1 Tahun 2019
Politeknik Imigrasi ISSN: 2622-4828
Mochammad Ryanindityo
Dosen Tetap pada Politeknik Imigrasi
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I.
Jl. Raya Gandul Nomor 4, Gandul-Cinere, Kota Depok, Jawa Barat
Telepon 081285747246, e-mail: ryanindityo@gmail.com
Abstrak
Negara Indonesia bukan merupakan negara yang meratifikasi Konvensi PBB Tahun 1954 mengenai Status
Orang-orang Tanpa Kewarganegaraan maupun Konvensi PBB Tahun 1961 tentang Upaya untuk Mengurangi
Jumlah Orang-orang Tanpa Kewarganegaraan sehingga tidak mengenali istilah orang-orang tanpa
kewarganegaraan atau lazim dikenal dengan istilah “stateless”. Oleh karena itu, penanganan orang-orang
tanpa kewarganegaraan dilaksanakan oleh jajaran Imigrasi Indonesia sebagaimana penanganan imigran ilegal
lainnya. Salah satu contoh kasus orang tanpa kewarganegaraan ini adalah Danko Nizar Zlavic, yang dikenakan
Tindakan Administratif Keimigrasian berupa detensi selama sekitar lima belas tahun dengan alasan tidak
memiliki dokumen perjalanan maupun Izin Tinggal yang sah dan masih berlaku di Indonesia karena tidak
adanya pengakuan kewarganegaraan oleh perwakilan negaranya di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui penyebab perwakilan negara Zlavic tidak mengakui kewarganegaraannya dan mengetahui sejauh
mana kasus yang menimpa Zlavic tersebut jika dipandang dari sudut pandang Hak Asasi Manusia.
Kata kunci : Hak Asasi Manusia, Orang-orang Tanpa Kewarganegaraan, Keimigrasian
Abstract
The Republic of Indonesia is not a country that ratifies the 1954 Convention relating to the Status of Stateless
Persons nor the 1961 Convention on the Reduction of Statelessness, therefore Indonesia does not recognize
the term “stateless persons”. As a result, the treatment of stateless persons are carried out by the Indonesian
Immigration as like any other illegal immigrants. One example of this stateless persons case is the case of
Danko Nizar Zlavic, who was detained for more than fifteen years on the grounds of not having a valid travel
document and/ or stay permit in Indonesia due to the absence of citizenship recognition or verification by his
foreign representative in Indonesia. This research aims to determine the cause of the foreign representative
not acknowledging or recognizing Zlavic as its citizen and to view the case of Zlavic from a human rights
perspective.
Keywords : Human Rights, Stateless, Immigration.
93
Jurnal Ilmiah Kajian Keimigrasian Vol. 2 No. 1 Tahun 2019
Politeknik Imigrasi ISSN: 2622-4828
karena masuk dan berada di wilayah Indonesia Tidak adanya pengakuan kewarganegaraan
tanpa memiliki dokumen kependudukan, dokumen orang asing tersebut akan berdampak pada
perjalanan, maupun dokumen keimigrasian yang ketidakjelasan dan ketidakpastian hukum terkait
sah dan masih berlaku. keberadaan orang tersebut di Indonesia, karena di
Di dalam artikel 1, Konvensi PBB mengenai satu sisi orang tersebut bukan merupakan seorang
Status Orang-Orang Tanpa Kewarganegaraan Warga Negara Indonesia (WNI) yang berhak untuk
Tahun 1954, ditegaskan bahwa seseorang yang tinggal di Indonesia, sementara di sisi lain orang
tidak memiliki kewarganegaraan atau selanjutnya tersebut juga bukan merupakan seorang Warga
dikenal dengan istilah “stateless” adalah seseorang Negara Asing (WNA) yang dapat dipulangkan atau
yang tidak dianggap warganegara oleh negara dideportasi kembali ke negara asalnya.
manapun di dalam hukum nasionalnya. Salah satu contoh kasus ini adalah Danko
Namun negara Indonesia bukan merupakan Nizar Zlavic, yang di detensi di Rumah Detensi
negara yang meratifikasi Konvensi PBB Tahun Imigrasi Jakarta sejak tahun 2002 karena tidak
1954 tersebut maupun Konvensi PBB Tahun 1961 memiliki dokumen perjalanan maupun Izin
tentang Upaya untuk Mengurangi Jumlah Orang- Tinggal yang sah dan masih berlaku di Indonesia.
Orang Tanpa Kewarganegaraan, sehingga Hingga Danko Nizar Zlavic meninggal dunia pada
pemerintah negara Indonesia tidak mengenali tahun 2017 masih berstatuskan sebagai seorang
istilah orang-orang “stateless” dan tidak terikat deteni karena status kewarganegaraannya belum
oleh kewajiban-kewajiban sebagaimana yang diketahui secara pasti.
tertuang dalam konvensi tersebut untuk Kasus Danko Nizar Zlavic menjadi titik
menanganinya. Dalam pada itu, maka penanganan tolak pembahasan dalam tulisan ini. Karena
orang-orang tanpa kewarganegaraan di Indonesia sebagai seorang manusia, Zlavic memiliki hak-hak
dilaksanakan oleh jajaran Imigrasi Indonesia yang selanjutnya dimanifestasikan sebagai hak
sebagaimana penanganan imigran ilegal lainnya. asasi manusia, dan sebagai salah satu hak sipilnya
Mekanisme hukum bagi orang-orang tanpa (civil rights) Zlavic berhak untuk memperoleh
kewarganegaraan yakni orang asing yang tidak kebangsaan atau kewarganegaraan (rights to
memiliki dokumen perjalanan dan atau Izin nationality).
Tinggal di Indonesia tersebut sesuai dengan Berdasarkan uraian diatas maka
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang permasalahan yang hendak dibahas dalam tulisan
Keimigrasian adalah bahwa mereka ditempatkan ini adalah: Mengapa perwakilan negara Zlavic
dalam pendetensian sementara menunggu proses tidak mengakui status kewarganegaraannya?
verifikasi oleh perwakilan negaranya di Indonesia Bagaimana pandangan Hak Asasi Manusia
guna pengambilan tindakan lebih lanjut. terhadap kasus yang menimpa Zlavic? Adapun
Verifikasi atau pengakuan kewarganegaraan tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui
ini penting bagi orang tersebut guna memperoleh mengapa perwakilan negara Zlavic tidak mengakui
hak-hak dan segala bentuk bantuan yang kewarganegaraannya dan mengetahui sejauh mana
diperlukan baginya yang dapat diberikan oleh kasus yang menimpa Zlavic tersebut jika
negaranya. Namun pada kenyataannya, tidak dipandang dari sudut pandang Hak Asasi Manusia.
semua orang asing yang di detensi tersebut pada
akhirnya di verifikasi atau diakui METODE PENELITIAN
kewarganegaraannya oleh perwakilan negaranya. 1. Pendekatan
Sehingga sebagaimana dimaksud dalam pasal 85 Jenis pendekatan yang digunakan adalah
ayat (2), Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011, penelitian kualitatif yaitu dengan memberikan
Tentang Keimigrasian maka detensi dapat gambaran, menjelaskan, memberikan
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 10 pemahaman mendalam, dan kemudian
(sepuluh) tahun karena deportasi tidak dapat menganalisis permasalahan yang diteliti.
dilakukan mengingat orang tersebut tidak memiliki 2. Metode Pengumpulan Data
dokumen perjalanan yang sah. Selanjutnya, Metode pengumpulan data yang dilakukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (3), adalah dengan mengidentifikasi, dan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang mengumpulkan data yang memiliki keterkaitan
Keimigrasian, bahwa apabila jangka waktu 10 dengan penelitian (yakni melalui studi
(sepuluh) tahun tersebut terlampaui, maka deteni kepustakaan) yang dapat memberikan
tersebut diberikan izin untuk berada di luar Rumah penjelasan serta menjawab permasalahan
Detensi Imigrasi dengan menetapkan kewajiban penelitian.
melapor secara periodik. 3. Teknik Analisa Data
94
Jurnal Ilmiah Kajian Keimigrasian Vol. 2 No. 1 Tahun 2019
Politeknik Imigrasi ISSN: 2622-4828
95
Jurnal Ilmiah Kajian Keimigrasian Vol. 2 No. 1 Tahun 2019
Politeknik Imigrasi ISSN: 2622-4828
politik yang diatur dalam UDHR, antara lain adalah terdapat 2 (dua) buah hukum internasional yang
hak untuk hidup, hak untuk merdeka, hak untuk mengatur mengenai orang-orang tanpa
mencari suaka, hak untuk memiliki kewarganegaraan, yakni: Konvensi Tahun 1954
kewarganegaraan, sampai dengan hak politik tentang Status Orang tanpa Kewarganegaraan dan
berupa ikut serta dalam kegiatan pemerintah Konvensi Tahun 1961 tentang Upaya untuk
negara.10 Sedangkan untuk hak-hak ekonomi, Mengurangi Jumlah Orang-Orang Tanpa
sosial dan budaya yang diatur dalam UDHR antara Kewarganegaraan. Dalam pada itu, maka telah
lain adalah hak untuk memperoleh pekerjaan yang tersedia instrument legal yang menjamin hak setiap
layak dan tanpa didasari oleh bentuk diskriminasi individu atas suatu status kewarganegaraan. Selain
apapun, hak untuk memperoleh pendidikan, hingga itu, telah menjadi kewajiban setiap negara
hak untuk bermasyarakat.11 (khususnya negara pihak) untuk mentaati
Pengakuan dan penghormatan terhadap hak- ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam
hak sebagaimana yang dijabarkan di dalam UDHR instrument-instrumen hukum internasional tersebut
tersebut hanya akan terwujud bila ada peran aktif khususnya untuk melindungi orang-orang tanpa
dari setiap individu dan pemerintah negara. Martin kewarganegaraan dan untuk melakukan
Rex menjelaskan dalam artikelnya “Human naturalisasi dan asimilasi terhadap mereka secepat
Rights: Constitutional and International” bahwa mungkin.15
UDHR dapat menjadi HAM yang aktif bila 3. Sekilas Kasus Danko Nizar Zlavic
memenuhi syarat:12 Kasus Danko Nizar Zlavic bermula dari
(1) Merupakan cara bertindak atau Zlavic yang dikenakan Tindakan Keimigrasian
diperlakukan yang dibenarkan bagi semua berupa karantina (istilah untuk “detensi” saat itu)
orang dengan ukuran menguntungkan bagi di Bali karena tidak dapat memperlihatkan
setiap orang dan bagi semua dan mungkin dokumen perjalanan atau dokumen
dibenarkan oleh ukuran moral lain; (2) keimigrasiannya sebagaimana dimaksud dalam
sebagai cara bertindak dan diperlakukan pasal 39, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992
yang dapat dibenarkan, ia mempunyai tentang Keimigrasian (sebelum diubah menjadi
pengakuan institusional yang otoritatif Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
(sesuai hukum atau diatur oleh lembaga Keimigrasian) saat itu. Selanjutnya pada tanggal 29
sosial dan ekonomi); dan (3) Dipelihara November 2002, Zlavic dipindahkan ke Rumah
dengan perilaku yang menyesuaikan dan Detensi Imigrasi Jakarta dan ditempatkan di sana
ditunjang oleh pemerintah. hingga Zlavic meninggal dunia pada tahun 2017.
2. PBB dan Peranannya terhadap Orang Penempatan Zlavic sebagai deteni di dalam
dengan Status Tanpa Kewarganegaraan Rumah Detensi Imigrasi pada tahun 2002 telah sah
Perkembangan hukum internasional secara hukum karena Zlavic berada di wilayah
(khususnya hak asasi manusia) telah membawa Indonesia tanpa memiliki dokumen perjalanan
pengaruh terhadap kedaulatan negara, yakni dalam maupun dokumen keimigrasian yang sah dan
masalah kewarganegaraan dan perlindungan masih berlaku di Indonesia, sebagaimana dimaksud
terhadap mereka yang tidak memiliki dalam Pasal 44 Ayat (1), Undang-Undang Nomor
kewarganegaraan.13 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian:
UNHCR didirikan oleh PBB pada tanggal 14 Setiap orang asing yang berada di Wilayah
Desember 1950 yang pada awalnya bertugas untuk Indonesia dapat ditempatkan di Karantina
memberikan perlindungan internasional dan Imigrasi:
bantuan kemanusiaan. Namun seiring berjalannya a. Apabila berada di Wilayah Indonesia
waktu, tugas UNHCR tersebut berkembang yang tanpa memiliki izin keimigrasian yang
meliputi penanganan pengungsi yang kembali ke sah; atau
negara asalnya dan juga menangani orang tanpa b. Dalam rangka menunggu proses
kewarganegaraan (stateless).14 pengusiran atau deportasi ke luar
Hak atas kewarganegaraan telah dinyatakan wilayah Indonesia.
secara tegas di dalam pasal 15 UDHR, dan telah
Human Rights: Moral Order in a Divided World (Rowman & Stateless Person Terhadap Hak Asasi Manusia, 2017.
15 Ibid.
Littlefield Publishers, 2005).
13 Tang Lay Lee, Statelessness, Human Rights and Gender:
96
Jurnal Ilmiah Kajian Keimigrasian Vol. 2 No. 1 Tahun 2019
Politeknik Imigrasi ISSN: 2622-4828
97
Jurnal Ilmiah Kajian Keimigrasian Vol. 2 No. 1 Tahun 2019
Politeknik Imigrasi ISSN: 2622-4828
Tidak adanya pihak yang memverifikasi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
dan mengakui status kewarganegaraan Zlavic serta 1945, juga diatur dalam pasal 26 Undang-Undang
pembiaran Zlavic dengan status tanpa Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
kewarganegaraan atau stateless yang Selanjutnya ketentuan mengenai kewarganegaraan
menyebabkan Zlavic mendekam selama sekitar Republik Indonesia itu sendiri telah di elaborasi di
lima belas tahun sebagai seorang deteni hingga dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006
Zlavic meninggal dunia tersebut yang memiliki Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
implikasi mendalam terhadap Hak Asasi Manusia. Namun Zlavic tidak termasuk ke dalam subjek atau
Kondisi stateless akan menyebabkan kategori yang dapat menjadi Warga Negara
kesulitan karena kewarganegaraan merupakan sebagaimana dimaksud di dalam Undang-Undang
syarat praktis seseorang dalam proses politik, Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
yudisial dan juga untuk memperoleh hak-hak Republik Indonesia tersebut.
ekonomi, sosial dan budaya.16 Pihak terkait lainnya dalam kasus Zlavic,
Tanpa adanya status kewarganegaraan atau yaitu UNHCR seharusnya memiliki peran penting
dokumen kependudukan apapun maka seseorang untuk membantu Zlavic, karena salah satu tugas
tidak dapat memperoleh pelayanan kesehatan, UNHCR adalah untuk menangani “statelessness”.
pendidikan, pekerjaan, maupun untuk bepergian. Upaya yang ditempuh UNHCR dalam menangani
Orang dengan status stateless sangat rentan permasalahan orang-orang tanpa kewarganegaraan
terhadap pendetensian dalam jangka waktu yang dibagi dalam empat kategori:19 (i) Identifikasi
tidak terbatas jika memasuki suatu negara secara (yakni penyusunan strategi dengan
tidak sah dan tidak ada negara yang mau menerima mengidentifikasi penyebab statelessness,
mereka bila dipulangkan.17 karakteristik penduduk dan masalah yang
Pentingnya status kewarganegaraan bagi dihadapi); (ii) Pencegahan (dengan memberikan
seseorang merupakan salah satu hak yang diatur nasihat hukum kepada pemerintah negara agar
dalam Pasal 15 UDHR yang berbunyi: hukum domestiknya selaras dengan standar
(1) Everyone has the right to nationality; internasional); (iii) Pengurangan Jumlah (dengan
(2) No one shall be arbitrarily deprived of memberikan solusi yakni mengakuisisi sebuah
his nationality nor denied the right to kewarganegaraan, yang umumnya merupakan
change his/ her nationality. negara dimana seseorang yang stateless memiliki
Jadi, setiap orang, tanpa terkecuali hubungan atau keterikatan yang paling kuat
memiliki hak atas sebuah kewarganegaraan dan dengannya); (iv) perlindungan (yaitu memberikan
tidak ada yang boleh dengan sewenang-wenang jaminan atas perlindungan HAM seseorang hingga
mencabut kewarganegaraan seseorang ataupun orang tersebut memperoleh kewarganegaraan).
menolak hak seseorang untuk mengganti Dengan adanya tugas dan tanggung jawab
kewarganegaraannya. UNHCR tersebut, maka seharusnya UNHCR yang
Hak untuk menjadi bagian dari sebuah nantinya akan mengidentifikasi Zlavic dan
komunitas merupakan “rights to have rights” yaitu kemudian mendesak pihak perwakilan negara
hak untuk memperoleh hak-hak.18 Dengan dimana Zlavic memiliki ikatan atau hubungan yang
memberikan seseorang (dalam hal ini Zlavic) paling erat untuk diverifikasi kewarganegaraannya
kewarganegaraannya, maka hak-hak dasar sebagai atau setidaknya dapat dibantu dicarikan solusi
seorang warga negara secara langsung akan kewarganegaraannya melalui sebuah proses
diperoleh dari negaranya dan Zlavic akan dapat resettlement.
memperoleh segala bentuk bantuan yang
diperlukan baginya dari negara tersebut. Dengan KESIMPULAN
kata lain, dengan adanya kewarganegaraan akan Pihak Imigrasi (dalam hal ini Rumah
terdapat kepastian hukum dan akan menimbulkan Detensi Imigrasi Jakarta) telah melaksanakan tugas
hubungan timbal balik yang jelas antara Zlavic sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
dengan negaranya. berlaku. Walaupun Indonesia bukan merupakan
Di Indonesia sendiri, pentingnya hak atas negara yang meratifikasi Konvensi PBB Tahun
kewarganegaraan selain telah diatur dalam 1954 tentang Status of Stateless Persons maupun
konstitusi negara, yakni dalam Pasal 28D, ayat 4, Konvensi PBB Tahun 1961 tentang Upaya untuk
16 David Weissbrodt, The Human Rights of Non-Citizens, 1st 18 Hannah Arendt, The Origins of Totalitarianism, 2nd ed.
ed. (Oxford University Press, 2008). (New York: Meridian Books, 1958).
17 Christopher Richter, “Statelessness in Australian Refugee 19 UNHCR, “How UNHCR Helps Stateless People,”
98
Jurnal Ilmiah Kajian Keimigrasian Vol. 2 No. 1 Tahun 2019
Politeknik Imigrasi ISSN: 2622-4828
99
Jurnal Ilmiah Kajian Keimigrasian Vol. 2 No. 1 Tahun 2019
Politeknik Imigrasi ISSN: 2622-4828
100