Dosen pengampu:
Disusun oleh:
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Hak atas status kewarganegaraan adalah bagian dari hak asasi manusia yang dijamin
dalam kostitusi. Namun, perlu kita ketahui bahwa dizaman Era Globalisasi sekarang masih
terdapat sebagian orang yang tidak mendapatkan status kewarganegaraan atau sering disebut
dengan apatride. Hal ini terjadi diakibatkan karena beberapa faktor, baik itu faktor internal
maupun eksternal. Perlu kita ketahui, status status kebangsaan atau warga negara merupakan
hak yang prinsipal. Selain bermanfaat bagi hal-hal mendasar, seperti hak hukum,
kewarganegaraan mempunyai sangkut paut dengan hak seperti pendidikn, layanan kesehatan,
tempat tinggal dan pekerjaan. Namun nyatanya, sebanyak 10 hingga 15 jutaan orang tidak
diakui sebagai warga negara oleh negara manapun.
Persoalan yang terjadi mengenai status orang tanpa kewarganegaraan terjadi karena
perkawinan campuran antara bangsa yang satu dengan bangsa yang lainnya. Permasalahan
kerap muncul ketika menentukan status kewarganegaraan sebagai akibat perbedaan sistem
asas kewarganegaraan yang dianut. Masalah kewarganegaraann dan tidak
berkewarganegaraan baik itu menyangkut masalah memperoleh dan kehilangan
kewarganegaraan, walaupun sudah diatur oleh hukum kewarganegaraan nasuional maupun
hukum internasional ternyata masih bnayak menyisahkan berbagai permasalahan yang
dihadapi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana faktor sebab akibat adanya apartheid (orang-orang tanpa
kewarganegaraan ) ?
2. Bagaimana prinsip hukum bagi orang tanpa kewarganegaraan dan apa sajah solusi
bagi orang - orang tanpa kewarganegaraan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih dalam penyebab akar masalah orang – orang tanpa
kewarganegraan.
2. Untuk mengetahui prinsip hukum dan mengetahui bagaimana solusi bagi orang-
orang tanpa kewarganegaraan.
BAB ll
PEMBAHASAN
Meskipun indonesia saat ini belum menjadi Negara Pihak dari Konvensi 1945
tentang Status Orang Tanpa Kewarganegaraan atau Konvensi 1961 tentang pengurangan
keadaan tanpa kewarganegaraan, indonesia telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam
reformasi ketentuan dan Undang-undang Kewarganegaraannya. Pemerintah indonesia telah
mengadopsi berbagai langkah proaktif untuk mengurangi dan mencegah keadaan tanpa
kewarganegaraan, terutama dengan Undang-undang Kewarganegaraan 2006 yang menghapus
ketentuan diskriminasi yang ada sebelumnya dan dengan adanya pembaharuan dalam
ketentuan kewarganegaraan di indonesia.
1. Pecahnya satu negara seperti yang terjadi pada Uni Soviet dan Yugoslavia, atau akibat
pembentukan satu negara baru setelah era penjajahan berakhir, seperti yang terjadi di
sebagian Afrika dan Asia. Termasuk diantara kelompok ini adalah warga suku Rohingya
di Burma, sekelompok warga suku di pegunungan di Thailand, kelompok Roma di
Eropa serta warga suku Bidoon di negara-negara Teluk.
2. Pada 1982, Myanmar yang sebagian besar penduduknya beragama Buddha
mengesahkan undang-undang kewarganegaraan yang secara efektif membuat sebagian
besar penduduk Rohingya suku Muslim dan keturunan Asia Selatan tidak memiliki
kewarganegaraan.
3. Di Pantai Gading ada 690.000 orang yang tinggal tanpa kewarganegaraan. Banyak
diantara mereka adalah turunan para migran dari negara-negara tetangga yang terdorong
bekerja di perkebunan kopi dan kapas di Pantai Gading pada abad ke-20.
4. Seorang bayi lahir di negara A yang menganut asas ius soli. Dengan demikian si bayi
akan menjadi apatride. Ia tidak memperoleh kewarganegaraan A sebab ia bukan
keturunan orang yang berkewarganegaraan A. Bayi itu juga tidak berkewarganegaraan
sebab ia lahir diluar wilaah negara B.
Akibat – akibat yang terjadi pada orang tanpa kewarganegaraan ini diantaranya adalah:
1. Orang-orang tanpa kewarganegaraan ini akan di anggap orang asing yang tidak
memiliki hak dan kewajiban disuatu negara.
2. Seorang apatride biasanya akan mencari suaka di negara-negara dan menjadi
pengungsi. Akan tetapi, jika suaka tidak terima mereka akan menjadi imigran gelap.
3. Karena tak punya kebangsaan, orang tanpa kewarganegaraan bisa menghadapi berbagai
masalah termasuk kesulitan memiliki rumah, rekening bank, menikah secara resmi, atau
mendaftarkan kelahiran seorang anak untuk dicatat secara hukum.
4. Sebagian lagi menghadapi masa tahanan yang sangat panjang, karena mereka tak bisa
membuktikan siapa mereka dan dari mana berasal.
5. Beberapa dari mereka terjerumus dalam perbudakan di kapal-kapal penangkap ikan dan
perkebunan.
Persoalan ini dinilai paling parah terjadi di Asia Tenggara, Asia Tengah, Eropa Timur, dan
Timur Tengah serta Afrika.
2.2 Prinsip Hukum dan Solusi dalam Menangani Status Orang Tanpa
Kewarganegaraan.
2). Hak-hak konstitusionalnya, serta hak-hak lainnya sebagaimana telah diatur dalam
peraturan perundang-undangan nasional, maupun diatur dalam hukum internasioanal.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Widodo Ekatjahjana dan Totok Sudaryanto, Sumber Hukum Tata Negara Formal di
Indonesia, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2001.
https://www.bbc.com/indonesia /dunia/2011/08/110825_statelesspeople.
https://bekasi.ayoindonesia.com/internasional/pr-30859722/Lima-Belas-Jutaan-Orang-Tak -
Punya-Status-Warga-Negara.