Provinsi Kepulauan Riau, posisi Kota Tanjungpinang sangatlah strategis, di

samping berdekatan dengan Kota Batam sebagai kawasan perdagangan bebas, dan

Negara Singapura sebagai pusat perdagangan dunia, Kota Tanjungpinang

merupakan salah satu daerah di Provinsi Kepulauan Riau yang berbatasan

langsung dengan luar negeri khususnya Singapura, Malayasia, Vietnam dan

Philipina.

Demikian juga merupakan jalan lalu lintas antara negara tetangga ke

Kepulauan Riau dan Kota Tanjungpinang dapat diakses dengan mudah melalui

jalur laut.

Kota Tanjungpinang juga merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota yang

telah ditetapkan menjadi daerah entry point, Kota Tanjungpinang yang merupakan

Ibu Kota dari Provinsi Kepulauan Riau memiliki peranan penting sebagai daerah

entry point dari pemulangan Tenaga Kerja Indonesia yang dideportasi dari negara

penempatan.

38
Hal menarik lainnya ialah banyaknya kasus kekerasan yang dialami oleh

PMI dan dari sekian banyak kasus ada beberapa yang berasal dari Kota

Tanjungpinang.

3.3 Fokus Penelitian

Fokus pada penelitian ini adalah Bagaimana Peran Badan Perlindungan

Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) wilayah Kepulauan Riau dalam memberikan

perlindungan Kepada Pekerja Migran Indonesia kota Tanjungpinang.

3.4 Sumber Data

Sumber data yang menjadi bahan dalam penelitian ini adalah:

a. Sumber Data Primer

Menurut Hasan (2002:82) data primer adalah data yang diperoleh atau

dikumpulkan langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian

atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer dalam

penelitian yang ingin didapatkan yakni data tentang Peran Badan

Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Wilayah Kepulauan Riau Dalam

Memberikan Perlindungan Kepada Tenaga Kerja Indonesia Kota

Tanjungpinang

b. Sumber Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2010:193) sumber sekunder adalah sumber yang

tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat

orang lain atau dokumen. Sumber data sekunder merupakan sumber

yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber

39
data sekunder dalam penelitian ini seperti berita online terkait dengan

Peran Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia Wilayah

Kepulauan Riau Dalam Memberikan Perlindungan Kepada Tenaga Kerja

Indonesia Kota Tanjungpinang.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan:

1. Pengamatan (Observasi).

Menurut Nation seperti dikutip Sugiyono (2014), “Observasi adalah

dasar semua ilmu pengetahuan.” Para ilmuan hanya dapat bekerja

berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyatan yang diperoleh

melalui observasi. Dapat disimpulkan observasi adalah metode

pengamatan dan pencatatan secara langsung dan sisitematis dari obyek

penelitian untuk dapat memperoleh gambaran nyata kegiatan

perusahaan.

2. Wawancara

Definisi wawancara menurut Subagyo (2011:62-63) adalah metode

pengumpulan data yang dilakukan melakukan melalui wawancara yaitu

kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung

dan memberikan pertanyaan-pertanyaan pada informan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dapat diasumsikan sebagai sumber data tertulis yang

terbagi dalam dua kategori yaitu sumber resmi dan sumber tidak resmi.

Sumber resmi merupakan dokumen yang dibuat atau dikeluarkan oleh

40
lembaga atau perorangan atas nama lembaga. Sumber tidak resmi adalah

dokumen yang dibuat atau dikeluarkan oleh individu tidak atas nama

lembaga. Dokumen yang akan dijadikan sebagai sumber referensi dapat

berupa hasil rapat, laporan pertanggung jawaban, surat, dan catatan

harian.

3.6 Informan

Menurut Sugioyono (2016:2160) informan adalah orang-orang yang

dipandang tahu tentang objek penelitian yang ingin diketahui oleh peneliti.

Menurut Sugiyono teknik purpose sampling merupakan teknik pengemabilan

sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010:300). Pada

penelitian ini penentuan informan yang menjadi sumber data dilakukan dengan

teknik purpose sampling, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu

yang memahami focus penelitian.

Tabel 3.1 Informan

NO INFORMAN
1. Kepala UPT.BP2MI kota Tanjungpinang
2. Ketua Koordinator Pemulangan PMI Kota Tanjungpinang
3. Pekerja Migran Indonesia

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam penelitain kualitatif tersebut pengolahan data tidak harus dilakukan

setelah data terkumpul, atau analisi data tidak mutlak dilakukan setelah

pengolahan data selesai. Analisa data adalah proses penyederhanaan data dalam

bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterprestasikan. Data yang diperoleh

41
kemudian dianalisis secara bersamaan dengan proses pengumpulan data, proses

analisis yang dilakukan merupakan suatu proses yang cukup panjang. Data dari

hasil wawancara yang diperoleh kemudian dicatat dan dikumpulkan sehingga

menjadi sebuah catatan lapangan.

Adapaun teknik analisa data kualitatif dilakukan dengan cara menyajikan

data seperti menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusun dalam satuan-

satuan yang kemudian diaktegorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa

keabsahan dan serta menafsirkannnya denga analisi dengan kemampuan nalar

peneliti (Moleong, 2001:247). Terdapat beberapa langkah dalam melakukan

analisis data, yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data dilakuakan dengan merangkum dan memfokuskan hal-

hal yang penting tentang penelitian dengan mencari tema dengan pola

hingga memberikan gambaran yang lebih jelas serta mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan

mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Bermakna sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan

kemungkinan adanaya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan.

Penyajian data ini dilakukan dalam bentuk teks yang bersifat naratif.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat pada tahap

42
pengumpulan data berikutnya. Namun, apabila kesimpulan pada tahap

awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

43
3.8 Jadwal Penelitian

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian


Tahun 2021
N Kegiatan Bulan Februari Maret April Mei Juni Juli
O
Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Tahap Persiapan
a. Studi Literatur
b. Observasi
c. Mengurus Perizinan

(Pra) Penelitian
d. Penulisan Proposal

Usulan Penelitian
e. Pengajuan Judul

Usulan Penelitian
f. Pengesahan Judul

Usulan Penelitian
g. Bimbingan
2. Tahap Penelitian
a. Observasi
b. wawancara
c. Pengolahan Data
d. Analisa Data
e. Penyusunan Laporan
3. Tahap Pengujian
a. Seminar Usulan

Penelitian
b. Revisi usulan

Penelitian
c. Sidang Skripsi
d. Revisi Skripsi

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : Penerbit PT. Rineka


Cipta.

Subarsono, AG, 2013, Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori, dan Aplikasi,
Jakarta: Pustaka Pelajar.

Sriyanto, N. (2015). Politik luar negeri indonesia dan isu migrasi internasional:
Suatu pengantar. Di Sriyanto, N., & Yustiningrum, RR. E. (Eds.), Politik

44
luar negeri indonesia dan isu migrasi internasional (hal. 1-18). Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Fihartoma, D. (2004). Kebijakan Perlindungan Buruh Migran Perempuan


Indonesia Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Jakarta:
Universitas Indonesia.

Jurnal dan Skripsi

Agung Brahmanda Yoga, Dewa Gede Rudy, K. S. S. (2014). Perlindungan


Hukum Terhadap Tenaga Kerja Di Mertha Suci Bangli. Hukum Bisnis
Fakultas Hukum Universitas Udayana, 1–5.

Andriani, N. (2019). Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Pekerja Migran


Ditinjau Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 Tentang
Perlindungan Pekerja Migran Indonesia. In Fakultas Syari’ah Dan Hukum
Prodi Ilmu Hukum (Vol. 8, Issue 5). Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Darussalam – Banda Aceh.

Satryo Pringgo Sejati. (2015). Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar


Negeri. Magister Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta Yogyakarta,Indonesia.

Farida Nur Hidayah. (2015). Perlindungan hukum terhadap tenaga kerja wanita
indonesiadi luar negeri korban exploitation rape. In Jurnal Hukum.

Sepriandi, S. (2018). Kebijakan Perlindungan Sosial bagi Pekerja Migran


Bermasalah di Debarkasi Kota TanjungPinang. Kemudi: Jurnal Ilmu
Pemerintahan,2(2),9394.https://media.neliti.com/media/publications/271471
-kebijakan-perlindungan-sosial-bagi-peker-87316f80.pdf

Seli Saraswati. (2019). Fungsi Badan Pelayanan Penempatan Dan Perlindungan


Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Dalam Pemberdayaan Pekerja Migran
Donesia (Pmi) Purna Di Lampung. In Fakultas Dakwah Dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung (Vol. 53, Issue
9).

Trisnawati, D. (2015). Peran Pemerintah dalam Memeberikan Perlindungan


terhadap Tenaga Kerja Indonesia yang Bekerja di Luar Negeri. (Studi Pada
Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah,
14010110141026.https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jpgs/article/view/82
12

Galeh Prakerti. Herbasuki N. Aufarul Marom. (2018). Analisis Kualitas


Pelayanan Di Badan Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

45
(Bp3tki) Semarang Provinsi Jawa Tengah. Administrasi Publik Fakultas
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro, 53(9), 1689–1699.

Kelas Pintar. (2020). Jenis-Jenis Tenaga Kerja, 5464.


https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan

Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 22 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan

Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran

Indonesia.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor

Kep-104 A/Men/2002 Tentang Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Ke Luar

Negeri Menteri, Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia,

46

Anda mungkin juga menyukai