PENDAHULUAN
Sebagaimana kita ketahui dalam ilmu Tata Negara, bahwa rakyat merupakan
salah satu unsur bagi terbentuknya suatu negara di samping unsur wilayah dan unsur
pemerintahan.1 Rakyat yang hidup di dalam sebuah negara adalah mereka yang
bertempat tinggal di wilayah kekuasaan negara dan tunduk kepada atauran kekuasaan
yang ada di negara itu. Selain ada rakyat di dalam negara, ada juga yang disebut
dengan penduduk, yaitu mereka yang tidak berasal dari negara yang mereka diami
atau orang asing yang tinggal di negara lain dalam kurun waktu tertentu. Antara
rakyat dan penduduk memang memiliki perbedaan yang membatasi keduanya, namun
mereka memiliki hak yang sama dalam menjalani kehidupan bernegaran, yaitu status
kewarganegaraan.
Status kewarganegaraan merupakan hak setiap individu untuk memilikinya
dalam kehidupan bernegara. Dengan memilki status kewarganegaraan, setiap warga
negara akan terjamin hak-hak dan kewajibannya, seperti hak untuk diakui, dilindungi
dan di fasilitasi, serta dipenuhi oleh negara. Sedangkan kewajiban warga negara
adalah membayar pajak, menjaga nama baik negara, dan patuh terhadap setiap aturan
yang berlaku di negara tersebut.
Setiap negara memiliki sendiri undang-undang dan pengaturan mengenai
kewaranegaraan dalam negaranya. Seperti di Indonesia, pengaturan mengenai warga
negara tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 26 , dan UU No. 12 tahun
2006 mengenai Kewarganegaraan RI.
Kewarganegaraan memiliki prinsip-prinsip dasar mengenai cara mengatahui
kewarganegaraan seseorang. Begitu juga dengan permasalahan dari perolehan status
kewarganegaraan yang dimiliki seseorang, misalkan ia memiliki kewarganegaraan
ganda, ataupun dia ingin pindah kewarganegaraan. Hal-hal tersebut berkaitan juga
dengan proses hilangnya dan proses mendapatkan hak kewarganegaraan yang dimiliki
seseorang. Terutama dengan masalah proses naturalisasi untuk atlet warga negara
asing di Indonesia.
1
R.G Kartasapoetra, S.H, Sistematika Hukum Tata Negara, (Jakarta : PT. Rineka Cipta , 1993 ), hal. 211
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan ditanyakan adalah:
1 ) Apa pengertian dari kewarganegaraan beserta prinsip – prinsip dasarnya?
2 ) Bagaimana pengaturan kewarganegaraan di Indonesia ?
3 ) Apa permasalahan mengenai kehilangan dan mendapatkan kewarganegaraan?
2
BAB II
ISI
2
Prof. C.S.T. Kansil, S.H , Hukum Tata Negara Republik Indonesia 1, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000) hlm.
216
3
Pof. Jimly Asshiddiqie, S.H., Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II, (Jakarta : Konstitusi Press, 2006 )
hlm.132
4
Op.cit
3
Di dalam masalah kewarganegaraan dikenal dengan adanya dua asas menyangkut
penentuan status seseorang yang itu asas keturunan atau ius sanguinis, dan asas tempat
kelahiran atau ius solli. Asas ius sanguinis artinya menetapkan kewarganegaraan seorang
menurut pertalian atau keturunan dari orang yang berangkutan. Jadi yang menentukan
kewarganegaraan seseorang ialah kewarganegaraan orang tuanya, dengan tidak
mengindahkan di mana ia sendiri dan orang tuanya berada dan dilahirkan. 5 Contoh negara
yang menganut asas ini adalah Indonesia. Sedangkan asas ius solli artinya menentukan status
kewarganegaraan seseorang yang dilahirkan di dalam wilayah hukum suatu negara , secara
hukum dianggap memiliki status kewarganegaraan dari negara tempat kelahirannya itu .6
Jadi, jika seseorang lahir di negara X, maka ia akan menjadi warga negara X; walaupun orang
tuanya adalah warga negara Y. Contoh negara yang menganut asa ini adalah Amerika Serikat
dan kebanyakan negara di Eropa.
Disamping kedua asas yang telah disebutkan, dapat juga mempergunakan stelsel
kewarganegaraan untuk menentukan kewarganegaraan seseorang. Stelsel kewarganegaraan
terbagi menjadi dua yaitu stelsel aktif dan stelsel pasif. Menurut stelsel aktif artinya
seseorang harus berperan aktif melakukan tindakan-tindakan hukum tertentu untuk menjadi
warga negara. Sedangkan menurut stelsel pasif, orang secara otomatis dianggap menjadi
warga negara suatu wilayah tanpa berperan aktif melakuka suatu tindakan hukum tertentu.
Berkaitan dengan kedua stelsel tersebut, makan dapat di bedakan :
1. Hak opsi, yaitu hak memilih sesuatu kewarganegaraan (dalam stelsel
aktif)
2. Hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak sesuatu kewarganegaraan
(dalam stelsel pasif)7
5
Op.Cit hlm.217
6
Prof.Dr.Jimly Asshiddiqie,S.H, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, (Jakarta, Konstitusi Press,
2005), hlm.229
7
Op.Cit hlm.218
4
1. Apatirde yaitu adanya seorang penduduk yang tidak memiliki status
kewaranegaraan sama sekali
2. Bipatride adanya seorang penduduk yang memiliki dua
kewarganegaraan sekaligus.
Apatride dapat terjadi karena seseorang orang tuannya berasal dari negara D yang
menganut asas ius solli , tetapi ia sendiri lahir di di negara E yang menganut asas ius
sanguinis . Akibatnya, orang ini bukanlah menjadi warga negara D, karena ia tidak lahir di
negara D. Namun, dia juga tidak menjadi warga negara E, karena ia bukan menjadi warga
negara E karena, ia bukanlah keturunan dari bangsa E. Dengan demikian orang tersebut tidak
memiliki kewarganegaraan sama sekali.
2.1.3.Sistim Campuran
Di beberapa negara menganut asas ius sanguinis dan beberapa negara lainnya
menganut asas ius solli. Namun, ada juga negara yang menganut kedua asas
kewarganegaraan tersebut di negaranya seperti di India. Berbeda dengan negara lainnya,
India menerapkan ketentuan perolehan status kewarganegaraan berdasarkan tanah kelahiran (
citizenship by birth ) dan sekaligus menurut garis keturunan ( citizenship by descent). Melalui
pewarganegaraan berrdasarkan kelahiran (citizen by birth) , setiap orang yang lahir
diwiliayah negara India pada tanggal atau sesudah tanggal 26 Januari 1950, dianggap sebagai
5
warga negara India yang sah. Demikian pula melalui pewarganegaraan berdasarkan
keturunan , seseorang yanglahir di luar wilayah India pada tanggap atau sesudah tanggal 26
Januari 1950 dianggap sebagai warga negara karena keturunan, apabila pada waktu ia
dilahirkan kedua orang tuannya adalah warga negara India8
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa India menggunakan sistim
campuran dalam menentukan status kewarganegaraan warga negaranya. Asas
kewarganegaraan yang dipakai tidak hanya ius solli tetapi juga ius sanguinis. Kemudian cara
dalam menentukan kewarganegraan yang diterapkan tidak hanya dengan cara citisenship by
birth tetapi juga citizenship by descent.
8
Durga Das Basu, Introduction to the Constitution of India (Nagpur-New Delhi: Wadhwa & Co,2000), hlm.75
6
“ Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan “
Di dalam Undang Undang ini penjelasan mengenai warga negara Indonesia ada di
dalam pasal 4, yaitu : a) setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
dan/atau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum
Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia; b) anak yang lahir dari
perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia; c) anak yang lahir
dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia dan ibu warga negara
asing; d) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan
ibu Warga Negara Indonesia; e) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu
Warga Negara Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum
negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut; f) anak yang
lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya meninggal dunia dari
perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia; g). anak yang lahir di luar
perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia; h) anak yang lahir di luar
perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang diakui oleh seorang ayah
Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak
tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin; i) anak yang lahir di wilayah
negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah
dan ibunya; j) anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia
selama ayah dan ibunya tidak diketahui; k) anak yang lahir di wilayah negara Republik
7
Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui
keberadaannya; l) anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari
seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat
anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan; m)
anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau
menyatakan janji setia.9
9
Undang-undang No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.
8
3. Citizenship by naturalisation : perwarganegaraan orang asing yang atas
kegendaknya sendiri mengajukan permohonan untuk menjadi warga negara dengan
memenuhi segala persyaratan yang ditentukan
4. Citizenship by registration : pewarganegaraan bagi mereka yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu dianggap cukup dilakukan melalui prosedur
administrasi pendaftaran yang lebih sederhana.
5. Citizenship by incorporation of territory : pewarganegaraan karena
terjadinya perluasan wilayah negara10, seperti di Timor Timur saat menjadi wilayah
Republik Indonesia.
Selain itu seseorang dapat kehilangan kewarganegaraan dengan tiga kemungkinan
cara, yaitu:
1. Renunciation: adalah tindakan sukarela seseorang untuk menanggalkan
salah satu dari dua atau lebih status kewarganegaraan yang diperolehnya dari dua
negara atau lebih.
2. Termination: adalah penghentian status kewarganegaraan sebagau
tindakan hukum karena yang bersangkitan memperoleh kewarganegaraan dari negara
lain
3. Deprivation : adalah penghentian secara paksa, pencabutan, atau
pemecatan dari satatus kewarganegaraan berdasarkan perintah jabatan yang
berwenang karena terbukti adanya kesalahan atau pelanggatan yang dilakukan dalam
cara peolehan status kewarganegaraan atau apabila orang yang bersangkutan terbukti
tidak setia atau berkhianat kepada negara dan undang-undang dasar11
10
Durga Das Baru, Op.Cit. hlm. 75
11
Prof.Jimly Asshidiqie, S.H,Op.Cit hlm. 150-151
9
jasmani dan rohani; d. dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; e. tidak pernah dijatuhi
pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun
atau lebih; f. jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda; g. mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan h.
membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.
Sesuai dengan apa yang tertuang di Undang-Undang No.12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan RI, Gonzalez memang sudah memenuhi syarat untuk mendapatkan
kewarganegaraan Indonesia. Pasal 9 UU No. 12 Tahun 2006 menyebutkan ‘Permohonan
pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin; b. pada waktu mengajukan
permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5
(lima) tahun berturut-turuut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut’. c.
sehat jasmani dan rohani; d. dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara
Pancasila dan UUD 1945; e. tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana
yang diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih; f. jika dengan memperoleh
Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi berkewarganegaraan ganda; g.
Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan h. Membayar uang
pewarganegaraan ke Kas Negara.
11
Direktur Status, Alih-Status dan Transfer Pemain PSSI, Max Boboy mengatakan PSSI akan
menenpuh jalur normal untuk menaturalisasi pemain asing lain.
Selain Kim Kurniawan, PSSI juga telah mengajukan proposal naturaliasai untuk
Jhonny Rudolf dan Rapahel Guilermo Eduardo Maitimo, pemain asal Belanda. Kini,
Permohonan itu sudah dikirim ke Menteri Pemuda dan Olahraga sejak Oktober 2010 silam.
Menurut pengakuan Max Boboy, untuk Gonzalez tidak ada perlakuan atau jalur khusus untuk
menaturalisasi, karena Gonzalez sudah memenuhi syarat dengan tinggal cukup lama di
Indonesia dan beristri wanita Indonesia, saat proses pengajuan naturalisasinya. Meski begitu,
Max Boboy juga mengakui untuk kasus Kim dan pemain yang lain akan dilakukan secara
berbeda.
Menurut menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar mengatakan proses naturalisasi
warga negara asing menjadi warga negara Indonesia harus memebuhi persyaratan
sebagaimana diatur salam peraturan perundang- undangan. Namun, ia juka mengakui adanya
fasilitas berbeda bila WNA tersebut dianggap telah atau akan berjasa bagi Indonesia.
Artinya adalah, bila prosedur khusus ini dijalankan, maka yang menentukan orang
asing itu berhak mendapat kewarganegaraan Indonesia bukan hanya Presiden melalui
keputusannya. Melainkan harus memperoleh pertimbangan DPR terlebih dahulu. Dalam hal
pewarganegaraan juga tidak hanya diberikan kepada pemain sepak bola keturunan atau orang
asing tetapi juga karena perkawinan..
Dari paparan kasus diatas, menurut saya, saya setuju dengan adanya pewarganegaraan
khusus atau dengan proses yang lebih cepat untuk atlet yang berkewarganegaraan asing yang
ingin menjadi warga negara Indonesia. Karena, mereka akan membawa nama bangsa
Indonesia di kancah olahraga dan akan menjadi pahlawan untuk Indonesia sendiri, namun
disini harus diperhatikan juga seberapa besar urgensinya atlet tersebut harus segara menjadi
warga negara Indonesia. Kalau untuk kasus Kim Kurniawan sendiri, misalkan memang dia
12
dibutuhkan cepat oleh tim nasional sepak bola Indonesia dan dari syarat belum bisa
memenuhi, tempuh saja jalur khusus agar bisa lebih cepat. Tetapi kalau masih lama
dibutuhkan,, biar saja Kim sendiri mengikuti proses naturalisasi dengan normal seperti
Gonzales.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rakyat adalah orang orang yang tinggal dan berdiam di suatu wilyah dengan tunduk
terhadap hukum serta aturan yang ada di wilayah tersebut. Kewarganegaraan merupaka status
yang rajyat dapatkan sebagai tanda sah menjadi warga negara di wilayah tersebut. Warga
negara sendiri dalam pengakuan statusnya menggunakan dua asas yaitu ius solli dan ius
sanguinis, yang berdasarkan wilayah hukum dilahirkan dan beradasarkan keturunan orang
tua..Disamping kedua asas yang telah disebutkan, dapat juga mempergunakan stelsel
kewarganegaraan untuk menentukan kewarganegaraan seseorang. Stelsel kewarganegaraan
terbagi menjadi dua yaitu stelsel aktif dan stelsel pasif. Kemudian, dari stelsel tersebut
munculah hak opsi dan repudiasi. Permasalahan kewarganegaraan terdiri dari bipatride dan
apatride , yang memiliki dua kewarganegaraan dan yang tidak memiliki kewarganegaraan
sama sekali. Selanjutnya, di Indonesia pengaturan kewarganegaraan ada di UUD 1945 dan
UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI. Dalam permasalahan mendapatkan dan
kehilangan kewarganegaraan di Indonesia secara khusus diatur di dalam UU No. 12 Tahun
2006
3.2 Saran
Mengenai kasus pewarganegaraan Kim Kurniawan, ada benarnya jika melihat urgensi
seberapa cepat ia dibutuhkan di tim nasional Indonesia. Namun, untuk pemerintah seharusnya
lebih memperhatikan pewarganegaraan khusus untuk atlet kewarganegaraan asing yang akan
berjuang membawa nama Indonesia. Terutama dari kemudahan prosesnya, dan pengawassan
dari atlet itu sendiri selama menjalani proses pewarganegaraan agar tidak melanggar aturan di
UU itu sendiri. Namun, jangan sampai ada kecemburuan antar warga negara asing yang
melaksanakan proses pewarganegaraan. Walaupun bukan sebagai atlet, warga negara asing
yang akan melaksanakan pewarganegaraan harus dimudahkan juga prosesnya walau bukan
menjalani proses khusus.
14
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku :
Asshiddiqie, Jimly. Hukum Tata Negara dan Pilar- Pilar Demokrasi. Jakarta:
Konstitusi Press. 2005
Asshiddiqie, Jilmy. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II. Jakarta:
Konstitusi Press.2006
Undang – Undang
Portal Berita
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4d0d6e924c817/naturalisasi-kim-jeffrey-
kurniawan-akan-terganjal-undangundang-
15