Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PAPER HUKUM KETENAGAKERJAAN DAN KEIMIGRASIAN

“PERAN DAN TANGGUNGJAWAB PENJAMIN TERHADAP ORANG ASING DI


INDONESIA”

Disusun Oleh :
1. Diah Puji Pangastuti (I2B022014)
2. Dinul Apriliana Akbar (I2B022016)
3. Eduard Awang Maha Putra (I2B022017)
4. Fathul Hamdani (I2B022018)
5. Fathul Khairul Anam (I2B022019)

Dosen Pengampu
Dr. RR. Cahyowati, S.H., M.H

MAGISTER ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2022
PERAN DAN TANGGUNGJAWAB PENJAMIN TERHADAP ORANG ASING
DI INDONESIA

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Indonesia memiliki begitu
banyak pesona dan daya tarik, mulai dari keindahan alam, budaya, kuliner,
hingga peluang untuk mencari pekerjaan. Kehadiran wisatawan asing ke di
Indonesia tentu disambut dengan baik, sebab pariwisata memiliki kontribusi
yang cukup penting bagi perekonomian di Indonesia, yakni kontribusi terhadap
devisa negara dan pendapatan pemerintah daerah.1 Di samping itu, dengan
berkembangnya pariwisata juga menciptakan banyak lapangan pekerjaan, dan
terhadap pembangunan regional.
Meningkatkanya industri kepariwisataan di Indonesia, seperti di beberapa
daerah misalnya Bali, Lombok, Nusa Tenggara Timur, serta berbagai daerah
lainnya di Indonesia memberikan implikasi terhadap masuknya investasi asing
dan penanam modal dalam negeri, yang mana hal tersebut juga akan membawa
konsekuensi-konsekuensi salah satunya akan memperkerjakan tenaga kerja asing
dalam rangka memajukan kegiatan usahanya.
Masuknya tenaga kerja asing, tentunya akan membawa hal yang positif
maupun hal negatif. Segi positif, tenaga kerja asing bisa mengalihkan/transfer
pengetahuan dan tehnologi kepada tenaga kerja Indonesia sebagai pendamping.
Sisi negatif, kehadiran tenaga kerja asing akan menambah daya saing dalam
memperebutkan kesempatan kerja bagi warga lokal. Sisi lain mengalirnya
investasi asing secara tidak langsung akan menarik banyak tenaga kerja asing
lainnya untuk bekerja secara tidak sah.2 Tidak sah maksudnya orang asing
melakukan kegiatan bekerja tanpa memiliki visa dan izin untuk bekerja yang
dikeluarkan pemerintah.

1
Intan Khairunisa dan Siti Ferdianti, “Pariwisata Beri Dampak Positif Bagi Perekonomian
Indonesia, Bagaimana dengan Kemajuan di Daerah?”, https://ketik.unpad.ac.id/posts/527/pariwisata-beri-
dampak-positif-bagi-perekonomian-indonesia-bagaimana-dengan-kemajuan-di-daerah, diakses 15
November 2022.
2
M.Iman Santoso, Perspektif Imigrasi dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional
(Jakarta: Universitas Indonesia, 2004), hlm. 83.
Kehadiran hukum sangat di butuhkan untuk dapat menyelesaikan gejala-
gejala hukum yang terjadi di masyarakat. Pada tanggal 5 Mei 2011
diundangkanlah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian
(UU Keimigrasian) sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992.
Berdasarkan Pasal 63 UU Keimigrasian, diatur adanya kewajiban memiliki
penjamin bagi orang asing tertentu yang berada di wilayah Indonesia. Tujuan
adanya penjamin bagi orang asing tertentu adalah agar ada pihak-pihak yang
bertanggung jawab selama keberadaan dan kegiatan di Indonesia dan agar
selama keberadaan dan kegiatan orang asing dapat memberikan manfaat dan
keuntungan bagi masyarakat agar tetap terjagannya stabilitas dan kepentingan
umum.

2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana peran penjamin terhadap orang asing di Indonesia?
b. Bagaimana tanggungjawab penjamin terhadap orang asing di Indonesia?

3. Tujuan Permasalahan
a. Untuk mengetahui peran penjamin terhadap orang asing di Indonesia
b. Untuk mengetahui tanggungjawab penjamin terhadap orang asing di
Indonesia

B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengaplikasikan metode penelitian hukum normatif. Penelitian
hukum normatif adalah suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum,
prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum
yang dihadapi.3 Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-
undangan (statute approach), pendekatan konseptual (conceptual approach).
Pendekatan perundang-undangan (statute approach) adalah penelitian yang
mengutamakan bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan sebagai
bahan acuan dasar dalam melakukan penelitian.4 Kemudian pendekatan konseptual
3
Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2006), hlm. 118.
4
Pendekatan perundang-undangan (statute approach) biasanya di gunakan untuk meneliti peraturan
perundang-undangan yang dalam penormaannya masih terdapat kekurangan atau malah menyuburkan
(conceptual approach) adalah jenis pendekatan dalam penelitian hukum yang
memberikan sudut pandang analisa penyelesaian permasalahan dalam penelitian
hukum dilihat dari aspek konsep-konsep hukum yang melatarbelakanginya, atau
bahkan dapat dilihat dari nilai-nilai yang terkandung dalam penormaan sebuah
peraturan kaitannya dengan konsep-konsep yang digunakan.5

C. PEMBAHASAN
1. Peran Penjamin terhadap Orang Asing di Indonesia
Direktorat Jenderal Imigrasi dalam melaksanakan pelayanan keimigrasian
sekaligus pelaksanaan pengawasan keimigrasian menerapkan kebijakan selektif
(selective policy) yaitu orang asing yang memberikan manfaat serta tidak
membahayakan keamanan dan ketertiban umum diperbolehkan masuk dan
berada di wilayah Indonesia serta harus sesuai dengan maksud dan tujuan
keberadaannya. Kebijakan dimaksud ialah dalam rangka melindungi
kepentingan nasional. Kebijakan selektif yang diterapkan juga membutuhkan
keterlibatan peran dari masyarakat yang mengundang dan dapat memberikan
penjaminan maupun tanggung jawab atas keberadaan orang asing dimaksud
selama di Indonesia. Peran penjamin dapat membantu dalam proses pemantauan
dan mengontrol keberadaan orang asing yang dijaminnya sehingga diharapkan
dapat meminimalisasi permasalahan yang ditimbulkan oleh orang asing.
Menurut Pasal 1 ayat (5) Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 36 Tahun
2021 tentang Penjamin Keimigrasian, yang dimaksud dengan penjamin adalah
orang atau korporasi yang bertanggungjawab atas keberadaan dan kegiatan
orang asing selama berada di wilayah Indonesia. Prosedur Penjaminan untuk
mendatangkan Warga Negara Asing ke Indonesia selama ini telah diterapkan
sesuai UU Keimigrasian dan juga Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013
tentang Peraturan Pelaksanaan UU Keimigrasian, namun kerap ditemukan di
lapangan, Penjamin yang tidak bonafide dan tidak dapat
mempertanggungjawabkan penjaminan yang telah diberikannya atas kehadiran
praktek penyimpangan baik dalam tataran teknis atau dalam pelaksanaannya dilapangan. Lebih jauh lihat
C.F.G Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke-20 (Bandung: Penerbit
Alumni, 2006), hlm. 139.
5
S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah) usulan Tesis, Desain Penelitian, Hipotesis,
Validitas, Sampling, Populasi, Observasi, Wawancara, Angket (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), hlm.
16.
Warga Negara Asing yang didatangkan atau diundang, sehingga penjaminan dari
penjamin yang diharapkan dapat menjadi solusi pembiayaan denda atau
pemulangan dari Warga Negara Asing yang bermasalah, tidak dapat
dilaksanakan dan menghambat kelancaran tugas di lapangan.
Di dalam UU Keimigrasian sendiri dijelaskan mengenai kewajiban
penjamin sebagaimana diatur dalam Pasal 63 ayat (2), dalam hal ini penjamin
memiliki kewajiban untuk melaporkan setiap perubahan mengenai identitas diri
dan atau keluarga orang asing yang dijaminnya dan setiap perubahan status sipil,
kewarganegaraan, pekerjaan atau perubahan alamat.
Terkait kriteria Penjamin dapat dilihat pada Pasal 3 sampai Pasal 5
Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 36 tahun 2021 tentang Penjamin
Keimigrasian. Penjamin itu terdiri dari perseorangan dan korporasi yang dalam
hal ini merupakan kewarganegaraan Indonesia dan untuk korporasi disini yang
dimaksud seperti Perseroan terbatas (PT), Perusahaan Perseorangan, Yayasan,
Perkumpulan, Koperasi, Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma,
Perwakilan Asing di Indonesia, Organisasi Internasional Non Pemerintahan di
Indonesia dan Instansi Pemerintahan. Persyaratan untuk menjadi seorang
penjamin adalah sebagai berikut:
a. berusia sekurang-kurangnya 21 (dua puluh satu) tahun atau sudah kawin;
b. bertempat tinggal di wilayah Indonesia paling singkat selama 6 (enam) bulan
terakhir;
c. tidak sedang dalam proses peradilan pidana;
d. tidak tercantum dalam daftar pencegahan keimigrasian; dan
e. berpenghasilan tetap dan/atau memiliki dana aktif yang cukup untuk
menjamin Orang Asing.
Kemudian untuk Pendaftaran Penjamin dapat di lihat dalam Pasal 6 sampai
dengan Pasal 9 Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 36 tahun 2021 tentang
Penjamin Keimigrasian. Setelah itu untuk aturan mengenai Penetapan Penjamin
dapat dilihat dalam Pasal 10 sampai dengan Pasal 12. Kewajiban dan Larangan
bagi Penjamin dapat dilihat mulai dari Pasal 13 sampai Pasal 15. Lalu untuk
Tata Cara Pelaporan Perubahan Status Sipil, Perubahan Status Keimigrasian Dan
Perubahan Alamat Oleh Penjamin dapat dilihat dari Pasal 16 sampai dengan
Pasal 20 Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 36 tahun 2021 tentang
Penjamin Keimigrasian.
Berakhirnya penjaminan oleh penjamin perseorangan jika orang asing yang
diberikan penjaminan telah meninggalkan wilayah Indonesia untuk tidak
kembali, orang asing yang diberikan penjaminan beralih penjamin, dicabutnya
keputusan penjaminan oleh Direktur Jenderal, orang asing yang diberikan
penjaminan meninggal dunia dan penjamin meninggal dunia. Sedangkan
berakhirnya penjaminan oleh penjamin korporasi jika orang asing yang
diberikan penjaminan telah meninggalkan wilayah Indonesia untuk tidak
kembali, orang asing yang diberikan penjaminan beralih penjamin, dicabutnya
keputusan penjaminan oleh Direktur Jenderal, orang asing yang diberikan
penjaminan meninggal dunia, izin usaha korporasi dinyatakan telah berakhir
oleh pejabat yang berwenang dan korporasi telah dinyatakan pailit berdasarkan
penetapan pengadilan.

2. Pertanggungjawaban Penjamin terhadap Orang Asing di Indonesia


Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwasanya Penjamin bertanggung
jawab atas keberadaan dan kegiatan orang asing selama berada di wilayah
Indonesia. Adapun orang asing yang dimaksud yakni diantaranya orang asing
pemegang Izin Tinggal Kunjungan, orang asing pemegang Izin Tinggal
Terbatas; atau orang asing pemegang Izin Tinggal Tetap. 6 Namun tidak semua
orang asing wajib memiliki Penjamin, adapun orang asing yang tidak wajib
memiliki penjamin diantaranya yakni orang asing pemegang Izin Tinggal
kunjungan yang berasal dari bebas Visa kunjungan, Visa kunjungan saat
kedatangan, atau Visa kunjungan dalam rangka wisata, orang asing dalam
rangka penanaman modal, dan orang asing dalam rangka prainvestasi atau
rumah kedua dengan jaminan Keimigrasian dan juga ketentuan mengenai
penjaminan tidak berlaku bagi orang asing yang kawin secara sah dengan warga
negara Indonesia.7

6
Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 36 Tahun 2011 tentang Penjamin
Keimigrasian.
7
Pasal 2 ayat (3) Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 36 Tahun 2011 tentang Penjamin
Keimigrasian.
Tanggung jawab penjamin tidak sebatas hanya pada keberadaan dan
kegiatan saja, penjamin juga bertanggung jawab membiayai proses pemulangan
dari Indonesia apabila izin tinggalnya telah habis atau dikenai deportasi. Tujuan
adanya penjamin bagi orang asing tertentu adalah agar ada pihak-pihak yang
bertanggung jawab selama keberadaan dan kegiatan di Indonesia dan agar
selama keberadaan dan kegiatan orang asing dapat memberikan manfaat dan
keuntungan bagi masyarakat agar tetap terjagannya stabilitas dan kepentingan
umum.
Agar tujuan tersebut terwujud, maka ditetapkanlah pedoman tingkah laku
yang diatur dalam suatu kaedah hukum.8 Kaedah hukum tersebut antara lain
mengenai tanggung jawab penjamin, kewajiban-kewajiban penjamin
sebagaimana diatur dalam pasal 63 ayat (2) dan ayat (3) UU Keimigrasian dan
Pasal 13 ayat (1), (2), (3), dan (4) Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor
36 Tahun 2011 tentang Penjamin Keimigrasian yang dimana Penjamin
berkewajiban melaporkan setiap perubahan status sipil, status keimigrasian, dan
perubahan alamat, Penjamin juga wajib membayar biaya yang timbul untuk
memulangkan atau mengeluarkan Orang Asing yang dijaminnya dari Wilayah
Indonesia apabila Orang Asing yang bersangkutan telah habis masa berlaku lzin
Tinggalnya; dan/atau dikenai Tindakan Administratif Keimigrasian berupa
Deportasi. Selain itu Penjamin juga wajib memastikan Orang Asing yang
dijaminnya tidak mengubah status menjadi pencari suaka atau pengungsi, tidak
menderita penyakit menular yang membahayakan kesehatan umum, dan/atau
tidak termasuk dalam daftar pencarian orang untuk ditangkap dari suatu negara
asing.
Agar penjamin benar-benar mentaati tanggung jawab dan kewajiban-
kewajiban tersebut dikuatkan dengan adanya sanksi-sanksi yang dapat
dikenakan kepada penjamin apabila melanggar ketentuan yang telah ditentukan
sebagai bentuk pertanggungjawaban bagi penjamin orang asing. Adapun bentuk
pertanggungjawaban yang dapat dikenakan kepada penjamin yang tidak
menjalankan kewajibannya yakni penjamin dapat dikenakan sanksi pidana

8
Ngurah Mas Wijaya Kusuma, “Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian mengenai Tanggung Jawab Penjamin atas Keberadaan dan Kegiatan Orang Asing di Bali,”
Jurnal Magister Hukum Universitas Udayana 7, no. 3, 2014, hlm. 501.
dan/atau sanksi adminstratif. Sanksi pidana kepada penjamin diatur dalam dalam
pasal 118 UU Nomor 6 Tahun 2011 tentang keimigrasian yang dimana sanksi
pidana ini dikenakan kepada penjamin yang dengan sengaja memberikan
keterangan tidak benar atau tidak memenuhi jaminan yang diberikannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (2) dan ayat (3) yang berbunyi:
Pasal 63 ayat (2)
“Penjamin bertanggung jawab atas keberadaan dan kegiatan Orang Asing
yang dijamin selama tinggal di Wilayah Indonesia serta berkewajiban
melaporkan setiap perubahan status sipil, status Keimigrasian, dan
perubahan alamat.”

Pasal 63 ayat (3)


“Penjamin wajib membayar biaya yang timbul untuk memulangkan atau
mengeluarkan Orang Asing yang dijaminnya dari Wilayah Indonesia
apabila Orang Asing yang bersangkutan: a. telah habis masa berlaku Izin
Tinggalnya; dan/atau b. dikenai Tindakan Administratif Keimigrasian
berupa Deportasi.”

Bagi penjamin yang tidak memenuhi kewajibannya terhadap pasal diatas


dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). 9 Sedangkan bentuk-
bentuk sanksi administratif yang dapat dikenakan kepada penjamin diantaranya
berupa peringatan tertulis; pengenaan denda administratif; penghentian hak
penjaminan dari Direktur Jenderal; dan pembinaan keimigrasian di Rumah
Detensi Imigrasi selama 5 (lima) hari.10 Kepada penjamin dapat dikenakan
sanksi administratif berupa peringatan tertulis jika tidak memenuhi
kewajibannya dalam Pasal 13 ayat (3) Permenkumham No. 13 Tahun 2021
tentang Penjamin Keimigrasian yang berbunyi:
“Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
Penjamin wajib memastikan Orang Asing yang dijaminnya:11
a. tidak mengubah status menjadi pencari suaka atau pengungsi;
b. tidak menderita penyakit menular yang membahayakan kesehatan
umum; dan/atau
c. tidak termasuk dalam daftar pencarian orang untuk ditangkap dari
suatu negara asing;”
9
Pasal 118 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.
10
Pasal 21 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 36 Tahun 2011 tentang Penjamin
Keimigrasian.
11
Pasal 13 ayat (3) Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 36 Tahun 2011 tentang Penjamin
Keimigrasian.
atau Pasal 13 ayat (4) huruf b atau huruf c yang berbunyi:
b. melakukan upaya untuk mempermudah petugas imigrasi dalam rangka
pengawasan keimigrasian terhadap Orang Asing yang dijaminnya; dan
c. menghadirkan Orang Asing yang dijaminnya kepada petugas imigrasi
apabila dibutuhkan dalam rangka pemeriksaan keimigrasian.

Pengenaan sanksi administratif berupa denda administratif dikenakan


kepada:
1) Penjamin yang tidak memenuhi kewajiban dalam Pasal 13 ayat (4) huruf a
dan/atau huruf b Permenkumham No. 13 Tahun 2021 tentang Penjamin
Keimigrasian yang berbunyi:
a. memberikan laporan secara berkala setiap 30 (tiga puluh) hari sekali
secara elektronik atau nonelektronik mengenai keberadaan dan kegiatan
Orang Asing yang dijaminnya dengan akurat kepada direktorat yang
mempunyai tugas dan fungsi pengawasan keimigrasian dan Kantor
Imigrasi setempat;
b. melakukan upaya untuk mempermudah petugas imigrasi dalam rangka
pengawasan keimigrasian terhadap Orang Asing yang dijaminnya;

2) Penjamin yang melakukan larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15


huruf b sampai dengan huruf d Permenkumham No. 13 Tahun 2021 tentang
Penjamin Keimigrasian yang berbunyi:
Penjamin dilarang:
b. bersama-sama atau tidak bersama-sama menghalang-halangi petugas
dalam kegiatan pengawasan atau pemeriksaan keimigrasian;
c. bersama-sama atau tidak bersama-sama menyembunyikan Orang Asing
dan/atau dokumen Orang Asing ketika dibutuhkan dalam pemeriksaan
keimigrasian;
d. bersama-sama atau tidak bersama-sama menghilangkan bukti-bukti
dugaan pelanggaran atau tindakan pidana keimigrasian yang dilakukan
Orang Asing yang dijaminnya; dan/atau

3) Penjamin yang dijatuhi sanksi administratif berupa peringatan tertulis


sebanyak 2 (dua) kali berturut-turut maupun tidak berturut-turut.

Sedangkan penghentian hak penjaminan dari Direktorat Jenderal dikenakan


terhadap:12

12
Pasal 23 ayat (3) Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 36 Tahun 2011 tentang Penjamin
Keimigrasian.
a. Penjamin yang dijatuhi sanksi administratif berupa Pengenaan denda
administratif sebanyak 5 (lima) kali berturut-turut maupun tidak
berturut-turut;
b. Penjamin yang melakukan larangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15; dan/atau
c. Penjamin yang dijatuhi sanksi administratif berupa peringatan tertulis
selama 2 (dua) kali berturut-turut maupun tidak berturut-turut;

Dengan demikian, pengaturan terhadap penjamin orang asing di Indonesia


telah diatur secara detail. Pengaturan tersebut selaras dengan apa yang
disampaikan oleh Hans Kelsen mengenai terkait dengan pertanggungjawaban.
Menurut Kelsen, tanggung jawab hukum menghendaki seseorang
bertanggungjawab secara hukum atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa dia
memikul tanggungjawab hukum, subjek berarti dia bertanggungjawab atas suatu
sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan.13
Oleh karena itu menjadi tugas bersama yakni aparat penegak hukum, para
penjamin, untuk menjalankan peraturan perundang-undangan yang telah dibuat.
Dalam perspektif Lawrence Friedman bahwa hukum merupakan suatu sistem.
Sistem hukum terdiri dari tiga komponen yaitu struktur hukum, substansi hukum
dan budaya hukum.14 Secara substansi, pengaturan mengenai penjamin orang
asing di Indonesia telah cukup komprehensif. Demikian juga terhadap struktur
hukum, yakni pihak keimigrasian harus senantiasa menjaga profesionalisme dan
integritas guna menegakkan hukum apabila terjadi pelanggaran yang dilakukan
oleh warga negara asing di Indonesia. Selanjutnya budaya hukum, bahwa
penjamin sebagai pihak yang bertanggungjawab atas keberadaa orang asing di
Indonesia harus senantiasa taat terhadap hukum, yakni menjalankan tugas dan
tanggungjawabnya sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan penjamin.

D. PENUTUP
1. Di dalam UU Keimigrasian dijelaskan bahwa penjamin memiliki peran yang
sangat penting. Dalam Pasal 63 ayat (2) UU Keimigrasian, penjamin memiliki
13
Hans Kelsen, Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu
Hukum Deskriptif Empirik [General Theory Of law and State], diterjemahkan oleh Somardi (Jakarta:
BEE Media Indonesia, 2007), hlm. 81.
14
Lawrence M Friedman, The Legal System; A Social Science Perspektif (New York: Rusell Sage
Foundation, 1975), hlm. 14.
kewajiban untuk melaporkan setiap perubahan mengenai identitas diri dan atau
keluarga orang asing yang dijaminnya dan setiap perubahan status sipil,
kewarganegaraan, pekerjaan atau perubahan alamat.
2. Bagi penjamin yang tidak memenuhi kewajibannya, maka pertanggungjawaban
yang diberikan kepadanya adalah berupa sanksi, yakni pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) (Pasal 118 UU Keimigrasian). Sedangkan bentuk-bentuk
sanksi administratif yang dapat dikenakan kepada penjamin diantaranya berupa
peringatan tertulis; pengenaan denda administratif; penghentian hak penjaminan
dari Direktur Jenderal; dan pembinaan keimigrasian di Rumah Detensi Imigrasi
selama 5 (lima) hari (Pasal 21 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan HAM
Nomor 36 Tahun 2011 tentang Penjamin Keimigrasian).
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin dan H. Zainal Asikin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Friedman, Lawrence M. 1975. The Legal System; A Social Science Perspektif. New
York: Rusell Sage Foundation.
Hartono, C.F.G Sunaryati. 2006. Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke-
20. Bandung: Penerbit Alumni.
Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 36 Tahun 2011 tentang
Penjamin Keimigrasian.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.
Kelsen, Hans. 2007. Teori Umum Hukum dan Negara, Dasar-Dasar Ilmu Hukum
Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif Empirik [General Theory Of law and
State], diterjemahkan oleh Somardi. Jakarta: BEE Media Indonesia.
Khairunisa, Intan dan Siti Ferdianti. “Pariwisata Beri Dampak Positif Bagi
Perekonomian Indonesia, Bagaimana dengan Kemajuan di Daerah?”.
https://ketik.unpad.ac.id/posts/527/pariwisata-beri-dampak-positif-bagi-
perekonomian-indonesia-bagaimana-dengan-kemajuan-di-daerah. Diakses 15
November 2022.
Kusuma, Ngurah Mas Wijaya. (2014). “Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2011 tentang Keimigrasian mengenai Tanggung Jawab Penjamin atas
Keberadaan dan Kegiatan Orang Asing di Bali.” Jurnal Magister Hukum
Universitas Udayana, 7(3)
Nasution, S. 2011. Metode Research (Penelitian Ilmiah) usulan Tesis, Desain
Penelitian, Hipotesis, Validitas, Sampling, Populasi, Observasi, Wawancara,
Angket. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Santoso, M. Iman. 2004. Perspektif Imigrasi dalam Pembangunan Ekonomi dan
Ketahanan Nasional. Jakarta: Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai