Disusun oleh :
Nikita Riskila 1342011132
Silvia Ulfa 1342011163
Willy Admajaya 1342011172
Reyvandi Guzel 1342011144
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
1 Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara & Pilar-Pilar Demokrasi, (Jakarta: Sinar
Oleh karena itu sering terjadi WNI yang sedang bermukim di negara-negara
luar negeri, misalnya karena sedang mengikuti pendidikan dan sebagainya,
melahirkan anak, maka status anaknya diakui oleh Pemerintah Amerika Serikat
sebagai warga negara Amerika Serikat. Padahal kedua orang tuanya
berkewarganegaraan Indonesia.
Berbeda dengan prinsip kelahiran itu, di beberapa negara, dianut prinsip ius
sanguinis yang mendasarkan diri pada faktor pertalian seseorang dengan status orang
tua yang berhubungan darah dengannya. Apabila orang tuanya berkewarganegaraan
suatu negara, maka otomatis kewarganegaraan anak-anaknya dianggap sama dengan
kewarganegaraan orang tuanya itu.
Karena itulah diadakan pengaturan status kewarganegaraan yaitu, dengan cara
pertama, status kewarganegaraan seseorang ditentukan ditentukan karena
kelahirannya. Siapa saja yang lahir dalam wilayah hukum suatu negara, terutama
yang menganut prinsip ius soli, yang bersangkutan secara langsung mendapatkan
status kewarganegaraan. Cara kedua, yaitu melalui proses pewarganegaraan
(naturalisasi).
Selain kedua cara tersebut, juga dikenal adanya cara ketiga, yaitu melalui
registrasi. Karena dalam pengalaman seperti yang terjadi di Prancis yang pernah
menjadi bangsa penjajah di berbagai penjuru dunia, banyak warganya yang bermukim
di daerah-daerah koloni dan melahirkan anak dengan status kewarganegaraan yang
cukup ditentukan dengan cara registrasi saja.
Dapat dikatakan bahwa proses kewarganegaraan itu dapat diperoleh melalui
tiga cara, yaitu (i) kewarganegaraan karena kelahiran atau citizenship by birth, (ii)
kewarganegaraan melalui pewarganegaraan atau citizenship by naturalizaion, dan (iii)
kewarganegaraan melalui registrasi biasa atau citizenship by registration.
A.Istilah Warga Negara
Istilah warga Negara merupakan terjemahan dari istilah belanda staatsburger.
Sedangkan istilah inggris untuk pengertian yang sama adalah citizen dan istilah
perancisnya adalah citoyen. Istilah dalam bahasa inggris dan perancis itu cukup
menarik karena arti harfiah keduanya adalah kota ini tentu tidak lepas dari pengaruh
konsep polis pada masa yunani purba.
B. Asas-Asas Kewarganegaraan
Asas kewarganegaraan adalah pedoman dasar bagi suatu Negara untuk
menentukan siapa yang menjadi warga negaranya dari segi kelahiran ada dua asas
kewarganegaraan yang sering di jumpai yaitu ius soli dan ius sanguinis. Kedua istilah
ini berasal dari bahasa latin ius berarti hukum, dalil atau pedoman, sedangkan soli
berasal dari kata solum yang berarti negeri, tanah atau daerah.
Dengan demikian, ius soli berarti pedoman yang berasal pada tempat
kelahiran. Dalam kaitannya dengan asas kewarganegaraan ini. Ius sanguinis berarti
kewarganegaraan ditentukan dari kewarganegaraan keturunan orang tua nya. Orang
yang lahir dari orang tua yang beda Negara akan memperoleh kewarganegaraan nya
tersebut. Salah satu syarat berdirinya Negara yaitu adanya rakyat atau penduduk
yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu. Rakyat yang tinggal menetap di suatu
wilayah tertentu dalam hubunganya dengan Negara di sebut warga Negara.2
Sebagai kita ketahui dalam ilmu tata negara, bahwa rakyat merupakan salah satu
unsur bagi terbentuk nya suatu Negara. Di samping unsur wilayah dan unsur
pemerintahan. Dalam suatu negara berlaku suatu undang-undang dasar, orang-orang
berada dalam wilayah negara itu yang benar tunduk dan mejunjung tinggi undangundang dasar tersebut. Yang dimaksud rakyat suatu negara haruslah mempunyai
ketegasan bahwa mereka itu harus benar benar tunduk kepada undang-undang dasar
negara yang berlaku.
Dan penduduk adalah semua orang yang ada ataupun bertempat tinggal dalam
wilayah negara dengan ketegesan telah memenuhi persyaratan tertentu yang di
tetapkan oleh peraturan negara.
Jadi penduduk tegasnya dapat terbagi atas:
A. Penduduk warga negara
B. Penduduk bukan warga negara jelasnya orang asing
1. Ius soli dan Ius sanguinis
Ius soli adalah hukum yang mengikutin tanah kelahiran. Jadi asas ius soli dalam
kewarganegaraan berarti asas dalam pewarganegaraan yang mengikuti di tempat
mana seseorang itu di lahirkan.
Menurut istilah bahasa latin ius berarti hukum sedangkan sanguinus dapat berarti
keturunan atau darah, jadi asas ini mengikuti hukum atau ketentuan dari keturunan
atau darah orang tua nya.3
Cara memperoleh kewarganegaraan selain dengan ius soli dan ius sanguinis:
Di samping dengan mempergunakan asas ius soli dan ius sanguinis (sebagai
prinsip dasar), cara memperoleh kewarganegaraan juga dapat di lakukan dengan:
1. STELSEL AKTIF; yakni melaksanakan/ melakukan tindakan-tindakan tertentu
secara aktif untuk memperoleh kewarganegaraan dari suatu Negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Misal dengan fasilitas hak opsi (hak
untuk memilih kewarganegaraan dari suatu Negara).
2. STELSEL PASIF; tanpa melaksanakan /melakukan tindakan-tindakan hukum yang
telah ditentukan. Dengan kata lain menjadi warga negara secara otomatis setelah
dalam jangka waktu tertentu berada di suatu Negara dan memenuhi syarat-syarat
yang di tentukan oleh UU kewaraganegaraan dimana ia berada.
Stelsel ini tidak berlaku apabila orang tersebut mempergunakan fasilitas hak
repudiasi (hak untuk menolak menjadi warganegara dari suatu Negara dimana ia
berada).
Kehilangan kewarganegaraan menurut undang-undang no 62 tahun 1958.
Menurut Undang-Undang No. 62 Tahun 1958 seorang warga negara Indonesia
dapat kehilangan kewarganegaranya pada umumnya disebabkan, antara lain :
a. Seorang wanita warga Negara Indonesia menikah dengan seorang laki-laki warga
Negara asing ;
b. Putusnya pernikahan seorang wanita asing dengan laki-laki warga Negara
Indonesia ;
c. Anak dari keluarga seorang orang tua yang kehilangan kewarganegaraan
Indonesia ;
d. Jika warga Negara Indonesia itu memperoleh kewarganegaraanya sendiri
e. Tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain ;
f. Jika seseorang anak diadopsi oleh orang asing sebagai anaknya ;
g. Jika seorang warganegara Indonesia memasuki dinas asing tanpa ijin terlebih
dahulu dari menteri kehakiman RI ;
h. Jika seorang warga Negara Indonesia menggakut sumpah serta menyatajan janji
setia kepada Negara asing ;
i. Jika seorang warga Negara indonesia turut serta dalam pemilihan pemilihan
sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk suatu kepentingan Negara asing.4
2. Bipatride dan Apatride
A-patride, yaitu adanya seorang penduduk yang sama sekali tidak mempunyai
kewarganegaraan.
Di muka telah dijelaskan bahwa setiap negara berhak untuk menentukan azas
mana yang dipakai dalam menentukan siapakah yang termasuk warga negaranya,
maka akan timbul peraturan-peraturan di bidang kewarganegaraan yang tidak sama.
Dan menurut istilah dari Prof. Gouw Giok Siong seolah-olah terjadi pertentangan5
sebab kemungkinan terjadi bahwa negara A menganut azas ius soli sedangkan negara
B menganut azas ius sanguinis, atau sebaliknya. Hal tersebut akan menimbulkan
bipatride (dwi kewarganegaraan) atau apatride (tanpa kewarganegaraan) apabila
terjadi pengimigrasian antara kedua negara tersebut.
Baik bipatride maupun apatride tersebut harus dihindarkan dan caranya ialan
dengan menutup kemungkinan teradinya bipatride dan apatride dalam undang-undang
tentang kewarganegaraan. Umpamanya untuk mencegah bipatride undang-undang no.
62 tahun 1958 pasal 7 menentukan bahwa seseorang perempuan asing yang kawin
dengan laki-laki warga negara Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan
Indonesia dengan melakukan pernyataan, dengan syarat bahwa dia harus
meninggalkan kewarganegaraan asalnya.
Demikian pula untuk mencegah kemungkinan terjadinya apatride. Undangundang tersebut dalam pasal 1 huruf f menentukan, bahwa anak yang lahir di wilayah
Republik Indonesia selama kedua orang tuanya tidak diketahui, adalah warga negara
Indonesia.6
3. Sejarah kewarganegaraan sejak proklamasi kemerdekaan
Pada waktu Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945,
Negara Republik Indonesia belum mempunyai Undang-Undang Dasar. Sehari
kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945.
Mengenai soal kewarganegaraan Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 26
ayat (1) menentukan bahwa Yang menjadi warga negara ialah orang-orang Bangsa
Indonesia aseli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang
sebagai warga negara,sedangkan ayat (2)-nya menyebutkan bahwa Syarat-syarat
yang mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan Undang-Undang (e.b. dari
penyusun).
5 Ibid., hlm. 294.
6 Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta:
Rakyat suatu negara meliputi semua orang yang bertempat tinggal di dalam
wilayah kekuasaan negara dan tunduk dalam kekuasaan negara itu. Pada permulaan
rakyat dari pada suatu negara hanya terdiri dari orang-orang dari satu keturunan yang
berasal dari satu nenek moyang. Dalam hal ini faktor terpeting adalah pertalian darah.
Penduduk ialah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang
ditetapkan oleh peraturan negara yang bersangkutan di perkenankan mempunyai
tempat tinggal pokok (domisili) dalam wilayah negara itu.
Penduduk dapat terbagi atas :
1. Penduduk warga negara, dengan singkat di sebut Warga Negara.
2. Penduduk bukan warganegara yang di sebut Orang Asing.
Dwi kewarganegaraan
Pewarganegaraan
Negara RI memberi kesempatan pada orang asing (bukan warga negara RI) untuk
menjadi warga negara. Cara nya ialah pewarganegaraan.
Seorang asing yang ingin menjadi warga negaraan harus menunjukan
permohonan kepada menteri penghakiman.8
a. Aspek Yuridis
Dari sudut pandang yuridis, kewarganegaraan adalah merupakan suatu status hukum
kenegaraan , suatu kompleks hak dan kewajiban, khusus nya di bidang hukum publik,
yang dimiliki oleh warga negara yang tidak dmiliki oleh warga asing.
b. Aspek Sosial Budaya
Dari segi sosial budaya, kewargnegaraan merupakan keanggotaan suatu
bangsa tertentu, yakni sejumlah manusia yang terikat satu dengan lain nya karena
kesatuan bahasa, kehidupan sosial dan budaya serta kesadaran nasionalnya.
D. HAK DAN KEWAJIBAN YANG MELEKAT PADA STATUS WARGA
NEGARA
Pada dasarnya undang-undang yang mengatur warga negara suatu negara,
tidak memuat ketentuan yang menjelaskan tentang apakah yang merupakan isi dari
pada status kewarganegaaan tersebut.
Maka untuk mengetahui apakah yang merupakan hak dan kewajiban seorang
Warga Negara Indonesia, tidak akan ditemukan jawaban nya jika hanya mencari
dalam undang-undang tentang kewarganegaraan Indonesia yang berlaku.
Berkenaan dengan kewajiban seorang warga negara tidak menimbulkan
mesalah, karena sudah sewajarnya seorang warga negara harus memiliki tanggung
jawab atas kewajiban-kewajiban yang dibedakan negara nya.
Bahwa hak seperti tersebut adalah semata-mata hak yang dapat dimiliki oleh
seorang warga negara sehingga bagi orang asing tidaklah di perkenankan turut serta
dalam pemilihan.9
E. ORANG ORANG YANG TERMASUK WARGA NEGARA INDONESIA
8 C.S.T Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara
10
11
negaranya. Orang yang tinggal di wilayah negara tetapi bukan warga negara dari
negara itu tidak memiliki hubungan timabl balik dengan negara tersebut.
1. Penentuan warga negara
Siapa saja yang dapat menjadi warga negara dari suatu negara? Setiap negara
berdaulat berwenang menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara dalam
menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal dengan asas kewarganegaraan
berdasarkan kelahiran dan asas kewarganegaraan berdasarkan perkawinan.
Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan pada sisi kelahiran dikenal dua
asas yaitu asas ius soli dan asas ius sangunis. Ius artinya hukum atau dalil. Soli
berasal dari kata solum yang artinya negeri atau tanah. Sangunis berasal dari kata
Sanguis yang artinya darah.11
Dari sudut pandang kewarganegaraan sosiologis, seorang dapat dipandang negara
sebagai warga negaranya sebab ikatan emosional, tingkah laku dan penghayatan
hidup yang dilakukan menunjukan bahwa orang tersebut seharusya menjadi anggota
negara itu. Namun dari sudut pandang kewarganegaraan yuridis orang tersebut tidak
memenuhi kewarganegaraan yuridis sebab tidak memiliki butki ikatan hukum dengan
negara lain.
Jadi, dari sisi kewarganegaraan sosiologis ada hal yang belum terpenuhi yaitu
persyaratan yuridis yang merupakan ikatan formal orang tersebut dengan negara.
Disisi lain, terdapat orang yang memiliki kewarganegraan dalam arti yuridis, namun
tidak memiliki kewarganegaraan dalam sosiologis. Ia memiliki tanda ikatan hukum
dengan negara, tetapi ikatan emosional dan penghayatan hidupnya sebagai warga
negara tidak ada.
Jadi, ada kalanya terdapat seorang warga negara hanya secara yuridis saja sebagai
warga negara, sedangkan secara sosiologis belum memenuhi adalah sangat ideal
apabila seorang warga negara memiliki persyratan yuridis dan sosiologis sebagai
anggota dari negara.
Indonesia sebagai negara yang pada dasarnya menganut prinsip ius
sanguinis mengatur kemungkinan warganya untuk mendapatkan status
kewarganegaraan melalui prinsip kelahiran. Sebagai contoh banyak warga keturunan
Cina yang masih berkewarganegaraan Cina ataupun yang memiliki dwikewarganegaraan antara Indonesia dan Cina, tetapi bermukim di Indonesia dan
memiliki keturunan di Indonesia.
Terhadap anak-anak mereka ini sepanjang yang bersangkutan tidak berusaha
untuk mendapatkan status kewarganegaraan dari negara asal orangtuanya. Dapat saja
diterima sebagai warga negara Indonesia karena kelahiran. Kalaupun hal ini dianggap
11 Reshuffle, Undang-Undang Dasar 1945 dan Amandemen (Jakarta: Pustaka
12
tidak sesuai dengan prinsip yang dianut, sekurang-kurangnya terhadap mereka itu
dapat dikenakan ketentuan mengenai kewarganegaraan melalui proses registrasi
biasa. Bukan melalui proses naturalisasi yang mempersamakan kedudukan mereka
sebagai orang asing sama sekali.
Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU
sebagai warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu
Tanda Penduduk, berdasarkan Kabupaten atau (Khusus DKI Jakarta) Provinsi, tempat
ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan nomor
identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17
tahun dan mencatatkan diri di kantor pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara
kepada warga negaranya sebagai bukti identitas yang bersangkutan dalam tata hukum
internasional.
Kewarganegaraan
1. Kewarganegaran dalam arti formil menunjuk pada tempat kewarganegaraan.
Dalam sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik.
2. Kewarganegaraan dalam arti materiel menunjuk pada akibat hukum dari status
kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban kewarganegaraan. 12
Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut memiliki pertalian
hukum serta tunduk pada hukum negara yang bersangkutan. Orang yang sudah
memiliki kewarganegaraan tidak jatuh pada kekuasaan atau kewenangan negara
lain.negara lain tidak berhak memperlakukan kaidah-kaidah hukum pada orang yang
bukan warga negaranya.
13
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
14
martabat yang sama sebagai makhluk ciptaan Tuhan, agar tercipta suatu keadilan
dalam kehidupan bernegara.
15