Anda di halaman 1dari 5

5 Contoh Kasus Kewarganegaraan Ganda Di

Indonesia

Kewarganegaraan adalah sebuah keanggotaan seseorang dalam sebuah kesatuan


politik atau negara dimana hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik diberikan pada
orang tersebut. Di Indonesia, kewarganegaraan diatur dalam undang – undang No. 12 tahun
2006 yang ditetapkan pada tanggal 1 Agustus 2006. Dari undang – undang tersebut,
diterangkan pula asas kewarganegaraan. Asas kewarganegaraan adalah asas yang mendasari
kepemilikan kewarganegaraan seseorang. Dari asas kewarganegaraan tersebut, kita mengenal
istilah asas ius soli yang menentukan kewarganegaraan berdasar tempat lahir, asas ius
sanguinis yang menentukan kewarganegaraan berdasar keturunan, dan naturalisasi yang
merupkan kewarganegaraan karena permohonan izin atau pemberian.
Setiap warga negara diatas 18 tahun atau yang sudah menikah, hanya boleh
mempunyai satu kewarganegaraan. Akan tetapi, masih ada juga warga yang terjerat kasus
yang menyangkut kewarganegaraan ganda. Di Indonesia, hal tersebut pernah beberapa kali
terjadi pada rakyat, publik figur, bahkan pejabat negara. Berikut contoh kasus
kewarganegaraan ganda di Indonesia:

1. Kasus Kewarganegaraan Ganda Manohara Odelia Pinot


Beberapa tahun yang lalu Indonesia pernah dihebohkan oleh cerita seorang
gadis belia Indonesia yang menikah dengan bangsawan negeri jiran Malaysia dan hidup
bersama dengan suaminya di Malaysia. Sepertinya tidak ada yang salah dengan cerita
itu. Akan tetapi cerita tersebut berubah menjadi cerita penculikan dan penganiayaan.
Dari kejadian tersebut, wanita yang diketahui bernama Manohara Odelia Pinot
mengkritik pemerintahan Indonesia yang tidak memberikan perlindungan kepada
Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri seperti yang tercantum pada UU
no. 12 tahun 2006. Akan tetapi, setelah ditilik lebih jauh, kasus ini ternyata terkait
dengan kewarganegaraan yang dimiliki oleh Manohara.
Manohara dikutahui mempunyai kewarganegaraan ganda dari pernikahan
ibunya yang merupakan WNI dan ayahnya yang merupakan Warga Negara Asing.
Akan tetapi, apabila menggunakan ius soli, Manohara lahir dan dibesarkan di
Indonesia. Seharusnya ia menjadi warga negara Indonesia saat ia berusia 18 tahun atau
sudah menikah. Akan tetapi pada saat permasalahan tersebut terjadi, ia berusia 17 tahun
dan masih mempunyai dua kewarganegaraan dan memohon perlindungan dari
Indonesia. Hal ini melanggar hukum Indonesia, karena Indonesia tidak menerima
sistem kewarganegaraan ganda bagi warga negara yang sudah cukup umur atau sudah
menikah. Dan perlindungan warga negara yang berada di luar negeri hanya diberikan
bagi WNI yang bekerja atau menempuh pendidikan di luar negeri. Bukan bagi
seseorang yang diperistri oleh WNA dan tinggal menetap di luar negeri.
Diketahui bahwa ayah biologis Manohara adalah warga Perancis yang
mempunyai kewarganegaraan Amerika Serikat. Sedangkan ayah tiri Manohara yang
memberikan nama Pinot sebagai nama belakang Manohara adalah seseorang
berkewarganegaraan Jerman. Dengan kondisi seperti itu, Manohara juga bisa saja
memilih salah satu contoh kasus kewarganegaraan ganda berdasarkan keturunan dari
ayahnya. Ayah Manohara juga meminta Amerika Serikat untuk menangani kasus
tersebut karena Manohara mempunyai kewarganegaraan Amerika Serikat.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, kewarganegaraan seseorang yang
memiliki kewarganegaraan ganda harus diputuskan saat ia sudah mencapai usia 18
tahun atau sudah menikah. Menganut asas ini, Manohara yang pada waktu itu berusia
17 tahun sudah bisa memilih kewarganegaraan karena ia sudah menikah pada usia 16
tahun. Dengan begitu, status kewarganegaraan Manohara juga bisa berubah menjadi
kewarganegaraan Malaysia karena suaminya berkewarganegaraan Malaysia. Kasus
kewarganegaraan ganda ini menghambat pihak yang berwenang untuk mengambil
langkah hukum. Lebih – lebih kasus ini adalah kasus yang mengkaitkan hukum 2
negara, sehingga penanganannya tidak bisa dilakukan secara sepihak.

2. Kasus Kewarganegaraan Ganda Irfan Bachdim


Indonesia memiliki seorang pemain sepakbola yang mempunyai banyak
penggemar, bukan hanya karena keterampilannya bermain sepakbola, tapi juga karena
postur dan parasnya yang menawan. Akan tetapi, di awal karir Irfan Bachdim, ia
pernah mendapat tekanan dari beberapa pihak karena kasus kewarganegaraan ganda.
Pada tahun 2009, Irfan Bachdim memulai karir persebakbolaannya di Indonesia. Pada
waktu itu ia berusia hampir 21 tahun dan masih mempunyai dua kewarganegaraan.
Ia memiliki kewarganegaraan Indonesia dari ayahnya yang WNI, dan
mempunyai kewarganegaraan Belanda dari tempat ia dilahirkan dan dibesarkan.
Menurut undang-undang di Indonesia, kewarganegaraan seseorang yang
berkewarganegaraan ganda bisa diputuskan paling lambat 3 tahun setelah ia
menginjak usia 18 tahun. Agustus 2009 adalah batas akhir ia harus memilih
kewarganegaraannya. Karena jika tidak, ia akan kehilangan kesempatan mendapat
kewarganegaraan Indonesia. Jika ia tidak menjadi WNI, ia tidak akan bisa ikut
membela Indonesia dalam laga Internasional. Pasa waktu itu Irfan Bachdim adalah
pemain yang sangat diandalkan oleh timnas Indonesia untuk bertanding dalam piala
AFF (Asian Football Federation) tahun 2010. Pada akhirnya, putra dari Noval
Bachdim ini memilih untuk menjadi WNI sebelum usianya lebih dari 21 tahun.

3. Kasus Kewarganegaraan Ganda Cinta Laura


Siapa yang tidak kenal Cinta Laura? Aktris sekaligus penyanyi cantik ini
dikenal dengan gaya bicaranya yang khas. Cinta Laura juga diketahui pernah
mempunyai masalah dengan dua kewarganegaraan. Seperti yang kita tahu, ibu Cinta
Laura adalah WNI sedangkan ayahnya yang bernama belakang Kiehl adalah warga
negara Jerman. Pada saat usianya menginjak 18 tahun, sebagai publik figur, Cinta
banyak mendapat sorotan mengenai masalah kewarganegaraan nya. Waktu itupun ia
masih belum bisa memutuskan kewarganegaraan yang akan ia pilih. Ia mengaku
sangat mencintai Indonesia karena ia tinggal dan besar di Indonesia. Tapi karena
ambisinya untuk berkarir di kancah internasional, ia berpikiran bahwa
kewarganegaraan Jerman akan lebih memudahkan jalan karirnya di Amerika Serikat.
Banyak yang mencibir pernyataan Cinta Laura tersebut. Tapi saat ini ia telah memilih
kewarganegaraan Jerman dan ia telah aktif berkarir di Amerika Serikat.

4. Kasus Kewarganegaraan Ganda Gloria Natapradja


Pada saat peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke 71 pada tahun 2016,
masyarakat dihebohkan oleh pemberitaan seorang siswi anggota Pasukan Pengibar
Bendera yang tersandung kasus kewarganegaraan ganda. Siswi tersebut adalah Gloria
Natapradja, salah seorang anggota Paskibraka yang bertugas untuk mengibarkan
bendera pada saat upacara peringatan HUT RI di Istana Negara pada 17 Agustus
2016. Setelah menempuh seleksi dan latihan selama berbulan-bulan, Gloria
digugurkan dari formasi tepat dua hari sebelum upacara berlangsung. Hal itu terjadi
karena belakangan diketahui Gloria memiliki passpor Perancis. Gloria memang
dilahirkan dari pasangan berbeda kewarganegaraan. Ibunya seorang WNI dan
ayahnya warga negara Perancis. Selama ini kita tahu bahwa anak yang lahir dari
perkawinan berbeda kewarganageraan bisa mempunyai kewarganegaraan ganda
sebelum 18 tahun. Anak tersebut bisa memilih salah satu kewarganegaraan nya saat ia
telah menginjak 18 tahun. Dalam kasus Gloria, pihak keluarga menganggap Gloria
mempunyai hak selayaknya Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia. Dalam hal
ini hak untuk menjadi pasukan Paskibraka, karena ia belum menginjak 18 tahun maka
ia otomatis mempunyai dua kewarganegaraan.
Akan tetapi, hukum berkata lain. Gloria lahir pada saat undang-undang tentang
kewarganegaraan tersebut disahkan. Sehingga, Gloria tidak bisa otomatis mendapat
kewarganegaraan ganda. Gloria seharusnya mendaftar permohonan menjadi WNI
paling lambat empat tahun setelah ia lahir. Dengan kata lain, permohonan sebagai
syarat Cara Memperoleh Kewarganegaraan Indonesiatersebut seharusnya dilakukan
paling lambat tahun 2010. Kasus tersebut terus berlanjut hingga peradilan Mahkamah
Konstitusi yang menjalankan Tugas Dan Wewenang Lembaga Yudikatif. Keluarga
Gloria terus memperjuangkan hak nya untuk menjadi warga negara Indonesia dan
menuntut undang-undang untuk diubah. Akan tetapi, permohonan Gloria ditolak oleh
Mahkamah Konstitusi pada Agustus 2017.

5. Kasus Kewarganegaraan Ganda Archandra Tahar


Berbeda dengan kasus sebelumnya dimana warga negara yang tersebut diatas
mengalami kasus kewarganegaraan ganda pada saat usianya belum mencapai 18 tahun
dengan batas maksimal 3 tahun setelahnya, kasus ini lebih pelik. Archandra Tahar
adalah salah seorang pejabat tinggi negara yang dilantik dengan jabatan Menteri
ESDM pada Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo. Archandra dilantik menjadi
Menteri ESDM pada 27 Juli 2016. Kurang dari sebulan setelah itu, muncul dugaan
bahwa Archandra memiliki kewarganegaraan ganda. Hal itu terbukti dengan
kepemilikan paspor Amerika Serikat. Sebelum menjadi menteri, Archandra memang
menempuh pendidikan dan bekerja di Amerika Serikat. Akan tetapi, beliau lahir dan
besar di Indonesia. Seperti yang kita tahu, hukum Indonesia tidak mengakui
kewarganegaraan ganda untuk warga negara di atas 18 tahun dengan kondisi apapun.
Kasus kewarganegaraan ganda tersebut membuat Archandra diberhentikan
secara terhormat dari jabatannya sebagai menteri ESDM pada 27 Juli 2016. Selain itu,
ia juga terancam kehilangan kewarganegaraan Indonesia. Akan tetapi, sebelum
dilantik menjadi menteri ternyata beliau telah mengajukan permohonan kehilangan
kewarganegaraan pada Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia. Permohonan
tersebut disetujui tepat setelah jabatannya sebagai menteri dilepaskan. Meskipun
begitu, beliau berhasil mempertahankan kewarganegaraan Indonesia nya.
Dalam hal ini, sebenarnya Presiden Joko Widodo bisa saja
menggunakan Kekuasaan Eksekutif Presiden untuk memberikan kewarganegaraan
kepada Archandra melalui proses naturalisasi apabila Archandra memang dinilai
berjasa bagi Indonesia. Akan tetapi sikap Archandra yang cenderung menutupi
statusnya sebelum beliau dipilih menjadi menteri membuat kasus ini lebih rumit.
Setelah semua kasus kewarganegaraan ganda tersebut selesai, Archandra Tahar
diangkat menjadi Wakil Menteri ESDM mendampingi Ignasius Jonan yang dilantik
menjadi Menteri ESDM pada 14 Oktober 2016.
Demikian beberapa contoh kasus kewarganegaraan ganda yang terjadi di
Indonesia. Semoga bisa dijadikan pelajaran dan agar kita sebagai WNI bisa lebih
menghargai arti penting kewarganegaraan. Jangan sampai kita kehilangan
kewarganegaraan Indonesia, karena ternyata ada yang bersusah payah untuk berjuang
mendapat pengakuan kewarganegaraan dari Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai