Anda di halaman 1dari 16

PENYALAHGUNAAN VISA ON ARRIVAL PADA KASUS LEE JONG SUK

DITINJANJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011


TENTANG KEIMIGRASIAN

Mahadi Noor
(Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti)
(Email : mahadinoor_06@yahoo.com)

Tri Sulistyowati
(Dosen Fakultas Hukum Universitas Trisakti)
(Email: tri.s@trisakti.ac.id)

ABSTRAK

Penyalahgunaan Visa On Arrival Pada Kasus Lee Jong Suk Ditinjau Dari Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Pada tahun 2018 terjadi
penyalahgunaan Visa oleh WNA yang dilakukan oleh WNA (Lee Jong Suk). Pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah: bagaimana terjadinya penyalahgunaan VOA
yang dilakukan oleh WNA (Lee Jong Suk), apakah sanksi yang dapat dikenakan kepada
WNA (Lee Jong Suk) sebagi penyalahgunaan VOA, dan upaya apa yang dilakukan oleh
Kantor Imigrasi Jakarta Selatan terhadap penyalahgunaan VOA. Untuk menjawab
permasalahan tersebut, dilakukan penelitian yuridis normatif. Data yang digunakan
adalah data sekunder yang diperoleh melalui data studi kepustakaaan yang kemudian
dianalisis secara kualitatif serta penarikkan kesimpulan metode deduktif. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah: terjadinya penyalahgunaan izin tinggal yang dilakukan oleh
Lee Jong Suk. Pelaku penyalahgunaan Visa On Arrival dikenakan sanksi berupa
pemeriksaan terhadap pihak yang terkait dan pendeportasian terhadap Warga Negara
Asing yang telah melakukan penyalahgunaan Izin tinggal. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas I Jakarta Selatan
telah melakukan Tindakan Administratif berupa deportasi sesuai dengan Pasal 75
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Upaya yang dilakukan
oleh pihak Kantor Imigrasi Kelas I Jakarta Selatan ialah dengan melakukan deportasi
atau pemulangan Warga Negara Asing ke negara asalnya sebagai akibat dari
penyalahgunaan visa atau izin tinggal.

Kata Kunci: Hukum Keimigrasian, Visa On Arrival, Lembaga Keimigrasian.

1
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Setiap Negara termasuk Indonesia tidak luput dari arus globalisasi berbagai
kehidupan yang berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta semakin mengglobalnya sistem transportasi. Salah satu arus
globalisasi yang melanda setiap Negara yang dimaksud adalah arus imigrasi yang
berlangsung dari satu Negara lainnya. Arus imigrasi dari Negara ke Negara
lainnya tertentu tidak hanya berlangsung dalam konteks hubungan antar Negara
atau hubungan antar bangsa; namun berlangsung juga dalam konteks hubungan
antar warga Negara atau antar individu. Hubungan antar individu antara lain
terjalin karena adanya keterkaitan kekerabatan, keterkaitan profesi, dan atau
keterkaitan bisnis. Dalam keterkaitan inilah seseorang atau sekelompok warga
suatu Negara menjadi imigran, seperti kunjungan wisata, sekolah, dan bekerja di
Negara lain merupakan salah satu tujuan seseorang atau sekelompok warga suatu
Negara menjadi imigran di Negara lain.
Di Negara Indonesia penyelenggaraan keimigrasian diatur dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Undang-Undang
keimigrasian ini menjadi sangat penting, mengingat perkembangan global dewasa
ini mendorong meningkatnya mobilitas penduduk dunia yang menimbulkan
berbagai dampak, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan
kepentingan dan kehidupan bangsa dan Negara Republik Indonesia, sehingga
diperlukan peraturan-perundang undangan yang menjamin kepastian hukum yang
sejalan dengan penghormatan, perlindungan, dan pemajuan hak asasi manusia
Untuk seseorang dapat masuk ke wilayah suatu Negara diperlukan adanya
dokumen perjalanan yang di sebut paspor. Berdasarkan Pasal 1 angka 16 Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian menyatakan Paspor adalah
dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada warga
negara Indonesia untuk melakukan perjalanan antarnegara yang berlaku selama
jangka waktu tertentu, Selain memerlukan paspor seseorang yang ingin
melakukan perjalanan atay masuk ke wilayah suatu Negara juga memerlukan
Visa. Didalam Pasal 1 angka 18 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian menyatakan Visa Republik Indonesia adalah keterangan tertulis

2
yang diberikan oleh pejabat yang berwenang di Perwakilan Republik Indonesia
atau di tempat lain yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia yang
memuat persetujuan bagi Orang Asing untuk melakukan perjalanan ke Wilayah
Indonesia dan menjadi dasar untuk pemberian Izin Tinggal. Di dalam Pasal 34
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian menjelaskan bahwa
Visa terdiri dari Visa diplomatik, Visa dinas, Visa kunjungan serta Visa tinggal
terbatas. Dan secara umum setiap orang memiliki Visa bermacam-macam karena
ada keterkaitan dengan pekerjaan, pendidikan dan lain-lain.
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 tentang Prosedur Teknis Permohonan dan
Pemberian Visa Kunjungan dan Visa Tinggal Terbatas Pasal 5 Visa Kunjungan
terdiri atas:
a. Visa kunjungan 1 (satu) kali perjalanan yang diberikan kepada Orang Asing
untuk tinggal di Wilayah Indonesia paling lama 60 hari;
b. Visa kunjungan beberapa kali perjalanan yang diberikan kepada Orang Asing
dengan masa berlaku visa selama 5 (lima) tahun untuk tinggal di Indonesia
paling lama 60 hari;
c. Visa kunjungan saat kedatangan (Visa On Arrival) yang diberkan kepada
Orang Asing untuk tinggal di Indonesia paling lama 30 hari.
Dalam jenis-jenis Visa kunjungan diatas salah satunya Visa kunjungan saat
kedatangan yang diberikan kepada Orang Asing untuk tinggal di Wilayah
Indonesia paling lama 30 (tiga puluh) hari. Kecenderungan negara-negara
mempermudah masuknya orang Asing di era globalisasi dimana ketetentuan-
ketentuan untuk seseorang dapat masuk ke dalam suatu wilayah menjadi lebih
longgar atau mudah dikarenakan adanya faktor tersebut diterapkanlah Visa On
Arrival (VOA) akan tetapi tidak semua Negara menerapkan adanya Visa On
Arriva (VOA) karena Visa On Arrival (VOA) merupakan kebijakan, dan Indonesia
menjadi salah satu Negara yang menerapkan adanya Visa On Arriva (VOA)
karena Indonesia menjadi salah satu destinasi wisata oleh sebab itu kebijakan
adanya Visa On Arrival di Indonesia (VOA) diterapkan khusus untuk melakukan
kegiatan kunjungan wisata. Akan tetapi pada faktanya dengan diterapkan Visa On
Arrival (VOA) pada suata Negara justru sering disalahgunakaan, karena

3
disalahgunakan maka menyalahi tujuan awal adanya kebijakan Visa On Arrival
(VOA) contohnya terjadi pada kasus Lee Jongsuk yang ingin penulis angkat untuk
menjadi karya tulis.
Pengaturan mengenai keimigrasian di Indonesia diatur dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian di mana setiap orang yang
mengunjungi suatu wilayah atau negara akan membutuhkan Visa. Terkait dengan
studi kasus Lee Jong Suk yang akan dibahas oleh penulis, Kantor Imigrasi Jakarta
Selatan mengambil keputusan untuk mendeportasi Lee Jong Suk terkait
penyalahgunaan Visa dan keputusan tersebut sudah dikomunikasikan kepada
pihak Korea Selatan, di mana pihak Lee Jong Suk dan crewnya pergi ke Indonesia
dengan tujuan untuk bekerja tetapi menggunakan Visa Kunjungan. Saat
Kedatangan (Visa On Arrival) di mana Visa tersebut tidak diperuntukan untuk
melakukan pekerjaan.
Berdasarkan pada uraian latar belakang maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul : "Penyalahgunaan Visa On Arrival Pada
Kasus Lee Jong Suk Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2016
Tentang Keimigrasian"

2. Pokok Permasalahan
Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada latar belakang dalam penelitian
ini, timbullah beberapa permasalahan. Adapun yang menjadi permasalahan di sini
adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana terjadinya penyalahgunaan Visa On Arrival oleh Lee Jong Suk?
b. Apakah sanksi yang dapat dikenakan kepada Lee Jong Suk sebagai pelaku
penyalahgunaan Visa On Arrival?
c. Upaya apa yang dilakukan oleh Kantor Imigrasi Jakarta Selatan terhadap
penyalahgunaan Visa On Arrival?

B. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian

4
Tipe penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini yuridis normatif.
Pendekatan yuridis normatif adalah suatu pendekatan yang dilakukan dengan cara
menelaah teori-teori, konsep tentang keimigrasian, asas hukum serta peraturan
perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, artinya
data yang diperoleh berdasarkan kenyataan kemudian dikaitkan dengan
penerapan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dibahas, dianalisa,
setelah itu ditarik kesimpulan yang akhirnya digunakan untuk menjawab
permasalahan yang ada 1. menggambarkan tentang Visa On Arrival (VOA) dan
penyalahgunaan Visa On Arrival (VOA).

3. Data dan Sumber Data


Berdasarkan tipe penelitian yang digunakan, data dan sumber data yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer dimana data
sekunder diperoleh dari sumber kedua yang maksudnya tidak dicari, namun untuk
melengkapi atau mendukung analisis data sekunder tetep diperlukan data primer
berupa wawancara dengan beberapa ahli yang dinilai memahami beberapa konsep
atau pemikiran yang ada dalam data sekunder.
a. Data sekunder sendiri dibagi menjadi tiga bahan hukum yaitu :
1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat. Dalam
penelitian ini, bahan hukum primer yang dimaksud adalah :
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian;
c) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-
02.KP.05.02 Tahun 2010 Tentang Kode Etik Pegawai Imigrasi
d) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 39 Tahun
2015 Tentang Perubahan Kesembilan Atas Peraturan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-01.GR.01.06 Tahun 2010

1
Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT.
Raja Gafindo Persada, 2011), h. 43.

5
e) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun
2016 tentang Prosedur Teknis Permohonan dan Pemberian Visa
Kunjungan dan Visa Tinggal Terbatas
f) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2016 tentang
Bebas Visa Kunjungan
g) Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor : M.01-PR.07.04 Tahun 2006 Tentang Peningkatan
Kelas Kantor Imigrasi dari Kelas I Khusus Kantor Imigrasi dari Kelas
III menjadi Kelas II
2) Bahan hukum sekunder, yaitu memberikan penjelasan mengenai bahan
hukum primer. Dalam penelitian ini, bahan sekunder yang dimaksud yaitu
meliputi tulisan-tulisan, makalah dalam jurnal, majalah ilmiah serta artikel
khususnya tentang hukum Keimigrasian.
3) Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Dalam penelitian
ini, bahan hukum tersier yang dimaksud ialah kamus
b. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari narasumber
dengan dilakukan wawancara kepada Bapak Ikhwan Suprihantoro Pejabat
Imigrasi Bidang Intelejen dan Penindakan Keimigrasian, Bapak Luthfan
Pahlevi Pejabat Imigrasi Seksi Intelejen Keimigrasian.

4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan studi dokumen atau
studi pustaka dan wawancara atau interview 2. Studi dokumen atau studi pustaka
dilakukan di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Trisakti, dan
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Dalam hal wawancara akan dilakukan
pada narasumber yang dinilai memahami konsep terkait obyek penelitian, yaitu
Direktorat Jendral Imigrasi bagian Pengawasan dan Penindakan.

5. Analisis Data

2
Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Pedoman Penyusunan Skripsi Fakultas Hukum Trisakti 2018-
2019 , (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Trisakti)

6
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Metode kualitatif adalah suatu tata cara penelitian yang menghasilkan
data deskriptif analitis, yaitu apa yang dinyatakan oleh narasumber secara tertulis
atau lisan, dan juga perilakunya yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai
sesuatu yang utuh. 3 Sehingga semua data tentang peraturan keimigrasian yang
telah dikumpulkan disusun kembali secara sistematis dan disajikan dalam bentuk
skripsi yang kemudian diambil suatu kesimpulan.

6. Cara Penarikan Kesimpulan


Metode yang digunakan dalam hal pengambilan kesimpulan adalah
menggunakan pola pikir deduktif, metode deduktif atau dalam bahasa Inggris
ialah method deduction yang berarti menghasilkan kesimpulan yang bersifat
khusus dari suatu keadaan-keadaan yang bersifat umum. Metode ini dilakukan
melalui cara menganalisis pengaturan keimigrasian di Indonesia terkait penerapan
Visa On Arrival. Adapun hal tersebut akan dianalisis secara khusus dari aspek
Undang - Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.

C. Pembahasan dan Hasil Penelitian


1. Terjadinya Penyalahgunaan Visa On Arrival oleh Lee Jong Suk Menurut
Hukum Keimigrasian Indonesia
Penyalahgunaan visa kunjungan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Warga
Negara Asing yang tidak sesuai maksud dan tujuan pemberian Izin Tinggal yang
diberikan. Berdasarkan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Visa, Tanda Masuk, dan Izin Tinggal mempunyai 4 (empat) bagian sesuai dengan
tujuan yang berlaku yaitu tugas pemerintahan, pariwisata, kegiatan sosial budaya,
serta untuk kegiatan usaha. Masing-masing dari bagian tersebut dapat
diperpanjang sesuai ketentuan peraturan yang berlaku di Indonesia.
Dalam melaksanakan tugasnya setiap pegawai keimigrasian memiliki
peraturan yang mengatur agar menghindari perbuatan yang dilakukan secara
sewenang-wenang. Hal tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Nomor M HH 02 KP 05 02 Tahun 2010 Tentang Kode Etik

3
Ibid., h. 250.

7
Pegawai Imigrasi, berdasarkan Pasal 3 adanya prinsip dasar dalam menjalankan
tugas keimigrasian yang meliputi bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
mentaati dan mematuhi hukum serta ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, ikut serta secara aktif menegakkan pilar kehidupan berbangsa dang
bernegara yang lebih demokratis dan berkeadilan sesuai konstitusi dan nilai
kemanusiaan, menjaga dan memelihara kehormatan serta kedaulatan bangsa dan
Negara kesatuan Republik Indonesia, mengutamakan kepentingan Negara dan
bangsa di atas kepentingan pribadi dan/atau golongan, serta menjaga citra serta
memelihara kehormatan diri dan institusi secara konsisten.
Dalam melaksankan tugasnya setiap pegawai keimigrasian memiiki suatu
peraturan khususnya dalam hal pengawasan orang asing. Hal tersebut diatur
didalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, yaitu
berdasarkan Pasal 66 adanya Pengawasan Keimigrasian meliputi :
a. Pengawasan terhadap warga negara Indonesia yang memohon dokumen
perjalanan, keluar atau masuk Wilayah Indonesia, dan yang berada di luar
Wilayah Indonesia; dan
b. Pengawasan terhadap lalu lintas Orang Asing yang masuk atau keluar
Wilayah Indonesia serta pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan Orang
Asing di Wilayah Indonesia.
Berdasarkan peraturan-peraturan diatas yang berlaku setiap pelaksanaan
tugasnya Pejabat Imigrasi harus melihat ketentuan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku dalam hal ini Pejabat Imigrasi sudah
melakukan tugasnya sesuai dengan ketentuan ketentuan yang berlaku dalam
peraturan perundang-undangan, akan tetapi dalam hal ini masih banyak Warga
Negara Asing yang melakukan tindakan pelanggaran keimigrasian yang
disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
suatu tindakan pelanggaran keimigrasian yang dilakukan oleh Warga Negara
Asing dikarenakan ketidak tahuan, karna kepentingan yang buru - buru ataupun
suatu keadaan yang sifatnya mendesak dan kesengajaan yang dilakukan. Hal
tersebut diungkapkan oleh Bapak Ikhwan Pejabat Imigrasi Bidang Intelejen
Keimigrasian.

8
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis dengan
Pejabat Imigrasi Bidang Intelejen dan Penindakan Keimigrasian, maka terdapat
beberapa faktor yang menjadi penyebab penyalahgunaan Visa On Arrival, yaitu :
a. Faktor Hukum
Visa On Arrival yang seharusnya dipergunakan untuk kunjungan wisata
oleh Lee Jong Suk, namun pada kenyataanya disalahgunakan untuk keperluan
melakukan pekerjaan. Dengan demikian Lee Jong Suk telah melanggar
ketentuan Pasal 38 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian yang menyatakan bahwa Visa On Arrival seharusnya
dipergunakan untuk :
1) Wisata;
2) Keluarga;
3) Sosial;
4) Seni dan budaya;
5) Pemerintahan;
6) Olahraga yang tidak bersifat komersil;
7) Studi banding, kursus singkat, dan pelatihan singkat;
8) Memberikan bimbingan, penyuluhan dan pelatihan dalam penerapan dan
inovasi teknologi industri untuk meningkatkan mutu dan desain produk
industri serta kerja sama pemasaran luar negeri bagi Indonesia;
9) Melakukan pekerjaan darurat mendadak;
10) Pembuatan film yang tidak komersil dan telah mendapatkan izin dari
instansi yang berwenang;
11) Melakukan pembicaraan bisnis;
12) Melakukan pembelian barang;
13) Jurnalistik yang telah mendapat izin dari industri yang berwenang;
14) Memberikan ceramah atau mengikuti seminar;
15) Mengikuti pameran internasional;
16) Mengikuti rapat yang diadakan dengan kantor pusat atau perwakilan di
Indonesia;
17) Melakukan audit kendali mutu produk, ata inspeksi pada cabang
perusahaan di Indonesia;

9
18) Calon tenaga kerja asing dalam uji coba kemampuan bekerja;
19) Meneruskan perjalanan ke negara lain (transit/singgah).
b. Faktor Non Hukum
Pihak Promotor yang mendatangkan Lee Jong Suk dianggap lalai yang
dimana seharusnya mengurus semua keperluan yang diperlukan oleh Lee Jong
Suk, adapun beberapa faktor yang mengakibatkan adanya indikasi seseorang
atau Orang Asing melakukan tindakan pelanggaran keimigrasian, sebagai
berikut :
1) Adanya faktor ketidaktahuan
2) Adanya faktor buru-buru
3) Adanya faktor kesengajaan
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pengawasan Keimigrasian
dalam Pasal 61 ayat 3 dijelaskan bahwa paling lama 1 (satu) hari setelah
melaksanakan pengawasan harus melaporkan kepada pejabat yang berwenang
untuk mendapatkan persetujuan serta digunakan sebagai dasar pertimbangb untuk
pengambilan keputusan. Setelah 1 (satu) hari dilakukan pengawasan terhadap Lee
Jong Suk, maka Pejabat Imigrasi menahan paspor milik Lee Jong Suk, dan
kepadanya diberikan Surat Tanda Penerimaan (STP) paspor. Pada hari
selanjutnya Lee Jong Suk dan staffnya diharuskan untuk datang ke Kantor
Imigrasi Kelas I Jakarta Selatan untuk dimintai keterangan mengenai tujuan
kedatangannya ke Indonesia.Setelah dilakukan wawancara terbukti bahwa pihak
Lee Jong Suk dan staffnya telah melakukan penyalahgunaan Visa On Arrival.

2. Sanksi Yang Dikenakan Kepada Pelaku Penyalahgunaan Visa di Indonesia


Setiap Orang Asing yang diduga melakukan Pelanggaran Keimigrasian di
Wilayah Indonesia dapat dikenakan Tindakan Administratif Keimigrasian
berdasarkan Pasal 75 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian bahwa Pejabat Imigrasi berwenang melakukan Tindakan
Administratif Keimigrasian terhadap Orang Asing yang berada di Wilayah
Indonesia yang melakukan kegiatan berbahaya dan patut diduga membahayakan

10
keamanan dan ketertiban umum atau tidak menghormati atau tidak menaati
peraturan dimana Tindakan Administratif tersebut berupa : 4
a. Pencantuman dalam daftar Pencegahan atau Penangkalan
b. Pembatasan, perubahan, atau pembatalan Izin Tinggal
c. Larangan untuk berada di suatu atau beberapa tempat tertentu di Wilayah
Indonesia
d. Keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di Wilayah
Indonesia
e. Pengenaan biaya beban
f. Deportasi dari Wilayah Indonesia
Berdasarkan Peraturan perundang-undagan diatas dan hasil wawancara yang
diperoleh dapat dibuktikan bahwa sanksi yang dapat dikenakan terhadap pihak
pelaku Penyalahgunaan Visa dapat diberikan Tindakan Administratif
Keimigrasian berdasarkan Pasal 75 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011
tentang Keimigrasian berupa : (1) pencantuman dalam daftar Pencegahan atau
Penangkalan; (2) pembatasan, perubahan, atau pembatalan Izin Tinggal; (3)
larangan untuk berada di suatu atau beberapa tempat tertentu di Wilayah
Indonesia; (4) keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di
Wilayah Indonesia; (5) pengenaan biaya beban; (6) deportasi dari Wilayah
Indonesia dan juga dapat dibawa ke ranah Pidana berdasarkan Pasal 122 Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2011 dengan Pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan pidana denda sebayak Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)

3. Upaya Yang Dilakukan Oleh Kantor Imigrasi Jakarta Selatan Terhadap


Pelaku Penyalahgunaan Visa On Arrival
Terhadap beberapa permasalahan di Kantor Imigrasi Jakarta Selatan yang
diakibatkan oleh Warga Negara Asing karena adanya Tindakan Penyalahgunaan
Visa. Oleh karena itu Kantor Imigrasi Jakarta Selatan terus berupaya untuk
mengatasi permasalahan tersbut terkait Penyalahgunaan Visa.
Upaya yang dilakukan Kantor Imigrasi antara lain :
a. Melakukan Pengawasan

4
Pasal 775 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian

11
Pengawasan terhadap lalu lintas Orang Asing yang masuk atau keluar
Wilayah Indonesia serta pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan Orang
Asing di Wilayah Indonesia.
b. Melakukan Penindakan
Dalam hal ini apabila seseorang atau Orang Asing yang terbukti melakukan
tindakan pelanggaran keimigrasian di Wilayah Indonesia dapat dikenakan
Tindakan Administratif Keimigrasian berdasarkan Pasal 75 Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian bahwa Pejabat Imigrasi
berwenang melakukan Tindakan Administratif Keimigrasian terhadap Orang
Asing yang berada di Wilayah Indonesia yang melakukan kegiatan berbahaya
dan patut diduga membahayakan keamanan dan ketertiban umum atau tidak
menghormati atau tidak menaati peraturan perundangan-undangan.
Berdasarkan upaya tersebut di atas, maka menurut pendapat penulis bahwan
Instansi Imigrasi dibawah naungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
khususnya pada Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta Selatan di Bidang
Pengawasan dan Penindakan dalam menjalankan tugasnya dalam hal pengawasan
Orang Asing di Wilayah harus selalu melakukan pengawasan setiap harinya
terhadap lalu lintas Orang Asing yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta
keberadaan Orang Asing dan kegiatannya selain itu apabila terbukti seseorang
melakukan tindakan pelanggaran keimigrasian pejabat imigrasi berwenang
melakukan Tindakan Administratif Keimigrasian terhadap Orang Asing yang
melakukannya dan dapat juga dibawa ke ranah Pidana.
Dalam upaya melakukan pengawasan dan penegakkan hukum dalam hal unit
pelayanan teknis Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta Selatan mempunyai
beberapa kendala. Berdasarkan upaya yang disampaikan oleh Bapak Luthfan
Pahlevi selaku Pejabat Imigrasi Seksi Intelejen Keimigrasian dan Bapak Ikhwan
Suprihantoro Pejabat Imigrasi Bidang Intelejen dan Penindakan dalam
menjalankan tugasnya selalu melakukan pengawasan terhadap lalu lintas Orang
Asing yang keluar atau masuk Wilayah Indonesia serta pengawasan terhadap
keberadaan serta kegiatan Orang Asing di Wilayah Indonesia akan tetapi dalam
upaya melakukan pengawasan tersebut terdapat kendala-kendala yang di hadapi
oleh Pejabat Imigrasi Bidang Intelejen dan Penindakan Keimigrasian.

12
D. Penutup dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh penulis maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a. Penyalahgunaan Visa On Arrival oleh Lee Jong Suk terjadi karena adanya
faktor ketidaktahuan, faktor buru-buru, serta faktor kesengajaan. Dapat
disimpulkan bahwa Lee Jong Suk seseorang berkewarganegaraan Korea
Selatan ia telah melakukan penyalahgunaan Visa yang dimana pihak Lee Jong
Suk datang ke Indonesia menggunakan Visa On Arrival atau yang sering
disebut dengan Visa Kunjungan Saat Kedatang dimana Visa ini biasanya
digunakan untuk Warga Negara Asing datang ke Wilayah Indonesia untuk
melakukan kunjugan wisata akan tetapi pada kenyataannya pihak Lee Jong
Suk menggunakan Visa ini untuk melakukan kegiatan dengan yang berkaitan
dengan profesinya serta menerima bayaran atau bisa juga disebut dengan
kegiatan komersil yang dimana pada kasus ini Lee Jong Suk mengadakan
kegiatan fan meeting di Kota Kasblanka Hall, Jakarta Selatan.
b. Pelaku penyalahgunaan Visa On Arrival dikenakan sanksi berupa
pemeriksaan terhadap pihak yang terkait dan pendeportasian terhadap Warga
Negara Asing yang telah melakukan penyalahgunaan Izin tinggal.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian
Kantor Imigrasi Kelas I Jakarta Selatan telah melakukan Tindakan
Administratif berupa deportasi sesuai dengan Pasal 75 Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian yang menyatakan bahwa Pejabat
Imigrasi berwenang melakukan Tindakan Administratif Keimigrasian
terhadap Orang Asing yang terbukti melakukan kegiatan berbahaya dan patut
diduga membahayakan keamanan dan ketertiban umum atau tidak
menghormati atau tidak menaati peraturan perundang-undangan. Maka dari
itu penulis menarik kesimpulan bahwa Kantor Imigrasi Kelas I Jakarta Selatan
telah melakukan tugasnya sesuai dengan ketentuan ketentuan yang berlaku
dalam peraturan perundang-undangan.

13
c. Upaya yang dilakukan oleh pihak Kantor Imigrasi Kelas I Jakarta Selatan
ialah dengan melakukan deportasi atau pemulangan Warga Negara Asing ke
negara asalnya sebagai akibat dari penyalah gunaan visa atau izin tinggal bagi
warga negara asing yang menggunakan Visa On Arrival untuk bekerja di
negara Indonesia

2. Saran
a. Untuk menghindari penyalahgunaan Visa On Arrival seharusnya lebih
diperhatikan tentang pengawasan orang asing yang datang ke wilayah
Indonesia agar tidak terjadi penyalahgunaan izin tinggal. Mengingat bahwa
keberaadaan Orang Asing yang berada dalam rangka bekerja khususnya di
wilayah DKI Jakarta sebagai tenaga kerja asing selalu meningkat, maka
seharusnya pengawasan dan penindakan terhadap tenaga kerja asing
dilaksanakan secara efektif dan lebih optimal oleh institusi yang bertugas dan
wewenangnya berkaitan dengan tenaga kerja asing.
b. Pengawasan yang lebih ketat dimulai pada saat pemberian Visa dengan cara
pemeriksaan kelengkapan persyaratan serta penelitian terhadap latar belakang
Orang Asing melalui media elektronik atau media lainnya dan pengawasan
terhadap tujuan orang asing masuk ke Indonesia apabila pihak yang terkait
menyalahgunakan izin tinggal akan dikenakan tindakan atau sanksi hukum
sesuai dengan ketentuan yang ada.
c. Dengan adanya kendala internal seperti masalah kekurangan SDM sebaiknya
Kantor Imigrasi Kelas I Jakarta Selatan perlu menambah jumlah SDM terkait
bidang Pengawasan dan Penindakan serta menambahkan Fasilitas
Operasional Pengawasan berupa pendeteksi keberadaan orang asing di suatu
tempat, dan pendanaan operasional penyidikan. Pihak Imigrasi sebaiknya
lebih banyak mengadakan sosialisasi tentang peraturan Keimigrasian ke
masyarakat untuk menghindari pelanggaran keimigrasian.

DAFTAR REFERENSI

BUKU

14
Abdullah Sjahfriful (James), Memperkenalkan Hukum Keimigrasian, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1993

Ajad Sudrajat Havid, Formalitas Keimigrasian, Jakarta: Direktorat Jenderal Imigrasi


Departemen Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Fakultas Hukum Universitas Trisakti, Pedoman Penyusunan Skripsi Fakultas Hukum


Trisakti 2018-2019, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Trisakti, 2018

Jazim Hamidi, Charles Christian, Hukum Keimigrasian Bagi Orang Asing di Indonesia,
Jakarta: PT.Sinar Grafika, 2016

Koerniatmanto Soetoprawiro, Hukum dan Keimigrasian Indonesia, Jakarta:


PT.Gramedia Utama, 1994

M. Imam Santoso, Perspektif Imigrasi Dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan


Nasional, Jakarta: UI-Press, 2004

R. Felix Hadimulyatno dan Endar Sugiarto, Pabean, Imigrasi dan Karantina, Jakarta:
PT. Gramedia,1997.

Sihombing, Sihar, Hukum Keimigrasian Dalam Hukum Indonesia, Bandung: Nuansa


Aula, 2013

Soekanto, Soerjono, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Jakarta: PT.Raja Gafindo Persada, 2011.

Tri Sulistyowati, Materi Kuliah Hukum Kewarganegaraan dan Keimigrasian, Jakarta:


FH Usakti, 2017

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar 1945

Undang Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian

Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Visa Bebas Kunjungan


Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2016 Tentang Prosedur Teknis Permohonan dan Pemberian Visa Kunjungan dan
Visa Tinggal Terbatas

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 39 Tahun 2015 Tentang
Perubahan Kesembilan Atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor M.HH-01.GR.01.06 Tahun 2010

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-02.KP.05.02


Tahun 2010 Tentang Kode Etik Pegawai Imigrasi

15
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.01-
PR.07.04 Tahun 2006 Tentang Peningkatan Kelas Kantor Imigrasi dari Kelas I
Khusus Kantor Imigrasi dari Kelas III menjadi Kelas II

JURNAL

Ni Nyoman Ulan Yuktatma, Anak Agung Ngurah Yusa Daemadhi, "Tinjauan Yuridis
Terhadap Penyalahgunaan Visa Kunjungan Oleh Warga Negara Asing Di
Indonesia". Jurnal Hukum Internasional, h.1

Arief Rahman Kunjono, Illegal Migrants dan Sistem Keimigrasian Indonesia, Suatu
Tinjauan Direktorat Jenderal Imigrasi, 2002, hal 27

ON-LINE DARI INTERNET

Tinjauan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Visa Kunjungan Oleh Warga Negara Asing
di Indonesia (On-line), tersedia di: https://ojs.unud.
ac.id/index.php/Kerthanegara/article/view/8982/6758 (8 Juli 2019).

Pengertian Warga Negara Menurut Para Ahli" (On-line) , tersedia di


http://www.sumberpengertian.co/pengertian-warga-negara-menurut-para-ahli (2
Maret 2019).

Sejarah Keimigrasian” (On-line),tersedia di : http://www.imigrasi.go.id (12 Juli 2019)

Struktur Organisasi Direktorat jenderal (On-line),tersedia di : http://www.imigrasi.go.id


(12 Juli 2019).

Struktur Kerjasama Organisasi Keimigrasian (On-line),tersedia di : http://


www.imigrasi.go.id (12 Juli 2019)

Tugas dan Fungsi Kantor Imigrasi Kelas I Jakarta Selatan (On-line), tersedia di
https://jakartaselatan.imigrasi.go.id/index.php/profil/tugas-dan-fungsi (12 Juli
2019)

Kasus Lee Jong Suk (On-line), tersedia di : https://www.idntimes. com/hype/


entertainment/andi-aris/ini-kronologis-lengkap-kabar-lee-jong-suk-dideportasi-
dari-indonesia/full (2 Juli 2019)

16

Anda mungkin juga menyukai