Anda di halaman 1dari 19

A. PENDAHULUAN.

Arus globalisasi dunia sejak dahulu telah membawa dampak pada

peningkatan lalu lintas orang dan barang antar negara, sehingga batas-batas negara

semakin mudah ditembus demi berbagai kepentingan manusia seperti perdagangan,

industri, pariwisata serta lain sebagainya. Fenomena ini sudah menjadi hal atau

perhatian negara-negara di dunia sejak dahulu sebab setiap negara mempunyai

kedaulatan untuk mengatur lalu lintas orang yang akan masuk dan keluar wilayah

negaranya dan bahkan untuk berkunjung maupun untuk berdiam sementara. Untuk

mengatur hal tersebut, di Indonesia telah terdapat peraturan perundang-undangan

yang mengaturnya yaitu, Undang-undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.

Namun sekarang Undang-Undang tersebut telah dirubah menjadi Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2011, Undang-undang ini merupakan peraturan yang mengatur hal

ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Negara Republik Indonesia dan

pengawasan terhadap orang asing di wilayah Negara Republik Indonesia.

Keimigrasian di Indonesia sudah ada sejak zaman kolonial Belanda namun secara historis

pada tanggal 26 Januari 1950 untuk pertama kalinya diatur langsung oleh pemerintah

Republik Indonesia dan diangkat Mr. Yusuf Adiwinata sebagai Kepala Jawatan Imigrasi

berdasarkan Surat Penetapan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Serikat No.

JZ/30/16 tanggal 28 Januari 1950 yang berlaku surut sejak tanggal 26 Januari 1950.

Momentum tersebut hingga saat itu diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Imigrasi oleh

setiap jajaran Imigrasi Indonesia. Organisasi Imigrasi sebagai lembaga dalam struktur

kenegaraan merupakan organisasi vital sesuai dengan sasanti Bhumi Pura Wira

1
Wibawa yang berarti penjaga pintu gerbang negara yang berwibawa. Sejak

ditetapkannya Penetapan Menteri Kehakiman Republik Indonesia, maka sejak saat itu

tugas dan fungsi keimigrasian di Indonesia dijalankan oleh Jawatan Imigrasi atau

sekarang Direktorat Jenderal Imigrasi dan berada langsung di bawah Departemen

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Khusus untuk kejahatan perdagangan manusia atau Perdagangan orang (trafiking)

telah lama terjadi dimuka bumi ini dan merupakan tindakan yang bertentangan dengan

harkat dan martabat manusia. Hal ini merupakan pelanggaran terhadap hak azasi

manusia, harkat dan martabat manusia yang dilindungi berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945. Dimasa lalu perdagangan orang hanya dipandang sebagai

pemindahan secara paksa ke luar negeri untuk tujuan prostitusi, kerja paksa secara

ilegal sudah berlangsung lama. Perdagangan orang adalah : kejahatan yang terorganisir

dilakukan baik dengan cara-cara konvensional dengan cara bujuk ragu para (perekrut

tenaga kerja di tingkat desa) sampai cara-cara modern, misalnya melalui iklan-iklan di

media cetak dan elektronik. Pelaku mengorganisir kejahatan dengan membangun

jaringan dari daerah / negara asal korban sampai ke daerah / negara tujuan; Jaringan

pelaku memanfaatkan kondisi dan praktek sosial di daerah negara asal korban dengan

janji-janji muluk dan kemudian memeras korban baik secara fisik maupun seksual

Dengan pengembangan organisasi yang demikian itu, maka Direktorat Jenderal

Imigrasi saat ini secara jelas telah menentukan kerangka tugasnya yang tercermin dalan

tri fungsi Imigrasi yaitu sebagai aparatur pelayanan masyarakat, pengamanan negara

dan penegakan hukum keimigrasian, serta sebagai fasilitator ekonomi nasional.

2
Direktorat Jenderal Imigrasi menyadari sepenuhnya bahwa untuk melaksanakan tugas

dan fungsi tersebut sangat membutuhkan dukungan dari setiap personel yang ada

didalamnya, oleh karena itu Direktorat Jenderal Imigrasi senantiasa berupaya untuk

menjaga dan meningkatkan profesionalisme, kualitas dan kehandalan sumber daya

manusia secara berkelanjutan. Setiap personel Direktorat Jenderal Imigrasi harus tetap

berpegang pada nilai-nilai yang terdapat dalam Panca Bhakti Insan Imigrasi yakni:

Taqwa, Menjunjung Tinggi Kehormatan, Cendekia, Integritas Pribadi dan Inovatif. Hal ini

berarti setiap insan Imigrasi menyadari bahwa kualitas pribadi akan mendukung secara

langsung kualitas kerjanya.

Dari uraian di atas, penulis berusaha untuk melakukan penelitian dengan judul :

“FUNGSI HUKUM KEIMIGRASIAN TERHADAP PELAKSANAAN

PERDAGANGAN MANUSIA DI WILAYAH JAWA TENGAH ”.

B. PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah

sebagai berikut :

a. Bagaimanakah fungsi hukum keimigrasian terhadap pelaksanaan

perdagangaan manusiaa di Wilayah Jawa Tengah ?

b. Apa yang menjadi hambatan dan kendala yang dihadapi Hukum keimigrasian

dalam pelaksanaan perdagangan manusia di wilayah Jawa Tengah ?

3
C. PEMBAHASAN MASALAH

1. Fungsi Hukum Keimigrasian Terhadap Pelaksanaan Perdagangan Manusia Di

Wilayah Jawa Tengah.

a. Mekanisme Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang Asing

Melihat banyaknya jumlah dan mobilitas orang asing yang berada di wilayah

Indonesia khususnya di Jawa Tengah, pengawasan dan penindakan keimigrasian

terhadap orang asing merupakan upaya pemerintah yang sekaligus merupakan ruang

lingkup keimigrasian untuk menciptakan keamanan dan ketertiban umum.

Disamping itu, fungsi pengawasan dan penindakan orang asing secara garis besar

dapat dirumuskan dalam tri fungsi imigrasi, yaitu sebagai aparatur pelayanan

masyarakat dan pengamanan negara, penegakan hukum keimigrasian dan sebagai

fasilitator ekonomi nasional.

Pengawasan keimigrasian terhadap orang asing merupakan upaya yang

dilakukan pihak keimigrasian untuk mengawasi orang asing mulai dari saat

memasuki, berada dan sampai meninggalkan Indonesia. Bapak Jusuf Perdana,

S.H.,MH., Kabid Intelijen, Penindakan Dan Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil

Kemenkumham Jawa Tengah, menyatakan bahwa:

“.....pengawasan keimigrasian terhadap orang asing telah diatur di dalam


Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Pada dasarnya,
pengawasan orang asing mencakup pengawasan yang bersifat administratif dan
bersifat operasional. Pengawasan yang bersifat administratif yaitu termasuk di
dalam hal pengumpulan dan pengolahan data keluar masuk orang asing di
wilayah Indonesia. Kemudian, pengawasan yang bersifat operasional yaitu
pelaksanaan pengawasan terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia
dilakukan secara terkoordinasi. Ada dua hal yang menjadi sasaran pengawasan
terhadap orang asing di Indonesia yaitu pengawasan terhadap keberadaaannya
(secara immigratoir) dan pengawasan terhadap kegiatan orang asing selama
berada di Indonesia.....” (Hasil wawancara dengan Jusuf Perdana, S.H.,MH.,
Kabid Intelijen, Penindakan Dan Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil

4
Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah pada tanggal 17 September 2014
jam 13.00 WIB).

Ibu Sri Warnati, S.H., Kasubbid Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil

Kemenkumham Jawa Tengah, menjelaskan lebih lanjut:

“.....pengawasan keimigrasian terhadap orang asing dilakukan mulai dari orang


asing tersebut permohonan ijin masuk dan tinggal di Indonesia, keberadaan dan
kegiatan orang asing di Indonesia, sampai orang asing tersebut keluar dari
wilayah Indonesia. Bentuk dari pengawasan tersebut berupa pengumpulan,
pengolahan, penyajian data dan informasi tentang keberadaan dan kegiatan orang
asing selama di wilayah Indonesia.....” (Hasil wawancara dengan Sri Warnati,
S.H., Kasubbid Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil Kementerian Hukum dan
HAM Jawa Tengah pada tanggal 13 September 2014 jam 10.00 WIB).

Dari penjelasan di atas, dapat digambarkan dalam bagan alur dan bentuk

pengawasan terhadap orang asing, sebagai berikut:

Tabel I
Alur dan bentuk pengawasan orang asing

Sumber: Dokumentasi Divisi Imigrasi Kanwil Kemenkumham Jateng

Pengawasan keimigrasian terhadap orang asing dilakukan sejak orang asing

tersebut mengajukan permohonan visa di perwakilan Republik Indonesia di luar

negeri, kemudian memasuki wilayah Indonesia melalui Tempat Pemeriksaan

Imigrasi (TPI). Bentuknya dengan melakukan pemeriksaan dokumen perjalanan,

5
daftar cekal, pemotretan, pengambilan sidik jari dan pengolahan data keimigrasian

daripada orang asing. Pemeriksaan dilakukan sewaktu memberikan atau menolak

memberikan perizinan keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI), Kantor

Imigrasi, Divisi Keimigrasian pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM,

maupun Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri dan Direktorat Jenderal

Imigrasi.

Selanjutnya pengawasan keimigrasian terhadap orang asing dilakukan pada

saat orang asing berada di wilayah Indonesia, yaitu dengan melakukan kegiatan rutin

dan operasi di lapangan dengan melakukan Orang Asing Masuk ke Indonesia

Berupa: - Pengumpulan, pengolahan, serta penyajian data dan informasi; -

b. Peran dan Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

Dalam Pelaksanaan Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Terhadap Orang

Asing di Indonesia Kegiatan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang

asing merupakan bagian dari pelaksanaan tugas Bidang Intelijen, Penindakan Dan

Sistem Informasi Keimigrasian pada Divisi Keimigrasian. Tugas tersebut sejalan dengan

Permenkumham Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, dimana Divisi

Keimigrasian bertugas membantu sebagian tugas Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan HAM Jawa Tengah di bidang keimigrasian.

Bapak Jusuf Perdana, S.H.,MH., Kabid Intelijen, Penindakan Dan Sistem

Informasi Keimigrasian Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah, menyatakan bahwa:

“.....Kanwil juga ikut serta dalam pelaksanaan tugas pengawasan dan penindakan
keimigrasian terhadap orang asing. Hal tersebut juga telah diatur di dalam

6
Pemenkumham Nomor M-01.PR.07.10 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia.
Selain itu juga diatur dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
keimigrasian.....” (Hasil wawancara dengan Bapak Jusuf Perdana, S.H.,MH.,
Kabid Intelijen, Penindakan Dan Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil
Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah pada tanggal 17 September 2014
jam 13.00 WIB).

Dalam pelaksanaan pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang

asing, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah melakukan

koordinasi dengan badan atau instansi pemerintah 68 yang tugasnya menyangkut orang

asing. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Bapak Jusuf Perdana, S.H.,MH., Kabid Intelijen,

Penindakan Dan Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah,

bahwa:

“.....Kanwil dalam melaksanakan tugas pengawasan dan penindakan


keimigrasian terhadap orang asing berkoordinasi dengan Kantor Imigrasi sebagai UPT
kami.....” (Hasil wawancara dengan Bapak Jusuf Perdana, S.H.,MH., Kabid Intelijen,
Penindakan Dan Sistem Informasi Keimigrasian Kanw il Kementerian Hukum dan
HAM Jawa Tengah pada tanggal 17 September 2014 jam 13.00 WIB).

Bapak Bagus Aditya NS, S.H., M.H., Kasubsi Penindakan Keimigrasian pada

Kantor Imigrasi Kelas I Semarang, juga membenarkan tentang adanya koordinasi

tersebut. “.....ya memang benar bahwa kanwil berkoordinasi dengan kantor imigrasi

sebagai UPT-nya dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan keimigrasian

terhadap orang asing.....” (Hasil wawancara dengan Bapak Bagus Aditya NS, S.H.,

M.H., Kasubsi Penindakan Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I Semarang, pada

tanggal 20 Desember 2014 jam 09.00 WIB).

7
2. Hambatan dan Kendala yang dihadapi Hukum Keimigrasian dalam Pelaksanaan

Perdagangan Manusia Di Wilayah Jawa Tengah.

a, Hambatan dan Kendala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah

Dalam Melaksanakan Pengawasan dan Penindakan Terhadap Orang Asing

di Indonesia Dalam melaksanakan tugas pengawasan dan penindakan keimigrasian

terhadap orang asing, tentunya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM

Jawa Tengah menemukan berbagai kendala dalam melaksanakan tugas tersebut.

Ibu Sri Warnati, S.H., Kasubbid Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil

Kemenkumham Jawa Tengah, menyatakan bahwa:

“.....salah satu kendala kami dalam melaksanakan tugas pengawasan dan


penindakan keimigrasian terhadap orang asing yaitu ada pada kualitas sumber
daya manusia para pegawai/staf. Masih ada pegawai/staf yang kurang
menguasai pengetahuan mengenai keimigrasian, baik itu di lingkungan Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah maupun di unit
pelaksana teknis kami, yaitu Kantor Imigrasi.....” (Hasil wawancara dengan Sri
Warnati, S.H., Kasubbid Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil Kementerian
Hukum dan HAM Jawa Tengah pada
. Dikarenakan para tanggal 15 September 2014 jam 10.00 WIB).

Bapak Bagus Aditya NS, S.H., M.H., Kasubsi Penindakan Keimigrasian

pada Kantor Imigrasi Kelas I Semarang, juga membenarkan pernyataan dari Ibu Sri

Warnati, S.H., beliau menyatakan:

“.....memang benar yang menjadi kendala dalam melaksanakan tugas


pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing adalah kualitas
pegawai 74 yang masih kurang. Hal tersebut juga dialami oleh Kantor
Imigrasistaf di Kantor Imigrasi Semarang bukan termasuk dari golongan
penyidik pegawai negeri sipil keimigrasian atau yang disebut dengan PPNS
Keimigrasian, yang mana PPNS keimigrasian itu adalah pejabat imigrasi yang
diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan tindak pidana
keimigrasian. Melainkan staf di kantor imigrasi terdiri dari golongan setingkat
Sarjana biasa....” (Hasil wawancara dengan Bagus Aditya NS, S.H., M.H.,

8
Kasubsi Penindakan Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I Semarang pada
tanggal 20 Desember jam 09.00 WIB).

Selain kualitas sumber daya manusia para pegawai yang masih kurang,

kuantitas sumber daya manusia juga menjadi kendala Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Jawa Tengah. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak Jusuf

Perdana, S.H.,MH., Kabid Intelijen, Penindakan Dan Sistem Informasi Keimigrasian

Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah, menyatakan bahwa:

“.....Kalau bicara mengenai kendala, kendala dalam melaksanakan tugas


pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing yaitu kurangnya
pegawai baik di lingkungan kanwil atau di lingkungan UPT. Jumlah pegawai masih
belum seimbang dengan beban kerja tentunya berpengaruh terhadap kinerja dan
profesionalisme pegawai dalam melaksanakan tugasnya.....” (Hasil wawancara
dengan Bapak Jusuf Perdana, S.H.,MH., Kabid Intelijen, Penindakan Dan Sistem
Informasi Keimigrasian Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah pada
tanggal 17 September 2014 jam 13.00 WIB).

Bapak A. Anton H, S.E., S.H., M.M., Kasubsi Pengawasan Kantor Imigrasi

Kelas II Pemalang , juga meyatakan hal yang sama, yakni “.....dalam pelaksanaan

pengawasan dan penindakan orang asing, kami mendapatkan kendala pada jumlah

pegawai. Jumlah pegawai 75 dengan beban kerja masih belum seimbang, baik itu di

Kantor Imigrasi maupun di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah....” (Hasil wawancara dengan A. Anton H, S.E., S.H., M.M., Kasubsi

Pengawasan Kantor Imigrasi Kelas II Pemalang pada tanggal 11 Oktober 2014 jam

13.30 WIB).

Bapak Afif Nur Anshari, S.H., staf Bidang Intelijen, Penindakan Dan Sistem

Informasi Keimigrasian Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah, juga

membenarkannya, “.....kami kekurangan personil untuk melaksanakan tugas

keimigrasian, terutama mengenai pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap

9
orang asing....” (Hasil wawancara dengan Afif Nur Anshari, S.H., Staf Bidang

Intelijen, Penindakan Dan Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil Kementerian

Hukum dan HAM Jawa Tengah pada tanggal 26 September 2014 jam 11.00 WIB).

Selain masalah kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, ada lagi yang

menjadi kendala dalam pelaksanaan pengawasan dan penindakan keimigrasian

terhadap orang asing yaitu terbatasnya anggaran kerja. Hal tersebut diungkapkan

oleh Bapak Afif Nur Anshari, S.H., staf Bidang Intelijen, Penindakan Dan Sistem

Informasi Keimigrasian Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah, beliau

menyatakan: “.....sebenarnya anggaran yang kami peroleh dari pusat sangat terbatas,

sehingga anggaran tersebut tidak aplikatif dengan rencana kerja kita.....” (Hasil

wawancara dengan Afif Nur Anshari, S.H., 76 Staf Bidang Intelijen, Penindakan

Dan Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah pada tanggal 26 September 2014 jam 11.00 WIB).

Hal serupa juga dinyatakan oleh Bapak Bagus Aditya NS, S.H., M.H.,

Kasubsi Penindakan Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I Semarang,

“.....sebenarnya anggaran yang kami dapat untuk melaksanakan tugas pengawasan

dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing jumlahnya masih terbatas, tetapi

sebisa mungkin kami menggunakannya semaksimal mungkin.....” (Hasil wawancara

dengan Bagus Aditya NS, S.H., M.H., Kasubsi Penindakan Keimigrasian pada

Kantor Imigrasi Kelas I Semarang pada tanggal 20 Desember 2014 jam 09.00

WIB).

10
b, Upaya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

Dalam Mengatasi Kendala Tersebut Dalam melaksanakan tugas

pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing, Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah membutuhkan kualitas dan

kuantitas sumber daya manusia pegawai yang memadai agar tercipta kinerja yang

baik dan profesional. Maka dari itu, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Jawa Tengah berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia para

pegawainya.

Ibu Sri Warnati, S.H., Kasubbid Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil

Kemenkumham Jawa Tengah, menyatakan bahwa:

“.....upaya yang dilakukan dengan mengadakan pelatihanpelatihan,


bimbingan teknis serta penyuluhan materi tentang keimigrasian kepada
pegawai baik dilingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan
HAM Jawa Tengah maupun di jajaran unit pelaksana teknis imigrasi.....”
(Hasil wawancara dengan Sri Warnati, S.H., Kasubbid Sistem Informasi
Keimigrasian Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah pada
tanggal 19 Sptember 2014 jam 10.00 WIB).

Bapak Bagus Aditya NS, S.H., M.H., Kasubsi Penindakan Keimigrasian

pada Kantor Imigrasi Kelas I Semarang, juga menyatakan hal yang sama,

“.....upayanya yaitu dengan mengadakan bimbinganbimbingan teknis kepada

pegawai, Kanwil juga membantu dalam mengadakan pelatihan-pelatihan serta

penyuluhan kepada Kantor Imigrasi....” (Hasil wawancara dengan Bagus Aditya

NS, S.H., M.H., Kasubsi Penindakan Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I

Semarang pada tanggal 20 Desember 2014 jam 09.00 WIB).

Mengenai masalah kurangnya kuantitas sumber daya manusia pegawai,

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah berusaha

11
mengatasinya dengan cara peningkatan jumlah pegawai, yaitu dengan

mengadakan penerimaan CPNS setiap tahunnya.

Jusuf Perdana, S.H., M.H., Kabid Intelijen, Penindakan Dan Sistem

Informasi Keimigrasian yang diwasancarai pada tanggal 17 September 2012

menyatakan:

Untuk mengatasi kendala mengenai kurangnya jumlah personil atau

pegawai di lingkup Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah, Kementerian Hukum dan HAM RI melalui Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM mengadakan penerimaan CPNS untuk setiap

tahunnya. Dari Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM mengusulkan

jumlah pegawai yang dibutuhkan ke Menteri Hukum dan HAM RI dan

Sekretaris Jenderal. Setelah berkoordinasi dengan instansi terkait seperti Badan

Kepegawaian Negara dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, maka

dalam setiap penerimaan CPNS dialokasikan kebutuhan CPNS bagi Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah. (Hasil wawancara

dengan Jusuf Perdana, S.H.,MH., Kabid Intelijen, Penindakan Dan Sistem

Informasi Keimigrasian Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah

pada tanggal 17 September 2014 jam 13.00 WIB).

Selain kendala mengenai kualitas dan kuantitas sumber daya manusia

pegawai, kendala lain yang menghambat kinerja Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan HAM Jawa Tengah dalam melaksanakan pengawasan dan

penindakan keimigrasian terhadap orang asing yaitu pada terbatasnya anggaran

yang diterima dari pusat, sehingga anggaran tersebut tidak aplikatif dengan

12
rencana kerja awal. Cara yang dilakukan Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan HAM Jawa Tengah untuk mengatasi kendala tersebut yaitu dengan cara

menggunakan anggaran tersebut dengan sebaik-baiknya agar anggaran tersebut

dapat mencukupi kegiatan yang dilakukan.

Bapak Afif Nur Anshari, S.H., staf Bidang Intelijen, Penindakan Dan

Sistem Informasi Keimigrasian Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa

Tengah, beliau menyatakan:

“.....cara mengatasinya yaitu dengan menggunakan anggaran tersebut dengan


sebaik-baiknya, mau tidak mau kita harus bisa mencukupi anggaran tersebut
untuk kegiatan kita dalam pengawasan dan penindakan keimigrasian tergadap
orang asing. Karena dari dulu juga kita dari kanwil sudah mengajukan
penambahan rancangan anggaran kepada pusat tetapi yang dikeluarkan tetap
terbatas dengan alasan penghematan anggaran.....” (Hasil wawancara dengan
Afif Nur Anshari, S.H., Staf Bidang Intelijen, Penindakan Dan Sistem Informasi
Keimigrasian Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah pada tanggal
26 September 2014 jam 11.00 WIB).

Bapak Bagus Aditya NS, S.H., M.H., Kasubsi Penindakan Keimigrasian

pada Kantor Imigrasi Kelas I Semarang, juga membenarkan hal tersebut, “.....ya

memang benar baik dari kanwil maupun kanim sudah mengajukan ke pusat

untuk penambahan anggaran, tetapi hasilnya nihil, alasannya untuk

penghematan. Jadi ya mau tidak mau kita harus menggunakan anggaran tersebut

dengan semaksimal mungkin.....” (Hasil wawancara dengan Bagus Aditya NS,

S.H., M.H., Kasubsi Penindakan Keimigrasian pada Kantor Imigrasi Kelas I

Semarang pada tanggal 20 Desember 2014 jam 09.00 WIB).

13
D, PENUTUP

1. Kesimpulan

Perdagangan manusia atau human trafficking adalah merupakan tindakan yang

mengarah pada kejahatan yang melewati batas negara serta merupakan aktivitas yang

melanggar supremasi hak asasi manusia yang tengah gencar didengung-dengungkan di

dunia. Perdagangan manusia menjadi 13 permasalahan dan isu yang sangat penting dan

mendesak untuk dibahas serta dilakukan penindakan karena kejahatan model ini sudah

berada pada tingkatan yang memperihatinkan. Indonesia adalah merupakan negara

dengan tingkat perdagangan manusia yang tinggi serta menjadi negara sumber dari

korban-korban perdagangan manusia yang dikirim ke negara tetangga di wilayah Asia

Tenggara khususnya Malaysia. Dengan wilayah yang luas, penduduk yang banyak serta

kurangnya keseriusan dari pemerintah serta penegak hukum akan menyuburkan

kejahatan model ini untuk terus beroperasi dan menjadi tantangan tersendiri yang harus

diatasi sesegera mungkin. Maka dari itu diperlukan peran semua pihak yang terkait

untuk memberantas kejahatan perdagangan manusia ini, karena sejatinya di era

globalisasi saat ini sangat mudah bagi kejahatan model apapun untuk berkembang.

Pemberantasan kemiskinan mutlak diperlukan karena inilah pemicu dari adanya

perdagangan manusia. Hal ini tentu saja akan sangat berkaitan dengan ketahanan

manusia Indonesia. Suatu bangsa akan dapat tumbuh sebagai bangsa yang besar apabila

manusia didalamnya memiliki ketahanan terhadap penghidupannya dan tidak terjerumus

kedalam tindakan memperdagangkan manusia yang merupakan kejahatan yang sangat

keji untuk dilakukan. Manusia bukanlah barang yang dapat diperjual-belikan dan

dieksploitasi secara semena-mena.

14
Masalah trafficking perempuaan dan anak dengan alas an dan tujuan apapun

tetap merupakan suatu bentuk pelanggaran terhadap HAM Indonesia sebagai Negara

Peserta United Nation Convention Against Traansnational Organized Crime beserta

Negara peserta lainnya mempunyai tanggungjawab secara moral dan hukum untuk

menjamin keberadaaan harkat dan martabat yang dimiliki oleh seorang manusia

sebagaimana menurut Dekarasi Hak Asasi Manusia serta beberapa instrument

internasional lainnya. Pemerintah bertanggung jawab dengan menegakkan hukum untuk

memberi perlindungan kepada orang-orang yang diperdagangkan, wajib bertindak

secermat=cermatnya untuk mencegah, menginvestigasi dan minstrumen enghukum

pelanggaran HAM dan memberikan penyembuhan dang anti rugi kepada korban

pelanggaran.

Pencegahan trafficking melalui pembuatan instrument hokum, penyebarluasan

informasi, peningkatan pengawasan, peningkataan pendidikan, pembentukan badan

khusus dan penindakan pleh aparat penegak hukum sampai dengan perlindungan bagi

para korban, pada kenyataannya trafficking perempuan dan anak, di masyarakat masih

banyak dapat disaksikan. Hal ini dapat dilihat di kota-kota besar dengan adanya praktek

eksploitasi terhadap anak yang dijadikan pengemis, pengamen jalanan, pekerja anak,

pekerja seks komersial, diperdagangkan dan sebagainya.

Upaya kerjasama pemerintah dengan organisasi internasional dan local ataupun

Negara lain, khususnya dengan Negara tetangga dalam pemberantasan perdagangan

orang, tampak masih belum berhasil optimal, kompleknya permasalahan trafficking

perempuan dan anak menuntut upaya ekstra dari pemerintah, lebih-lebih bila dicermati

bahwa pelaku trafficking perempuaan dan anak itu terorganisasi dengan rapi baik,

15
dalam jaringan nasional maupun internasional. Keseriusan melalui tindakan ekstra dari

pihak pemerintah dalam menangani kasus trafficking, maka dapat dipastikan akan dapat

meminimalisasikan terjadinya trafficking perempuan dan anak baik dalam tingkat

nasional maupun internasionanl.

2. SARAN – SARAN

Rendahnya tingkat ekonomi, pendidikan, dan situasi psikologis adalah penyebab

utama terjadinya perdagangan manusia. Ada beberapa saran yang dapat dilakukan agar

kasus perdagangan manusia dapat berkurang.

1. Diharapkan kepada Kantor Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah untuk lebih

mengutamakan dan meningkatkan kedisiplinan, integritas dan kinerja secara optimal

dalam melaksanakan peran dan fungsi dalam pelaksanaan pengawasan dan

penindakan terhadap orang asing, serta lebih memperhatikan terjaminnya

penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia;

2. Diharapkan koordinasi dengan instansi terkait lebih ditingkatkan lagi agar tercipta

suatu hasil kinerja yang maksimal;

3. Diharapkan masyarakat ikut berpartisipasi membantu pemerintah untuk menjaga atau

menjamin keamanan negara dengan melaporkan apabila mengetahui keberadaan dan

kegiatan orang asing sera pelanggaranpelanggaran yang dilakukan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Assiddiqie Jimly, Kewarganegaraan Republik Indonesia : Warga Negara dan


Kewarganegaraan. http//Hukumonline.com/php.

Adolf, Huala. Hukum Perdagangan Internasional, Rajawali pers, Jakarta , 2005

Abdullah H Syahriful, Memperkenalkan Hukum Keimigrasian, Ghalia Indonesia, Jakarta,


1993.

Ananta Toer, Pramoedya, Arus Balik (Novel Sejarah), Hasta mitra, Jakarta, 2001

Bagir Manan, Makalah Memantapkan Peranan Imigrasi Dalam Pelayanan, Penerapan dan


Penegakkan Hukum Keimigrasian Pada Era Globalisasi.

Bagir Manan, Hukum Keimigrasian Dalam Sistem Hukum Nasional, Jakarta, Ghalia
Indonesia, 2000.

Beri Azed Abdul, Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan, PSHTN FHUI, Jakarta, 1996.

Direktorat Jenderal Imigrasi, Buku Petunjuk Keimigrasian RI Bagian I Visa Izin Tinggal,
Jakarta, 1982.

Jimly Asshidiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia. PT Bhuana Ilmu Populer,
Jakarta. 2007..

Lili Rasjidi, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remadja Rosdakarya, Bandung, 2001

M.Imam Santoso, Perspektif Imigrasi dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan


Nasional, Ghalia Indonesia, Bandung, 2000.

Moh Arif, Keimigrasian di Indonesia Suatu Pengantar, Pusat Pendidikan dan


Latihan Pegawai Departemen Kehakiman, 1997.

Prajudi Admosidirdjo, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, 1988, cetakan 9..

Ramlee Siahaan, Tinjauan Yuridis Mengenai Cekal Dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1992 Tentang Keimigrasian, Fakultas Universitas Pakuan, Bogor, 1992.

Reid, Anthony. Dari ekspansi hingga krisis II (jaringan perdagangan global Asia Tenggara
1450-1680) Yayasan obor Indonesia, Jakarta, 1999

Ricklefs, M.C, Sejarah Indonesia Moder 1200 – 2004, Serambi, Jakarta, 2007.

17
Rony Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta.1982.

Ratna Wills, Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian terhadap izin tinggal orang asing, di
Indonesia, Tesis, Medan, Universitas Sumatera Utara. 2009.

Sofyan Sauri Lubis, Sejarah dan Gambaran Umum Imigrasi Di Indonesia,


http://www.wikio.com-blogspot,com

Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung 1993.

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Andi Offst, Yogyakarta, 1997.

Suharsini Arikunto, Proses Penelitian, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1993.

T.S.G. Mulia dan K.A.H. Hidding, Ensiklopedia Indonesia, Jilid II, W. Van Hoeve,
Gravenhage, Bandung.

UNDANG – UNDANG :

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hubungan Luar Negeri.

PERATURAN PEMERINTAH

Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2005 Tentang Visa, Izin Masuk dan Izin Tinggal.

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1994 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pencegahan dan
Penangkalan.

INTERNET

Internet, http://www.gkj.or.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=826

18
19

Anda mungkin juga menyukai