GEMA BAHASA
Gerakan Bersama Melestarikan Bahasa Daerah
pada Generasi Muda melalui Program Kedai Kopi Multilingual di DKI Jakarta
Demikian proposal kegiatan Krida Kebahasaan dan Kesastraan: Judul Krida Gema
Bahasa: Gerakan Bersama Melestarikan Bahasa Daerah pada Generasi Muda melalui
Program Kedai Kopi Multilingual di DKI Jakarta ini kami susun sebagai bentuk
pertanggungjawaban substantif pelaksana kegiatan sesuai dengan hasil dan kondisi kegiatan
yang sebenarnya. Apabila pada kemudian hari ditemukan kesalahan isi dan/atau redaksi
proposal ini, ketua kelompok kegiatan akan melakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
Mengetahui,
Koordinator KKLP Pembinaan dan Bahasa Hukum,
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
https://jmb.lipi.go.id/jmb/article/download/245/223/475
3
budaya daerah dengan kebudayaan baru dari luar negeri seperti Kpop, Jpop, Budaya Barat,
dll. Bahaya laten ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat. Masyarakat lebih
memilih budaya asing yang lebih praktis dan sesuai dengan perkembangan zaman (Ermawan,
2017:8). Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa lingkungan yang tidak mendukung dapat
menimbulkan bahaya laten berupa berkurangnya kesadaran masyarakat yang menyebabkan
tergerusnya budaya daerah dengan kebudayaan luar negeri.
Untuk menjaga keberlangsungan dan kelestarian bahasa daerah, generasi muda
sebagai generasi yang akan meneruskan tongkat estafet kepemimpinan haruslah dipersiapkan.
Oleh karena itu, tantangan yang sebenarnya dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam era
globalisasi ini ialah menyiapkan secara matang generasi muda penerus bangsa dengan
semangat nasionalisme yang tinggi dalam menjaga eksistensi budaya daerahnya (Ermawan,
2017:8). Dengan demikian, tindakan-tindakan untuk melestarikan bahasa daerah haruslah
berorientasi kepada generasi muda.
Pemuda dapat didefinisikan sebagai warga negara Indonesia yang berusia 16–30
tahun berdasarkan pasal 1 ayat 1 UU Kepemudaan. Dilansir dari BPS, Generasi Z adalah
rentang generasi yang mendominasi generasi muda dengan jumlah sebanyak 25,87% dari
total populasi Indonesia saat ini. Generasi Z adalah warga negara Indonesia dengan rentang
umur berusia 10–26 tahun per Juli 2022. Sebagai generasi yang mendominasi, Generasi Z
adalah target utama yang harus disasar untuk meningkatkan kesadaran pemuda terhadap
bahasa daerah. Dengan demikian, karakteristik Generasi Z harus kita lihat lebih lanjut untuk
dapat menyusun kegiatan yang tepat sasaran.
Untuk melihat karakter dari Generasi Z, kita dapat menganalisanya dari pengeluaran
yang mereka keluarkan. Generasi Z banyak menghabiskan uang yang mereka miliki pada tiga
sektor, yakni sektor makanan dan minuman, pakaian, dan peralatan elektronik (Malini, 2021).
Berdasarkan data tersebut, sektor makanan dan minuman menarik untuk diulik karena pada
sektor inilah Generasi Z banyak menghabiskan uang yang mereka miliki. Tren industri
makanan dan minuman saat ini adalah tumbuh suburnya kedai kopi di Indonesia (Ilijevski,
2016; Sardoni et al., 2019). Perkembangan tren pada sektor makanan dan minuman ini
disambut baik oleh generasi muda. Konsumsi kopi oleh remaja di Jakarta meningkat
berdasarkan International Coffee Organization Indonesia (2017). Generasi muda Indonesia,
khususnya Jakarta, hampir setiap hari melakukan kegiatan menikmati kopi di kedai kopi
favorit mereka baik itu modern maupun tradisional. Sebagai tempat yang biasa dikunjungi
oleh generasi muda masa kini, kedai kopi merupakan lokasi yang tepat untuk menjadi sarana
yang tepat dalam melakukan kegiatan yang menargetkan generasi muda.
Salah satu contoh penggunaan kedai kopi sebagai media untuk kegiatan yang
menargetkan generasi muda adalah kedai kopi “Kopi Tuli”. Hadirnya kedai kopi “Kopi Tuli”
disebabkan oleh sebuah keinginan yang dialami oleh para disabilitas yang menginginkan
sebuah pengakuan masyarakat bahwa mereka juga bisa mandiri dan sejajar dengan
masyarakat biasa lainnya dalam berkreasi dan berinovasi bekerja dalam mencari penghidupan
(Putri, Ali:2020). Hal ini bisa dijadikan referensi konsep program yang unik karena memiliki
tujuan untuk menjawab permasalahan yang ada di masyarakat dan bisa dikembangkan untuk
menjadikan jawaban bagi permasalahan penggunaan bahasa daerah pada generasi muda saat
ini melalui kedai kopi.
4
Kedai “Kopi Tuli” adalah contoh implementasi yang baik dalam menciptakan
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kepedulian anak muda terhadap satu isu. Kedai
kopi inilah yang kemudian menjadi dasar untuk membuat gerakan serupa yang bergerak pada
isu bahasa daerah. Gerakan ini bernama “Gema Bahasa : Kedai Kopi Multilingual”. Gema
merupakan akronim dari Gerakan Bersama sementara bahasa mereferensikan pada bahasa
daerah. Kedai Kopi Multilingual mereferensikan bentuk gerakan ini yang akan berkolaborasi
dengan toko kopi sebagai media untuk mengaktualisasikan penerapan penggunaan bahasa
daerah secara aktif. Dalam implementasinya, segala tindakan transaksional jual beli di toko
kopi tersebut akan menggunakan bahasa daerah. Selayaknya peribahasa “Tak Kenal Maka
Tak Sayang”, gerakan ini diharapkan dapat memantik rasa penasaran dan sayang para penutur
dengan membuat mereka mengenali terlebih dahulu penggunaan bahasa daerah sederhana
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam implementasinya, pengunjung ataupun pegawai kedai
kopi nantinya dapat menggunakan panduan bahasa yang dibuat oleh tim penyelenggara.
Pengunjung yang menggunakan bahasa daerah dalam proses transaksionalnya akan diberikan
hadiah berupa sedotan baja anti karat yang praktis dan implementatif terutama apabila
mereka memesan minuman.
Pengimplementasian ide “Gema Bahasa: Kedai Kopi Multilingual” memerlukan kedai
kopi dengan lokasi strategis. Lokasi strategis yang dimaksud memiliki arti bahwa kedai kopi
itu berada di daerah yang sering dikunjungi oleh anak muda. Berdasarkan definisi tersebut,
kami memilih daerah Cikajang, Jakarta Selatan sebagai daerah untuk melaksanakan ide
“Gema Bahasa: Kedai Kopi Multilingual”, tempat pelaksanaan ide tersebut mengambil
tempat di kedai kopi yang berada di daerah Cikajang serta memiliki konsumen utama
generasi muda. Pemilihan tempat di Cikajang didasari oleh konsentrasi perkumpulan anak
muda yang kuat di daerah tersebut. Terlebih lagi, fenomena bahasa Prokem yang terjadi di
daerah Jakarta Selatan, yang sering digunakan oleh anak muda dengan mencampurkan bahasa
Indonesia dan bahasa asing, menjadi salah satu hal yang kami konsentrasikan dalam tujuan
melestarikan bahasa daerah di Jakarta Selatan. Dengan kriteria yang telah disebutkan
sebelumnya, kami memilih Kopi Kalyan yang berada di Cikajang, Jakarta Selatan sebagai
tempat pelaksanaan ide “Gema Bahasa: Kedai Kopi Multilingual”.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan kesadaran generasi muda akan pentingnya pelestarian bahasa daerah di tengah
kondisi masyarakat multilingual di DKI Jakarta.
2. Memperkenalkan kosakata bahasa daerah bagi penutur yang belum mengetahui kosakata
bahasa daerah (Melayu Betawi, Jawa, Sunda) sama sekali.
3. Meningkatkan intensitas penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari bagi
penutur yang telah mengetahui kosakata bahasa daerah (Melayu Betawi, Jawa, Sunda)
4. Memberikan ruang bagi generasi muda agar dapat menuturkan bahasa daerah secara aktif.
1.3. Manfaat
Adapun manfaat dari kegiatan ini adalah sebagai berikut.
1. Meningkatnya eksistensi bahasa daerah di tengah multikulturalisme DKI Jakarta.
2. Generasi muda dapat mengenali berbagai bahasa daerah (Melayu Betawi, Jawa, Sunda).
5
3. Generasi muda dapat menjadi penutur bahasa daerah (Melayu Betawi, Jawa, Sunda).
4. Generasi muda dapat menjadi agen pelestari dalam pelestarian bahasa daerah.
1.4. Sasaran
Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah generasi muda usia 18–25 tahun.
1.7. Pembiayaan
Adapun rincian pembiayaan sebagai berikut.
6
No Kebutuhan Jumlah Satuan Harga Satuan Total
7
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
8
24 Juli 2022 Finalisasi proposal krida kebahasaan Daring
dan kesastraan.
Daring
25 Juli 2022 Presentasi proposal krida kebahasaan
dan kesastraan.
Menyesuaikan
Tahap 26 Juli 2022 Menyusun panduan bahasa Indonesia,
Persiapan melakukan koordinasi dengan pemilik
Kegiatan kedai kopi, penutur asli bahasa
daerah, dan pemengaruh media sosial
Menyesuaikan
27 Juli 2022 Menyusun panduan bahasa daerah
Sunda dan Melayu Betawi bersama
penutur asli. Selain itu, membuat surel
serta kanal Instagram sebagai media
publikasi program.
Menyesuaikan
28 Juli 2022 Menyusun panduan bahasa daerah
Jawa bersama penutur asli dan
membeli sedotan baja anti karat
sebagai suvenir pengunjung Kedai
Kopi Multilingual yang melakukan
Gema Bahasa.
Daring
29 Juli 2022 Finalisasi panduan bahasa daerah
Sunda, Jawa, dan Melayu Betawi.
Daring
30 Juli 2022 Mempersiapkan borang evaluasi
untuk pengunjung tempat
terlaksananya program Kedai Kopi
Multilingual.
Daring
31 Juli 2022 Mempersiapkan desain spanduk x
Gema Bahasa untuk di Kedai Kopi
Multilingual.
9
Daring
1 Agustus Mempersiapkan desain plakat untuk
2022 suvenir untuk tempat dilaksanakannya
program Kedai Kopi Multilingual.
Toko
3 Agustus Mencetak desain-desain untuk percetakan
2022 pelaksanaan Gema Bahasa.
Daring
4 Agustus Menindaklanjuti hasil koordinasi
2022 dengan pemengaruh media sosial.
10
15 Agustus Penyusunan laporan
2022 pertanggungjawaban krida kebahasaan
Tahap Evaluasi dan kesastraan Gema Bahasa.
Kegiatan
11
populasi suku terbanyak singkat.
di DKI Jakarta.
12
pemengaruh untuk
menyebarkan kegiatan
yang dilakukan
sehingga mengundang
pengunjung untuk
hadir.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Gema Bahasa atau Gerakan Bersama Melestarikan Bahasa Daerah diharapkan mampu
menjadi solusi bagi keterbatasan informasi terkait bahasa daerah yang ada di DKI Jakarta
pada generasi muda kini. Selain itu, harapan dengan terselenggaranya krida ini, generasi
muda dapat tergugah dan menyadari pentingnya melestarikan bahasa daerah yang ada di
Indonesia.
3.2. Rekomendasi
Berpandangan dari usulan dan program yang akan diusung oleh tim pelaksana,
harapan selanjutnya adalah adanya rekomendasi yang akan disampaikan dari pihak Ikatan
Duta Bahasa DKI Jakarta serta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa selaku pihak
yang menaungi adanya Krida Kebahasan dan Kesastraan.
14
REFERENSI
Putri, A. V., & Ali, D. S. (2020). Strategi komunikasi Pemasaran Terpadu Coffee Shop
Kopi Tuli. Communiverse : Jurnal Ilmu Komunikasi, 5(2), 95–108.
https://doi.org/10.36341/cmv.v5i2.1438
Nurikhsan, F., Indrianie, W. S., & Safitri , D. (2019). FENOMENA COFFEE SHOP DI
KALANGAN KONSUMEN REMAJA, 9(2).
15
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil polling penggunaan bahasa daerah pada generasi muda masa kini.
16