Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagaimana kita ketahui dalam ilmu Tata Negara, bahwa rakyat merupakan
salah satu unsur bagi terbentuknya suatu negara di samping unsur wilayah dan unsur
pemerintahan.1 Rakyat yang hidup di dalam sebuah negara adalah mereka yang
bertempat tinggal di wilayah kekuasaan negara dan tunduk kepada atauran kekuasaan
yang ada di negara itu. Selain ada rakyat di dalam negara, ada juga yang disebut
dengan penduduk, yaitu mereka yang tidak berasal dari negara yang mereka diami
atau orang asing yang tinggal di negara lain dalam kurun waktu tertentu. Antara
rakyat dan penduduk memang memiliki perbedaan yang membatasi keduanya, namun
mereka memiliki hak yang sama dalam menjalani kehidupan bernegaran, yaitu status
kewarganegaraan.
Status kewarganegaraan merupakan hak setiap individu untuk memilikinya
dalam kehidupan bernegara. Dengan memilki status kewarganegaraan, setiap warga
negara akan terjamin hak-hak dan kewajibannya, seperti hak untuk diakui, dilindungi
dan di fasilitasi, serta dipenuhi oleh negara. Sedangkan kewajiban warga negara
adalah membayar pajak, menjaga nama baik negara, dan patuh terhadap setiap aturan
yang berlaku di negara tersebut.
Setiap negara memiliki sendiri undang-undang dan pengaturan mengenai
kewaranegaraan dalam negaranya. Seperti di Indonesia, pengaturan mengenai warga
negara tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 26 , dan UU No. 12 tahun
2006 mengenai Kewarganegaraan RI.
Kewarganegaraan memiliki prinsip-prinsip dasar mengenai cara mengatahui
kewarganegaraan seseorang. Begitu juga dengan permasalahan dari perolehan status
kewarganegaraan yang dimiliki seseorang, misalkan ia memiliki kewarganegaraan
ganda, ataupun dia ingin pindah kewarganegaraan. Hal-hal tersebut berkaitan juga
dengan proses hilangnya dan proses mendapatkan hak kewarganegaraan yang dimiliki
seseorang. Terutama dengan masalah proses naturalisasi untuk atlet warga negara
asing di Indonesia.

1
R.G Kartasapoetra, S.H, Sistematika Hukum Tata Negara, (Jakarta : PT. Rineka Cipta , 1993 ), hal. 211

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan ditanyakan adalah:
1 ) Apa pengertian dari kewarganegaraan beserta prinsip – prinsip dasarnya?
2 ) Bagaimana pengaturan kewarganegaraan di Indonesia ?
3 ) Apa permasalahan mengenai kehilangan dan mendapatkan kewarganegaraan?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
1 ) Mengetahui pengertian dari kewarganegaraan berserta prinsip– prinsip dasarnya
2 ) Mengetahui tentang pengaturan kewarganegaraan di Indonesia
3 ) Memahami permasalahan mengenai kehilangan dan mendapatkan
kewarganegaraan serta penyelesaiannya.

2
BAB II
ISI

2.1 Pengertian dan Asas–Asas Kewarganegaraan

Mengenai kewarganeraan tidak akan lepas dari siapa yang menyandang


kewarganegaraan tersebut ? Terlebih dahulu dibahas mengenai subjek yang akan memegang
kewarganegaraan. Rakyat, atau rakyat negara meliputi semua orang yang bertempat tinggal di
dalam wilayah kekuasaan negara dan tunduk kepada kekuasaan negara itu. 2 Rakyat negara
yang menetap inilah yang disebut dengan warga negara pada wilayah tersebut. Kemudian,
warga negara secara sendiri-sendiri merupakan subjek-subjek hukum yang menyandang hak
dan sekaligus kewajiban-kewajiban dari dan terhadap negara.3
Setiap warga negara memiliki hak –hak yang bisa ia dapatkan, seperti hak
untuk diakui (recognized), oleh negara, hak untuk dihormati (respected), hak untuk
dilindungi (protected), hak untuk difasilitasi (facilitated), serta dipenuhi (fulfilled) oleh
negara. Sedangkan kewajiban yang harus dijalani setiap warga negara adalah memenuhi hak
– hak negara, seperti menghormati, dan menaati setiap peraturan negara, contohnya adalah
membayar pajak.
Di dalam suatu wilayah negara terdapat dua pembagian golongan, yaitu penduduk dan
bukan penduduk. Penduduk ialah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang
ditetapkan oleh peraturan negara yang bersangkutan diperkenankan mempunyai tempat
tinggal pokok (domisili) dalam wilayah negara itu. 4
Sedangkan bukan penduduk adalah
mereka yang tinggal di wilayah tersebut dalam kurun waktu tertentu. Penduduk sendiri
terbagi menjadi dua, yaitu penduduk warga negara dan penduduk asing.

2.1.1 Ius Sanguinis dan Ius Solli

2
Prof. C.S.T. Kansil, S.H , Hukum Tata Negara Republik Indonesia 1, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000) hlm.
216
3
Pof. Jimly Asshiddiqie, S.H., Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II, (Jakarta : Konstitusi Press, 2006 )
hlm.132
4
Op.cit

3
Di dalam masalah kewarganegaraan dikenal dengan adanya dua asas menyangkut
penentuan status seseorang yang itu asas keturunan atau ius sanguinis, dan asas tempat
kelahiran atau ius solli. Asas ius sanguinis artinya menetapkan kewarganegaraan seorang
menurut pertalian atau keturunan dari orang yang berangkutan. Jadi yang menentukan
kewarganegaraan seseorang ialah kewarganegaraan orang tuanya, dengan tidak
mengindahkan di mana ia sendiri dan orang tuanya berada dan dilahirkan. 5 Contoh negara
yang menganut asas ini adalah Indonesia. Sedangkan asas ius solli artinya menentukan status
kewarganegaraan seseorang yang dilahirkan di dalam wilayah hukum suatu negara , secara
hukum dianggap memiliki status kewarganegaraan dari negara tempat kelahirannya itu .6
Jadi, jika seseorang lahir di negara X, maka ia akan menjadi warga negara X; walaupun orang
tuanya adalah warga negara Y. Contoh negara yang menganut asa ini adalah Amerika Serikat
dan kebanyakan negara di Eropa.
Disamping kedua asas yang telah disebutkan, dapat juga mempergunakan stelsel
kewarganegaraan untuk menentukan kewarganegaraan seseorang. Stelsel kewarganegaraan
terbagi menjadi dua yaitu stelsel aktif dan stelsel pasif. Menurut stelsel aktif artinya
seseorang harus berperan aktif melakukan tindakan-tindakan hukum tertentu untuk menjadi
warga negara. Sedangkan menurut stelsel pasif, orang secara otomatis dianggap menjadi
warga negara suatu wilayah tanpa berperan aktif melakuka suatu tindakan hukum tertentu.
Berkaitan dengan kedua stelsel tersebut, makan dapat di bedakan :
1. Hak opsi, yaitu hak memilih sesuatu kewarganegaraan (dalam stelsel
aktif)
2. Hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak sesuatu kewarganegaraan
(dalam stelsel pasif)7

2.1.2 Apatride dan Bipatride

Karena setiap negara menganut asas yang berbeda dalam menentukan


kewarganegaraannya, maka tidak bisa dihindari terjadinya permasalahan mengenai
kewaraganegaran. Misalkan, tidak dimilikinya status kewarganegaraan seseorang atau bahkan
seseorang bisa memiliki status kewarganegaraan ganda.

5
Op.Cit hlm.217
6
Prof.Dr.Jimly Asshiddiqie,S.H, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, (Jakarta, Konstitusi Press,
2005), hlm.229
7
Op.Cit hlm.218

4
1. Apatirde yaitu adanya seorang penduduk yang tidak memiliki status
kewaranegaraan sama sekali
2. Bipatride adanya seorang penduduk yang memiliki dua
kewarganegaraan sekaligus.

Apatride dapat terjadi karena seseorang orang tuannya berasal dari negara D yang
menganut asas ius solli , tetapi ia sendiri lahir di di negara E yang menganut asas ius
sanguinis . Akibatnya, orang ini bukanlah menjadi warga negara D, karena ia tidak lahir di
negara D. Namun, dia juga tidak menjadi warga negara E, karena ia bukan menjadi warga
negara E karena, ia bukanlah keturunan dari bangsa E. Dengan demikian orang tersebut tidak
memiliki kewarganegaraan sama sekali.

Sedangkan bipatride dapat terjadi karena seseorang yang merupakan keturunan


bangsa X yang menganut asas ius sanguinis, tetapi ia dilahirkan di negara Z yang menganut
asas ius solli . Akibatnya, orang tersebut karena keturunan bangsa X, ia diakui di negara X ,
namun ia juga diakui di negara Z karena disanalah tempat dia dilahirkan. Dengan demikian,
orang tersebut memiliki dua kewarganegaraan.

Dapat disimpulkan bahwa, seseorang yang merupakan keturunan dari bangsa


yang menganut asas kewarganegaraan berdasarkan wilayah hukum dimana dilahirkannya,
tetapi lahir di negara yang menganut asas kewarganegaraan berdasarkan keturunan akan
berakibat kepada tidak adanya status kewarganegaraan. Sebaliknya, jika orang tersebut
merupakan keturunan dari bangsa yang menganut asas kewarganegaraan berdasarkan
keturunan, tetapi lahir di negara yang menganut asas kewarganegaraan berdasarkan wilayah
hukum dimana dilahirkannya, akan berakibat dualisme status kewarganegaraan seseorang

2.1.3.Sistim Campuran
Di beberapa negara menganut asas ius sanguinis dan beberapa negara lainnya
menganut asas ius solli. Namun, ada juga negara yang menganut kedua asas
kewarganegaraan tersebut di negaranya seperti di India. Berbeda dengan negara lainnya,
India menerapkan ketentuan perolehan status kewarganegaraan berdasarkan tanah kelahiran (
citizenship by birth ) dan sekaligus menurut garis keturunan ( citizenship by descent). Melalui
pewarganegaraan berrdasarkan kelahiran (citizen by birth) , setiap orang yang lahir
diwiliayah negara India pada tanggal atau sesudah tanggal 26 Januari 1950, dianggap sebagai
5
warga negara India yang sah. Demikian pula melalui pewarganegaraan berdasarkan
keturunan , seseorang yanglahir di luar wilayah India pada tanggap atau sesudah tanggal 26
Januari 1950 dianggap sebagai warga negara karena keturunan, apabila pada waktu ia
dilahirkan kedua orang tuannya adalah warga negara India8
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa India menggunakan sistim
campuran dalam menentukan status kewarganegaraan warga negaranya. Asas
kewarganegaraan yang dipakai tidak hanya ius solli tetapi juga ius sanguinis. Kemudian cara
dalam menentukan kewarganegraan yang diterapkan tidak hanya dengan cara citisenship by
birth tetapi juga citizenship by descent.

2.2 Pengaturan Kewargangeraan di Indonesia

Berkaitan dengan mendapatkan status kewargangeraan untuk mencegah dwi


kewarganegaraan ataupun tidak adanya status kewarganegaraan yaitu kita harus tau
bagaimana caranya mendapatkan kewarganegaraan dan mengetahuii juga apa faktor
faktonya. Tetapi sebelum berangkat ke arah bagaimana seseorang dapat memperoleh dan
kehilangan kewarganegaraan , kita harus mengatahui bagaimana pengaturan secara yuridis
mengenai kewarganegaraan di Indonesia sendiri.

1. Undang Undang Dasar 1945


Setelah Indonesia merdeka dan memiliki sendiri Undang- Undang Dasar
1945 yang juga megatur mengenai kewarganegaraan serta hakhak dan
kewajibannya.
Hal- hal mengenai ini diatur dalam pasal-pasal berikut

Pasal 26 UUD 1945


(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli
dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan UU sebagai warga negara
(2) Syarat-syarat yang mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan
UU

Pasal 27 ayat (2) UUD 1945

8
Durga Das Basu, Introduction to the Constitution of India (Nagpur-New Delhi: Wadhwa & Co,2000), hlm.75

6
“ Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan “

Pasal 28D ayat (2) UUD 1945


“ Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja “

Pasal 29 ayat (2) UUD 1945


“ Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu “

5. Undang- Undang No, 12 Tahun 2006

Di dalam Undang Undang ini penjelasan mengenai warga negara Indonesia ada di
dalam pasal 4, yaitu : a) setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan
dan/atau berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain sebelum
Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia; b) anak yang lahir dari
perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia; c) anak yang lahir
dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga Negara Indonesia dan ibu warga negara
asing; d) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara asing dan
ibu Warga Negara Indonesia; e) anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu
Warga Negara Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum
negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut; f) anak yang
lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya meninggal dunia dari
perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara Indonesia; g). anak yang lahir di luar
perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara Indonesia; h) anak yang lahir di luar
perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara asing yang diakui oleh seorang ayah
Warga Negara Indonesia sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak
tersebut berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin; i) anak yang lahir di wilayah
negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah
dan ibunya; j) anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia
selama ayah dan ibunya tidak diketahui; k) anak yang lahir di wilayah negara Republik
7
Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui
keberadaannya; l) anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari
seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari negara tempat
anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan; m)
anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya,
kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau
menyatakan janji setia.9

2.2.1 Perolehan dan Kehilangan Kewarganegaraan

Setelah memahami secara yuridis mengenai pengaturan kewarganegaraan yang ada di


Indonesia, sekarang bisa kita uraikan lebih lanjut mengenai apa saja faktor faktor seseorang
dapat memeperoleh dan kehilangan kewarganegaraannya. Secara umum untuk memeperoleh
status kewarganegaraan di Indonesia tergambarkan ada dua cara yaitu, (i) status
kewarganegaraan dengan kelahiran di wilayah hukum Indonesia, atau (ii) dengan
pewarganegaraan naturaliasasi. Tetapi, disamping itu ditemukan juga satu cara lainnya yaitu
dengan cara registrasi.
Kemudian, jika diperinci lagi sebenarnya cara untuk mendapatkan status
kewarganegaraan tidak terbatas hanya tiga cara tersebut, tetapi bisa lebih banyak. Seperti di
India dengan lima prosedur status kewarganegaraan,
1. Citizenship by birth : adalah pewarganegaraan berdasarkakan
kehalihan dimana setiap orang yang lahir di wilayah suatu negara, dianggap sah
sebagai warga negara yang bersangkutan. Mengenai hal ini sangat terkait dengan asas
ius solli, yang menekankan status kewarganegaraan seseorang sesuai dengan tempat
kelahirannya.
2. Citizenship by descent: adalah pewarganegaraan berdasarkan
keturunan di aman seseorang yang lahir diluar wilayah suatu negara dianggap sebagai
warga negara kearena keturunan, apabila pada waktu yang besangkutan dilahirkan,
kedua orang taunya ada;aj wahra negara daroi negara tersebut, dalam hal ini asas yang
digunakan adalah asas ius sanguins dan hukum kewarganegaraan Indonesia pada
pokoknya menganut asas ini, yaitu dengan melalui garis ayah.

9
Undang-undang No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia.

8
3. Citizenship by naturalisation : perwarganegaraan orang asing yang atas
kegendaknya sendiri mengajukan permohonan untuk menjadi warga negara dengan
memenuhi segala persyaratan yang ditentukan
4. Citizenship by registration : pewarganegaraan bagi mereka yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu dianggap cukup dilakukan melalui prosedur
administrasi pendaftaran yang lebih sederhana.
5. Citizenship by incorporation of territory : pewarganegaraan karena
terjadinya perluasan wilayah negara10, seperti di Timor Timur saat menjadi wilayah
Republik Indonesia.
Selain itu seseorang dapat kehilangan kewarganegaraan dengan tiga kemungkinan
cara, yaitu:
1. Renunciation: adalah tindakan sukarela seseorang untuk menanggalkan
salah satu dari dua atau lebih status kewarganegaraan yang diperolehnya dari dua
negara atau lebih.
2. Termination: adalah penghentian status kewarganegaraan sebagau
tindakan hukum karena yang bersangkitan memperoleh kewarganegaraan dari negara
lain
3. Deprivation : adalah penghentian secara paksa, pencabutan, atau
pemecatan dari satatus kewarganegaraan berdasarkan perintah jabatan yang
berwenang karena terbukti adanya kesalahan atau pelanggatan yang dilakukan dalam
cara peolehan status kewarganegaraan atau apabila orang yang bersangkutan terbukti
tidak setia atau berkhianat kepada negara dan undang-undang dasar11

Sedangkan di Indonesia sendiri untuk mendapatkan status kewargangeraan Indonesia


lebih lanjut diatur dalam bab II pasal 8 sampai pasal 22 UU No. 12 tahun 2006 mengenai
Kewarganegaraan RI mengenai Syarat dan Tata Cara Memperoleh Kewarganegaraan
Republik Indonesia. Untuk syarat mengajukan diri dalam melakukan pewarganegaraan
(naturalisasi) di Indonesia diatur pasal 9 yang berbunyi :Permohonan pewarganegaraan dapat
diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai berikut: a). telah berusia 18
(delapan belas) tahun atau sudah kawin; b). pada waktu mengajukan permohonan sudah
bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima ) tahun
berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh puluh) tahun tidak berturut-turut; c. sehat

10
Durga Das Baru, Op.Cit. hlm. 75
11
Prof.Jimly Asshidiqie, S.H,Op.Cit hlm. 150-151

9
jasmani dan rohani; d. dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; e. tidak pernah dijatuhi
pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun
atau lebih; f. jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda; g. mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan h.
membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.

Sedangkan dalam masalah kehilangan kewarganegaraan di Indonesia diatur dalam


bab IV
pasal 23 sampai pasal 30 UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia. Untuk faktor-faktor seseorang dapat kehilangan kewarganegaraan yang
berbunyi :Warga Negara Indonesia kehilangan kewarganegaraannya jika yang
bersangkutan:a. memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri; b. tidak
menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang bersangkutan
mendapat kesempatan untuk itu; c. dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas
permohonannya sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun atau
sudah kawin, bertempat tinggal di luar negeri, dan dengan dinyatakan hilang
Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan; d. masuk dalam
dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden; e. secara sukarela masuk dalam
dinas negara asing, yang jabatan dalam dinas semacam itu di Indonesia sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan hanya dapat dijabat oleh Warga Negara Indonesia;
f. secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau
bagian dari negara asing tersebut; g. tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan
sesuatu yang bersifat ketatanegaraan untuk suatu negara asing; h. mempunyai paspor atau
surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang dapat diartikan sebagai tanda
kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain atas namanya; atau i. bertempat tinggal
di luar wilayah negara Republik Indonesia selama 5 (lima) tahun terus-menerus bukan dalam
rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan sengaja tidak menyatakan
keinginannya untuk tetap menjadi Warga Negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 (lima)
tahun itu berakhir, dan setiap 5 (lima) tahun berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan
pernyataan ingin tetap menjadi Warga Negara Indonesia kepada Perwakilan Republik
Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal
Perwakilan Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan secara tertulis kepada yang
bersangkutan, sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi tanpa kewarganegaraan
10
2.3 Permasalahan Mengenai Kehilangan dan Mendapatkan Kewarganegaraan

Permasalahan yang akan dibahas adalah mengenai perolehan di Indonesia, yaitu


naturalisasi pemain sepak bola yang memiliki kewarganegaraan asing. Ketika AFF di
Indonesia tahun 2010 tim nasional Indonesia menjadi kuat setelah diperkuat oleh striker asal
Uruguay, Christian Gonzales dan pemain keturunan Belanda Irfan Bachdim. Rencana pihak
PSSI saat itu juga adalah menarik pemain asing lain yang sedang dibidik untuk diberi parpor
Indonesia, yaitu pemain asal Jerman, Kim Jeffrey Kurniawan.

Beruntungnya, Irfan Bachdim masih memegang paspos hijau Indonesia sehingga ia


dapat memilih untuk memiliki kewarganegaraan Indonesia, saat usia 18 tahun. Berbeda
dengan Gonzalez dan Kim yang tidak sama sekali memegang paspor hijau sehingga harus
melewati proses naturalisasi. Tetapi akhirnya, Gonzales menjadi WNI setelah melewati
proses naturalisasi di Indonesia selama enam tahun.

Sesuai dengan apa yang tertuang di Undang-Undang No.12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan RI, Gonzalez memang sudah memenuhi syarat untuk mendapatkan
kewarganegaraan Indonesia. Pasal 9 UU No. 12 Tahun 2006 menyebutkan ‘Permohonan
pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin; b. pada waktu mengajukan
permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara Republik Indonesia paling singkat 5
(lima) tahun berturut-turuut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturut-turut’. c.
sehat jasmani dan rohani; d. dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara
Pancasila dan UUD 1945; e. tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana
yang diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih; f. jika dengan memperoleh
Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi berkewarganegaraan ganda; g.
Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan h. Membayar uang
pewarganegaraan ke Kas Negara.

Bila mengacu kepada aturan tersebut,untuk rencana proses naturalisasi Kim


Kurniawan mungkin tidak akan semudah yang dijalani Gonzalez. Hal ini dikarenakan Kim
tidak menetap di Indonesia sejak permohonan naturalisasi itu diajukan. Walaupun begitu,

11
Direktur Status, Alih-Status dan Transfer Pemain PSSI, Max Boboy mengatakan PSSI akan
menenpuh jalur normal untuk menaturalisasi pemain asing lain.

Selain Kim Kurniawan, PSSI juga telah mengajukan proposal naturaliasai untuk
Jhonny Rudolf dan Rapahel Guilermo Eduardo Maitimo, pemain asal Belanda. Kini,
Permohonan itu sudah dikirim ke Menteri Pemuda dan Olahraga sejak Oktober 2010 silam.
Menurut pengakuan Max Boboy, untuk Gonzalez tidak ada perlakuan atau jalur khusus untuk
menaturalisasi, karena Gonzalez sudah memenuhi syarat dengan tinggal cukup lama di
Indonesia dan beristri wanita Indonesia, saat proses pengajuan naturalisasinya. Meski begitu,
Max Boboy juga mengakui untuk kasus Kim dan pemain yang lain akan dilakukan secara
berbeda.

Menurut menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar mengatakan proses naturalisasi
warga negara asing menjadi warga negara Indonesia harus memebuhi persyaratan
sebagaimana diatur salam peraturan perundang- undangan. Namun, ia juka mengakui adanya
fasilitas berbeda bila WNA tersebut dianggap telah atau akan berjasa bagi Indonesia.

Pasal 20 UU Kewarganegaraan berbunyi ‘Orang asing yang telah berjasa kepada


negara Republik Indonesia atau dengan alasan kepentingan negara dapat diberi
Kewarganegaraan Republik Indonesia oleh Presiden setelah memperoleh pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, kecuali dengan pemberian kewarganegaraan
tersebut mengakibatkan yang bersangkutan berkewarganegaraan ganda’.

Artinya adalah, bila prosedur khusus ini dijalankan, maka yang menentukan orang
asing itu berhak mendapat kewarganegaraan Indonesia bukan hanya Presiden melalui
keputusannya. Melainkan harus memperoleh pertimbangan DPR terlebih dahulu. Dalam hal
pewarganegaraan juga tidak hanya diberikan kepada pemain sepak bola keturunan atau orang
asing tetapi juga karena perkawinan..

Dari paparan kasus diatas, menurut saya, saya setuju dengan adanya pewarganegaraan
khusus atau dengan proses yang lebih cepat untuk atlet yang berkewarganegaraan asing yang
ingin menjadi warga negara Indonesia. Karena, mereka akan membawa nama bangsa
Indonesia di kancah olahraga dan akan menjadi pahlawan untuk Indonesia sendiri, namun
disini harus diperhatikan juga seberapa besar urgensinya atlet tersebut harus segara menjadi
warga negara Indonesia. Kalau untuk kasus Kim Kurniawan sendiri, misalkan memang dia

12
dibutuhkan cepat oleh tim nasional sepak bola Indonesia dan dari syarat belum bisa
memenuhi, tempuh saja jalur khusus agar bisa lebih cepat. Tetapi kalau masih lama
dibutuhkan,, biar saja Kim sendiri mengikuti proses naturalisasi dengan normal seperti
Gonzales.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Rakyat adalah orang orang yang tinggal dan berdiam di suatu wilyah dengan tunduk
terhadap hukum serta aturan yang ada di wilayah tersebut. Kewarganegaraan merupaka status
yang rajyat dapatkan sebagai tanda sah menjadi warga negara di wilayah tersebut. Warga
negara sendiri dalam pengakuan statusnya menggunakan dua asas yaitu ius solli dan ius
sanguinis, yang berdasarkan wilayah hukum dilahirkan dan beradasarkan keturunan orang
tua..Disamping kedua asas yang telah disebutkan, dapat juga mempergunakan stelsel
kewarganegaraan untuk menentukan kewarganegaraan seseorang. Stelsel kewarganegaraan
terbagi menjadi dua yaitu stelsel aktif dan stelsel pasif. Kemudian, dari stelsel tersebut
munculah hak opsi dan repudiasi. Permasalahan kewarganegaraan terdiri dari bipatride dan
apatride , yang memiliki dua kewarganegaraan dan yang tidak memiliki kewarganegaraan
sama sekali. Selanjutnya, di Indonesia pengaturan kewarganegaraan ada di UUD 1945 dan
UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI. Dalam permasalahan mendapatkan dan
kehilangan kewarganegaraan di Indonesia secara khusus diatur di dalam UU No. 12 Tahun
2006

3.2 Saran
Mengenai kasus pewarganegaraan Kim Kurniawan, ada benarnya jika melihat urgensi
seberapa cepat ia dibutuhkan di tim nasional Indonesia. Namun, untuk pemerintah seharusnya
lebih memperhatikan pewarganegaraan khusus untuk atlet kewarganegaraan asing yang akan
berjuang membawa nama Indonesia. Terutama dari kemudahan prosesnya, dan pengawassan
dari atlet itu sendiri selama menjalani proses pewarganegaraan agar tidak melanggar aturan di
UU itu sendiri. Namun, jangan sampai ada kecemburuan antar warga negara asing yang
melaksanakan proses pewarganegaraan. Walaupun bukan sebagai atlet, warga negara asing
yang akan melaksanakan pewarganegaraan harus dimudahkan juga prosesnya walau bukan
menjalani proses khusus.

14
DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku :

Asshiddiqie, Jimly. Hukum Tata Negara dan Pilar- Pilar Demokrasi. Jakarta:
Konstitusi Press. 2005

Asshiddiqie, Jilmy. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II. Jakarta:
Konstitusi Press.2006

Basu, Durga Das.Introduction to the Constitution of India.Nagpur-New Delhi:


Wadhwa & Co. 2000

Kansil,C.S.T. Hukum Tata Negara Republik Indonesia 1. Jakarta : Penerbit


Rineka Cipta. 2000

Kartasapoetra, R.G. Sistematika Hukum Tata Negara. Jakarta :Penerbit Rineka


Cipta.1993

Undang – Undang

Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI

Portal Berita

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4d0d6e924c817/naturalisasi-kim-jeffrey-
kurniawan-akan-terganjal-undangundang-

15

Anda mungkin juga menyukai