Anda di halaman 1dari 20

PERAN INTELIJEN KEIMIGRASIAN DALAM MENDETEKSI

PENYALAHGUNAAN IZIN TINGGAL KUNJUNGAN DI


KANTOR IMIGRASI KELAS II TPI SORONG

Tri Susilo Anggoro


Analis Keimgrasian Pertama
Kantor Imigrasi Kelas II TPI Sorong
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
KANTOR WILAYAH PAPUA BARAT
KANTOR IMIGRASI KELAS II TPI SORONG
Jalan Masjid Raya HBM Sorong 98416 Tlpn (0951) 321915, 321393
Laman: www.sorong.imigrasi.go.id Email: kanim_sorong@.imigrasi.go.id

LEMBAR PENGESAHAN
NOMOR : W31.IMI.IMI.2-HH.03.01-002

JUDUL MAKALAH : “PERAN INTELIJEN KEIMIGRASIAN DALAM MENDETEKSI


PENYALAHGUNAAN IZIN TINGGAL KUNJUNGAN DI
KANTOR IMIGRASI KELAS II TPI SORONG”
NAMA PENULIS : Tri Susilo Anggoro
NIP : 198905302017121001
JABATAN : Analis Keimigrasian Pertama

Telah dipresentasikan dan telah disahkan oleh Sub Bagian Tata Usaha
Kantor Imigrasi Kelas II TPI Sorong
Dan dinyatakan LAYAK BACA
untuk kemudian disimpan di Perpustakaan Kantor Imigrasi Kelas II TPI Sorong

Pada hari : Selasa


Tanggal : 23 Maret 2021

Mengesahkan
Kasubag Tata Usaha

Masrianto Pasaribu
NIP. 19630319 198603 1 001
Abstrak

Imigrasi berperan penting terhadap Orang Asing yang berada di wilayah


Indonesia. Orang Asing yang berada di wilayah Indonesia harus memiliki
izin tinggal sesuai dengan visa yang dimilikinya. Semakin banyak Orang
Asing yang berada di wilayah di Indonesia mengakibatkan semakin
besar terjadi nya tindak penyalahgunaan di bidang keimigrasian salah satu
nya tindak penyalahgunaan izin tinggal kunjungan. Untuk mencegah hal
yang akan terjadi diperlukan intelijen di bidang keimigrasian. Fungsi
intelijen keimigrasian kepada Orang Asing bertujuan untuk memonitor
kegiatan yang dilakukan oleh Orang Asing tersebut. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan peran intelijen
keimigraisian dengan subjek Orang Asing pada Kantor Imigrasi Kelas II TPI
Sorong. Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
normatif- empiris
Kata Kunci: Intelijen, Keimigrasian, Penyalahgunaan, Izin Tinggal
Kunjungan
Abstract

Immigration plays an important role for foreigners residing in Indonesian


territory. Foreigners residing in Indonesian territory must have a
residence permit in accordance with the visa they have. The more
foreigners residing in the territory of Indonesia, the greater the occurrence of
abuse in the field of immigration, one of which is the abuse of stay-visit
permits. To prevent this from happening, intelligence in the field of
immigration is needed. The function of the immigration intelligence to
foreigners is to monitor the activities carried out by the foreigner. The purpose
of this study was to determine and explain the role of immigration intelligence
with the subject of foreigners at the Special Class II Immigration Office of TPI
Sorong. The type used in this research is normative-empirical research
Keywords: Intelligence, Immigration, Abuse, Visit Stay Permit
I. PENDAHULUAN
Migrasi adalah istilah pergerakan manusia dari suatu tempat ke
tempat lain. Seseorang yang melakukan migrasi disebut dengan
migran. Migrasi ada dua yaitu migrasi internal dan migrasi internasional.
Migrasi internal adalah perpindahan seseorang atau sekelompok orang
dalam satu negara. Migrasi internasional adalah perpindahan
seseorang atau sekelompok orang antar negara atau melintasi batas
teritorial negara. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
mempermudah seseorang melakukan mobilitas. Migrasi merupakan
salah satu dampak dari globalisasi. Dampak dari globalisasi dapat
bersifat positif dan negatif. Adanya gobalisasi maka suatu negara akan
lebih berkembang karena semakin banyak turis atau wisatawan asing
yang datang ke negara tersebut sehingga akan meningkatkan
pendapatan nasional.
Kedaulatan suatu negara bersifat absolut karena kekuasaan suatu
negara bersifat mengikat dan tidak bisa di intervensi oleh negara lain.
Kedaulatan menurut Jean Bodin dibagi menjadi 2 yaitu kedaulatan ke
dalam dan kedaulatan ke luar. Kedaulatan ke dalam yaitu negara
berhak mengatur negara nya tanpa campur tangan dari negara lain
sedangkan kedaulatan ke luar adalah negara menerapkan kebijakan
untuk melakukan perjanjian atau kerja sama dengan negara lain. Setiap
negara menetapkan ketentuan hukum di negaranya. Hal tersebut
menunjukan bahwa kedaulatan suatu negara bebas untuk menetapkan
dan mengatur negara nya sendiri.
Dalam pasal 1 angka 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 berbunyi bahwa negara Indonesia adalah negara
hukum. Negara hukum yang dimaksud adalah negara yang
mengutamakan supremasi hukum yang mempertanggungj awabkannya
dan menjamin keadilan warga negaranya di depan hukum karena
hukum mempunyai kekuasaan tertinggi.
Di Indonesia dalam hal keimigrasian yang mengatur lalu lintas dan
keberadaan orang dari dan ke Indonesia diatur dalam Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dan untuk menjalankan
Undang-Undang tentang keimigrasian maka ditetapkan Peraturan
Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. Dalam
pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 berbunyi bahwa
keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar
Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga
tegaknya kedaulatan negara. Imigrasi mempunyai fungsi sesuai dengan
terdapat dalam pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011
yaitu memberikan pelayanan keimigrasianan, penegakan hukum,
keamanan negara, dan fasilitator pembangunan. Keimigrasian
mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga kedaulatan
negara oleh karena itu kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah
Indonesia dalam hal keimigrasian yaitu kebijakan selektif (selective
policy). Kebijakan selektif dengan maksud untuk mencegah ancaman
yang datang dari luar wilayah Indonesia yang berdampak pada
kedaulatan negara.
Orang Asing yang masuk wilayah Indonesia harus sesuai dengan
visa yang dimilikinya karena visa adalah keterangan tertulis yang
memuat persetujuan bagi Orang Asing ke wilayah Indonesia serta
sebagai syarat untuk pemberian izin tinggal. Menurut pasal 34 Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2011 dijelaskan bahwa bisa dibagi menjadi
yaitu Visa Diplomatik, Visa Dinas, Visa Kunjungan, dan Visa Tinggal
Terbatas. Orang Asing juga wajib memiliki izin tinggal. Dasar pemberian
izin tinggal adalah sesuai dengan visa yang dimilikinya. Izin tinggal
terdiri dari Izin Tinggal Kunjungan, Izin Tinggal Terbatas dan Izin
Tinggal Tetap.
Pada tahun 2016 pemerintah Indonesia menetapkan Bebas Visa
Kunjungan (BVK) kepada 169 negara. Penetapan peraturan Bebas Visa
Kunjungan berdasarkan asas timbal balik (resiprositas) dengan tujuan
untuk meningkatkan hubungan kerjasama dan timbal balik yang saling
menguntungkan antar negara. Selain itu manfaat Bebas Visa
Kunjungan untuk meningkatkan devisa negara dan perekonomian
masyarakat Indonesia melalui sektor pariwisata. Menurut Pasal 4
Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2016, Bebas Visa Kunjungan
berlaku terbatas yaitu selama 30 hari. lzin tinggal yang diberikan
kepada Orang Asing yang masuk wilayah Indonesia dengan Bebas Visa
Kunjungan adalah izin tinggal kunjungan dengan ketentuan izin tinggal
tersebut tidak dapat diperpanjang atau dialihstatuskan menj adi izin
tinggal terbatas maupun izin tinggal tetap.
Kebijakan Bebas Visa Kunjungan mengakibatkan mobilitas orang
semakin cepat karena seperti tidak ada jarak atau sekat-sekat antar
negara-negara yang disebut dengan dunia tanpa batas (Border less
World). Meskipun tanpa batas harus tetap dibatasi oleh hukum sesuai
dengan pendapat dari Theodore Rosevelt yang menyatakan bahwa
pemenuhan hak harus berjalan sesuai dengan peraturan (Hartono,
2012). Adanya kebijakan ini seharusnya tetap mengutamakan
kedaulatan negara serta memperhatikan kebijakan selektif (selective
policy) karena Orang Asing yang masuk wilayah Indonesia juga harus
memberikan manfaat kepada negara Indonesia. Pertimbangan
kedaulatan, asas manfaat dan asas resiprokal menjadi sangat
diperhatikan karena penambahan negara yang mendapat bebas visa
kunjungan akan meningkatkan jumlah pelanggaran (Tirthayasa &
Affandi, 2019).
Semakin banyaknya Orang Asing yang masuk wilayah Indonesia
khususnya Sorong mengakibatkan banyak pelanggaran-pelanggaran di
bidang keimigrasian. Untuk menghindari dan mengantisipasi hal
tersebut diperlukan pengawasan melalui bidang intelijen karena salah
satu tugas dari intelijen keimigrasian adalah menyajikan data dan
informasi yang dibutuhkan oleh pimpinan sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan kebijakan. Fungsi intelijen dapat juga digunakan
untuk mempertahankan kepentingan• kepentingan nasionalnya
terhadap paksaan atau intervensi dari negara lain serta ancaman
ganguan, hambatan dan tantangan yang datang baik dari dalam negara
maupun intervensi dari negara lain (Hartati, 2006). Untuk mencegah
penyalahgunaan dokumen keimigrasian dilakukan oleh Bidang Intelijen
dan Penindakan Keimigrasian dalam hal ini Seksi Intelijen Keimigrasian
karena salah satu tugas dari intelijen keimigrasian adalah penyajian
informasi produk intelij en sebagai bahan pertimbangan pimpinan dalam
mengambil suatu kebijakan.
Untuk itu dalam penelitian ini penulis tertarik untuk
mendeskripsikan keadaan yang telah dijabarkan diatas melalui
penelitian yang berjudul Peran lntelijen Keimigrasian dalam Mendeteksi
Penyalahgunaan Izin Tinggal Kunjungan di Kantor Imigrasi Kelas II TPI
Sorong.
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian artikel ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk menjelaskan dan mendeskripsikan peran intelijen
keimigrasian terhadap Orang Asing pemegang Izin Tinggal
Kunjungan di wilayah kerja Kantor Imigrasi Kelas II TPI Sorong.
2. Untuk menjelaskan dan menemukan hal-hal yang menghambat dari
pelaksanaan intelijen keimigrasian dalam penidakan penyalahgunaan
Izin Tinggal Kunjungan.
II. PEMBAHASAN
A. Metode Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan penulis gunakan adalah
normatif - empiris yaitu memberikan penjelasan terkait implementasi
fungsi intelijen keimigrasian terhadap Orang Asing, khususnya di
wilayah kerja Kantor Imigrasi Kelas II TPI Sorong.

B. Hasil Penelitian
Keberadaan Orang Asing di Indonesia dibatasi dan diawasi
dalam melakukan kegiatannya selama berada di Indonesia. Dalam hal
keberadaan Orang Asing merupakan tanggung jawab dari Imigrasi.
Pengaturan mengenai lalu lintas orang yang keluar atau masuk di
suatu negara adalah hak dan wewenang sebuah negara karena
negara mempunyai kedaulatan yang bersifat de jure maupun de facto.
Sejarah politik hukum kemigrasian di Indonesia sangat
dipengaruhi oleh beberapa hal sehingga ketentuannya berbeda-beda.
Politik hukum keimigrasian yang diberlakukan saat pemerintahan
Hindia Belanda disebut opendeurpolitiek atau yang disebut politik pintu
terbuka. Politik hukum opendeurpolitiek yang ditetapkan pemerintah
Hindia Belanda membuka selebar-lebamya orang asing untuk dapat
datang ke wilayah Hindia Belanda, untuk tinggal serta menjadi
penduduk Hindia Belanda.
Pada masa pemerintah Hindia Belanda, Imigrasi bernama
Immigratie Dients yang memiliki tugas yang mengurus masalah-
masalah keimigrasian di kawasan jajahan Hindia Belanda. Pada tahun
1913 pemerintah Hindia Belanda membuat pengaturan tentang lalu
lintas orang asing masuk keluar Indonesia dengan dibentuknya
Sekretaris Kantor Imigrasi yang bertugas sebagai badan admintrasi
pemerintahan di bidang keimigrasian.
Peraturan yang menjadi dasar hukum dalam menangani
masalah-masalah keimigrasian pada masa pemerintah Hindia Belanda
adalah ''Toelatings Besluit'' dan ''Toelatings Ordonantie'' yang meliputi
peraturan di bidang perizinan masuk dan tinggal orang asing, bidang
kependudukan orang asing dan bidang kewarganegaraan. Produk
perundang• undangan pada bidang perizinan masuk dan tinggal orang
asing di Indonesia ialah Bepalingen omtrent de Toelating en Vestiging
in lndonesie van Nederlanders eb vreemdelingen (Toelatings Besluit)
atau Penetapan ljin Masuk dalam Toelating Besluit dengan pemberian
Toelatingskaart (Kartu ljin Masuk).
Keimigrasian di Indonesia pada saat ini diatur dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Pada peraturan
ini dikenal Visa sebagai dasar untuk Orang Asing yang akan masuk
atau keluar wilayah Indonesia. Pada Pasal 1 angka 18 Undang•
Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian yang dimaksud
dengan Visa merupakan keterangan tertulis yang diberikan oleh
pejabat yang berwenang di Perwakilan Republik Indonesia maupun di
tempat lain yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia yang
tertera persetujuan bagi Orang Asing untuk melakukan perjalanan
dengan tujuan wilayah Indonesia serta menjadi dasar untuk pemberian
izin tinggalnya. Setiap Orang Asing yang akan datang ke wilayah
Indonesia wajib mempunyai visa yang sah serta berlaku terkecuali
kepada Orang Asing yang dikecualikan dari kewajiban memiliki visa
yang ditentukan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan
serta perjanjian intenasional.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31
Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2011 tentang Keimigrasian, visa yang berlaku di Indonesia
terdiri dari:
1. Visa Diplomatik
2. Visa Dinas
3. Visa Kunjungan
4. Visa Tinggal Terbatas
Dalam hal pemberian Visa Diplomatik dan Visa Dinas adalah
kewenangan dari Kementerian Luar Negeri yang didalam
pelaksanaannya diterbitkan oleh pejabat dinas luar negeri di
perwakilan Republik Indonesia. Sedangkan pemberian Visa Kunjungan
dan Tinggal Terbatas merupakan kewenangan Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia yang dikeluarkan oleh Pejabat lmigrasi
maupun pejabat dinas luar negeri di Perwakilan Republik Indonesia di
luar negeri. Visa merupakan syarat dari pemberian Izin Tinggal kepada
Orang Asing.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang keimigrasian
mengatur beberapa jenis izin yaitu Izin Tinggal Kunjungan, Izin Tinggal
Terbatas dan Izin Tinggal Tetep. Setiap Orang Asing yang berada di
Indonesia wajib memiliki izin tinggal yang masih berlaku kecuali yang
masih menjalani proses projustitia atau pidana di lembaga
pemasyarakatan. Menurut Prajudi Atmosudirdjo, izin berfungsi sebagai
alat untuk mengarahkan aktivitas• aktivitas tertentu sesuai yang
diinginkan dan mecegah bahaya yang dapat terjadi, Selain itu izin
berfungsi sebagai alat untuk menyeleksi orang-orang sesuai dengan
syarat-syarat yang ditentukan. (Atmosudirdjo, 1981).
Menurut ketentuan dalam Pasal 50 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dijelaskan bahwa Izin
Tinggal Kunjungan diberikan kepada Orang Asing yang masuk wilayah
Indonesia dengan visa kujungan atau anak baru lahir di wilayah
Indonesia dan pada saat lahir ayah dan/atau ibu pemegang izin tinggal
kunjungan. Visa Kunjungan diberikan kepada Orang Asing yang akan
melakukan perjalanan ke Wilayah Indonesia dengan tujuan
pemerintahan, pendidikan, sosial budaya, pariwisata, bisnis, keluarga,
jumalistik, atau singgah untuk meneruskan perjalanan ke negara lain
sesuai dengan Pasal 38 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011.
Kegiatan sosial budaya yang dimaksud dalam pasal tersebut adalah
tukar menukar budaya, misi kesenian atau Pendidikan.
Imigrasi sebagai penjaga pintu gerbang negara dan garda
terdepan terhadap kegiatan pelaksaan pengawasan Orang Asing
karena sesuai dengan fungsi imigrasi yaitu sebagai aparatur pelayanan
keimigrasianan, penegakan hukum, keamanan negara, dan fasilitator
pembangunan. Pengawasan yang dilakukan oleh imigrasi dalam
rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara dengan konsep intelijen.
Kebijakan Imigrasi Indonesia adalah selective policy artinya bahwa
hanya orang asing yang dapat memberikan manfaat yang boleh masuk
ke Indonesia, oleh karena itu diperlukan adanya pengawasan
keimigrasian dalam hal intelijen dalam rangka mencegah setiap bentuk
ancaman yang terjadi sebagai akibat dari masuk atau keluar Orang
Asing.
Pengawasan sangat diperlukan untuk mengamati, mendeteksi,
dan mencegah Orang Asing yang melakukan kegiatan yang tidak
sesuai dengan izin tinggal yang diberikan kepadanya selama berada di
wilayah Indonesia. Dalam kegiatan ini yang menjadi sasaran
pengawasan adalah orang asing, dimulai sej ak orang asing
melakukan permohonan visa di kedutaan Indonesia di luar negeri dan
yang berada di wilayah negara Indonesia serta orang• orang asing
yang dicurigai melakukan penyimapangan atau pelanggaran
keimigrasian. Setiap orang asing yang masuk atau keluar wilayah
Indonesia wajib memberikan identitas, keterangan kedatangan, atau
keberangkatan dan keterangan lain yang diperlukan kepada Pejabat
Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi.
Berdasarkan Pasal 1 Angka 30 Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2011 yang dimaksud dengan lntelijen Keimigrasian adalah kegiatan
penyelidikan Keimigrasian dan pengamanan Keimigrasian dalam
rangka proses penyaj ian informasi melalui analisis guna menetapkan
perkiraan keadaan Keimigrasian yang dihadapi atau yang akan
dihadapi. Tugas dan fungsi pokok dalam menjalankan fungsi intelijen
keimigrasian diperjelas pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011
Pasal 74 ayat (1) yang menyatakan Pejabat Imigrasi melakukan fungsi
Intelijen Keimigrasian. Kemudian dalam Pasal 74 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2011 dijelaskan bahwa dalam rangka
melaksanakan fungsi Intelijen Keimigrasian Pejabat Imigrasi
melakukan penyelidikan dan pengamanan serta berwenang
mendapatkan keterangan dari masyarakat atau instansi pemerintah,
mendatangi tempat atau bangunan yang diduga dapat ditemukan
bahan keterangan mengenai keberadaan dan kegiatan Orang Asing,
melakukan operasi Intelijen Keimigrasian, atau melakukan
pengamanan terhadap data dan informasi Keimigrasian serta
pengamanan pelaksanaan tugas Keimigrasian.
Direktorat Jenderal Imigrasi melaksanakan penjagaan
kedaulatan negara dan penegakkan hukum serta menyelenggarakan
fungsi intelijen. Dalam melaksanakan fungsinya dapat meminta
keterangan dari masyarakat ataupun lembaga pemerintah yang diduga
bisa ditemukan bahan keterangan keberadaan orang asing. Apabila
memang diperlukan pejabat imigrasi bisa melaksanakan operasi
intelijen keimigrasiaan. Intelijen Keimigrasian sangat berperan penting
dalam memberikan deteksi dini terutama dalam mencegah Orang
Asing yang menyalahgunakan izin tinggal.
Suatu informasi intelijen yang diperoleh dari bahan keterangan
adalah bahan dasar yang masih mentah. Bahan mentah dibagi
menjadi dua yaitu yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat
untuk dijadikan sebagai informasi intelijen. Bahan mentah yang
memenuhi adalah bahan-bahan yang dapat dipercaya sumbernya dan
relevan dengan masalah yang dicari atau dibutuhkan. Intelijen sebagai
bahan keterangan yang sudah diolah adalah merupakan hasil terakhir
atau produk daripada pengolahan yang selanjutnya disampaikan
kepada pihak-pihak pemakai untuk dipergunakan sebagai bahan
penyusunan rencana dan kebijaksanaan yang akan ditempuh dan
yang memungkinkan untuk bahan mengambil keputusan. Dalam hal ini
intelijen juga merupakan suatu pengetahuan yang perlu diketahui
sebelumnya, dalam rangka untuk menentukan langkah-langkah
dengan resiko yang diperhitungkan. Dengan kata lain, intelijen
diperlukan untuk membuat keputusan yang tepat dalam aspek
perencanaan, kebijaksanaan dan cara bertindak. Seluruh kegiatan
intelijen akan menghasilkan produk intelijen.
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelaporan Produk Intelijen
yang terdapat pada Direktorat Intelij en Keimigrasian, bahwa produk
intelij en yang telah didapat kemudian di distribusikan kepada pimpinan
tertinggi pada Direktorat Jenderal Imigrasi. Sehingga produk intelijen
tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pimpinan
dalam mengambil keputusan/kebijakan.
Bidang Intelijen dan Penindakan Keimigrasian pada Kantor
Imigrasi Kelas II TPI Sorong sebagai pelaksana fungsi intelijen yang
meliputi penyelidikan dan pengamanan harus dapat mencegah
ancaman yang ada. Setiap informasi yang diberikan oleh bidang
Intelijen dan Penindakan Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas II
TPI Sorong bertujuan memberikan masukan kepada pimpinan untuk
melakukan deteksi dini dengan melalui tahapan pengolahan data dan
dengan analisa. Proses analisa mempunyai tujuan yaitu untuk mencari
kebenaran faktual dan untuk menciptakan hubungan diantara masalah
tersebut.
Direktorat Jenderal Imigrasi sudah memiliki sistem pelaporan
orang asing secara Online yang bertujuannya untuk memudahkan
untuk melaporkan keberadaan dan kegiatan Orang Asing yang
bemama Aplikasi Pelaporan Orang Asing (APOA), APOA memberikan
banyak manfaat karena pada aplikasi tersebut menyajikan data terkait
keberadaan orang asing. Selain itu ada laporan langsung dari
masyarakat melalui nomor telfon, email atau media sosial. lmigrasi
juga bekerjasama dengan Interpol untuk saling tukar menukar
informasi mengenai data-data Orang Asing yang buron atau dicari oleh
suatu negara sehingga ketika Orang Asing tersebut masuk atau
berkegiatan di Indonesia dapat diketahui karena mengingat luas
wilayah Indonesia.
Imigrasi juga membentuk Tim Pengawasan Orang Asing (TIM
PORA) yang terdiri dari beberapa instansi seperti Kepolisian, TNI,
Kejaksaan, Disdukcapil, Disnaker, Bea Cukai, Dishub, Pemerintah
Daerah, dan instansi terkait lainnya. TIMPORA berfungsi sebagai
tempat untuk saling bertukar informasi terhadap keberadaan informasi
orang asing. Secara um um dij elaskan diatas bahwa Intelij en
Keimigrasian adalah sebentuk kegiatan pengawasan keimigrasian
melalui penyelidikan dan pengamanan untuk menemukan dan
mencegah pelanggaran. Selain itu Intelijen Keimigrasian sebagai
fungsi pencegahan dini dari hal-hal yang dapat mengganggu
keamanan dan kedaulatan negara. Kantor Imigrasi Kelas II TPI Sorong
telah melaksanakan fungsi intelijen keimigrasian. Berdasarkan data
diatas bahwa menunjukkan bahwa pelaksanaan fungsi intelijen
terhadap penyalahgunaan Izin Tinggal Kunjungan di Kantor Imigrasi
Kelas II TPI Sorong belum berjalan efektifkarena masih terjadi
penyalahgunaan. Belum efektifnya lntelijen Keimigrasian terhadap
penyalahgunaan Izin Tinggal Kunjungan disebabkan oleh beberapa
hal.
Intelijen Keimigrasian mempunyai peran yang sangat penting.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 30 Tahun
2106 tentang intelijen Keimigrasian dij elaskan bahwa fungsi dari Intelij
en Keimigrasian adalah penyelidikan dan pengamanan lntelijen
Keimigrasian. lntelijen Keimigrasian umumnya sama dengan intelijen
lainnya termasuk teknik penyelidikan dan pengamanan. Intelijen
Keimigrasian menitikberatkan pada penegakkan hukum demi tegaknya
kedaulatan negara. Dimulai dari pengaduan masyarakat atau dari intelij
en sendiri setelah itu dilakukan telaahan terhadap laporan pengaduan
apabila ditemukan dugaan adanya penyalahgunaan membuat disposisi
untuk dilakukan pengumpulan data dan pengumpulan keterangan
terhadap laporan pengaduan tersebut. Setelah selesai dibuat laporan
dengan kesimpulan laporan pengaduan bisa ditingkatkan ke
penyelidikan.
Dalam kegiatan intelijen tersebut ada beberapa factor pendukung
dan penghambat yang terdapat di Kantor Imigrasi Kelas II TPI Sorong.
Dalam sumber daya manusia di Kantor Imigrasi Kelas II TPI Sorong
kurang didukung oleh personil. Pada bidang Intelijen dan Penindakan
hanya mempunyai 10 personil yang terdiri dari 1 orang Kepala Seksi
Intelijen dan Penindakan Keimigrasian, 1 orang Kepala Sub Seksi
Intelijen, dan 8 orang staf. Jadi dalam melakukan operasi intelijen di
wilayah Kantor Imigrasi Kelas II TPI Sorong mengalami kesulitan
dikarenakan kurangnya sumber daya manusia yang membantu peran
intelijen walalupun dengan wilayah kerja dengan 3 kecamatan tetapi
intensitas Orang Asing yang melakukan kegiatan sangat tinggi karena
terdapat perusahaan, penginapan dan resort.
Dalam dunia intelijen diperlukan keahlian khusus yang
terprogram dan terencana. Diantaranya keahlian dalam teknik
wawancara, cover, penyurupan, sehingga diperoleh hasil yang
maksimal. Pendidikan dan latihan khusus dasar intelijen pada bidang
lntelijen dan Penindakan Keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas II TPI
Sorong hanya Kepala Bidang, Kepala Seksi dan Pejabat Imigrasi
sedangkan stafnya tidak pernah mengikutinya. Dalam mengungkap
kasus yang rumit diperlukan pendidikan yang cukup karena yang
dihadapi adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi karena tidak
cukup dari pengalaman saja dan tidak cukup hanya mengikuti diklat
satu kali. Kemampuan personel intelijen yang dilapangan sebagai
garda terdepan pengungkapan kasus-kasus di bidang keimigrasian.
Kegiatan intelijen bersifat rahasia sehingga target tidak
mengetahui jika dia menjadi target dari kegiatan intelijen. Oleh karena
itu diperlukan sarana dan prasarana untuk membantu kegiatan intelij
en. Dalam hal pengambilan gambar yaitu dalam bentuk foto atau
gambar sehingga diperlukan drone dan kamera infrared. Kamera
infrared memiliki visibilitas untuk memotret dan merekam dalam
keadaan gelap karena kegiatan intelijen keimigrasian di wilayah Kantor
Imigrasi Kelas II TPI Sorong juga dilakukan pada malam hari dengan
target tempat hiburan. Selain itu juga terbatasnya HT (Handy Talky)
sebagai alat komunikasi.
Hambatan-hambat yang ada seperti sarana dan prasarana yang
tidak memadai tentunya akan membuat tidak efektifnya pelaksanaan
tugas dari fungsi Intelijen Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas II
TPI Sorong. Seharusnyajumlah sumber daya manusia, sarana dan
prasaran seimbang agar dalam melaksanakan fungsi keimigrasian
tidak mendapat kendala.
Efektiftas skala operasi intelijen ini tentu akan semakin efektif jika
peningkatan masing-masing faktor antara sumber daya manusia,
sarana dan prasarana di sesuaikan dengan wilayah kerja serta dalam
pelaksanaan tugas yang didukung oleh pendanaan yang baik.
Sebaliknya semakin luas wilayah dan banyak kegiatan yang dilakukan
oleh Orang Asing akan mengurangi efektifitas skala operasi apabila
tidak didukung oleh sumber daya manusia yang cukup serta sarana
dan prasarana yang memadai untuk mendukung pelaksanaan Intelijen
Keimigrasian. Sementara yang terjadi saat ini antara wilayah kerja
kantor Imigrasi Kelas II TPI Sorong tidak seimbang dengan sarana dan
prasarana serta sumber daya manusia yang ada sehingga tentunya
mempengaruhi efektifitas pelaksanaan operasi intelijen
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Intelijen Keimigrasian berperan memberikan deteksi dini
terhadap setiap gangguan yang mungkin dapat terjadi yang
disebabkan oleh Orang Asing yang berada dan berkegiatan di
wilayah Indonesia yang dapat mengganggu keamanan dan
ketertiban serta dapat mengancam kedaulatan negara.
Informasi yang diperoleh dibuat dalam bentuk produk intelijen
yang berasal dari laporan masyarakat, mendatangai tempat atau
bangunan yang hasilnya dilaporkan kepada pimpinan sebagai
bahan pertimbangan dalam mengambil suatu kebijakan. Ada
beberapa faktor untuk mengindikasi Orang Asing yang akan
menyalahgunakan izin tinggal dengan melihat Orang Asing
tersebut masuk atau tidak dalam daftar cekal, melihat usia Orang
Asing tersebut apakah berada di usia produktif dan melihat
Orang Asing tersebut sudah berapa kali melakukan
perpanjangan izin tinggal kunjungan. Untuk
memudahkan tugas dan fungsi Intelijen, Kantor Imigrasi Kelas II
TPI Sorong melakukan sosialiasi mengenai APOA kepada
pemilik tempat penginapan untuk melaporkan keberadaan Orang
Asing di wilayah kerjanya. Dengan adanya APOA maka lebih
mudah dalam mengetahui keberadaan Orang Asing. Selain itu
juga berkoordinasi dengan anggota TIM PORA. TIMPORA
berfungsi sebagai tempat untuk saling bertukar informasi
terhadap keberadaan informasi Orang asing.
Dalam melaksanakan operasi lntelijen Keimigrasian
mengalami hambatan-hambatan yaitu sumber daya manusia
serta sarana dan prasarana. Pelaksanaan operasi Intelijen
Keimigrasian tidak berjalan sebagaimana diharapkan tanpa ada
sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan sarana yang
memadai, Selain itu belum optimalnya sistem pada APOA yang
digunakan sebagai sebagai dasar dalam mengetahui
keberadaan dan kegiatan Orang Asing.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas, saran yang
dapat penulis berikan sehubungan dengan peran intelij en
keimigrasian dalam mendeteksi penyalahgunaan izin tinggal
kunjungan adalah:
1. Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat tentang tugas
dan fungsi Kantor Imigrasi Kelas II TPI Sorong termasuk di
dalam pelaksanaan fungsi Imigrasi ada peran Intelijen
Keimigrasian;
2. Mengusulkan kepada Kantor Wilayah dengan tembusan
Direktorat Jenderal Imigrasi tentang perlu adanya
peningkatan personil serta kompetensi dan kemampuan
Sumber Daya Manusia di bidang intelijen. Selain itu juga
meningkatkan sarana dan prasarana untuk
mendukungpelaksanaan operasi Intelijen Keimigrasian di
Kantor Imigrasi Kelas II TPI Sorong.
DAFTAR PUSTAKA

Undang Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.


Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang Undang Nomor 6 Tahun 2011.
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 50 Tahun 2016
tentang Tim Pengawasan Orang Asing
Hartati, E. (2006). Tindak Pidana Terorisme. Sinar Grafika.
Manan, B. (2019). Memperkuat Peradaban Hukum dan Ketatanegaraan
Indonesia. Komisi Yudisial.
Mardalis. (2003). Metode penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Cet.VI).
Bumi Aksara.
Marzuki, P. M. (2008). Pengantar !!mu Hukum. Kencana.
Sibuea, H.P. (2014). Ilmu Negara. Erlangga
Waluyo, B. (2008). Penelitian Hukum Dalam Praktek. Sinar Grafika
Eco Silalahi. (2015). Implikasi Hukum Intemasional Pada Flight Information
Region (Fir) Singapura Atas Wilayah Udara Indonesia
Terhadap Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Riau
Yara, M. (2017). TEORI HUKUM: (Suatu Tinjauan Singkat tentang Posisi,
Sejarah Perkembangan dan Ruang Lingkupnya). 1-3, 1-21.

Anda mungkin juga menyukai