Anda di halaman 1dari 15

Makalah Kewarganegaraan Indonesia

Hukum Tata Negara

Disusun oleh :
Nikita Riskila 1342011132
Silvia Ulfa 1342011163
Willy Admajaya 1342011172
Reyvandi Guzel 1342011144

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Istilah warga Negara merupakan terjemahan dari istilah belanda staatsburger.


Sedangkan istilah inggris untuk pengertian yang sama adalah citizen dan istilah
perancisnya adalah citoyen. Istilah dalam bahasa inggris dan perancis itu cukup
menarik karena arti harfiah keduanya adalah kota ini tentu tidak lepas dari pengaruh
konsep polis pada masa yunani purba.
Pendidikan kewarganegaraan sangatlah penting untuk dipelajari oleh semua
kalangan. Oleh sebab itu, pendidikan Nasional Indnesia menjadikan pendidikan
kewarganegaraan sebagai pelajaran pokok sejak dini. Kewarganegaraan adalah hal
yang sangat penting dalam suatu negara. Tanpa status kewarganegaraan seorang
warga negara tidak akan diakui oleh sebuah negara. Dan dalam makalah ini kami
akan sedikit menjelaskan tentang masalah kewarganegaraan, agar warga negara
Indonesia paham dan mengerti apa itu kewarganegaraan. Hal ini disebabkan karena di
era sekarang ini banyak warga negara yang tidak mengetahui dan memahami tentang
kewarganegaraan.
Sejarah hukum kewarganegaraan Indonesia diawali kira-kira pada awal abad
XIX. Pada saat itu VOC mulai membuat penggolongan kependudukan dalam
masyarakat berdasarkan kriterium keagamaan dan ciri-ciri lahiriah. Hak dan
kewajiban hukum orang belanda dan hukum orang belanda dan hukum orang asing
dalam peraktek nya sama. Tahun 1814 - 1815 terbentuk UUD yang menentukan
semua orang yang beretempat tinggal di negeri Belanda dan koloni nya adalah warga
Negara Belanda. Statusnya hanya bersifat perdata tidak membawa pada hak dan
kewajiban publik.
Pada tahun 1850-1892 terjadi dualism pengertian kewarganegaraaan Belanda,
pengertian yang bersifat perdata diatur dalam nederlandch burgerlijk, pada masa
kemerdekaan ketentuan mengenai warga Negara di teteapkan dalam pada 6UUD
1945 yang menyebut bahwa yang menjadi warga Negara Indonesia adalah orangorang Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan undang- undang sebagai Warga
Negara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah Kewarganegaraan Indonesia?
2. Apa yang dimaksud warga negara dan Kewarganegaraan Republik Indonesia?
3. Bagaimana kewarganegaraan Republik Indonesia ?
4. Bagaimana hak dan kewajiban yang melekat pada status Warga Negara?
5. Siapa yang termasuk dalam Warga Negara Indonesia?
6. Bagaimana kedudukan Warga Negara dalam Negara?

BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH HUKUM KEWARGANEGARAAN INDONESIA


Sejarah hukum kewarganegaraan Indonesia diawali kira-kira pada awal abad
XIX. Pada saat itu VOC mulai membuat penggolongan kependudukan dalam
masyarakat berdasarkan kriterium keagamaan dan ciri-ciri lahiriah. Hak dan
kewajiban hukum orang Belanda dan hukum orang Belanda dan hukum orang asing
dalam prakteknya sama. Tahun 1814 - 1815 terbentuk UUD yang menentukan semua
orang yang bertempat tinggal di negeri Belanda dan koloni nya adalah Warga Negara
Belanda. Statusnya hanya bersifat perdata tidak membawa pada hak dan kewajiban
publik.
Pada masa kemerdekaan ketentuan mengenai Warga Negara di tetapkan
dalam pada pasal 6 UUD 1945 yang menyebut bahwa yang menjadi Warga Negara
Indonesia adalah orang-orang Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan undangundang sebagai Warga Negara.
B. WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
Salah satu persyaratan diterimanya status sebuah negara adalah adanya unsur
warga negara yang diatur menurut ketentuan hukum tertentu, sehingga warga negara
yang diatur menurut ketentuan hukum tertentu, sehingga warga negara yang
bersangkutan dapat dibedakan dari warga dari negara lain.
Pengaturan mengenai kewarganegaraan ini biasanya ditentukan berdasarkan
salah satu dari dua prinsip, yaitu prinsip ius soli atau ius sanguinis. Yang dimaksud
dengan ius soli adalah prinsip yang mendasarkan diri pada pengertian hukum
mengenai tanah kelahiran, sedangkan ius sanguinis mendasarkan diri pada prinsip
hubungan darah.1
Berdasarkan prinsip ius soli, seseorang yang dilahirkan didalam wilayah
hukum suatu negara, secara hukum dianggap memiliki status kewarganegaraan dari
negara tempat kelahirannya itu. Negara Amerika Serikat dan kebanyakan negara di
Eropa termasuk menganut prinsip kewarganegaraan berdasarkan kelahiran ini,
sehingga siapa saja yang dilahirkan di negara-negara tersebut, secara otomatis diakui
sebagai warga negara.

1 Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara & Pilar-Pilar Demokrasi, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2012), hlm. 234.

Oleh karena itu sering terjadi WNI yang sedang bermukim di negara-negara
luar negeri, misalnya karena sedang mengikuti pendidikan dan sebagainya,
melahirkan anak, maka status anaknya diakui oleh Pemerintah Amerika Serikat
sebagai warga negara Amerika Serikat. Padahal kedua orang tuanya
berkewarganegaraan Indonesia.
Berbeda dengan prinsip kelahiran itu, di beberapa negara, dianut prinsip ius
sanguinis yang mendasarkan diri pada faktor pertalian seseorang dengan status orang
tua yang berhubungan darah dengannya. Apabila orang tuanya berkewarganegaraan
suatu negara, maka otomatis kewarganegaraan anak-anaknya dianggap sama dengan
kewarganegaraan orang tuanya itu.
Karena itulah diadakan pengaturan status kewarganegaraan yaitu, dengan cara
pertama, status kewarganegaraan seseorang ditentukan ditentukan karena
kelahirannya. Siapa saja yang lahir dalam wilayah hukum suatu negara, terutama
yang menganut prinsip ius soli, yang bersangkutan secara langsung mendapatkan
status kewarganegaraan. Cara kedua, yaitu melalui proses pewarganegaraan
(naturalisasi).
Selain kedua cara tersebut, juga dikenal adanya cara ketiga, yaitu melalui
registrasi. Karena dalam pengalaman seperti yang terjadi di Prancis yang pernah
menjadi bangsa penjajah di berbagai penjuru dunia, banyak warganya yang bermukim
di daerah-daerah koloni dan melahirkan anak dengan status kewarganegaraan yang
cukup ditentukan dengan cara registrasi saja.
Dapat dikatakan bahwa proses kewarganegaraan itu dapat diperoleh melalui
tiga cara, yaitu (i) kewarganegaraan karena kelahiran atau citizenship by birth, (ii)
kewarganegaraan melalui pewarganegaraan atau citizenship by naturalizaion, dan (iii)
kewarganegaraan melalui registrasi biasa atau citizenship by registration.
A.Istilah Warga Negara
Istilah warga Negara merupakan terjemahan dari istilah belanda staatsburger.
Sedangkan istilah inggris untuk pengertian yang sama adalah citizen dan istilah
perancisnya adalah citoyen. Istilah dalam bahasa inggris dan perancis itu cukup
menarik karena arti harfiah keduanya adalah kota ini tentu tidak lepas dari pengaruh
konsep polis pada masa yunani purba.
B. Asas-Asas Kewarganegaraan
Asas kewarganegaraan adalah pedoman dasar bagi suatu Negara untuk
menentukan siapa yang menjadi warga negaranya dari segi kelahiran ada dua asas
kewarganegaraan yang sering di jumpai yaitu ius soli dan ius sanguinis. Kedua istilah
ini berasal dari bahasa latin ius berarti hukum, dalil atau pedoman, sedangkan soli
berasal dari kata solum yang berarti negeri, tanah atau daerah.

Dengan demikian, ius soli berarti pedoman yang berasal pada tempat
kelahiran. Dalam kaitannya dengan asas kewarganegaraan ini. Ius sanguinis berarti
kewarganegaraan ditentukan dari kewarganegaraan keturunan orang tua nya. Orang
yang lahir dari orang tua yang beda Negara akan memperoleh kewarganegaraan nya
tersebut. Salah satu syarat berdirinya Negara yaitu adanya rakyat atau penduduk
yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu. Rakyat yang tinggal menetap di suatu
wilayah tertentu dalam hubunganya dengan Negara di sebut warga Negara.2

Pengertian penduduk dan rakyat

Sebagai kita ketahui dalam ilmu tata negara, bahwa rakyat merupakan salah satu
unsur bagi terbentuk nya suatu Negara. Di samping unsur wilayah dan unsur
pemerintahan. Dalam suatu negara berlaku suatu undang-undang dasar, orang-orang
berada dalam wilayah negara itu yang benar tunduk dan mejunjung tinggi undangundang dasar tersebut. Yang dimaksud rakyat suatu negara haruslah mempunyai
ketegasan bahwa mereka itu harus benar benar tunduk kepada undang-undang dasar
negara yang berlaku.
Dan penduduk adalah semua orang yang ada ataupun bertempat tinggal dalam
wilayah negara dengan ketegesan telah memenuhi persyaratan tertentu yang di
tetapkan oleh peraturan negara.
Jadi penduduk tegasnya dapat terbagi atas:
A. Penduduk warga negara
B. Penduduk bukan warga negara jelasnya orang asing
1. Ius soli dan Ius sanguinis
Ius soli adalah hukum yang mengikutin tanah kelahiran. Jadi asas ius soli dalam
kewarganegaraan berarti asas dalam pewarganegaraan yang mengikuti di tempat
mana seseorang itu di lahirkan.
Menurut istilah bahasa latin ius berarti hukum sedangkan sanguinus dapat berarti
keturunan atau darah, jadi asas ini mengikuti hukum atau ketentuan dari keturunan
atau darah orang tua nya.3
Cara memperoleh kewarganegaraan selain dengan ius soli dan ius sanguinis:

2 Yusnani Hasyimzum, Hukum Kewarganegaraan, (Bandar lampung: Universitas

Lampung 2005), hlm. 12.


33 R.G Kartasapoetra, Sistematika Hukum Tata Negara, (Jakarta: Rineka Cipta, April

1993), hlm. 211.

Di samping dengan mempergunakan asas ius soli dan ius sanguinis (sebagai
prinsip dasar), cara memperoleh kewarganegaraan juga dapat di lakukan dengan:
1. STELSEL AKTIF; yakni melaksanakan/ melakukan tindakan-tindakan tertentu
secara aktif untuk memperoleh kewarganegaraan dari suatu Negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Misal dengan fasilitas hak opsi (hak
untuk memilih kewarganegaraan dari suatu Negara).
2. STELSEL PASIF; tanpa melaksanakan /melakukan tindakan-tindakan hukum yang
telah ditentukan. Dengan kata lain menjadi warga negara secara otomatis setelah
dalam jangka waktu tertentu berada di suatu Negara dan memenuhi syarat-syarat
yang di tentukan oleh UU kewaraganegaraan dimana ia berada.
Stelsel ini tidak berlaku apabila orang tersebut mempergunakan fasilitas hak
repudiasi (hak untuk menolak menjadi warganegara dari suatu Negara dimana ia
berada).
Kehilangan kewarganegaraan menurut undang-undang no 62 tahun 1958.
Menurut Undang-Undang No. 62 Tahun 1958 seorang warga negara Indonesia
dapat kehilangan kewarganegaranya pada umumnya disebabkan, antara lain :
a. Seorang wanita warga Negara Indonesia menikah dengan seorang laki-laki warga
Negara asing ;
b. Putusnya pernikahan seorang wanita asing dengan laki-laki warga Negara
Indonesia ;
c. Anak dari keluarga seorang orang tua yang kehilangan kewarganegaraan
Indonesia ;
d. Jika warga Negara Indonesia itu memperoleh kewarganegaraanya sendiri
e. Tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain ;
f. Jika seseorang anak diadopsi oleh orang asing sebagai anaknya ;
g. Jika seorang warganegara Indonesia memasuki dinas asing tanpa ijin terlebih
dahulu dari menteri kehakiman RI ;
h. Jika seorang warga Negara Indonesia menggakut sumpah serta menyatajan janji
setia kepada Negara asing ;
i. Jika seorang warga Negara indonesia turut serta dalam pemilihan pemilihan
sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk suatu kepentingan Negara asing.4
2. Bipatride dan Apatride
A-patride, yaitu adanya seorang penduduk yang sama sekali tidak mempunyai
kewarganegaraan.

44 B. Hestu Cipto Handoyo dan Y. Thresianti S, Dasar-Dasar Hukum Tata Negara

Indonesia, (Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta, 1996), hlm. 153.

Bi-patride, yaitu adanya seorang penduduk yang mempunyai dua macam


kewarganegaaraan sekaligus (kewarganegaraan negaraan rangkap atau dwikewarganegaraan).

Di muka telah dijelaskan bahwa setiap negara berhak untuk menentukan azas
mana yang dipakai dalam menentukan siapakah yang termasuk warga negaranya,
maka akan timbul peraturan-peraturan di bidang kewarganegaraan yang tidak sama.
Dan menurut istilah dari Prof. Gouw Giok Siong seolah-olah terjadi pertentangan5
sebab kemungkinan terjadi bahwa negara A menganut azas ius soli sedangkan negara
B menganut azas ius sanguinis, atau sebaliknya. Hal tersebut akan menimbulkan
bipatride (dwi kewarganegaraan) atau apatride (tanpa kewarganegaraan) apabila
terjadi pengimigrasian antara kedua negara tersebut.
Baik bipatride maupun apatride tersebut harus dihindarkan dan caranya ialan
dengan menutup kemungkinan teradinya bipatride dan apatride dalam undang-undang
tentang kewarganegaraan. Umpamanya untuk mencegah bipatride undang-undang no.
62 tahun 1958 pasal 7 menentukan bahwa seseorang perempuan asing yang kawin
dengan laki-laki warga negara Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan
Indonesia dengan melakukan pernyataan, dengan syarat bahwa dia harus
meninggalkan kewarganegaraan asalnya.
Demikian pula untuk mencegah kemungkinan terjadinya apatride. Undangundang tersebut dalam pasal 1 huruf f menentukan, bahwa anak yang lahir di wilayah
Republik Indonesia selama kedua orang tuanya tidak diketahui, adalah warga negara
Indonesia.6
3. Sejarah kewarganegaraan sejak proklamasi kemerdekaan
Pada waktu Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945,
Negara Republik Indonesia belum mempunyai Undang-Undang Dasar. Sehari
kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945.
Mengenai soal kewarganegaraan Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 26
ayat (1) menentukan bahwa Yang menjadi warga negara ialah orang-orang Bangsa
Indonesia aseli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang
sebagai warga negara,sedangkan ayat (2)-nya menyebutkan bahwa Syarat-syarat
yang mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan Undang-Undang (e.b. dari
penyusun).
5 Ibid., hlm. 294.
6 Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta:

Pusat Kajian HTN FH UI, 1988), hlm. 296.

Perumusan demikian didasarkan pada pertimbangan bahwa memang


seharusnyalah bangsa Indonesia asli yang menjadi warga negara Indonesia, namun
bagi mereka keturunan asing dapat pula menjadi warga negara dengan akan diatur
dalam Undang-Undang; sebab adalah tidak lazim masalah kewarganegaraan diatur
dalam Undang-Undang Dasar. Dan pada waktu penyusunan Undang-Undang Dasar
telah dijelaskan bahwa hal tersebut lebih baik diatur dalam Undang-Undang biasa.7
C. KEWARGANEGARAAN

Kewarganegaraan Republik Indonesia

Rakyat suatu negara meliputi semua orang yang bertempat tinggal di dalam
wilayah kekuasaan negara dan tunduk dalam kekuasaan negara itu. Pada permulaan
rakyat dari pada suatu negara hanya terdiri dari orang-orang dari satu keturunan yang
berasal dari satu nenek moyang. Dalam hal ini faktor terpeting adalah pertalian darah.
Penduduk ialah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang
ditetapkan oleh peraturan negara yang bersangkutan di perkenankan mempunyai
tempat tinggal pokok (domisili) dalam wilayah negara itu.
Penduduk dapat terbagi atas :
1. Penduduk warga negara, dengan singkat di sebut Warga Negara.
2. Penduduk bukan warganegara yang di sebut Orang Asing.

Dwi kewarganegaraan

Dalam menentukan kewarganegaaraan nya beberapa negara memakai asas ius


soli, sedang di negara lain berlaku asas ius sanguinis. Hal demikian menimbulkan dua
kemungkinan, yaitu:
A-patride, yaitu adanya seorang penduduk yang sama sekali tidak mempunyai
kewarganegaraan.
Bi-patride, yaitu adanya seorang penduduk yang mempunyai dua macam
kewarganegaaraan sekaligus (kewarganegaraan negaraan rangkap atau dwikewarganegaraan).

Pewarganegaraan

7 Ibid., hlm. 297.

Negara RI memberi kesempatan pada orang asing (bukan warga negara RI) untuk
menjadi warga negara. Cara nya ialah pewarganegaraan.
Seorang asing yang ingin menjadi warga negaraan harus menunjukan
permohonan kepada menteri penghakiman.8
a. Aspek Yuridis
Dari sudut pandang yuridis, kewarganegaraan adalah merupakan suatu status hukum
kenegaraan , suatu kompleks hak dan kewajiban, khusus nya di bidang hukum publik,
yang dimiliki oleh warga negara yang tidak dmiliki oleh warga asing.
b. Aspek Sosial Budaya
Dari segi sosial budaya, kewargnegaraan merupakan keanggotaan suatu
bangsa tertentu, yakni sejumlah manusia yang terikat satu dengan lain nya karena
kesatuan bahasa, kehidupan sosial dan budaya serta kesadaran nasionalnya.
D. HAK DAN KEWAJIBAN YANG MELEKAT PADA STATUS WARGA
NEGARA
Pada dasarnya undang-undang yang mengatur warga negara suatu negara,
tidak memuat ketentuan yang menjelaskan tentang apakah yang merupakan isi dari
pada status kewarganegaaan tersebut.
Maka untuk mengetahui apakah yang merupakan hak dan kewajiban seorang
Warga Negara Indonesia, tidak akan ditemukan jawaban nya jika hanya mencari
dalam undang-undang tentang kewarganegaraan Indonesia yang berlaku.
Berkenaan dengan kewajiban seorang warga negara tidak menimbulkan
mesalah, karena sudah sewajarnya seorang warga negara harus memiliki tanggung
jawab atas kewajiban-kewajiban yang dibedakan negara nya.
Bahwa hak seperti tersebut adalah semata-mata hak yang dapat dimiliki oleh
seorang warga negara sehingga bagi orang asing tidaklah di perkenankan turut serta
dalam pemilihan.9
E. ORANG ORANG YANG TERMASUK WARGA NEGARA INDONESIA

8 C.S.T Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara

1986 ), hlm. 19.


H. Abu Bakar Busro dan Abu Daud Busroh, Hukum Tata Negara (Palembang:
Ghalia Indonesia, 1984), hlm. 169.
9

10

UU No. 3 Tahun 1946 (disempurnakan) dalam pasal 1 menegaskan, bahwa Warga


negara Indonesia ialah:
a. Orang yang asli dalam daerah Negara Indonesia;
b. Orang yang tidak masuk dalam golongan tersebut di atas akan tetapi turunan dari
seorang golongan itu lahir dan bertempat berkedudukan dan kediaman dalam
daerah Negara Indonesia dan orang bukan turunan seorang dari golongan
termaksud yang lahir dan berketempat dudukan dan kediaman sedikitnya selama
5 tahun berturut-turut yang paling akhir di dalam daerah Negara Indonesia yang
telah berumur 21 tahun atau telah kawin;
c. Orang yang mendapatkan kewarganegaraan Negara Indonesia dengan cara
naturalisasi;
d. Anak yang sah, disahkan atau diakui dengan cara yang sah oleh bapaknya, yang
pada waktu lahirnya bapaknya mempunyai kewarganegaraan Indonesia;
e. Anak yang lahir 300 hari setelah bapaknya, yang mempunyai kewarganegaraan
Indonesia, meninggal dunia;
f. Anak yang hanya oleh ibunya diakui denga cara yang sah, yang pada waktu
lahirnya mempunyai kewarganegaraan Negara Indonesia;
g. Anak yang diangkat dengan cara yang sah oleh seorang warga Negara yang sah
oleh seorang warga Negara Indonesia;
h. Anak yang lahir di dalam daerah Negara Indonesia, yang oleh bapaknya ataupun
oleh ibunya tidak diakui dengan cara yang sah;
i. Anak yang lahir di dalam daerah Negara Indonesia, yang tidak di ketahui siapa
orang tuanya atau kewarganegaraan Negara orang tua nya;
j. Badan hukum yang didirikan menurut hukum yang berlaku dalam Negara
Indonesia dan bertempatan kedudukan di dalam daerah negara Indonesia.10
F. KEDUDUKAN WARGA NEGARA DALAM NEGARA.
Pada bagian sebelumnya telah di kemukakan bahwa warga negara adalah anggota
dari negara. Warga negaralah sebagai penduduk negara dan memiliki arti penting bagi
negara. Sebagai anggota dari negara, warga negara memiliki hubungan atau ikatan
dengan negara hubungan antara warga negara dengan negara terwujud dalam bentuk
hak dan kewajiban antara keduanya. Warga negara memiliki hak dan kewajiban
terhadap negara. Sebaliknya, negara memiliki hak dan kewajiban terhadap warga
negaranya. Dengan istilah sebagai warga negara ia memiliki hubungan timbal balik
yang sederajat dengan negaranya.
Hubungan dan kedudukan warga negara ia bersifat khusus, sebab hanya mereka
yang yang menjadi warga negara lah yang memiliki hubungan timabal balik dengan

10 C.S.T Kansil, Hukum Kewarganegaraan Republik Indonesia, (Jakarta: Sinar

Grafika, 1996), hlm. 37.

11

negaranya. Orang yang tinggal di wilayah negara tetapi bukan warga negara dari
negara itu tidak memiliki hubungan timabl balik dengan negara tersebut.
1. Penentuan warga negara
Siapa saja yang dapat menjadi warga negara dari suatu negara? Setiap negara
berdaulat berwenang menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara dalam
menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal dengan asas kewarganegaraan
berdasarkan kelahiran dan asas kewarganegaraan berdasarkan perkawinan.
Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan pada sisi kelahiran dikenal dua
asas yaitu asas ius soli dan asas ius sangunis. Ius artinya hukum atau dalil. Soli
berasal dari kata solum yang artinya negeri atau tanah. Sangunis berasal dari kata
Sanguis yang artinya darah.11
Dari sudut pandang kewarganegaraan sosiologis, seorang dapat dipandang negara
sebagai warga negaranya sebab ikatan emosional, tingkah laku dan penghayatan
hidup yang dilakukan menunjukan bahwa orang tersebut seharusya menjadi anggota
negara itu. Namun dari sudut pandang kewarganegaraan yuridis orang tersebut tidak
memenuhi kewarganegaraan yuridis sebab tidak memiliki butki ikatan hukum dengan
negara lain.
Jadi, dari sisi kewarganegaraan sosiologis ada hal yang belum terpenuhi yaitu
persyaratan yuridis yang merupakan ikatan formal orang tersebut dengan negara.
Disisi lain, terdapat orang yang memiliki kewarganegraan dalam arti yuridis, namun
tidak memiliki kewarganegaraan dalam sosiologis. Ia memiliki tanda ikatan hukum
dengan negara, tetapi ikatan emosional dan penghayatan hidupnya sebagai warga
negara tidak ada.
Jadi, ada kalanya terdapat seorang warga negara hanya secara yuridis saja sebagai
warga negara, sedangkan secara sosiologis belum memenuhi adalah sangat ideal
apabila seorang warga negara memiliki persyratan yuridis dan sosiologis sebagai
anggota dari negara.
Indonesia sebagai negara yang pada dasarnya menganut prinsip ius
sanguinis mengatur kemungkinan warganya untuk mendapatkan status
kewarganegaraan melalui prinsip kelahiran. Sebagai contoh banyak warga keturunan
Cina yang masih berkewarganegaraan Cina ataupun yang memiliki dwikewarganegaraan antara Indonesia dan Cina, tetapi bermukim di Indonesia dan
memiliki keturunan di Indonesia.
Terhadap anak-anak mereka ini sepanjang yang bersangkutan tidak berusaha
untuk mendapatkan status kewarganegaraan dari negara asal orangtuanya. Dapat saja
diterima sebagai warga negara Indonesia karena kelahiran. Kalaupun hal ini dianggap
11 Reshuffle, Undang-Undang Dasar 1945 dan Amandemen (Jakarta: Pustaka

Makmur, 2009), hlm. 40.

12

tidak sesuai dengan prinsip yang dianut, sekurang-kurangnya terhadap mereka itu
dapat dikenakan ketentuan mengenai kewarganegaraan melalui proses registrasi
biasa. Bukan melalui proses naturalisasi yang mempersamakan kedudukan mereka
sebagai orang asing sama sekali.
Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU
sebagai warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu
Tanda Penduduk, berdasarkan Kabupaten atau (Khusus DKI Jakarta) Provinsi, tempat
ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan nomor
identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17
tahun dan mencatatkan diri di kantor pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara
kepada warga negaranya sebagai bukti identitas yang bersangkutan dalam tata hukum
internasional.
Kewarganegaraan
1. Kewarganegaran dalam arti formil menunjuk pada tempat kewarganegaraan.
Dalam sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik.
2. Kewarganegaraan dalam arti materiel menunjuk pada akibat hukum dari status
kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban kewarganegaraan. 12
Kewarganegaraan seseorang mengakibatkan orang tersebut memiliki pertalian
hukum serta tunduk pada hukum negara yang bersangkutan. Orang yang sudah
memiliki kewarganegaraan tidak jatuh pada kekuasaan atau kewenangan negara
lain.negara lain tidak berhak memperlakukan kaidah-kaidah hukum pada orang yang
bukan warga negaranya.

12 Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan (Jakarta: Bumi Aksara,

2008), hlm. 52.

13

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Indonesia sebagai negara yang pada dasarnya menganut prinsip ius


sanguinis mengatur kemungkinan warganya untuk mendapatkan status
kewarganegaraan melalui prinsip kelahiran. Sebagai contoh banyak warga keturunan
Cina yang masih berkewarganegaraan Cina ataupun yang memiliki dwikewarganegaraan antara Indonesia dan Cina, tetapi bermukim di Indonesia dan
memiliki keturunan di Indonesia. Terhadap anak-anak mereka ini sepanjang yang
bersangkutan tidak berusaha untuk mendapatkan status kewarganegaraan dari negara
asal orangtuanya. Dapat saja diterima sebagai warga negara Indonesia karena
kelahiran. Kalaupun hal ini dianggap tidak sesuai dengan prinsip yang dianut,
sekurang-kurangnya terhadap mereka itu dapat dikenakan ketentuan mengenai
kewarganegaraan melalui proses registrasi biasa. Bukan melalui proses naturalisasi
yang mempersamakan kedudukan mereka sebagai orang asing sama sekali.
Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU
sebagai warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu
Tanda Penduduk, berdasarkan Kabupaten atau (Khusus DKI Jakarta) Provinsi, tempat
ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan nomor
identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK) apabila ia telah berusia 17
tahun dan mencatatkan diri di kantor pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara
kepada warga negaranya sebagai bukti identitas yang bersangkutan dalam tata hukum
internasional.
Setelah kita mempelajari makalah ini dapat kita simpulkan bahwa
kewarganegaraan merupakan hal penting yang harus diketaui oleh setiap warga
negara. Ini dikarenakan bahwa dengan pemahaman kewarganegaraan yang baik maka
kehidupan berbangsa dan bernegara akan menjadi tentram dan jelas. Dan kita sebagai
warga negara yang bertanggung jawab terhadap masyarakat, bangsa dan negara
hendaknya kita berusaha untuk meningkatkan pengalaman prinsip serta nilai-nilai
luhur bangsa terutama memahami manusia yang pada dasarnya memiliki harkat dan

14

martabat yang sama sebagai makhluk ciptaan Tuhan, agar tercipta suatu keadilan
dalam kehidupan bernegara.

15

Anda mungkin juga menyukai