DAN
SISTEM
KEWARGANEGARAAN
Kelompok 7:
Diana Tri Vauziyah (C02219012)
Rafly Asshiddiqie (C02219039)
Nilna Fauziyah (C92219129)
Pembahasan
01 02 03 04
Apa itu Warga Bagaimana Sejarah Apasaja Asas dan Bagaimana Masalah
Negara? Kewarganegaraan? Prinsip Kewarganegaraan?
Kewarganegaraan?
Apa itu Warga Negara?
Menurut Kaelan dan Achmad Zubaidi yang dimaksud dengan warga Negara adalah rakyat yang
menetap di suatu wilayah dan rakyat tertentu dalam hubungannya dengan Negara. Dalam
hubungannya antara warga Negara dan Negara, warga Negara mempunyai kewajiban-kewajiban
terhadap Negara dan sebaliknya warga Negara juga mempunyai hak-hak yang harus diberikan dan
dilindungi oleh Negara.
Menurut AS Hikam, mendefinisikan warga negara sebagai terjemahan dari citizenship, yaitu anggota
dari sebuah komunitas yang membentuk negara itu sendiri. Istilah ini menurutnya lebih baik
ketimbang istilah kawula negara, karena kawula negara betul-betul berarti objek yang dalam bahasa
inggris (object) berarti orang yang dimiliki dan mengabdi kepada pemiliknya.
Jadi Warga Negara merupakan penduduk sebuah negara atau bangsa yang berdasarkan keturunan,
tempat kelahiran, dan sebagainya mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga dari
negara itu.
Kewarganegaraan
Kewarganegaraan memiliki keanggotaan yang menunjukan hubungan atau ikatan antar negara
dan warga negara. Kewarganegaraan adalah segala hal yang berhubungan dengan negara.
Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua yaitu:
Kewarganegaraan Kewarganegaraan
01 dalam arti yuridis 02 dalam arti sosiologis
Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai Kewarganegaraan dalam arti sosiologis
dengan adanya ikatan hukum antara orang- tidak di tandai dengan ikatan hukum,
orang dan negara. Adanya ikatan hukum itu tetapi ikatan emosional, seperti ikatan
menimbulkan akibat-akibat tertentu, yaitu perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib,
orang tersebut berada di bawah kekuasaan ikatan sejarah, dan ikatan tanah air.
negara yang bersangkutan. Tanda dari adanya Dengan kata lain ikatan ini lahir dari
ikatan hukum misalnya akta kelahiran, surat penghayatan warga negara bersangkutan.
pernyataan, bukti kewarganegaraan, dan
sebagainya.
Sejarah Kewarganegaraan
Pada masa VOC yang didirikan pada Tahun 1602 dan merupakan perkumpulan dari perusahaan dagang
Belanda yang berlayar di Hindia Timur, VOC tidak mengenal prinsip kewarganegaraan sewaktu memegang
kekuasaan di Indonesia. Penggolongan penduduk dilakukan berdasarkan kriteria keagamaan atau kadang-
kadang berdasarkan ciri-ciri lahiriah semata-mata. Pada waktu itu di kenal perbedaan antara compagniesdie
naren, urije luiden, dan slaven, atau antara chirstenen dan onchirstenen, dan sebagainya. Akan tetapi pada
prinsipnya mereka tunduk pada hukum Belanda. Masalah kewarganegaraan di Belanda baru muncul pertama
kali sekitar Tahun 1814/1815, Berdasarkan Grondwet tahun 1838 dengan disusunnya Nederlandsch
Burgerlijke Wetboek . Pasal 5 AB menentukan bahwa mereka yang bukan penduduk adalah «orang asing».
Dengan demikian, maka yang menjadi dasar urusan hak dan kewajiban di sini adalah status kependudukan,
artinya meskipun bukan orang Hindia Belanda tetapi apabila memenuhi ketentuan Pasal 4 AB, seseorang
mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan orang Hindia Belanda. Selanjutnya Pasal 6 – 10 AB
menentukan bahwa penduduk Hindia Belanda digolongkan ke dalam 2 kelompok, yaitu Golongan Eropa dan
Golongan Pribumi. Di sini kriteria agama digunakan untuk menentukan status kependudukan, yakni orang
yang beragama Kristen dipersamakan dengan golongan Eropa, sedangkan yang bukan beragama Kristen
dipersamakan dengan pribumi.
B. Kewarganegaraan pada masa 1892-Kemerdekaan
Pada tanggal 12 Desember 1892 diundangkan suatu UU yang dikenal sebagai Wet op het
Nederlanderscap en het Rijksingezetenenschap di Belanda. Dengan demikian dualisme
ketentuan tentang kewarganegaraan di Negara Belanda diakhiri. Dalam hal perkawinan Wet
1892 ini menganut asas kesatuan hukum, artinya bahwa wanita asing yang menikah dengan pria
Belanda dengan sendirinya akan menjadi warga negara Belanda . Bahkan, setelah putusnya
perkawinan, perempuan itu tetap berkewarganegaraan Belanda.
Kewarganegaraan Belanda tersebut dapat dilepaskan setelah satu tahun perkawinan tersebut
putus. Mereka yang bertempat tinggal di Hindia Belanda setelah kehilangan kekaulanegaraan
Belandanya karena tidak menggunakan hak oisinya sewaktu tinggal di luar negeri. Dengan
berlakunya wet tersebut, maka lahir istilah Nederlandsch Onderdaandschap , istilah yuridis
dalam hukum ketatanegaraan Hindia Belanda. Istilah ini menunjukkan hubungan hukum antara
penduduk Hindia Belanda, sebagai wilayah jajahan Belanda, dengan Kerajaan Belanda.
C. Kewarganegaraan pada masa Kemerdekaan
Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsalain yang
disahkan dengan Undang-Undang sebagai warga negara.2. Syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan
ditetapkan dengan undangundang.
Sebagai peraturan pelaksana dari Pasal 26 UUD 1945 tersebut maka dikeluarkanlah UU No. 3 Tahun 1946.
UU No. 3 Tahun 1946 mengatur tentang Kewarganegaraan dan Kependudukan Republik Indonesia.
Perubahan dengan kedua undang-undang yang terakhir ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada
mereka yang ingin menggunakan hak repudiasinya sampai Tanggal 10 April 1948, dan selanjutnya
diperpanjang lagi sampai dengan tanggal 17 Agustus 1948 oleh UU No.11 Tahun 1948.
Lanjutan….
Selanjutnya dengan digantinya UUD 1945, karena perubahan ketatanegaraan di Indonesia maka, sejak
tanggal 27 Desember 1949 berlaku KRIS. Dalam Pasal 194 KRIS ditentukan bahwa sambil menunggu
pengaturan kewarganegaraan dengan undang-undang yang termaksud dalam Pasal 5 ayat tersebut, maka
yang sudah warga negara RIS, ialah mereka yang mempunyai kewarganegaraan itu menurut persetujuan
yang mengenai penentuan kewarganegaraan yang dilampirkan pada Piagam Pemulihan Kedaulatan.
bahwa untuk menentukan status kewarganegaraan Indonesia dipakai Asas Ius Soli. Sedangkan Pasal 194
KRIS menjadi Pasal 144 UUDS 1950, yang menentukan bahwa sambil menunggu undang-undang yang
mengatur kewarganegaraan Indonesia, yang menjadi Warga Negara Indonesia adalah ;
a. Mereka yang memiliki kewarganegaraan Indonesia berdasarkan PPPWN; dan
b. Mereka yang kebangsaannya tidak ditetapkan oleh PPPWN, yang pada tanggal 27 Desember 1949
sudah menjadi WNI menurut peraturan perundang-undangan RI yang berlaku pada waktu tersebut.
Berdasarkan UUDS Tahun 1950 dikeluarkanlah UU No. 62 Tahun 1958 tentang «Kewarganegaraan
Republik Indonesia» dan merupakan undang-undang yangdibentuk atas dasar Pasal 5 ayat UUDS 1950,
yang diundangkan pada tanggal 1 Agustus1958 .
Asas Kewarganegaraan
Terdapat dalam UU N0.62 Tahun 1958 telah berubah dengan berlakunya UU No. 12 Tahun 2006.
UU NO.62 tahun 1958 menitik beratkan penggunaan asas ius sanguinis. Juga UU NO. 62 tahun
1958 pada prinsipnya menganut Asas Kesatuan Hukum.
Hal tersebut tampak dari ketentuan Pasal 5, 9 dan 10 tentang pewarganegaraan dan cara
memperoleh kewarganegaraan Indonesia akibat perkawinan. UU NO. 62 Tahun 1958 pada
pokoknya mengatur tiga hal, yaitu siapa WNI, cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia, dan
cara kehilangan kewarganegaraan Indonesia. Sedangkan UU no.12 Tahun 2006 pada prinsipnya
mengatur masalah tentang siapa yang menjadi warga negara Republik Indonesia, penegasan hak
dan kewajiban warga negara sekaligus kewajiban negara terhadap warga negara, persyaratan dan
tata cara memperoleh kewarganegaraan RI, kondisi dan tata cara kehilangan kewarganegaraan RI,
serta kondisi dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan RI.
Masalah Kewarganegaraan
Wassalamua’laikum