Anda di halaman 1dari 11

10 Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia dan Solusinya

Sponsors Link
Ketenagakerjaan merupakan masalah yang turut mempengaruhi masalah negara berkembang,
termasuk di negara Republik Indonesia. Untuk itulah, hampir di setiap kabinet negara selalu ada
kementerian yang khusus menangani kasus ketenagakerjaan. Di negara berkembang seperti
Indonesia, masalah ketenagakerjaan yang terjadi di seputar kualitas SDM tenaga kerja,
pengangguran, dan lapangan pekerjaan yang sempit. Artikel kali ini akan membahas secara
khusus 10 masalah ketenagakerjaan di Indonesia yang wajib diketahui:

ads
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, ketenagakerjaan merupakan suatu hal yang berkaitan dengan
tenaga kerja. Sementara itu, menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, ketenagakerjaan
adalah segala sesuatu yang ada kaitannya dengan tenaga kerja baik itu sebelum, selama, dan
sesudah kerja. Bisa disimpulkan, bahwa ketenagakerjaan adalah suatu hal yang menyangkut soal
tenaga kerja dan hal-hal lain terlibat di dalamnya, seperti kesempatan kerja, gaji, kualitas kerja,
pemenuhan hak pensiun, dan lain sebagainya. Semua itu secara tidak langsung menyatakan
bahwa masalah ketenagakerjaan adalah suatu masalah yang terbilang kompleks dan harus
ditangani secara serius oleh pemerintah dan kementerian yang secara khusus menangani soal
ketenagakerjaan, yakni Kementerian Ketenagakerjaan.

Kementerian Ketenagakerjaan di Indonesia


Berbicara selain tenaga kerja, kementerian tenaga ketenagakerjaan juga patut untuk dibahas
dalam ranah ketenagakerjaan, khususnya di Indonesia. Menurut Wikipedia, Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia (Kemnaker) merupakan kementerian Republik Indonesia
yang secara khusus menangani soal ketenagakerjaan. Kementerian ini berada di bawah tanggung
jawab Presiden dan harus mempertanggungjawabkan hasil kerjanya ke Presiden juga.
Kementerian ketenagakerjaan dipimpin langsung oleh seorang menteri
ketenagakerjaan. Kementerian ini dibentuk pada tanggal 3 Juli 1947 dengan nama Kementerian
Perburuhan. Sesuai namanya, kementerian ini bertugas untuk menangani masalah perburuhan di
Indonesia. Pada saat diadakannya pemerintahan darurat di Pulau sumatera, kementerian ini
berganti nama menjadi Kementerian Buruh dan Sosial. Pergantian ini sejalan dengan
penambahan fungsi kementerian, terutama di ranah sosial. Di ranah tersebut, kementerian yang
kini dipimpin oleh Hanif Dhakiri ini bertugas untuk mengawasi masalah kepemudaan,
keamanan, dan pembangunan.

Di awal orde baru, kementerian ini berubah nama menjadi Departemen Tenaga Kerja
(Depnaker). Sesuai namanya, kementerian ini secara fokus mengurusi masalah ketenagakerjaan,
baik itu buruh maupun jenis tenaga kerja lainnya. Di awal masa pembangunan jilid II orde baru,
nama kementerian ini berubah lagi menjadi Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan
Koperasi. Perubahan nama juga membuat kementerian ini bertambah tugas dan fungsi. sesuai
namanya, kementerian tersebut juga harus menangani masalah transmigrasi dan koperasi selain
juga tetap menangani masalah ketenagakerjaan di Indonesia. Pada masa pembangunan jilid III,
fungsi koperasi dihilangkan dari kementerian ini, sehinga nama kementerian ini menjadi
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans). Di masa pembangunan
selanjutnya, fungsi transmigrasi telah diberikan kepada kementerian khusus, sehingga
kementerian ketatanegaraan saat itu kembali menjadi Depnaker. Di masa revolusi, Depnaker
sempat digabungkan kembali dengan kementerian transmigrasi. Di era ini pun kementerian
ketatanegaraan bergonta ganti nama hingga menjadi Kemnaker seperti sekarang.

Tugas dan fungsi kementerian ini secara umum tentu mengurusi masalah ketenagakerjaan,
termasuk menyusun berbagai cara mengatasi masalah pengangguran. Namun secara khusus,
kementerian ini mempunyai sejumlah fungsi dan tugas, yaitu:

 Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan yang menyangkut daya saing tenaga kerja,
peningkatan tenaga kerja, perluasan lapangan kerja, peningkatan hubungan industrial dan
jaminan sosial tenaga kerja, pembinaan pengawasan terkait ketenagakerjaan, keselamatan kerja,
dan kesehatan kerja.
 Koordinasi dalam pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan terhadap administrasi
seluruh unsur yang terlibat dalam Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia
(Kemnaker).
 Mengelola barang milik atau kekayaan negara yang telah menjadi tanggung jawab Kemnaker.
 Mengawasi pelaksanaan tugas di lingkungan Kemnaker.
 Melaksanakan bimbingan teknis dan supervisi atas urusan Kemnaker di daerah.
 Melaksanakan kegiatan teknis berskala nasional yang sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
 Melaksanakan penelitian, perncanaan, dan pengembangan di bidang ketenagakerjaan di
Indonesia.

Susunan organisasi Kementerian Ketenagakerjaan Indonesia (Kemnaker) adalah sebagai berikut:

 Sekretariat Jenderal.
 Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas.
 Direktorat Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja.
 Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial tenaga Kerja.
 Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan serta
Keselamatan Kerja.
 Inspektorat Jenderal.
 Badan Perencanaan dan Pengembangan Ketenagakerjaan.
 Staf Ahli di Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Manusia.
 Staf Ahli di Bidang Kerjasama Internasional.
 Staf Ahli di Bidang Hubungan Antar Lembaga
 Staf Ahli di Bidang Kebijakan Publik.

Sponsors Link

Susunan organisasi ini bersumber pada Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015.

Pengertian Tenaga Kerja


Membahas ketenagakerjaan berarti juga membahas soal tenaga kerja. Ketenagakerjaan dan
tenaga kerja adalah dua hal yang berdampak penting dalam sektor industri, sehingga keduanya
sangat penting dalam kehidupan ekonomi di suatu negara, termasuk Indonesia. Menurut Undang-
Undang No.13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa, baik itu untuk memenuhi kebutuhan pribadi maupun kebutuhan
masyarakat. Tenaga kerja diartikan sebagai subjek ketenagakerjaan. Berdasarkan penduduknya,
tenaga kerja terdiri atas tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang
telah dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan untuk bekerja.
Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, kelompok ini terdiri dari penduduk berusia 15 sampai
64 tahun.

Bukan tenaga kerja adalah penduduk yang tidak mampu dan tidak mau bekerja, meskipun ada
berbagai macam tawaran pekerjaan. Menurut undang-undang, mereka adalah penduduk yang
usianya di bawah usia 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Para pensiunan dan anak-anak
adalah beberapa contoh diantaranya. Tenaga kerja terdiri atas dua kelompok berdasarkan batas
kerjanya, yakni kelompok angkatan kerja dan kelompok bukan angkatan kerja. Kelompok
angkatan kerja merupakan kelompok yang terdiri atas orang-orang yang telah masuk usia kerja,
terlepas orang-orang tersebut sudah bekerja atau pun belum. Rataan usia penduduk yang masuk
kategori angkatan kerja adalah 15 sampai 64 tahun. Angkatan kerja terbagi menjadi dua, yakni
angkatan kerja yang bekerja dan angkatan kerja yang tidak bekerja. Angkatan kerja yang bekerja
adalah angkatan kerja yang terdiri atas orang-orang yang sedang atau sudah bekerja.

Klasifikasi Tenaga Kerja


Tenaga kerja terdiri atas tiga jenis, yaitu:

 Tenaga Kerja Terdidik: jenis tenaga kerja yang dimana seorang tenaga kerja mempunyai
keahlian tertentu yang diperoleh dari bidang pendidikan. Contoh: dosen, guru, dokter, pengacara,
dan sebagainya.
 Tenaga Kerja Terlatih: tenaga kerja yang mempunyai suatu keahlian yang didapat dari hasil
latihan dan pengalaman. Contoh: montir, sopir, penulis, dan sebagainya.
 Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih: tenaga kerja yang hanya mengandalkan
tenaganya saja dalam bekerja, tanpa memerlukan pendidikan maupun latihan. Contoh: kuli
panggul, pembantu rumah tangga, dan lain sebagainya.

Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia


ads
Hukum ketenagakerjaan merupakan peraturan-peraturan yang tertulis atau tidak tertulis yang
mengatur seorang tenaga kerja atau pihak yang terlibat dalam ketenagakerjaan, baik itu sebelum,
selama, atau sesudah proses ketenagakerjaan berlangsung. Apabila dilanggar, tenaga kerja atau
pun penyedia lapangan kerja akan mendapat sanksi perdata maupun pidana.
Hukum ketenagakerjaan mempunyai cakupan yang luas. Hukum ketenagakerjaan tidak hanya
mengatur pelaksanaan hubungan kerja antara tenaga kerja dan pemberi lahan pekerjaan, tetapi
juga mengatur hal-hal lain seperti proses pencarian kerja, lembaga-lembaga yang mempunyai
keterkaitan dengan ketenagakerjaan, serta mengatur tenaga kerja yang telah selesai bekerja atau
pensiun.

Hukum ketenagakerjaan di Indonesia telah diatur negara di dalam Undang-Undang Nomor 13


Tahun 2003. Undang-Undang ini terdiri atas XVIII Bab dan 193 Pasal dan memiliki susunan
seperti di bawah ini:

 Bab I: Ketentuan Umum.


 Bab II: Landasan, Asas, dan Tujuan.
 Bab III: Kesempatan dan Perlakuan yang Sama.
 Bab IV: Perencanaan Tenaga Kerja dan Informasi Ketenagakerjaan.
 Bab V: Pelatihan Kerja.
 Bab VI: Penempatan Tenaga Kerja.
 Bab VII: Perluasan Kesempatan Kerja.
 Bab VIII: Penggunaan Tenaga Kerja Asing.
 Bab IX: Hubungan Kerja.
 Bab X: Perlindungan, Pengupahan, dan Kesejahteraan.
 Bab XI: Hubungan Industrial
 Bab XII: Pemutusan Hubungan Kerja.
 Bab XIII: Pembinaan.
 Bab XIV: Pengawasan.
 Bab XV: Penyidikan.
 Bab XVI: Ketentuan Pidana dan Sanksi Administratif.
 Bab XVII: Ketentuan Peralihan.
 Bab XVIII: Ketentuan Penutup.

Undang-Undang tertulis lain yang mengatur ketenagakerjaan adalah Undang-Undang Nomor 3


Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004. Undang-Undang No.3 Tahun 1992
mengatur tentang jaminan sosial tenaga kerja, dimana yang dimaksud jaminan sosial tenaga kerja
adalah suatu perlindungan terhadap tenaga kerja berupa santunan berbentuk uang. Santunan
tersebut merupakan ganti atas penghasilan yang hilang atau berkurang. Atau, bisa juga diberikan
sebagai pelayanan akibat peristiwa yang dialami tenaga kerja, seperti hamil kecelakaan, sakit,
atau pun kematian.

Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 yang berisi tentang penyelesaian perselisihan hubungan
industrial. Yang dimaksud perselisihan hubungan industrial di UU tersebut adalah perbedaan
pendapat atau pertentangan yang mengakibatkan perselisihan antara tenaga kerja (baik individual
atau pun berserikat) dan pemberi lapangan pekerjaan. Perselisihan yang terjadi diantara
keduanya berkisar seputar masalah hak dan kepentingan tenaga kerja, Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK), dan lain sebagainya.

Masih ada beberapa undang-undang yang mengatur ketenagakerjaan, yaitu:

 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.


 Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2006 Tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional.
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 100 Tahun 2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 48 Tahun 2004 Tentang Tata Cara Pembuatan dan
Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama.
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 261 Tentang Perusahaan yang Wajib Melaksanakan
Pelatihan Kerja.
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor 08 Tahun 2006 Tentang Perubahan Kepmen Nomor
48 Tahun 2004 yang berisi tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan
serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama.
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Penyelenggaraan Pemagangan di Dalam Negeri.
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmograsi Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Penetapan Standar Kompetensi Kerja tingkat Nasional.

Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia


Seperti yang telah disebutkan di awal, bahwa setiap negara mempunyai masalah
ketenagakerjaan, termasuk Indonesia. Masalah ketenagakerjaan yang dialami Indonesia biasanya
berkutat pada masalah kualitas tenaga kerja, sempitnya lapangan kerja, serta banyaknya
pengangguran yang sulit diatasi. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah 10 masalah
ketenagakerjaan di Indonesia yang wajib diketahui

1. Jumlah Angkatan Kerja yang Banyak


Sebetulnya, tidak ada masalah dengan jumlah angkatan kerja yang banyak. Hanya saja, jumlah
perusahaan Indonesia tidak terlalu banyak dan daya serap mereka pun juga sedikit. Padahal,
pemerintah mengharapkan bahwa setiap perusahaan mampu menjaring angkatan-angkatan kerja
yang banyak serta berpotensi menjadi tenaga kerja. Bila hal ini tidak diatasi, angka
pengangguran akan terus bertambah dan mengakibatkan pembangunan ekonomi di Indonesia
cenderung stagnan bahkan mengalami penurunan. Pemerintah perlu melakukan strategi yang
tepat untuk menangani masalah kuantitas angkatan kerja tersebut.

2. Kualitas Angkatan Kerja Relatif Rendah


Kuantitas angkatan kerja yang banyak tidak diimbangi dengan kualitas setiap angkatan kerja
yang cenderung rendah. Kualitas yang rendah disebabkan oleh tingkat pendidikan mereka yang
rendah atau belum memadai dengan jenis pekerjaan yang ada. Ada juga yang pendidikannya
cukup tinggi dan memadai bagi sebuah pekerjaan namun tidak mampu bekerja sesuai keinginan.
Hal ini disebabkan karena mutu pendidikan yang rendah di beberapa instansi pendidikan atau
bisa juga karena daya serap yang kurang terhadap ilmu pengetahuan. Selain pendidikan,
kesehatan juga merupakan faktor kurangnya kualitas para pekerja. Kesehatan yang kurang fit
akan sangat berpengaruh terhadap kinerja seorang tenaga kerja.

Penyebab dari kondisi kesehatan yang kurang fit ini bisa disebabkan karena kurangnya asupan
makanan yang bergizi tinggi. Sayangnya, sebagian besar masyarakat Indonesia masih kesulitan
mendapat makanan yang bergizi tinggi. Kualitas angkatan yang rendah akan mengurangi
efektivitas serta efisiensi dalam pekerjaan. Selain itu, hasil kerja yang diberikan pon juga kurang
berkualitas. Selain mengalami kerugian, hasil karya perusahaan di Indonesia pun tidak bisa
bersaing dengan negara lain karena kualitasnya yang rendah. Membangun kualitas tenaga kerja
yang tinggi mesti dimulai sejak mereka masih menjadi angkatan non kerja yang berusia 0-14
tahun. Dengan begitu, mereka akan siap menggeluti dunia kerja saat usianya masuk ke dalam
usia angkatan kerja.

3. Persebaran Tenaga Kerja yang Tidak Merata


Luasnya wilayah Indonesia mestinya bisa dimanfaatkan untuk persebaran tenaga kerja.
Sayangnya, hal ini tidak terjadi. Para tenaga kerja terlalu memusatkan diri ke Pulau Jawa. Hal ini
juga dipengaruhi oleh salah satu diantara faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran
penduduk, yaitu faktor fisiologis. Faktor ini merupakan faktor yang membuat seseorang
berpindah atau bekerja di suatu tempat. Berdasarkan faktor ini, Pulau Jawa banyak dijadikan
tempat tujuan bekerja karena secara fisiologis pulau tersebut dianggap strategis dalam mencari
penghasilan yang layak.

Padahal, Pula Jawa sendiri sudah cukup padat dan persaingan di pulau tersebut juga terhitung
ketat. Padahal, daerah di luar Pulau Jawa juga mempunyai lapangan kerja yang luas dan potensi
melimpah yang bisa dioptimalkan oleh para tenaga kerja di Indonesia. Transmigrasi bisa menjadi
salah satu cara untuk mengatasi masalah ini.

4. Kesempatan Kerja Masih Terbatas


Sponsors Link

Kesempatan kerja merupakan suatu keadaan yang menggambarkan adanya ketersediaan


lapangan kerja bagi tenaga kerja. Kesempatan kerja dapata membuat angkatan kerja menjadi
tenaga kerja yang produktif dan dapat menyejahterakan dirinya dan negara. Sektor pekerjaan
yang menjadi kesempatan kerja paling diminati tenaga kerja Indonesia adalah sektor pertanian,
industri, perdagangan, dan jasa. Sayangnya, sektor-sektor tersebut tidak mampu memberi
kesempatan kerja yang luas bagi para tenaga kerja yang berjumlah banyak. Hal ini akan
membuat mereka tidak mempunyai penghasilan, sehingga tingkat kesejahteraan hidup mereka
kian merendah.

5. Gaji Para Pekerja yang Rendah


Masalah ini biasanya terjadi pada pekerja kasar berpendidikan rendah dan pekerja
berketerampilan rendah. Posisi mereka yang tidak menguntungkan membuat daya tawar mereka
begitu rendah senhingga sulit mendapatkan gaji. Bila mereka tidak meningkatkan kualitas diri,
maka tingkat kesejahteraan mereka tidak akan membaik. Meningkatkan kualitas diri adalah salah
satu upaya agar mendapat pekerjaan dan gaji yang layak serta menaikkan nilai tawar dihadapan
perusahaan.

6. Pertumbuhan Lapangan Kerja yang Lambat


Kurangnya tenaga kerja berkualitas juga berpengaruh kepada pihak perusahaan. Hal tersebut
mengakibatkan perusahaan kurang berkembang karena mempunyai tenaga kerja berkualitas yang
sangat sedikit. Selain itu, perusahaan juga tidak berani membuka lapangan pekerjaan yang besar
karena khawatir mendapat pekerja berkualitas rendah. Untuk mengantisipasi hal ini, perusahaan
bisa mengadakan pelatihan calon tenaga kerja. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas
tenaga kerja agar sesuai dengan kualitas yang diinginkan. Pelatihan yang dilakukan perusahaan
ini sudah diatur dalam undang-undang khusus yang telah dijelaskan sebelumnya.

7. Jaminan Sosial yang Kecil


Permasalahan ini biasanya terjadi pada pekerja kasar rendahan yang tidak diberikan jaminan
asuransi. Padahal, sekecil dan sekasar apapun pekerjaan, pasti menimbulkan risiko dan kerugian
bagi si pekerja. Apabila ini dibiarkan, maka para pekerja tidak akan merasa aman selama
bekerja. Padahal, permasalahan ini sudah diatur dalam undang-undang.

8. Kesejahteraan Hidup yang Rendah


Tak hanya, jaminan sosial, kesejahteraan tenaga kerja di Indonesia juga rendah. Gaji yang rendah
tidak sebanding dengan kebutuhan hidup yang kian hari kian bertambah. Pemerintah juga
terkesan abai terhadap kebutuhan para pekerja, baik itu kebutuhan primer maupun sekunder dan
tersier. Tenaga kerja pun mau tak mau harus hidup dengan gaji seadanya. Kesejahteraan yang
rendah ini akan mengakibatkan salah satu dampak masalah sosial, yaitu kemiskinan.

9. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)


Kinerja yang tidak memuaskan mengakibatkan perusahaan mem-PHK sejumlah tenaga kerja.
Sebenarnya, PHK bukanlah suatu masalah besar, jika perusahaan mau memberi jaminan berupa
pesangon yang layak dan tenagar kerja yang di=PHK relatif sedikit. Jika sebaliknya yang terjadi,
maka hal ini akan merugikan semua pihak, termasuk negara.

10. Pengangguran
Pengangguran merupakan istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali. Nama lain
pengangguran adalah tuna karya. Muara dari semua masalah ketenagakerjaan di Indonesia adalah
pengangguran. Tenaga kerja yang banyak tapi tidak berkualitas, lapangan kerja yang sempit,
penyebaran tenaga kerja yang tidak merata, hingga soal PHK menjadi pemicu masalah
ketenagakerjaan ini. Banyaknya pengangguran akan mengakibatkan pembangunan negara
terganggu, baik secara ekonomi, sosial, maupun politik.

Cara Mengatasi Masalah Ketenagakerjaan


Agar masalah ketenagakerjaan dapat teratasi, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan guna
mengatasi masalah ketenagakerjaan:

 Mengadakan transmigrasi ke daerah-daerah terpencil. (cara ini bisa digunakan sebagai cara
mengatasi persebaran penduduk di Indonesia).
 Mengadakan pelatihan kerja pada calon tenaga kerja.
 Mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
 Mengadakan pelatihan manajerial di daerah-daerah terpencil agar dapat membangun daerahnya
sendiri serta mampu mengolah sumber daya manusianya. Dengan demikian, para tenaga kerja di
daerah tidak perlu repot-repot ke Pulau Jawa untuk mencari kerja.
 Membuat kebijakan yang tepat mengenai ketenagakerjaan.
 Mendorong tenaga kerja untuk berwirausaha (selain mengatasi masalah ketenagakerjaan, cara ini
bisa digunakan untuk memicu faktor pendorong terjadinya perdagangan internasional di
Indonesia).
 Melakukan pemagangan kerja bagi calon tenaga kerja.
 Membenahi gaji dan upah tenaga kerja.
 Peningkatan gizi dan kesehatan tenaga kerja.
 Menggalakan program KB.
 Menngembangkan industri padat karya.
 Meningkatkan permodalan di dalam negeri.
 Pengembangan pekerjaan umum seperti proyek pembangunan jalan, pembuatan saluran air,
irigasi, pembuatan jalan, serta perbaikan jalan raya.
 Pengembangan sektor usaha informal di daerah-daerah terpencil.

Anda mungkin juga menyukai