Anda di halaman 1dari 9

Nama : Jeffi Tri Astuti

NIM : 1712384

TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA

“ASAL MULA PANCASILA”

Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan
terbentuk secara mendadak serta tidak hanya diciptakan oleh seseorang melainkan terbentuknya
melalaui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.

Ditinjau dari kausalitasnya, asal mula Pancasila dibedakan menjadi dua macam yaitu: asal
mula yang langsung dan asal mula yang tidak langsung. Adapun pengertiannya adalah sebagai
berikut:

1. Asal Mula Yang Langsung

Asal mula yang langsung tentang Pancasila adalah asal mula yang langsung terjadinya
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara yaitu asal mula yang sesudah dan menjelang proklamasi
kemerdekaan. Adapun rincian asal mula langsung Pancasila tersebut menurut Notonagoro
(1975) adalah sebagai berikut:

a. Asal mula bahan (Kausa Materialis)

Asal bahan Pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri yang terdapat dalam kepribadian
dan pandangan hidup. Unsur-unsur Pancasila tersebut dapat berupa nilai-nilai adat istiadat
kebudayaan serta nilai-nilai religius yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa
Indonesia.

b. Asal mula bentuk (Kausa Formalis)

Asal mula bentuk Pancasila adalah Ir. Soekarno bersama-sama dengan Drs. Moh. Hatta
serta anggota BPUPKI lainnya merumuskan dan membahas Pancasila terutama dalam hal
bentuk, rumusan serta nama Pancasila.

c. Asal mula karya (Kausa Effisien)

Asal mula karya yaitu asal mula yang menjadikan Pancasila dari calon dasar negara
menjadi dasar negara yang sah. Adapun asal mula Pancasila adalah PPKI sebagai pembentuk
negara dan atas kuasa pembentuk negara yang mengasahkan Pancasila menjadi dasar negara
yang sah, setelah dilakukan pembahasan baik dalam siding-sidang BPUPKI maupun oleh
Panitia Sembilan.

d. Asal mula tujuan (Kausa Finalis)


Tujuan dirumuskan dan dibahasnya Pancasila adalah untuk dijadikan sebagai dasar
negara. Adapun asal mula tujuannya yaitu para anggota BPUPKI dan Panitia Sembilan
termasuk Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta yang menentukan tujuan dirumuskannya Pancasila
sebelum ditetapkan oleh PPKI sebagai dasar negara yang sah.

2. Asal Mula Yang Tidak Langsung

Asal mula tidak langsung Pancasila adalah asal mula sebelum proklamasi kemerdekaan
yang terdapat pada kepribadian serta dalam pandangan hidup sehari-hari bangsa Indonesia.
Adapun rincian asal mula tidak langsung Pancasila adalah sebagai erikut:

a. Nilai-nilai yang menjadi unsur-unsur Pancasila sebelum secara langsung dirumuskan


menjadi dasar negara yaitu: nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai
kerakyatan, dan nilai keadilan telah ada dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari bangsa
Indonesia sebelum membentuk negara.

b. Nilai-nilai tersebut terkandung dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum


membentuk negara dan dijadikan pedoman dalam memecahkan problema kehidupan sehari-
hari bangsa Indonesia.

c. Dengan demikian asal mula tidak langsung Pancasila adalah bangsa Indonesia sendiri
sebagai Kausa Materialis yaitu sebagai asal mula tidak langsung nilai-nilai Pancasila.

Berdasarkan tinjauan kausalitas tersebut, pada hakikatnya Pancasila sebagai pandangan


hidup bangsa Indonesia jauh sebelum bangsa Indonesia membentuk Negara, nila-nilai tersebut
telah tercermin dan teramalkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu tinjauan tersebut
memberikan bukti bahwa terbentuknya pancasila bukan merupakan hasil perenungan atau
pemikiran seseorang atau kelompok orang dan bukan hasil pengaruh dari paham-paham besar
dunia, melainkan nilai-nilai Pancasila secara tidak langsung telah terkandung dalam pandangan
hidup bangsa Indonesia.

3. Bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam ‘Tri Prakara’

Berdasarkan tinjauan Pancasila secara kausalitas tersebut memberikan pemahaman bahwa


proses terbentuknya Pancasila memerlukan proses yang cukup panjang dalam konsep
kesejarahan bangsa Indonesia. Sebelum disahkan sebagai dasar negara, unsur-unsur Pancasila
telah melekat dalam bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari berupa nilai-nilai adat-
istiadat, kebudayaan, serta nilai-nilai religius. Dengan demikian Pancasila sebagai dasar negara
terwujud dalam tiga asas atau ‘Tri Prakara’ yaitu sebagai berikut :

1.Pancasila asas kebudayaan, bahwasanya unsur unsur pancasila sebelum


disahkanmenjadi dasar filsafat Negara secara yuridis sudah dimiliki bangsa Indonesia
sebagai asas-asas dalam adat istiadat dan kebudayaan.
2.Pancasila asas religius, atau unsur unsur pancasila telah terdapat pada bangsa
Indonesia sebagai asas asas dalam agama agama ( nilai nilai religious ).
3.Pancasila sebagai asas kenegaraan. Dari unsur unsur tadi diolah, dibahas dan
dirumuskan secara seksama oleh para pendiri Negara dalam siding BPUPKI, panitia
Sembilan, setelah Indonesia merdeka.

Ketiga asas tersebut tidak dapat dipertentangkan karena merupakan unsur-unsur yang
membentuk Pancasila (Notonagoro, 1975).

B. Kedudukan dan Fungsi Pancasila

Kedudukan dan fungsi Pancasila secara pokok ada dua macam yaitu sebagai Dasar
Negara Republik Indonesia dan sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Adapun
kedudukan dan fungsi Pancaila dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam perjuangan untuk
mencapai kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa memerlukan nilai-nilai luhur yang
dijunjungnya sebagai suatu pandangan hidup. Pandangan hidup tersebut berfungsi sebagai
kerangka acuan untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi antar manusia
dalam masyarakat serta alam sekitarnya.

Sebagai makhluk individu dan sosial manusia akan senantiasa hidup sebagai bagian dari
lingkungan sosial yang lebih luas mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa
dan negara. Dalam kehidupan bersama tersebut, muncul pandangan hidup dalam masyarakat
yang dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan hidup bangsa, selanjutnya pandangan
hidup bangsa dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan hidup negara.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa memberikan pedoman dan kekuatan rohaniah bagi
bangsa untuk berperilaku luhur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Sehingga dalam Pancasila terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan
serta dasar pemikiran dan gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik
(Darmohardjo, 1996).

2. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila sebagai dasar negara merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur
penyelenggaraan negara. Akibatnya seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara terutama
peraturan perundang-undangan harus dijabarkan dan dirumuskan dari nilai-nilai Pancasila.
Maka Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukumyang mempunyai kekuatan
mengikat secara hukum.

Menurut Kaelan (2004) kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dapat dirinci sebagai
berikut:

a. Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber
tertib hukum) Indonesia. Sehingga Pancasila merupakan asas kerokhanian tertib hukum
Indonesia.

b. Meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar 1945.


c. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara baik hukum dasar tertulis maupun
tidak tertulis.

d.Mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang Dasar mengandung isi yang


mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara memegang teguh cita-cita moral rakyat
yang luhur.

e. Pancasila sebagai sumber semangat bagi Undang-Undang Dasar 1945, bagi penyelenggara
Negara, dan para pelaksana pemerintahan.

Dasar formal kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia tertuang dalam
pembukaan UUD 1945 alinea IV, Ketetapan No. XX/MPRS/1966, Ketetapan MPR No.
V/MPR/1973 dan Ketetapan No. IX/MPR/1978.

3. Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara Indonesia

Sebagai suatu ideologi bangsa dan Negara Indonesia maka pancasila pada hakikatnya
bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau kelompok orang
sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia, namun pancasila diangkat dari nilai-nilai adat
istiadat, nilai-nilai budaya serta nilai religious yang terdapat dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia sebelum membentuk Negara, dengan kata lain unsur-unsur yang
merupakan materi (bahan) pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat
Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis (asal bahan) pancasila.

a. Pengertian Ideologi

Istilah ideologi berasal dari kata ‘idea’ yang berarti “gagasan, konsep, pengertian
dasar, cita-cita’ dan ‘lagos’ yang berarti ‘ilmu’. Kata ‘idea’ berasal dari kata bahasa
Yunani ‘eidos’ yang berarti ‘bentuk’. Di samping itu ada kata ‘idein’ yang
artinya ‘melihat’. Maka secara harafiah, ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar.
Dalam pengertian sehari-hari, ‘idea’disamakan artinya dengan ‘cita-cita’. Cita-cita yang
dimaksud adalah cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan atau
faham. Memang pada hakikatnya, antara dasar dan cita-cita itu sebenarnya dapat merupakan
satu kesatuan. Dasar ditetapkan karena atas suatu landasan, asas atau dasar yang telah
ditetapkan pula. Dengan demikian ideologi mencangkup pengertian tentang idea-idea,
pengertian dasar, gagasan dan cita-cita (Kaelan, 2004).

Apabila ditelusuri secara historisistilah ideologi pertama kali dipakai dan dikemukakan
oleh seorang perancis, Destutt de Tracy, pada tahun 1796. Seperti halnya Leibniz, de Tracy
mempunyai cita-cita untuk membangun suatu sistem pengetahuan. Apabila Leibniz
menyebutkan impiannya sebagai “one great system of truth”, dimana tergabung segala cabang
ilmu dan segala kebenaran ilmiah, maka de Tracy menyebutkan “ideologie”, yaitu”science of
ideas”, suatu program yang diharapkandapat membawa perubahan institusional dalam
masyarakat perancis. Namun Napoleon mencemoohkan-nya sebagai suatu khayalan belaka,
yang tidak mempunyai artipraktis. Hal semacam itu hanya impian belaka yang tidak akan
menemukan kenyataan. (Pranarka, 1987).
Maka ideologi Negara dalam arti cita-cita Negara atau cita-cita yang menjadi basis bagi
suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada
hakikatnya merupakan asas kerohaniannyayang antara lain memiliki ciri sebagai berikut:

a. Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.

b. Oleh karena itu mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pandangan hidup,
pedoman hidup,pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan
kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban
(Notonegoro, Pancasila Yuridis Kenegaraan, tanpa tahun, hal 2,3)

b. Ideologi Terbuka Dan Ideologi Tertutup

Ideologi sebagai suatu sistem pemikiran (system of thought), maka ideologi terbuka itu
merupakan suatu sistem pemikiran terbuka, sedangkan ideologi tertutup itu merupakan suatu
sistem pemikiran tertutup. Suatu ideologi tertutup dapat dikenali dari berbagai ciri khas.
Ideologi itu bukan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan merupakan cita-
cita suatu kelompok orang yang mendasari suatu program untuk mengubah dan memperbaharui
masyarakat. Dengan demikian adalah menjadi cita-cita ideologi tertutup, bahwa atas nama
ideologi dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan kepada masyarakat.

c. Ideologi Partikular Dan Ideologi Komprehensif

Dari segi sosiologis pengetahuan mengenai ideologi dikembangkan oleh Karl Mannhein
yang beraliran Marx. Mannhein membedakan dua macam kategori secara sosiologis, yaitu
ideologi yang bersifat partikular dan ideologi yang bersifat komprehensif. Kategori pertama
diartikan sebagai suatu keyakinan-keyakinan yang tersusun secara sistematis yang terkait erat
dengan suatu kelas social tertentu dengan masyarakat (Mahendra, 1999). Kategori kedua
diartikan sebagai suatu system pemikiran menyeluruh mengenai semua aspek kehidupan sosial
ideologi dalam kategori kedua ini bercita-cita melakuakn transformasi sosial secara besar-
besaran.

d. Hubungan Antara Filsafat Dan Ideologi

Filsafat sebagai pandangan hidup dan hakikatnya merupakan system nilai yang secara
epistemologis kebenarannya telah diyakini sehingga dijadikan dasar atau pedoman hidup
manusia dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan negara,
tentag makna hidup serta sebagai dasar pedoman bagi manusia dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapi dalam kehidupan (Abdulgani, 1986).

Tiap ideologi sebagai suatu rangkaian kesatuan cita-cita yang mendasar dan menyeluruh
yang saling menjalin menjadi satu sistem pemikiran yang logis dan bersumber kepada filsafat.
Dengan kata lain, ideologi sebagai system of trought mencari nilai, norma dan cita-cita yang
bersumber kepada filsafat.

Jadi filsafat sebagai dasar dan sumber bagi perumusan ideologi yang menyangkut stategi
dan doktrin, telah timbul di dalam kehidupan bangsa dan Negara, termasuk di dalamnya
menentukan sudut pandang atau filsafat hidup yang merupakan norma ideal yang melandasi
ideologi (Kaelan, 2004).

Makna Ideologi Bagi Bangsa Dan Negara

Manusia dalam mewujudkan tujuannya untuk meningkatkan harta dan martabatnya, dan
kenyataannya senantiasa membutuhkan orang lain. Oleh karena itu manusia membutuhkan
suatu lembaga bersama untuk melindungi haknya, dalam pengertian inilah manusia membentuk
suatu negara. Negara sebagai lembaga kemasyarakatan, sebagai organisasi hidup manusia
senantiasa memiliki cita-cita dan harapan, ide-ide serta pemikiran-pemikiran yang secara
bersama merupakan suatu yang orientasi yang bersifat dasariah bagi semua tindakan dalam
hidup kenegaraan.

Pancasila Sebagai Ideologi Yang Reformasi, Dinamis, Dan Terbuka

Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat
reformatif, dinamis, dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat
aktual, dinamis dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi pancasila adalah bersifat
aktual, dinamis, aspiratif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman,
ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat.
Keterbukaan ideologi pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasaryang terkandung di
dalamnya, naun mengeksplisitkan wawasannya secara lebih komplit, sehingga memiliki
kemampuan reformatif untuk memecahkan masalah-masalah actual yang seiring dengan
aspirasi rakyat, perkembangan iptek serta zaman.

Menurut Kaelan berdasarkan pengertian tentang ideologi terbuka, nilai-nilai yang terkandung
dalam ideologi pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai berikut :

a. Nilai dasar yaitu : hakikat kelima sila pancasila yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kesatuan, kerakyatan dan keadilan.

b. Nilai instrumental yang merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta lembaga
pelaksanaanya.

c. Nilai praksis yaitu merupakan realisassi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi
perkembangan yang bersifat nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara (BP-7 Pusat, 1994).

Oleh karena itu pancasila sebagai ideologi terbuka secara struktural memiliki tiga dimensi
yaitu:

1. Dimensi idealis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam pancasilayang bersifat
sistematis, rasional dan menyeluruh, yaitu hakikat nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila
pancasila yaitu Ketuhanan, kemanusian, persatuan, kerakyatan dan keadilan.

2. Dimensi normatif yaitu nilai yang terkandung dalam pancasila perlu dijabarkan dalam suatu
sistem norma, sebagaimna terkandung dalam norma-norma kenegaraan.
3. Dimensi realistis, yaitu suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas yang hidup dan
berkembang di dalam masyarakat.

C. Perbandingan Ideologi Pancasila Dengan Paham Ideologi Besar Lainnya Di Dunia.


Ideology Pancasila
Ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berkembang melalui
proses yang cukup panjang. Pada awalnya bersumber dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia yaitu dalam adat istiadat, serta dalam agama-agama yang bangsa Indonesia sebagai
pandangan hidup bangsa. Oleh karena itu ideologi Pancasila, ada pada kehidupan bangsa
terlekat pada kelangsungan hidup bangsa Indonesia.
Ideologi Pancasila mendasarkan sifat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial, yaitu dalam ideologi Pancasila mengakui kebebasan individu. Namun dalam hidup
bersama juga harus mengakui hak dan kebebasan orang lain. Selain itu bahwa manusia menurut
Pancasila berkedudukan sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan yang Maha Esa. Dalam
hal ini nilai-nilai ketuhanan senantisa menjiwai kehidupan manusia dalam hidup
bermasyarakat. Hakikat serta pengertiannya sebagai berikut.
Negara Pancasila
Manusia dalam merealisasikan dan meningkatkan harkat dan martabatnyatidakkah mungkin
untuk dipenuhi sendiri. Oleh karena itu manusia sebagai mahluk social senantiasa
membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Dalam pengertian inilah membentuk suatu
persekutuan hidup yang disebut Negara.

1. Paham Negara Persatuan


Hakikat negara kesatuan adalah negara yang merupakan suatu kesatuan dari unsur-unsur
yang membentuknya, yaitu rakyat yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, golongan
kebudayaan, dan agama; wilayah yang terdiri beribu-ribu pulau. Pengertian Persatuan
Indonesia dalam Pembukaan UUD 1945 negara yang mengatasi segala paham golongan dan
paham perseorangan. Jadi, negara persatuan bukanlah negara yang berdasarkan pada
individualisme dan golongan. Oleh karena itu, negara persatuan adalah negara yang memiliki
sifat persatuan bersama, bedasarkan kekeluargaan serta tolong menolong atas dasar keadilan
sosial (Kaelan, 2004).
2. Paham Negara Kebangsaan
Bangsa merupakan suatu persekutuan hidup dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki
tujuan tertentu (Kaelan, 2004). Sedangkan bangsa yang yang hidup dalam suatu wilayah
tertentu serta memiliki tujuan tertentu maka disebut negara. Menurut M. Yamin, bangsa
Indonesia dalam merintis terbentuknya suatu negara dalam panggung politik internasional
melalui tiga fase, yaitu zaman Sriwijaya, zaman Majapahit, dan Nasionale Staat yaitu negara
kebangsaan Indonesia Modern menurut susunan kekeluargaan dan berdasarkan atas Ketuhanan
yang Maha Esa serta kemanusiaan.
a. Hakikat Bangsa
Pada hakikatnya bangsa merupakan suatu penjelmaan dari sifat kodrat manusia dalam
merealisasikan harkat dan martabat kemanusiaannya. Oleh karena itu deklarasi bangsa
Indonesia dalam pembuikaan UUD 1945 dinyatakan bahwa “... kemerdekaan adalah hak segala
bangsa”. Pernyataan tesebut merupakan suatu pernyataan universal hak kodrat manusia sebagai
bangsa.
b. Teori Kebangsaan
Teori-teori kebangsaan tersebut adalah sebagai berikut.
1) Teori Hans Kohn
Yang dikatakan bangsa yaitu terbentuk karena persamaan bahasa, ras, agama,
peradaban,wilayah, negara, dan kewarganegaraan.
2) Teori Ernest Renan
Menurut Renan pokok-pokok pikiran tentang bangsa sebagai berikut:
a) Bangsa adalah satu jiwa, suatu asas kerohanian
b) Bangsa adalah suatu solidaritas yang besar
c) Bangsa adalah suatu hasil sejarah
d) Bangsa bukan suatu yang abadi
e) Wilayah dan ras bukan penyebab timbulnya bangsa.
Faktor-faktor yang membentuk jiwa bangsa sebagai berikut:
1. Kejayaan dan kemuliaan di masa lampau
2. Keinginan hidup bersama baik dimasa sekarang atau mendatang.
3. Penderitaan bersama
4. Modal sosial.
5. Persetujuan bersama pada waktu sekarang yang mengandung hasrat.
6. Berani memberikan suatu pengorbanan.
7. Pemungutan suara setiap hari.

3) Teori Gepolitik oleh Frederick Ratzel


Teori geopolitik merupakan teori yang mengungkapkan hubungan antara wilayah geografi
dengan bangsa. Teori tersebut menyatakan bahwa negara adalah merupakan suatu organisme
hidup.

4) Negara kebangsaan Pancasila


Sintesa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dituangkan dalam suatu asas kerohanian yang
merupakan suatu kepribadian serta jiwa bersama yaitu Pancasila. Unsur-unsur pembentuk
nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut:
a) Kesatuan sejarah
b) Kesatuan nasib
c) Kesatuan kebudayaan
d) Kesatuan wilayah
e) Kesatuan asas kerohanian
3. Paham Negara Integralistik
Bangsa Indonesia yang membentuk suatu persekutuan hidup dengan mempersatukan
keanekaragaman yang dimilikinya dalam suatu kesatuan integral yang disebut negara
Indonesia. Paham integralistik pertama kali diusulkan oleh Soepomo pada sidang BPUPKI
yang berakar pada budaya bangsa.
Bangsa Indonesia terdiri atas manusia-manusia sebagai individu, keluarga-keluarga,
kelompok-kelompok, golongan-golongan, suku bangsa-suku bangsa, kelompok-kelompok yang
hidup dalam suatu wilayah yang terdiri atas beribu-ribu pulau yang memiliki kekayaan budaya
yang beraneka ragam. Keseluruhannya itu merupakan suatu kesatuan integral baik lahir
maupun batin (Kaelan, 1996: 132).
Paham integralistik yang terkandung dalam Pancasila meletakkan asas kebersamaan
hidup, mendambakan keselarasan dalam hubungan antarindividu maupun masyarakat. Hal ini
menyatakan paham negara integralistik tidak memihak yang kuat, tidak mengenal dominasi
mayoritas dan tidak juga mengenal tirani minoritas (Aziz, 1997).

Anda mungkin juga menyukai