Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara merupakan suatu organisasi kekuasaan terbesar yang harus memiliki

unsur-unsur seperti adanya wilayah, pemerintah yang berdaulat, serta adanya rakyat

yang hidup teratur dan membentuk suatu bangsa. Dalam penjelasan tersebut maka

terbentuknya suatu negara yang berdaulat harus memenuhi 3 (tiga) unsur yaitu

wilayah, pemerintah yang berdaulat (government) dan rakyat (citizen/people).

Ketiga unsur ini perlu ditunjang dengan unsur lainnya seperti adanya konstitusi dan

pengakuan dunia internasional yang oleh Mahfud M.D. disebut dengan unsur

deklaratif.1

Rakyat suatu negara meliputi semua orang yang bertempat tinggal di dalam

wilayah kekuasaan negara dan tunduk pada kekuasaan negara itu. Adapun orang-

orang yang berada di wilayah suatu negara dapat dibagi, yaitu:

1. Penduduk
Penduduk ialah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang
ditetapkan oleh peraturan negara yang bersangkutan diperkenankan
mempunyai tempat tinggal pokok (domisili) dalam wilayah negara itu.
2. Bukan Penduduk
Bukan penduduk ialah mereka yang berada di wilayah suatu negara untuk
sementara waktu dan yang tidak bermaksud bertempat tinggal di wilayah
negara itu.2

Penduduk dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu penduduk warga negara dan

bukan warga negara. Warga negara diatur dalam Pasal 26 Ayat (1) Undang-Undang

1
Moh. Mahfud M.D, Dasar dan Struktur Kenegaraan, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2001,
hal.2
2
C.S.T Kansil, .Hukum Kewarganegaraan Republik Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,
1996, hal. 9

1
2

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang artinya orang-orang bangsa

Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang

sebagai warga negara. Tiap negara biasanya menentukan dalam Undang-Undang

Kewarganegaraan siapa-siapa yang menjadi warga negara dan siapa yang dianggap

orang asing atau bukan warga negara. Di Indonesia kewarganegaraan itu diatur

dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia.

Kewarganegaraan seseorang merupakan suatu hal yang sangatlah penting.

Dalam kewarganegaraan ini memegang peranan dalam bidang hukum publik.

Dalam hubungan antara negara dan perseoranganlah memperlihatkan betapa

pentingnya status kewarganegaraan seseorang. Seseorang termasuk warga negara

atau warga asing besar konsekuensinya dalam kehidupan publik ini.

Kewarganegaraan merupakan keanggotaan suatu negara, secara sederhana

dapat diumpamakan negara merupakan suatu perkumpulan atau organisasi tertentu.

Suatu organisasi tentunya memerlukan orang-orang yang dapat dipandang

merupakan inti dari suatu organisasi tersebut. Setiap organisasi harus mempunyai

anggota. Demikianlah sebuah negara perlu juga memiliki anggota, anggota dari

negara dapat disebut dengan warga negara.3

Penentuan kewarganegaraan sendiri dibagi 2 (dua) yaitu ius soli dan ius

sanguinis. Asas Ius Soli adalah penentuan status kewarganegraan berdasarkan

tempat atau daerah kelahiran seseorang. Pada awalnya asas kewarganegaraan

3
Sudargo Gautama, Warga Negara dan Orang Asing, Alumni Bandung, Bandung, 1975,
hal 3.
3

hanyalah Ius Soli saja. Hal tersebut sebagai suatu anggapan bahwa jika seseorang

lahir di suatu wilayah negara, otomatis dan logis ia menjadi warga negara tersebut.

Asas Ius Sanguinis adalah pedoman kewarganegaraan berdasarkan pertalian darah

atau keturunan.4

Ius Soli merupakan kewarganegaraan yang diperoleh seseorang berdasarkan

tempat kelahiran sedangkan Ius Sanguinis merupakan kewarganegaraan yang

diperoleh seseorang berdasarkan keturunan. Penentuan kewarganegaraan tersebut

di setiap negara dapat berbeda. Ada negara yang penentuan kewarganegaraanya Ius

Soli dan ada yang penentuan kewarganegaraannya Ius Sanguinis. Maka apabila ada

seseorang yang negaranya penentuan kewarganegaraannya berdasarkan Ius Soli

lalu ia berada di negara yang penentuan kewarganegaraanya berdasarkan Ius

Sanguinis apabila dia mempunyai anak maka akan timbul suatu permasalahan.5

Kewarganegaraan merupakan hal yang sangatlah penting karena adanya

perlindungan hukum oleh negara terhadap warga negaranya baik yang berada di

dalam maupun di luar negeri. Tanpa adanya kewarganegaraan maka seseorang tidak

dapat memperoleh perlindungan dari negara. Oleh sebab itu status

kewarganegaraan sangatlah penting.

Hukum kewarganegaraan dapat diartikan sebagai seperangkat aturan hukum

yang mengatur muncul dan berakhirnya hubungan antar negara dan warga negara,

atau dengan kata lain hukum kewarganegaraan adalah yang mengatur cara-cara

4
Heri Herdiawato & Jumanta Hamdayama, Cerdas, Kritis, dan Aktif Berwarganegara:
Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, Erlangga, Jakarta, 2010, hal.58
5
Ibid, hal.6
4

memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan.6 Oleh karena itu, dalam hukum

kewarganegaraan di banyak negara, selain mengatur cara-cara memperoleh

kewarganegaraan dan juga mengatur cara kehilangan kewarganegaraan warga

negaranya. Pengaturan kehilangan kewarganegaraan merupakan pranata hukum

penting bagi setiap individu karena hal ini menyangkut penjaminan hak-hak dasar

individu oleh negara.

Sejak rezim hukum kewarganegaraan Indonesia yang pertama yakni

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 Tentang Warga Negara dan Penduduk

Negara hingga saat ini, salah satu materi muatan peraturan perundang-undangan di

bidang kewarganegaraan adalah terkait kehilangan kewarganegaraan Indonesia.

Saat ini kehilangan kewarganegaraan Indonesia diatur dalam Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia yang berlaku

hingga sekarang dan Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2007 Tentang Tata Cara

Memperoleh, Kehilangan, Pembatalan, Dan Memperoleh Kembali

Kewarganegaraan Republik Indonesia sebagai peraturan pelaksananya.

Di dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia dan Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun

2007 tentang Tata Cara Memperoleh, Kehilangan, Pembatalan, dan Memperoleh

Kembali Kewarganegaraan, terdapat 4 (empat) cara seseorang dapat kehilangan

kewarganegaraannya, yakni:

6
Susi Dwi Harijanti dalam, Nabilla Tashandra, Tak Punya Itikad Baik Arcandra Dinilai Tak
Pantas Jadi Pejabat Negara Lagi, dalam nasionalkompas.com, diakses pada tanggal 30 Mei 2021.
5

1. Atas permohonannya sendiri.

2. Kehilangan kewarganegaraan dengan sendirinya.

3. Perkawinan, dan

4. Pembatalan.

Kehilangan kewarganegaraan dengan atas permohonan sendiri adalah

apabila individu tersebut dengan sadar dan tanpa paksaan memohon kepada

Presiden untuk mencabut kewarganegaraan Indonesia-nya dan selama pencabutan

itu tidak menyebabkan individu tersebut menjadi tanpa kewarganegaraan karena

hukum kewarganegaraan Indonesia tidak mengenal keadaan seseorang tanpa

kewarganegaraan (apatride). Oleh sebab itu, cara kehilangan ini dilakukan oleh

individu dengan kesadaran hukumnya,7 artinya perbuatan yang dilakukan

menimbulkan akibat hukum yang dia ketahui, yakni hilangnya status

kewarganegaraan Indonesia-nya. Sedangkan kehilangan kewarganegaraan

Indonesia dengan sendirinya adalah konsekuensi individu tersebut karena

melakukan tindakan-tindakan yang menyebabkan dia kehilangan

kewarganegaraan, seperti karena tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi

warga negara Indonesia selama bertempat tinggal disana dalam jangka waktu

tertentu atau secara sukarela memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya

sendiri dan beberapa kondisi lain yang ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia maupun Peraturan

Pemerintah Nomor 2 tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh, Kehilangan,

7
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum Dan Kepatuhan Hukum Edisi Pertama, CV.
Rajawali, Jakarta, 1982, hal. 152.
6

Pembatalan, dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan, mengingat pula hukum

kewarganegaraan Indonesia tidak mengenal kewarganegaraan ganda (bipatride).

Namun demikian, pengaturan prosedur cara kehilangan kewarganegaraan

Indonesia baik dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia maupun Peraturan Pemerintah Nomor 2

Tahun 2007 Tentang Tata Cara Memperoleh, Kehilangan, Pembatalan, dan

Memperoleh Kembali Kewarganegaraan, masih banyak memberikan

ketidakpastian hukum secara normatif dan menimbulkan persoalan dalam praktik.

Misalnya, dalam pelaporan kehilangan kewarganegaraan tidak diatur pelaporan

yang dilakukan oleh orang yang merasa telah memenuhi ketentuan kehilangan

kewarganegaraan Indonesia, tetapi hanya mengatur pelaporan yang dilakukan oleh

pimpinan instansi tingkat pusat, tingkat daerah, dan anggota masyarakat kepada

Menteri, pejabat atau Perwakilan Republik Indonesia di negara tersebut jika

mengetahui adanya warga negara Indonesia yang memenuhi syarat kehilangan

kewarganegaraan Indonesia. Oleh karena itu, dalam praktiknya berpotensi

menimbulkan persoalan kewarganegaraan ketika tidak ada pelaporan adanya warga

negara Indonesia yang memenuhi syarat kehilangan kewarganegaraan Indonesia

baik oleh masyarakat, pejabat pemerintah maupun oleh individu yang

bersangkutan.8

Selain itu, Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Tata Cara

Memperoleh, Kehilangan, Pembatalan, dan Memperoleh Kembali

8
Susi Dwi Harijanti dalam, Nabilla Tashandra, Tak Punya Itikad Baik Arcandra Dinilai Tak
Pantas Jadi Pejabat Negara Lagi, dalam nasionalkompas.com, diakses pada tanggal 30 Mei 2021
7

Kewarganegaraan dalam ketentuan kehilangan kewarganegaraan Indonesia tidak

sejalan dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia . Dalam undang-undang, Menteri hanya mengumumkan nama

orang yang kehilangan kewarganegaraan dalam Berita Negara Republik Indonesia

dengan asumsi warga Negara Indonesia kehilangan status kewarganegaraannya

dengan sendirinya jika memenuhi alasan kehilangan kewarganegaraan Indonesia

dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia.

Namun demikian, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007

Tentang Tata Cara Memperoleh, Kehilangan, Pembatalan, dan Memperoleh

Kembali Kewarganegaraan, nama orang yang kehilangan kewarganegaraan atas

hasil pelaporan memerlukan penetapan Keputusan Menteri sebelum ditetapkan oleh

Presiden dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. Hal tersebut

menimbulkan ketidakpastian hukum dan memunculkan berbagai pertanyaan,

apakah tepat Peraturan Pemerintah menimbulkan ketentuan tentang Keputusan

Menteri, sementara dalam undang-undang tidak diatur? Manakah yang lebih

konstitutif antara Berita Negara Republik Indonesia atau Keputusan Menteri dalam

kehilangan kewarganegaraan seseorang? Jika tidak ada Keputusan Menteri

terhadap pelaporan kehilangan kewarganegaraan seseorang, apa cukup hanya

dengan menggunakan Berita Negara Republik Indonesia dalam mengumumkan

kehilangan kewarganegaraan seseorang? Hal ini menunjukkan masih banyak

terdapat persoalan normatif dalam hukum kewarganegaraan Indonesia terutama


8

dalam pengaturan kehilangan kewarganegaraannya. Disamping itu, persoalan

normatif di atas menimbulkan persoalan praktikal dalam penyelenggaraannya.

Berdasarkan uraian di atas diperlukan suatu penelitian terhadap persoalan

pengaturan kehilangan kewarganegaraan Indonesia, maka penulis mengajukan

penelitian dengan judul “Tinjauan Yuridis Tentang Hilangnya Kewarganegaraan

Indonesia Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan”.

B. Rumusan Masalah

Dengan mengacu pada latar belakang tersebut, maka yang menjadi permasalahan

yang dikaji dalam proposal ini sebagai berikut:

1. Bagaimana hilangnya kewarganegaraan Indonesia berdasarkan peraturan

perundang-undangan?

2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan hilanganya status kewarganegaraan

tersebut dan cara memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan

penelitian yang hendak dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana hilangnya kewarganegaraan Indonesia.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan hilangnya status

kewarganegaraan tersebut dan cara memperoleh kembali kewarganegaraan

Republik Indonesia.
9

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat hasil penelitian ini diharapkan sebagai berikut:

1. Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur mengenai

persoalan dalam hukum kewarganegaraan dan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dalam rangka pengembangan dalam disiplin ilmu Hukum Tata

Negara, khususnya hukum kewarganegaraan.

2. Secara praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

sumbangan pemikiran bagi para akademisi dan praktisi hukum maupun

disiplin ilmu lainnya serta masyarakat luas terutama bagi pemerintah sebagai

perancang kebijakan untuk menjadikan pertimbangan dalam

menyempurnakan hukum kewarganegaraan Indonesia.

D. Kerangka Konseptual

Supaya tidak terjadi penafsiran yang berbeda dan mempermudah dalam

pembahasan proposal skripsi ini, maka paparan kerangka konseptual sebagai

berikut:

a. Tinjauan Yuridis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian tinjauan

adalah mempelajari dengan cermat, memeriksa (untuk memahami),

pandangan, pendapat (sesudah menyelidiki, mempelajari, dan

sebagainnya). Menurut Kamus Hukum, kata yuridis berasal dari kata

yuridisch yang berarti menurut hukum atau dari segi hukum. Dapat

disimpulkan tinjauan yuridis berarti mempelajari dengan cermat,


10

memeriksa (untuk memahami), suatu pandangan atau pendapat dari segi

hukum.9

b. Kehilangan

Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan

sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi

sebagian atau keseluruhan. Kehilangan merupakan pengalaman yang

pernah dialami oleh setiap individu selama rentang kehidupan, sejak lahir

individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan

mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.10

c. Kewarganegaraan

Pernyataan ini ditetapkan kembali dalam Pasal 1 Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik

Indonesia, bahwa Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa

Indonesia dan orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang

bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga

negara Indonesia. Kewarganegaraan memiliki keanggotaan yang

menunjukan hubungan atau ikatan antar negara dan warga negara.

Kewarganegaraan adalah segala hal yang berhubungan dengan negara.

9
http://repository.uin-suska.ac.id/15674/8/8.%20BAB%20III__2018212IH.pdf, Diakses
pada tanggal 1 Juni 2021.
10
Yosep Iyus, Keperawatan Jiwa, Revia Aditama, Bandung, 2010, hal.17.
11

E. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah tipe penelitian

yuridis normatif. Dimana penelitian yuridis normatif menurut pendapat Bahder

Johan Nasution dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Hukum

menyatakan bahwa:

Pendekatan yuridis normatif dalam penelitian atau pengkajian ilmu


hukum normatif, kegiatan untuk menjelaskan hukum tidak diperlukan
dukungan data atau fakta-fakta sosial, sebab ilmu hukum normatif tidak
mengenal data atau fakta sosial yang dikenal hanya bahan hukum, jadi
untuk menjelaskan hukum atau untuk mencerminkan dan memberi nilai
akan hukum tersebut hanya digunakan konsep hukum dan langkah-
langkah yang ditempuh adalah langkah normatif.11

Dalam penelitian ilmu hukum normatif ada banyak pendekatan yang

dapat digunakan sesuai dengan isi atau permasalahan yang dibahas, antara lain:

a) Pendekatan Undang-Undang atau statuta approach dan sebagai


ilmuan hukum menyebutkan dengan pendekatan yuridis, yaitu
penelitian terhadap produk-produk hukum.
b) Pendekatan historis, yaitu penelitian atau pengkajian terhadap
perkembangan produk-produk hukum berdasarkan urutan-urutan
periodesasi atau kenyataan sejarah yang melatarbelakanginya.
c) Pendekatan konseptual, yaitu penelitian terhadap konsep-konsep
hukum seperti: sumber hukum, fungsi hukum, lembaga hukum, dan
sebagainya. Konsep hukum ini berada pada tiga ranah tau tataran
sesuai dengan tingkatan ilmu hukum itu sendiri yaitu: tataran ilmu
hukum dogmatik konsep hukumnya teknis yuridis, tataran teori
hukum konsep hukumnya konsep dasar.
d) Pendekatan komparatif, yaitu penelitian tentang perbandingan hukum
baik mengenai perbandingan sistem hukum antar negara, maupun
perbandingan produk hukum dan karakter hukum antarwaktu dalam
suatu negara.
e) Pendekatan politis, yaitu penelitian terhadap pertimbangan-
pertimbangan atau kebijakan elit politik dan partisipasi masyarakat
dalam pembentukan dan penegakkan berbagai produk hukum.

11
Bahder Johan Nasution. Metode Penelitian Hukum, cetakan 1. Mandar Maju, Bandung,
2008, hal. 87.
12

f) Pendekatan kefilsafatan, yaitu pendekatan mengenai bidang-bidang


yang menyangkut dengan objek kajian filsafat hukum yang meliputi:
1. Ontologi hukum, yaitu mengkaji hakekat hukum seperti hakekat
demokrasi, hubungan hukum dengan moral, dan sebagainya.
2. Aksiologi hukum, yaitu mempelajari isi dari nilai seperti nilai
kebenaran, nilai keadilan, nilai kebebasan dan sebagainya.
3. Epistemologi hukum, yaitu cara mendapatkan ilmu pengetahuan
yang benar tentang ilmu hukum.
4. Teleologi hukum, yaitu menentukan isi dan tujuan hukum.
5. Ideologi hukum, yaitu pemahaman secara menyeluruh tentang
manusia dan masyarakat.
6. Logika hukum, yaitu mempelajari kaidah-kaidah berpikir secara
hukum dan argumentasi hukum.
7. Keilmuan hukum, yaitu merupakan meta teori bagi hukum.12

2. Pendekatan Yang Digunakan

Adapun pendekatan yang penulis gunakan yaitu:

a) Pendekatan Undang-Undang (Statuta Approach) yaitu penelitian

terhadap produk-produk hukum.

b) Pendekatan Konseptual (Conseptual Approach) yaitu penelitian

terhadap konsep-konsep hukum seperti; fungsi hukum, lembaga

hukum, dan sebagainya. Konsep hukum ini berada pada tiga ranah

atau tataran sesuai dengan tingkatan ilmu hukum itu sendiri yaitu:

tataran ilmu hukum dogmatik konsep hukumnya teknis yuridis,

tataran teori hukum konsep hukumnya konsep umum, tataran filsafat

hukum konsep hukumnya konsep dasar.

3. Pengumpulan Bahan Hukum

Penelitian ini merupakan Penelitian Yuridis Normatif, maka penelitian

ini lebih difokuskan pada penelitian kepustakaan untuk mengkaji bahan-bahan

12
Ibid, hal. 92-93
13

hukum. Adapun yang akan digunakan dalam penelitian kepustakaan ini antara

lain adalah:

a. Bahan Hukum Primer yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai

kaitan kuat, yang terdiri dari:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 Tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia.

3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan

Republik Indonesia.

4) Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Tata Cara

Memperoleh Kehilangan Pembatalan Dan Memperoleh Kembali

Kewarganegaraan Republik Indonesia.

b. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti hasil-hasil

penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini, dan pendapat ahli

atau pakar Hukum Tata Negara yang berhubungan dengan

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, baik dalam bentuk

buku, jurnal hukum, maupun bentuk makalah.

c. Bahan Hukum Tersier yaitu bahan hukum yang dapat memberikan

petunjuk maupun penjelasan lebih lanjut terhadap bahan hukum

primer maupun sekunder seperti kamus hukum dan Kamus Besar

Bahasa Indonesia.
14

4. Analisis Bahan Hukum

Hasil analisis dituangkan dalam bentuk uraian yang bersifat deskriptif

kualitiatif, yaitu suatu uraian yang menggambarkan permasalahan serta

pemecahan secara jelas dan lengkap berdasarkan bahan hukum yang diperoleh.

Analisis dilakukan dengan cara:

a. Menginterventasi semua peraturan perundang-undangan sesuai

dengan permasalahan yang dibahas.

b. Mengsistematisasi perundang-undangan yang berhubungan dengan

permasalahan yang diteliti.

c. Menginterprestasi bahan-bahan hukum yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran secara jelas dan rinci atas seluruh materi

skripsi ini secara sistematis dan untuk memudahkan dalam menghubungkan serta

memahami antara bab yang satu dengan bab yang lainya, maka disusunlah

sistematika penulisan skripsi ini dalam 4 (empat) bab, tiap-tiap bab dirinci lagi

kedalam bagian terkecil sesuai dengan kebutuhan. Berikut ini adalah uraian singkat

pembahasan masing-masing bab yang terdiri dari:

BAB I : Penulis mengemukakan mengenai latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat, landasan teori, kerangka

konseptual, metode penelitian yang digunakan dalam rangka

memperoleh data dan bahan yang diperlukan, dan sebagai penutup

diuraikan sistematika penulisan ini.


15

BAB II : Pada bab ini berisi tentang tinjauan umum hilanganya

kewarganegaraan Indonesia berdasarkan peraturan perundang-

undangan.

BAB III : Pada bab ini merupakan inti pembahasan sesuai dengan

perumusan masalah mengenai analisis tentang hilangnya

kewarganegaraan Indonesia berdasarkan peraturan perundang-

undangan.

BAB IV : Pada bab penutup memuat kesimpulan dari apa yang telah

diuraikan penulis dalam bab sebelumnya dan juga saran atas

permasalahan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai