KEWARGANEGARAAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kewarganegaraan dan Pendidikan
Kewarganegaraan yang diampu oleh:
Disusun oleh:
2021
A. Perpindahan Kewarganegaraan dari WNA menjadi WNI
Romo Magnis Soseno merupakan prian berkebangsaan Jerman yang memutuskan untuk
menjadi WNI pada tahun 1977. Alasannya untuk pindah kewarganegaraan menjadi WNI
dikarenakan keinginannya untuk membantu gereja-gereja di Indonesia. Saat pertama kali tiba
di Indonesia usianya masih terbilang muda yakni 24 tahun, beliau belajar Bahasa Jawa
selama 13 bulan dan setelah itu belajar Bahasa Indonesia. Setelah 7 tahun menetap, Romo
Magnis baru mendapatkan kewarganegaraannya yaitu sebagai WNI dan beliau tidak pernah
menyesal menjadi warga negara indonesia. Beliau terkesan karena sepanjang hidupnya beliau
selalu diperlakukan dengan baik entah itu dengan siapapun. Selain itu beliau juga merupakan
orang yang cukup berani dalam mengkritik.
Kasus Gloria Natapradja Hamel sempat viral di media pada peringatan hari kemerdekaan 17
Agustus 2016, dimana nama ia dicoret dari daftar Pasukan Pengibar Bendera Pusaka
(Paskibraka) di Istana Negara, alasannya karena masalah kewarganegaraan.
Dari hukum yang berlaku saat ini, UU 12/2006 tentang Kewarganegaraan, seorang anak hasil
kawin campur bisa memiliki dua kewarganegaraan sebelum usia 18 tahun. Dalam pasal 41
UU Kewarganegaraan itu, disebutkan bahwa seseorang yang belum berusia 18 tahun saat UU
Kewarganegaraan diberlakukan pada tahun 2006, diberikan waktu paling lambat empat tahun
untuk mendaftarkan diri. Jika merujuk pada ketentuan tersebut, maka Gloria tak bisa lagi
mendaftarkan status kewarganegaraannya. Perempuan yang lahir pada tahun 2000 ini
seharusnya didaftarkan ke Kemenkumham dalam rentang waktu 1 Agustus 2006 sampai 1
Agustus 2010 apabila hendak memperoleh kewarganegaraan Indonesia. Ibunda Gloria, Ira
Hartini Natapradja Hamel mengajukan permohonan uji materi UU 12/2006 Kewarganegaraan
soal ketentuan pasal 41 tersebut, namun MK menolak permohonan tersebut pada 31 Agustus
2017 setahun setelah permohonan diajukan, karena tak beralasan menurut hukum. Alasan
ketidaktahuan anak hasil kawin campur soal aturan mendaftarkan diri menjadi WNI,
dianggap tak bisa menjadi dasar penuntutan apalagi membuat seseorang bebas dari hukum
atau peraturan perundang-undangan.
Jiwa nasionalisme Gloria yang sangat tinggi, membuatnya menerima hasil keputusan hakim,
dan ia pun bersedia melakukan segala prosedur pewarganegaraan atau naturalisasi. Namun,
Gloria dan ibundanya merasa kurang puas dengan birokrasi yang dinilai mempersulit
prosesnya. Belum lagi biaya sebesar Rp50 juta untuk mendaftarkan diri sebagai WNI yang
dinilai akan semakin memberatkan. Walaupun begitu, Ira meyakini proses naturalisasi bagi
anaknya akan lebih mudah karena mendapat rekomendasi dari pihak Kemenkumham. Namun
ia ragu dengan proses naturalisasi anak-anak hasil kawin campur lainnya.
Kisah pindah kewarganegaraan WNI menjadi WNA mempunyai kisah yang berbeda beda
yang dialami setiap orang. Hal tersebut juga dapat disebabkan oleh perbedaan negara serta
regulasi yang ada di negara tersebut. Contoh dari kisah – kisah WNI yang menjadi NA datang
dari seorang WNI bernama Christya Makela usianya 31 tahun, ia memutuskan untuk pindah
kewargananegaraan menjadi warga negara Finlandia. Hal ini dia lakukan karena dia
memutuskan untuk menetap dan tinggal disana bersama suaminya yang berkewarganegaraan
Finlandia pula. Proses perpindahan kewarganegaraan yang ia tempuh harus melewati
beberapa proses dan juga memenuhi persyaratan yaitu :
Berbeda dengan Refa yang harus menunggu cukup lama untuk menjadi warga negara
Jepang beda halnya dengan kisah Dewi Wulanjar Van – Dongen yang menikah dengan laki –
laki asal Belanda bernama Paul van Dongen yang melakukan proses perpindahan warga
negara hanya 6 bulan, menurutnya waktu dalam perpindahan negara menjadi warga negara
Belanda berbeda – beda. Ada pula temannya yang harus menunggu selama satu tahun untuk
dapat menjadi warga negara Belanda . Dewi harus memenuhi beberapa persyaratan untuk
berpindah kewarganegaraan menjadi warga Belanda diantaranya dia harus memiliki ijazah
sekolah berbahasa Belanda, tinggal di Belanda minimal selama lima tahun dan menyiapkan
uang 850 Euro untuk pengajuan paspor.
C. Analisis
Dari beberapa contoh yang sudah dijabarkan, ditemukan kesamaan yakni alasan mereka
untuk berpindah kewarganegaraan karena dasar keinginan. Keinginan tersebut bisa
disebabkan oleh perkawinan, rasa kecintaannya terhadap suatu negara, atau bahkan karena
alasan religius yang mendorong mereka untuk melakukan pewarganegaraan (naturalisasi)
agar bisa menjadi warga negara resmi. Tiap negara memiliki regulasi dan persyaratannya
tersendiri jika seseorang ingin mengajukan permohonan perpindahan kewarganegaraan,
seperti persyaratan dokumen-dokumen terkait hingga pembayaran iuran yang berbeda
jumlahnya di tiap negara disesuaikan dengan peraturan kewarganegaraan yang bersangkutan.
Negara sendiri berhak unutk menolak permohonan tersebut jika terdapat persyaratan yang
tidak dipenuhi atau pemohon melakukan tindakan pelanggaran.
D. Kesimpulan
status kewarganegaraan menimbulkan konsekuensi hukum berupa hak dan kewajiban bagi
penghidupan seseorang, terutama dalam berinteraksi dengan negara. Untuk memberikan
jaminan kepastian hukum, maka selain diatur di dalam Pasal 26 UUD 1945 dan peraturan
perundang-undangan sebagai peraturan pelaksananya, yaitu UU No. 62 Tahun 1958 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia, maka pemerintah berusaha memberikan pengaturan
tentang bagaimana caranya memperoleh kewarganegaraan.
Menurut hukum positif, salah satu cara memperoleh kewarganegaraan tersebut adalah dengan
pewarganegaraan. Dalam pelaksanaannya, sering menimbulkan persoalan karena memakan
waktu, biaya, dan prosedur birokrasi yang berbelit-belit. Untuk mengatasi hal tersebut maka
dikeluarkan Keputusan Presiden No. 13 Tahun 1980 Tentang Tata Cara Penyelesaian
Permohonan Pewarganegaraan Republik Indonesia. Satu perkembangan baru dalam bidang
hukum tata negara yang menyangkut kewarganegaraan tersebut adalah agar hukum
kewarganegaraan sejauh mungkin mengadopsi semangat anti diskriminasi dan memberikan
jaminan keadilan bagi setiap orang yang berkehendak untuk menjadi warganegara Indonesia.
E. Referensi
Pratiwi, P. S. (2017, September 01). Cerita Gloria Natapradja soal Kewarganegaraan
Ganda. Retrieved from CNN Indonesia:
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170901062211-20-238810/cerita-gloria-
natapradja-soal-kewarganegaraan-ganda