Nama: Mutiara Zahroh  Tugas VII

NPM : 1306394000
Kontrak Dagang

Analisis Pengadaan Electronic Data Capture (EDC) Konstruksi Kasus Bank BCA, PT
X serta Japan Co

Pengadaan EDC yang terdapat dalam konstruksi kasus yang diberikan pada pertemuan
terakhir, merupakan salah satu jenis usaha yang memudahkan para pelanggan untuk
melakukan transaksi perbankan dalam rangka mendukung efisiensi dan kepraktisan dalam
berbagai kegiatan yang dilakukan. Dalam perkembangan teknologi informasi, layanan
produk-produk bank tidak lagi menggunakan layanan konvensional saja, tetapi layanan itu
kini dapat dilakukan menggunakan fasilitas teknologi informasi. Layanan-layanan penarikan
dana, baik penarikan karena fasilitas kredit maupun fasilitas lain dari bank seperti
pemanfaatan Electronic Data Capture (EDC) dapat menggunakan teknologi dengan sarana
kartu, termasuk pembelian-pembelian yang dilakukan oleh nasabah.

Jenis alat pembayaran elektronik ini ada berbagai macam seperti kartu kredit, kartu debet
dan yang baru-baru ini berkembang adalah e-money yang biasanya dalam bentuk kartu
penyimpan dana (stored value card). Di Indonesia alat pembayaran seperti ini telah diatur
dalam sebuah Peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor 14/2/PBI/2012 tentang
Penyelenggaraan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) dan PBI nomor
16/8/PBI/2014 tentang Uang Elektronik (E-Money).

Dalam konstruksi kasus yang diberikan, bahwa objek yang diperjanjikan adalah milik
Japan Co yang merupakan perusahaan asing, sementara PT X merupakan perusahaan yang
menyediakan dan menyewakan alat EDC dan memiliki kerjasama dengan Bank BCA.
Menurut pendapat saya perjanjian yang paling tepat untuk digunakan antara Japan Co dan PT
X adalah sewa menyewa. Sewa menyewa sendiri berdasarkan Pasal 1548 KUHPerdata adalah
suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan
kepada pihak yang lainnya kenikmatan suatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan
pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya.
.

1
 Perjanjian sewa menyewa menurut saya merupakan perjanjian yang tepat untuk
digunakan karena pada dasarnya PT X tidak mau memiliki mesin EDC tersebut. Apabila PT
X merupakan pemilik EDC, maka perawatan/maintenance dari alat tersebut menjadi
tanggung jawab PT X. Sehingga, bukan jual beli-lah yang tepat, melainkan sewa menyewa.
Ketentuan Pasal 1550 KUHPerdata yang berisi kewajiban dari pemilik barang yang
disewakan (dalam kasus ini Japan Co) memiliki tanggung jawab untuk memelihara barang
yang disewakan sehingga dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksudkan, juga dapat
dijadikan salah satu alasan pendukung mengawa perjanjian sewa menyewalah yang
sebaiknya dilakukan oleh kedua pihak.

Terkait dengan peruntukan mesin EDC yang akan disewakan kembali kepada Bank BCA,
sebenarnya dapat mengacu kepada ketentuan Pasal 1559 KUHPerdata dimana, “si penyewa
jika kepadanya tidak diperbolehkan megulang-sewakan barang, yang disewanya, maupun
dilepaskan sewanya kepada orang lain, atas ancaman pembatalan perjanjian sewa dan
penggantian biaya, rugi dan bunga…..”, maka dalam perjanjian antara Japan Co dan PT X
dapat diperjanjikan bahwa PT X dapat menyewakan kembali mesin EDC yang disewanya
kepada Japan Co.

Hal lain yang juga menjadi pertanyaan adalah ketentuan hukum yang berlaku di
Indonesia, karena objek yang diperjanjikan adalah objek asing. Dengan adanya objek asing,
selain peraturan-peraturan yang berlaku bagi pengadaan mesin EDC seperti Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan
Transaksi Elektronik, Peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor 14/2/PBI/2012 tentang
Penyelenggaraan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK), dan PBI nomor
16/8/PBI/2014 tentang Uang Elektronik (E-Money), juga berlaku ketentuan yang terdapat
dalam UU Penanaman Modal Asing, Perpres No. 39 tahun 2014 serta perubahannya tentang
Daftar Negatif Investasi, dan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor
48/M-Dag/PER/7/2015 tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor.