Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL KEGIATAN

KRIDA KEBAHASAAN DAN KESASTRAAN

GEMA BAHASA
Gerakan Bersama Melestarikan Bahasa Daerah
pada Generasi Muda melalui Program Kedai Kopi Multilingual di DKI Jakarta

PEMILIHAN DUTA BAHASA TINGKAT PROVINSI DKI JAKARTA

Krida Kebahasaan dan Kesastraan Kelompok 5:


Mufid Muhammad Alfayid
Arsyiela Azzahra Hatifah
Muhammad Rifqi Al Muiz
Daffa Aqilah Sofiyan
Anisya Septia Andari
Ruth Gracia

PUSAT PEMBINAAN BAHASA DAN SASTRA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
2022
LEMBAR PERIKSA PROPOSAL KEGIATAN

Demikian proposal kegiatan Krida Kebahasaan dan Kesastraan: Judul Krida Gema
Bahasa: Gerakan Bersama Melestarikan Bahasa Daerah pada Generasi Muda melalui
Program Kedai Kopi Multilingual di DKI Jakarta ini kami susun sebagai bentuk
pertanggungjawaban substantif pelaksana kegiatan sesuai dengan hasil dan kondisi kegiatan
yang sebenarnya. Apabila pada kemudian hari ditemukan kesalahan isi dan/atau redaksi
proposal ini, ketua kelompok kegiatan akan melakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Telah diperiksa oleh Jakarta, 29 Juli 2022


Ketua Ikatan Duta Bahasa, Ketua Kelompok Krida,

Akbar Renaldy Mufid Muhammad Alfayid

Mengetahui,
Koordinator KKLP Pembinaan dan Bahasa Hukum,

Kity Karenisa, M.A.


NIP.19760310200112200

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) tahun 2010 yang diselenggarakan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Provinsi DKI Jakarta telah mencapai 9,5 juta
jiwa dan ternyata hasil tersebut mengungkapkan bahwa penduduk Provinsi DKI Jakarta
didominasi oleh Suku Jawa (3,453 juta jiwa); Suku Betawi (2,700 juta); Sunda (1,395 juta);
Tionghoa (632 ribu); Batak (327 ribu); diikuti oleh Suku Minangkabau (272 ribu); dan
Melayu (92 ribu). Terkait eksistensi bahasa daerah, berdasarkan data SIL (2001), bahasa yang
jumlah penuturnya cukup banyak di Indonesia diantaranya bahasa Jawa (75.200.000
penutur), bahasa Sunda (27.000.000 penutur), bahasa Melayu (20.000.000 penutur), bahasa
Madura (13.694.000 penutur), bahasa Minangkabau (6.500.000 penutur), serta bahasa Batak
(5.150.000 penutur).
Berdasarkan dari data tersebut, masyarakat DKI Jakarta pada masa sekarang, hidup
dalam kondisi multikultural. Hal ini yang menjadikan generasi muda kini minim
menggunakan bahasa daerah di kehidupan sehari-hari karena banyak budaya yang menjadi
satu dan keterbatasan pengetahuan bahasa daerah antarbudaya. Menurut data dari Litbang
Kompas.com, minimnya penggunaan bahasa daerah ini disebabkan oleh penutur tidak
menguasai bahasa daerah semenjak kecil serta banyak pendatang yang menetap di luar
daerah. Hal ini didukung dengan hasil polling yang dibuat di kanal Instagram. polling ini diisi
oleh 108 orang dengan rentang usia 18–26 tahun. Berdasarkan hasil polling tersebut,
tergambarkan bahwa generasi muda banyak yang mengetahui bahasa daerah. Akan tetapi,
beberapa menganggap bahwa pengetahuan bahasa daerah yang dimiliki masih minim dan
tidak yakin untuk dapat menuturkannya. Fakta menariknya ialah ternyata mayoritas
responden yang mengetahui bahasa daerah beranggapan bahwa tidak merasa sungkan untuk
menuturkan di kehidupan sehari-hari apabila lingkungannya mendukung serta mayoritas
responden juga memiliki rasa ingin tahu lebih lanjut untuk mempelajari bahasa daerah lain
selain yang mereka ketahui. Hal tersebut merepresentasikan bahwa penyebab utama
minimnya bahasa daerah adalah lingkungannya yang tidak mendukung.
Bahasa daerah sendiri memiliki urgensi untuk dilakukan pelestarian mengingat
adanya masalah utama dalam pelestarian bahasa daerah yakni kepunahan bahasa daerah.
Faktor-faktor kepunahan bahasa daerah, diantaranya yaitu : 1) pengaruh bahasa mayoritas di
mana bahasa daerah tersebut digunakan; 2) penutur bilingual atau bahkan multilingual; 3)
globalisasi; 4) migrasi; 5) perkawinan antaretnik; 6) bencana alam dan musibah; 7)
kurangnya penghargaan masyarakat; 8) kurangnya intensitas komunikasi bahasa daerah; 9)
ekonomi; serta 10) penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.1 Sehingga, jika
dikaitkan dengan kondisi masyarakat DKI Jakarta yang beragam bahasanya karena beragam
kulturnya, tindakan pelestarian bahasa daerah menjadi sangat penting untuk direalisasikan.
Perkembangan teknologi saat ini menimbulkan fenomena baru bernama globalisasi.
Globalisasi menyebabkan dunia semakin terinterkoneksi antara satu daerah ke daerah
lainnya. Fenomena ini menghasilkan dampak baru, yaitu bahaya laten berupa tergerusnya

1
https://jmb.lipi.go.id/jmb/article/download/245/223/475

3
budaya daerah dengan kebudayaan baru dari luar negeri seperti Kpop, Jpop, Budaya Barat,
dll. Bahaya laten ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat. Masyarakat lebih
memilih budaya asing yang lebih praktis dan sesuai dengan perkembangan zaman (Ermawan,
2017:8). Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa lingkungan yang tidak mendukung dapat
menimbulkan bahaya laten berupa berkurangnya kesadaran masyarakat yang menyebabkan
tergerusnya budaya daerah dengan kebudayaan luar negeri.
Untuk menjaga keberlangsungan dan kelestarian bahasa daerah, generasi muda
sebagai generasi yang akan meneruskan tongkat estafet kepemimpinan haruslah dipersiapkan.
Oleh karena itu, tantangan yang sebenarnya dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam era
globalisasi ini ialah menyiapkan secara matang generasi muda penerus bangsa dengan
semangat nasionalisme yang tinggi dalam menjaga eksistensi budaya daerahnya (Ermawan,
2017:8). Dengan demikian, tindakan-tindakan untuk melestarikan bahasa daerah haruslah
berorientasi kepada generasi muda.
Pemuda dapat didefinisikan sebagai warga negara Indonesia yang berusia 16–30
tahun berdasarkan pasal 1 ayat 1 UU Kepemudaan. Dilansir dari BPS, Generasi Z adalah
rentang generasi yang mendominasi generasi muda dengan jumlah sebanyak 25,87% dari
total populasi Indonesia saat ini. Generasi Z adalah warga negara Indonesia dengan rentang
umur berusia 10–26 tahun per Juli 2022. Sebagai generasi yang mendominasi, Generasi Z
adalah target utama yang harus disasar untuk meningkatkan kesadaran pemuda terhadap
bahasa daerah. Dengan demikian, karakteristik Generasi Z harus kita lihat lebih lanjut untuk
dapat menyusun kegiatan yang tepat sasaran.
Untuk melihat karakter dari Generasi Z, kita dapat menganalisanya dari pengeluaran
yang mereka keluarkan. Generasi Z banyak menghabiskan uang yang mereka miliki pada tiga
sektor, yakni sektor makanan dan minuman, pakaian, dan peralatan elektronik (Malini, 2021).
Berdasarkan data tersebut, sektor makanan dan minuman menarik untuk diulik karena pada
sektor inilah Generasi Z banyak menghabiskan uang yang mereka miliki. Tren industri
makanan dan minuman saat ini adalah tumbuh suburnya kedai kopi di Indonesia (Ilijevski,
2016; Sardoni et al., 2019). Perkembangan tren pada sektor makanan dan minuman ini
disambut baik oleh generasi muda. Konsumsi kopi oleh remaja di Jakarta meningkat
berdasarkan International Coffee Organization Indonesia (2017). Generasi muda Indonesia,
khususnya Jakarta, hampir setiap hari melakukan kegiatan menikmati kopi di kedai kopi
favorit mereka baik itu modern maupun tradisional. Sebagai tempat yang biasa dikunjungi
oleh generasi muda masa kini, kedai kopi merupakan lokasi yang tepat untuk menjadi sarana
yang tepat dalam melakukan kegiatan yang menargetkan generasi muda.
Salah satu contoh penggunaan kedai kopi sebagai media untuk kegiatan yang
menargetkan generasi muda adalah kedai kopi “Kopi Tuli”. Hadirnya kedai kopi “Kopi Tuli”
disebabkan oleh sebuah keinginan yang dialami oleh para disabilitas yang menginginkan
sebuah pengakuan masyarakat bahwa mereka juga bisa mandiri dan sejajar dengan
masyarakat biasa lainnya dalam berkreasi dan berinovasi bekerja dalam mencari penghidupan
(Putri, Ali:2020). Hal ini bisa dijadikan referensi konsep program yang unik karena memiliki
tujuan untuk menjawab permasalahan yang ada di masyarakat dan bisa dikembangkan untuk
menjadikan jawaban bagi permasalahan penggunaan bahasa daerah pada generasi muda saat
ini melalui kedai kopi.

4
Kedai “Kopi Tuli” adalah contoh implementasi yang baik dalam menciptakan
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kepedulian anak muda terhadap satu isu. Kedai
kopi inilah yang kemudian menjadi dasar untuk membuat gerakan serupa yang bergerak pada
isu bahasa daerah. Gerakan ini bernama “Gema Bahasa : Kedai Kopi Multilingual”. Gema
merupakan akronim dari Gerakan Bersama sementara bahasa mereferensikan pada bahasa
daerah. Kedai Kopi Multilingual mereferensikan bentuk gerakan ini yang akan berkolaborasi
dengan toko kopi sebagai media untuk mengaktualisasikan penerapan penggunaan bahasa
daerah secara aktif. Dalam implementasinya, segala tindakan transaksional jual beli di toko
kopi tersebut akan menggunakan bahasa daerah. Selayaknya peribahasa “Tak Kenal Maka
Tak Sayang”, gerakan ini diharapkan dapat memantik rasa penasaran dan sayang para penutur
dengan membuat mereka mengenali terlebih dahulu penggunaan bahasa daerah sederhana
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam implementasinya, pengunjung ataupun pegawai kedai
kopi nantinya dapat menggunakan panduan bahasa yang dibuat oleh tim penyelenggara.
Pengunjung yang menggunakan bahasa daerah dalam proses transaksionalnya akan diberikan
hadiah berupa sedotan baja anti karat yang praktis dan implementatif terutama apabila
mereka memesan minuman.
Pengimplementasian ide “Gema Bahasa: Kedai Kopi Multilingual” memerlukan kedai
kopi dengan lokasi strategis. Lokasi strategis yang dimaksud memiliki arti bahwa kedai kopi
itu berada di daerah yang sering dikunjungi oleh anak muda. Berdasarkan definisi tersebut,
kami memilih daerah Cikajang, Jakarta Selatan sebagai daerah untuk melaksanakan ide
“Gema Bahasa: Kedai Kopi Multilingual”, tempat pelaksanaan ide tersebut mengambil
tempat di kedai kopi yang berada di daerah Cikajang serta memiliki konsumen utama
generasi muda. Pemilihan tempat di Cikajang didasari oleh konsentrasi perkumpulan anak
muda yang kuat di daerah tersebut. Terlebih lagi, fenomena bahasa Prokem yang terjadi di
daerah Jakarta Selatan, yang sering digunakan oleh anak muda dengan mencampurkan bahasa
Indonesia dan bahasa asing, menjadi salah satu hal yang kami konsentrasikan dalam tujuan
melestarikan bahasa daerah di Jakarta Selatan. Dengan kriteria yang telah disebutkan
sebelumnya, kami memilih Kopi Kalyan yang berada di Cikajang, Jakarta Selatan sebagai
tempat pelaksanaan ide “Gema Bahasa: Kedai Kopi Multilingual”.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan kesadaran generasi muda akan pentingnya pelestarian bahasa daerah di tengah
kondisi masyarakat multilingual di DKI Jakarta.
2. Memperkenalkan kosakata bahasa daerah bagi penutur yang belum mengetahui kosakata
bahasa daerah (Melayu Betawi, Jawa, Sunda) sama sekali.
3. Meningkatkan intensitas penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari bagi
penutur yang telah mengetahui kosakata bahasa daerah (Melayu Betawi, Jawa, Sunda)
4. Memberikan ruang bagi generasi muda agar dapat menuturkan bahasa daerah secara aktif.

1.3. Manfaat
Adapun manfaat dari kegiatan ini adalah sebagai berikut.
1. Meningkatnya eksistensi bahasa daerah di tengah multikulturalisme DKI Jakarta.
2. Generasi muda dapat mengenali berbagai bahasa daerah (Melayu Betawi, Jawa, Sunda).

5
3. Generasi muda dapat menjadi penutur bahasa daerah (Melayu Betawi, Jawa, Sunda).
4. Generasi muda dapat menjadi agen pelestari dalam pelestarian bahasa daerah.

1.4. Sasaran
Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah generasi muda usia 18–25 tahun.

1.5. Indikator Keberhasilan


Adapun indikator keberhasilan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut.
1. Terdapat 150 pengunjung Kedai Kopi Multilingual berusia 18–25 tahun yang hadir dalam
kurun waktu 9 (sembilan) hari sebagai target agen pelestari bahasa daerah.
2. Mendapatkan 75% penilaian “sangat bermanfaat” serta rentang nilai 61 hingga 100 pada
borang evaluasi bagian “Seberapa bermanfaat program ini dalam pelestarian bahasa daerah
(Melayu Betawi, Jawa, Sunda) di DKI Jakarta?” yang disediakan penyelenggara program.
3. Menjangkau 1000 orang pengguna media sosial melalui konten yang dibuat oleh pemengaruh
media sosial.

1.6. Tahapan Kegiatan


1. Tahapan Observasi Awal
Pada tahap ini kami sebagai penyelenggara program akan melakukan penggalian ide
kegiatan, penyusunan lini masa, serta anggaran hingga pembuatan proposal kegiatan.
2. Tahapan Persiapan Kegiatan
Pada tahap ini kami sebagai penyelenggara program akan mempersiapkan kebutuhan
panduan penggunaan bahasa daerah yang akan digunakan di Kedai Kopi Multilingual,
berkoordinasi dengan pihak pemilik kedai kopi, pembuatan kanal Instagram sebagai media
publikasi kegiatan secara daring dan pemengaruh media sosial, dan mempersiapkan
kebutuhan yang akan digunakan dalam implementasi kegiatan.
3. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
Pada tahap ini kami sebagai penyelenggara program akan melakukan implementasi program
Kedai Kopi Multilingual dengan menyediakan panduan bahasa daerah bagi pelayan dan
pengunjung kedai kopi untuk proses pemesanan. Selain itu, kami juga melakukan
pemantauan keberhasilan atas implementasi kegiatan tersebut melalui borang yang kami
sediakan dan membangun citra di media sosial melalui konten kreatif dari pemengaruh.
4. Tahapan Evaluasi Kegiatan
Pada tahap ini kami sebagai penyelenggara program akan menyusun laporan kegiatan dan
melakukan evaluasi dari program yang telah kami rencanakan melalui borang yang telah diisi
pengunjung dan eksposur dari pemengaruh media sosial.

1.7. Pembiayaan
Adapun rincian pembiayaan sebagai berikut.

6
No Kebutuhan Jumlah Satuan Harga Satuan Total

1 Mencetak panduan bahasa 3 rangkap Rp10.000,00 Rp30.000,00


daerah

2 Mencetak stiker kode respons 1 lembar Rp15.000,00 Rp15.000,00


cepat panduan bahasa daerah A3

3 Mencetak ornamen dekorasi 7 lembar Rp8.000,00 Rp56.000,00


informasi tentang bahasa A3
daerah

4 Spanduk X 2 buah Rp75.000,00 Rp150.000,00

5 Mencetak Spanduk Kedai Kopi 1 3x1 Meter Rp40.000,00 Rp120.000,00


Multilingual

6 Hadiah untuk penutur terpilih 200 buah Rp5.000,00 Rp1.000.000,00


(sedotan baja anti karat)

7 Wadah untuk hadiah 200 buah Rp1.500,00 Rp300.000,00

8 Honorarium pemengaruh 4 orang Rp250.000,00 Rp1.000.000,00

9 Konsumsi tamu undangan 10 orang Rp50.000 Rp500.000


pembukaan

10 Konsumsi panitia 8 orang Rp100.000,00 Rp800.000,00

11 Honorarium penutur asli 3 orang Rp200.000,00 Rp600.000,00

12 Piagam penghargaan 1 buah Rp150.000,00 Rp150.000,00

Total Keseluruhan Rp4.721.000,00

7
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1. Waktu dan Tempat Kegiatan


Tempat : Kopka (Kopi & Kamu) di Cipete, Jakarta Selatan
Waktu : 6 Agustus 2022–14 Agustus 2022 .

2.2. Penanggung Jawab :


1. Muhammad Firda Azil
2. Siti Farah
Panitia :
Ketua Pelaksana : Mufid Muhammad Alfayid
Sekretaris : Arsyiela Azzahra Hatifah
Bendahara : Muhammad Rifqi Al Muiz
Seksi Acara : Daffa Aqilah Sofiyan
Kreatif : Ruth Gracia
Publikasi : Anisya Septia Andari

2.3. Jadwal Kegiatan


Berikut merupakan rangkaian kegiatan Gema Bahasa.

Tahap Waktu Kegiatan Tempat

Tahap 19 Juli 2022 Bertukar pikiran mengenai topik krida Daring


Observasi kebahasaan dan kesastraan.
Awal
20 Juli 2022 Menentukan urgensi dari krida yang
dipakai.

21 Juli 2022 Mengumpulkan ide krida kebahasaan


dan kesastraan.

22 Juli 2022 Menentukan krida yang ingin


direalisasikan.

23 Juli 2022 Menyusun proposal krida kebahasaan Kedai kopi


dan kesastraan. Palstone

8
24 Juli 2022 Finalisasi proposal krida kebahasaan Daring
dan kesastraan.

Daring
25 Juli 2022 Presentasi proposal krida kebahasaan
dan kesastraan.

Menyesuaikan
Tahap 26 Juli 2022 Menyusun panduan bahasa Indonesia,
Persiapan melakukan koordinasi dengan pemilik
Kegiatan kedai kopi, penutur asli bahasa
daerah, dan pemengaruh media sosial

Menyesuaikan
27 Juli 2022 Menyusun panduan bahasa daerah
Sunda dan Melayu Betawi bersama
penutur asli. Selain itu, membuat surel
serta kanal Instagram sebagai media
publikasi program.

Menyesuaikan
28 Juli 2022 Menyusun panduan bahasa daerah
Jawa bersama penutur asli dan
membeli sedotan baja anti karat
sebagai suvenir pengunjung Kedai
Kopi Multilingual yang melakukan
Gema Bahasa.

Daring
29 Juli 2022 Finalisasi panduan bahasa daerah
Sunda, Jawa, dan Melayu Betawi.

Daring
30 Juli 2022 Mempersiapkan borang evaluasi
untuk pengunjung tempat
terlaksananya program Kedai Kopi
Multilingual.

Daring
31 Juli 2022 Mempersiapkan desain spanduk x
Gema Bahasa untuk di Kedai Kopi
Multilingual.

9
Daring
1 Agustus Mempersiapkan desain plakat untuk
2022 suvenir untuk tempat dilaksanakannya
program Kedai Kopi Multilingual.

2 Agustus Melakukan tinjauan pada lokasi yang Kedai Kopi


2022 akan menjadi tempat dilaksanakannya Multilingual
program Kedai Kopi Multilingual
dilaksanakan dan menyerahkan
panduan bahasa daerah kepada pihak
kedai kopi untuk dipelajari.

Toko
3 Agustus Mencetak desain-desain untuk percetakan
2022 pelaksanaan Gema Bahasa.

Daring
4 Agustus Menindaklanjuti hasil koordinasi
2022 dengan pemengaruh media sosial.

5 Agustus Mendekorasi Kedai Kopi Multilingual Kedai Kopi


2022 dengan menempelkan kode respons Multilingual
cepat yang berisi panduan bahasa
pada setiap meja dan meletakkan
spanduk x.

Tahap 6–14 Agustus Meluncurkan program Gema Bahasa Kedai Kopi


Pelaksanaan 2022 di Kedai Kopi Multilingual Multilingual
Kegiatan dan media
sosial

Mengundang pemengaruh untuk Kedai Kopi


membuat konten menarik agar Multilingual
menjangkau lebih banyak orang di
media sosial.

Pemantauan pelaksanaan melalui Daring


borang yang diisi oleh pengunjung
Kedai Kopi Multilingual.

10
15 Agustus Penyusunan laporan
2022 pertanggungjawaban krida kebahasaan
Tahap Evaluasi dan kesastraan Gema Bahasa.
Kegiatan

16 Agustus Finalisasi laporan


2022 pertanggungjawaban krida kebahasaan
dan kesastraan Gema Bahasa.

2.4. Metode Pelaksanaan Kegiatan


Pelaksanaan Gema Bahasa dilakukan secara tatap muka. Kegiatan tatap muka Gema
Bahasa, yaitu program “Kedai Kopi Multilingual” merupakan sebuah gerakan yang
dilakukan untuk menyediakan wadah yang inklusi untuk penggunaan bahasa daerah
melalui kedai kopi. Sebagai langkah awal, kami akan berkolaborasi dengan satu kedai
kopi di DKI Jakarta untuk mulai mengenalkan bahasa daerah yang beragam (bahasa Jawa,
bahasa Sunda, dan bahasa Melayu-Betawi) melalui proses pemesanan makanan dan/atau
minuman. Kami akan menyediakan panduan penggunaan bahasa daerah bagi pelayan
kedai kopi dan pengunjung kedai kopi yang dapat digunakan pada saat melakukan
pemesanan makanan dan/atau minuman. Sebagai bentuk apresiasi, pengunjung yang
tertarik mencobanya akan mendapatkan hadiah apresiasi dari penyelenggara.
Untuk mengoptimalkan dalam penyebaran informasi serta menarik pelanggan yang
lebih banyak, kami berkolaborasi dengan pemengaruh untuk mempromosikan gerakan
yang dilakukan agar semakin banyak menjangkau orang khususnya generasi muda di
media sosial.
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan “Kedai Kopi Multikultural” ini, kami dapat
mengembangkannya dengan berkolaborasi bersama beberapa kedai kopi yang ada di DKI
Jakarta untuk melakukan kegiatan serupa dalam upaya pelestarian bahasa daerah di DKI
Jakarta.

2.5. Peta Risiko Kegiatan


Berikut tabel peta risiko program Kedai Kopi Multilingual.

Gema Bahasa : Kekuatan: Kelemahan:


Kedai Kopi Multilingual 1. Belum ada kegiatan 1. Tidak ada kegiatan serupa
serupa. sebagai referensi program
2. Menjawab urgensi pada sehingga mitigasi risiko
permasalahan sulit dideteksi.
penggunaan bahasa 2. Jangkauan yang masih
daerah pada generasi belum optimal karena baru
muda. dilaksanakan di satu kedai
3. Pemilihan bahasa daerah kopi.
sesuai dengan jumlah 3. Waktu pelaksanaan terlalu

11
populasi suku terbanyak singkat.
di DKI Jakarta.

Peluang: Kekuatan-Peluang: Kelemahan-Peluang:


1. Kedai kopi 1. Program Kedai Kopi 1. Menciptakan kegiatan yang
menjadi tempat Multilingual menjadi menarik serta berkolaborasi
yang diminati program kedai kopi dengan pemengaruh
generasi muda pertama yang sehingga dapat
masa kini. mengangkat tema meningkatkan jangkauan
2. Memiliki relasi multilingual di DKI dengan maksimal.
dengan beberapa Jakarta. 2. Menggaungkan program
pemilik kedai kopi 2. Memaksimalkan relasi Kedai Kopi Multilingual
dan beberapa dengan pemilik kedai dalam kanal media sosial
pemengaruh. kopi dan beberapa dengan berkolaborasi
3. Munculnya pemengaruh yang ada bersama pemengaruh dan
program sejenis sebagai perantara pemilik kedai kopi sehingga
yang terinspirasi dalam menjawab dapat meningkatkan
dari program ini urgensi pelestarian eksposur dan menjangkau
untuk mendukung bahasa daerah pada lebih banyak orang.
pelestarian bahasa generasi muda. 3. Mengoptimalkan waktu
daerah. 3. Program pelestarian yang ada dengan membuat
bahasa daerah terus konsep yang sederhana
berkembang dan sebagai langkah awal agar
bahasa daerah yang esensi dari tujuan kegiatan
digaungkan dapat dijadikan referensi
bertambah. untuk membuat kegiatan
serupa.

Ancaman: Kekuatan-Ancaman: Kelemahan-Ancaman:


1. Generasi muda 1. Melakukan pendekatan 1. Mengoptimalkan jangkauan
kurang berminat yang inovatif dan dengan membuat program
untuk menuturkan persuasif dengan di kedai kopi yang ramai
bahasa daerah. memberikan sedotan sehingga dapat
2. Pihak kedai kopi baja antikarat sebagai meningkatkan eksposur
tidak merespons faktor pendorong agar program Kedai Kopi
baik terkait pemuda menggunakan Multilingual.
program yang bahasa daerah dalam 2. Membuat strategi
diajukan. proses pemesanan. membangun citra yang baik
3. Jumlah 2. Memberikan agar dapat menarik
pengunjung kedai pengertian kepada pengunjung lebih banyak.
kopi tidak pihak kedai kopi 3. Mengoptimalkan relasi
mencapai target. bahwa kegiatan ini mulai dari teman hingga
dapat menghadirkan keluarga untuk
eksposur bagi kedai mengunjungi kedai kopi
kopinya mengingat ini multilingual.
adalah gerakan
pertama yang
dilakukan di DKI
Jakarta.
3. Bekerja sama dengan

12
pemengaruh untuk
menyebarkan kegiatan
yang dilakukan
sehingga mengundang
pengunjung untuk
hadir.

13
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Gema Bahasa atau Gerakan Bersama Melestarikan Bahasa Daerah diharapkan mampu
menjadi solusi bagi keterbatasan informasi terkait bahasa daerah yang ada di DKI Jakarta
pada generasi muda kini. Selain itu, harapan dengan terselenggaranya krida ini, generasi
muda dapat tergugah dan menyadari pentingnya melestarikan bahasa daerah yang ada di
Indonesia.

3.2. Rekomendasi
Berpandangan dari usulan dan program yang akan diusung oleh tim pelaksana,
harapan selanjutnya adalah adanya rekomendasi yang akan disampaikan dari pihak Ikatan
Duta Bahasa DKI Jakarta serta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa selaku pihak
yang menaungi adanya Krida Kebahasan dan Kesastraan.

14
REFERENSI

Pancawati, M. B. D. (2022, March 26). Melestarikan Bahasa Daerah, hidupkan


"jembatan" antargenerasi. kompas.id. Retrieved July 25, 2022, from
https://www.kompas.id/baca/telaah/2022/03/26/melestarikan-bahasa-daerah-hidupkan-j
embatan-antargenerasi

Malini, H. (2021). Gaya Konsumsi Dan Perilaku Konsumen Generasi Z Di Warung


Kopi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Tanjungpura, Indonesia

Putri, A. V., & Ali, D. S. (2020). Strategi komunikasi Pemasaran Terpadu Coffee Shop
Kopi Tuli. Communiverse : Jurnal Ilmu Komunikasi, 5(2), 95–108.
https://doi.org/10.36341/cmv.v5i2.1438

Nurikhsan, F., Indrianie, W. S., & Safitri , D. (2019). FENOMENA COFFEE SHOP DI
KALANGAN KONSUMEN REMAJA, 9(2).

15
LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil polling penggunaan bahasa daerah pada generasi muda masa kini.

16

Anda mungkin juga menyukai