Anda di halaman 1dari 8

Makalah Hukum Ketenagakerjaan

Kebijakan Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia

Dosen Pengampu:
Aryo Subroto S.H., M.H.
Disusun oleh:
Kelompok 1:
Berlin Anugie Vitara (2108016213)
Muhammad Wendy Ariady Alpianur (2108016214)
Dicky Satria Pratama (2108016206)
Mahatir Ahmad Madika (2108016233)
Nurul Hidayah (2108016246)
Aprilia Amanda (2108016222)
Nor Paridah (2108016243)
Karina Yunitasari (2108016203)
Simanjuntak Welly Kaston  (1808015251)
Muhammad Zacky Umar Pananda  (2108016244)

Program Studi Ilmu Hukum


Fakultas Hukum
Universitas Mulawarman
2023
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
Negara merupakan salah satu lembaga yang menunjang keberlangsungan hidup warga negaranya,
baik itu dalam bidang ekonomi dan sosial. Ini merupakan hak ekonomi, sosial, dan budaya yang
dimiliki oleh warga negara dan lembaga pemerintahan harus memenuhi dan melindungi hak tersebut
sehingga terciptanya kemakmuran rakyat. Apabila memandang subyek HAM, tenaga kerja juga
merupakan subyek hukum karena tenaga kerja memiliki kerentanan yang diakibatkan oleh
ketimpangan relasi kekuasaan dengan pelaku usaha yang mempekerjakannya. Namun, melihat
Kembali mengenai hak asasi manusia, sudah dikatakan sebelumnya bahwasannya tenaga kerja
merupakan pemegang peran sebagai pemegang hak, hak untuk dilindungi dari kerentanan dari
ketimpangan relasi kekuasaan.

Dalam suatu negara, terdapat beberapa mata pencaharian yang bersifat opsional, warga negara
memiliki hak untuk memilih apa mata pencaharian yang dia/mereka inginkan. Itu adalah hal yang
mendasar sekali dalam ruang lingkup HAM, manusia bebas menentukan pilihannya. Apabila kita
kaitkan dengan ketenagakerjaan, seseorang bebas memilih pekerjaan yang Ia inginkan. Apabila ada
seorang warga negara lokal ingin bekerja di luar, negara harus memfasilitasi. Terkadang saat melihat
kabar di platform media sosial seperti Instagram dan lain-lain, kerap terlihat Warga Negara Indonesia
(yang selanjutnya akan disingkat WNI) bekerja di luar negara. Ambillah contohnya seperti WNI yang
bekerja di Jepang. Bukti bahwa mereka telah difasilitasi oleh negara untuk bekerja di Jepang adalah
mereka diberikan izin untuk bekerja di sana dengan persetujuan Pihak tertentu. Kemudian adalah
WNI tersebut diberikan fasilitas dengan bentuk pelatihan Bahasa asing negara tujuan.

Bagaimana dengan tenaga kerja asing? Jikalau melihat bahwasannya ada tenaga kerja asing yang
bekerja di perusahaan Indonesia, dapat diasumsikan bahwa tenaga kerja asing tersebut telah diberikan
izin dan difasilitasi oleh kedua belah Pihak, yang mana Pihak tersebut adalah negara asal dan negara
tujuan (Indonesia). Namun, bisa jadi juga ada sebagian Warga Negara Asing (yang selanjutnya akan
disingkat WNA) yang kabur dari negaranya demi mencari nafkah di negara lain sebagai tenaga kerja
asing. Kalau kondisinya seperti itu, bisa jadi menimbulkan konflik antar negara sehingga bukannya
memberikan keuntungan, malah memunculkan kerugian terhadap suatu Pihak. Maka dari itu tidak
dapat terciptanya industrial peace, ketenagan industrial

B. Rumusan Masalah
1. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan tenaga kerja asing?
2. Bagaimana kebijakan untuk mengatur tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia?
3. Bagaimana kebijakan untuk mengatur tenaga kerja lokal yang bekerja di luar negeri?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tenaga kerja asing
2. Untuk mengetahui bentuk kebijakan untuk mengatur tenaga kerja asing yang bekerja di
Indonesia
3. Untuk mengetahui bentuk kebijakan untuk mengatur tenaga kerja lokal yang bekerja di luar
negeri
BAB II Pembahasan

A. Pengertian Mengenai Tenaga Kerja Asing

Pengertian tenaga kerja asing (TKA) sebenarnya dapat ditinjau dari segala segi, dimana salah
satunya yang menentukan kontribusi terhadap daerah dalam bentuk retribusi dan juga menentukan
status hukum serta bentuk-bentuk persetujuan dari pengenaan retribusi. Tenaga kerja asing adalah tiap
orang bukan negara Indonesia yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun luar
hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Pengertian tenaga kerja asing ditinjau dari segi undang-undang (pengertian otentik), yang
dimana pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2013 Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing, menyebutkan bahwa tenaga kerja kerja
adalah warga negara asing pemegang visa kerja warga negara Indonesia yang ditunjuk dan
dipersiapkan sebagai pendamping tenaga kerja asing. Sedangkan menurut Pasal 1 angka 13 Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan dijelaskan bahwa tenaga kerja asing adalah
warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia.

B. Kebijakan Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan
kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Dalam konsideran "UU No.
13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan" menyebutkan bahwa “perlindungan terhadap tenaga kerja
dimaksudkan untuk menjamin hak hak dasar pekerja/buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta
perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan
keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha”. Berlakunya undang-
undang tersebut menjadi acuan dasar penempatan TKA di Indonesia ditambah peraturan pelaksana.

Datangnya TKA ke Indonesia untuk berkerja tidak hanya memberikan dampak negatif dalam
permasalahan hidup pada tenaga kerja di Indonesia karena hal ini dapat mengakibatkan banyaknya
angka pengangguran yang bisa berdampak pada konflik di masyarakat. Dimana TKA juga
mendapatkan fasilitas yang berbeda dengan tenagakerja Indonesia seperti adanya perbedaan upah
antara TKA dengan tenagakerja Indonesia dalam satu pekerjaan dan posisi yang sama. Belum lagi
angka pengangguran yang semakin banyak, menurut data BPS Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
berdasarkan data resmi Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai 7,05 juta orang per Agustus 2019.
Masuknya tenaga kerja asing akan membuat semakin sempitnya lapangan pekerjaan di dalam negeri.
Hal ini karena jumlah tenaga kerja akan bertambah banyak. Jika tidak diimbangi dengan peningkatan
usaha di dalam negeri maka lapangan pekerjaan akan terasa semakin sempit.
Oleh karena itu pemerintah perlu membuat kebijakan yang lebih baik terkait TKA di
Indonesia, salah satu upayanya adalah pemerintah lebih aktif dan bekerja sama untuk memberikan
kesempatan kerja kepada TKI dan membatasi penggunaan tenaga asing dan meningkatkan serta
melakukan pengawasan-pengawasan. Pada akhirnya pemerintah mengeluarkan beberapa produk
hukum mulai dari perizinan, jaminan perlindungan kesehatan hingga pengawasan yang salah satunya
adalah :

1. PP Republik Indonesia No 97 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Ritribusi
Perpanjangan Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing yang didalamnya ditetapkan dua jenis
retribusi yaitu retribusi pengendalian lalu lintas dan retribusi perpanjangan IMTA.

2. PP No 72 Tahun 2014 tentang penggunaan TKA serta pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga
kerja pendamping. Menurut PP ini, setiap pemberian TKA harus memiliki RPTKA yang disahkan oleh
Menteri Tenaga Kerja atau pejabat yang ditunjuk sebelum memperkerjakan TKA yang diajukan secara
tertulis dan setiap pemberi TKA harus wajib memiliki IMTA.

3. PerMen Tenagakerjaan dan Transmigrasi No 12 Tahun 2013 yang mengatur tentang penggunaan
tenaga kerja asing.

4. Beberapa keputusan-keputusan Menteri

Itulah beberapa Peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah, sehingga penggunaan terhadap
Tenaga Kerja Asing memiliki legitimasi di mata hukum dan dapat diberikan perlindungan hukum
terhadap sengketa yang kemungkinan ada di tengah-tengah relasi atau hubungan kerja. Apabila
membicarakan penggunaan Tenaga Kerja Asing, perlunya merujuk Peraturan Pemerintah Nomor 72
Tahun 2014 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing. Selain itu juga, dapat juga merujuk kepada
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Terdapat pada BAB VIII mengenai Penggunaan Tenaga
Kerja Asing. Dalam BAB VIII ini, terdapat beberapa aspek. Yakni ketentuan-ketentuan yang perlu
diikuti pemberi kerja TKA, kemudian kewajiban pemberi kerja TKA, pelarangan intervensi TKA
dalam suatu negara, dan Tindakan yang perlu dilakukan apabila hubungan kerjanya berakhir.

Dari tadi membicarakan tentang Pemberi Kerja TKA. Jadi, Pemberi Kerja TKA itu terdapat
beberapa subyek di dalamnya. Ini terdapat di Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2014.
Yang meliputi:

- instansi pemerintah,
- kantor perwakilan dagang asing
- perusahaan swasta asing
- badan hukum yang didirikan berdasar hukum di Indonesia
- lembaga sosial, keagamaan, Pendidikan, dan kebudayaan
- usaha jasa impresariat.
Jadi, pada saat ingin mempekerjakan TKA di suatu tempat, subyek-subyek tersebut perlu mengikuti
kebijakan yang ada seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Mengurus secara administrasi. Pemberi
Kerja TKA perlu memiliki RPTKA dengan persetujuan Menteri. Jadi selanjutnya adalah RPTKA ini
nantinya akan berfungsi sebagai dasar pembuatan IMTA. IMTA sendiri merupakan singkatan dari Izin
Mempekerjakan TKA.

C. Kebijakan Mengenai Tenaga Kerja Indonesia yang Bekerja di Luar Negeri

Menyadari akan pentingnya pekerja bagi perusahaan, pemerintah dan masyarakat, maka perlu
dilakukan pemikiran agar pekerja dapat menjaga keselamatannya dalam menjalankan pekerjaan.
Perlindungan pekerja dapat dilakukan, baik dengan jalan memberikan tuntutan, maupun dengan jalan
meningkatkan pengakuan hak –hak asasi manusia, perlindungan fisik dan teknis serta sosial dan
ekonomi melalui norma yang berlaku dalam lingkungan kerja itu. Perlindungan bagi TKI yang
bekerja di luar negeri dimulai dan terintegrasi dalam setiap proses penempatan TKI, sejak proses
rekrutmen, selama bekerja dan ketika pulang ke tanah air. Dengan penyediaan dokumen yang benar
dan absah, diharapkan TKI terhindar dari risiko yang mungkin timbul selama mereka di luar negeri.
Pemerintah bertugas mengatur, membina, melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan
penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
untuk meningkatkan upaya perlindungan TKI di luar negeri Pemerintah berkewajiban:

a) menjamin terpenuhinya hak-hak calon TKI/TKI, baik yang berangkat melalui pelaksana
penempatan TKI, maupun yang berangkat secara mandiri,
b) mengawasi pelaksanaan penempatan calon TKI,
c) membentuk dan mengembangkan sistem informasi penempatan calon TKI di luar negeri,
d) melakukan upaya diplomatik untuk menjamin pemenuhan hak dan perlindungan TKI secara
optimal di negara tujuan, dan e) memberikan perlindungan kepada TKI selama masa sebelum
pemberangkatan, penempatan dan purna penempatan (Pasal 5 sampai 7 Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di
Luar Negeri).

Berdasarkan perlindungan hukum terhadap TKI baik pada prapenempatan, masa penempatan, dan
purna penempatan maka jika ditinjau dari Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang
Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri/

Perlindungan hukum terhadap TKI dapat dilihat dari 2 aspek, yaitu aspek hukum administrasi dan
aspek hukum pidana. Aspek perlindungan hukum administrasi di sini adalah meliputi pembinaan
administratif, Pengawasan Administratif dan Sanksi Administratif. Pembinaan Administratif diatur
dalam Pasal 86 sampai Pasal 91, sedangkan Pengawasan Administratif diatur dalam Pasal 92 dan 93,
dan sanki administratif di atur dalam Pasal 100 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004. Sanksi
Administratif dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan
TKI di Luar Negeri, dalam Pasal 100 ayat (2) menyebutkan bahwa Sanksi Administratif berupa:

a) Peringatan tertulis;
b) Penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan usaha penempatan TKI;
c) Pencabutan izin;
d) Pembatalan keberangkatan calon TKI; dan/atau
e) Pemulangan TKI dari luar negeri dengan biaya sendiri.

Aspek hukum pidana dalam kaitannya dengan sanksi pidana dalam Undang-undang No. 39 Tahun
2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri adalah asas kepastian hukum
(legalitas), asas pencegahan dan asas pengendalian.Aspek hukum pidana dalam Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri, diatur dalam Bab
XIII Pasal 102 sampai 104. Penerapan sanksi pidana dalam undang-undang ini merupakan sanksi
yang bersifat ultimum remedium, yaitu upaya terakhir apabila sanksi administratif tidak bisa
diterapkan. Pemerintah bertugas mengatur, membina, melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan
penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri.

BAB III Penutupan


A. Kesimpulan
Tenaga kerja asing merupakan sesuatu yang penting baik bagi negara tempat pekerja tersebut
bekerja maupun tempat pekerja tersebut berasal. Bagi negara tujuan tempat pekerja tersebut bekerja
mereka berperan penting dalam mengerjakan berbagai pekerjaan yang dimana pekerja lokal tidak bisa
melakukan nya baik karena pekerja lokal belum begitu terlatih atau pun karena pekerja lokal lebih
memilih untuk bekerja dalam sektor pekerjaan tertentu sehingga sektor pekerjaan lain mengalami
kekurangan tenaga kerja. Sedangkan bagi negara tempat pekerja tersebut berasal, pekerja pekerja
tersebut juga berperan dalam menghasilkan pemasukan atau devisa bagi negara. Selain itu
pengalaman yang mereka dapatkan dari bekerja di luar negeri juga berguna bagi negara asal mereka.
Namun penting bagi suatu negara untuk menyediakan aturan untuk para pekerja pekerja tersebut
agar mereka tidak bertindak semena mena dan demi memastikan tenaga kerja asing yang mereka
dapatkan sudah tepat seperti yang mereka butuhkan. Inilah hal yang menyebabkan mengapa setiap
negara memiliki aturan yang berbeda beda mengenai tenaga kerja asing. Karena budaya, norma yang
berlaku serta alasan mengapa mereka memutuskan untuk mendatangkan tenaga kerja dari luar juga
berbeda beda. Jadi segala peraturan mengenai tenaga kerja asing sudah pasti akan diadaptasikan
berdasarkan kebutuhan yang dibutuhkan oleh negara yang memutuskan untuk mendatangkan
tenaga kerja asing.
DAFTAR PUSTAKA
Beberapa Peraturan Perundang-Undangan:

 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2014 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing
Abharina Atika S, (2017), Tinjauan Hukum Mengenai Pengawasan Terhadap Tenaga Kerja Asing Di
Kota Cilegon.
Abduh,R, (2020), “Dampak Sosial Tenagakerja Asing (TKA) Di Indonesia ”, Sosek:Jurnal Sosial dan
EkonomiVol 1(1)
Adha, Hadi L., Husni, H.L., dan Suryani Ani, "KEBIJAKAN PENGGUNAAN TENAGA KERJA
ASINGDI INDONESIA", [Fakultas Hukum Universitas Mataram] | Jurnal
HukumJATISWARA

Anda mungkin juga menyukai