Anda di halaman 1dari 8

TUGAS BAB 8 PENDIDIKAN PANCASILA

Nama : Wihelmus Stefanus Soy

NIM : 2106060065

Kelas/Semester : A/1

Prodi : FISIKA

BAB 8

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

1. PENGERTIAN WARGA NEGARA

Secara etimologis, kata warga negara berasal dari bangsa Romawi yang pada saat itu
menggunakan bahasa Latin. Kata warga negara berasal dari kata “civis” atau “civitas” yang
memiliki arti anggota warga yang berasal dari city-state. Selain itu, kata civitas dalam bahasa
Perancis dapat diistilahkan sebagai “citoyen” yang memiliki makna warga dalam “cite” yang
memiliki makna kota yang memiliki hak terbatas.

Istilah warga negara sendiri merupakan hasil terjemahan dari kata bahasa Inggris yaitu citizen
yang memiliki makna yaitu warga negara atau juga dapat diartikan sebagai sesama penduduk
serta individu setanah air.

Sementara itu, menurut Encyclopedia of the Social Science (1968), warga negara didefinisikan
sebagai orang yang tercatat keanggotaannya dari sebuah negara, baik yang tinggal di wilayah
negara tersebut maupun berada di luar negara tersebut pada jangka waktu tertentu.

Dalam bahasa Inggris, kata warga negara dapat didefinisikan sebagai kelompok orang yang
menjadi bagian dari sebuah kependudukan yang merupakan salah satu unsur terbentuknya
sebuah negara.

Orang yang dapat disebut sebagai warga negara dapat berupa penduduk lokal maupun warga
negara asing yang datang ke sebuah negara tersebut. Secara umum, terdapat asa
kewarganegaraan yang dapat digunakan dalam menentukan kewarganegaraan yang dimiliki
oleh seseorang.
1. Pertama, yaitu asas ius sanguinis yang didasarkan pada keturunan berdasarkan darah
maupun kewarganegaraan yang dimiliki oleh orang tua yang melahirkan mereka.
2. Kedua, yaitu ius soli yang didasarkan pada tempat kelahiran dari seseorang di sebuah
negara tersebut.

Selain itu, berdasarkan buku “Pendidikan Kewarganegaraan” oleh Maryanto, terdapat


pengertian warga negara berdasarkan beberapa ahli, sebagai berikut.

 Menurut A.S. Hikam yang mengemukakan definisi dari warga negara sebagai
terjemahan yang berasal dari kata bahasa Inggris yaitu citizenship. Kata tersebut
memiliki makna sebagai anggota yang menjadi bagian dari sebuah komunitas yang
membentuk sebuah negara itu sendiri. Hikam mendefinisikan warga negara sebagai
anggota suatu negara itu sendiri.
 Menurut Koerniatmanto S., mengartikan warga negara sebagai anggota dari sebuah
negara, yang merupakan seseorang yang memiliki kedudukan khusus di dalam negara
tersebut. Selain itu, ia juga menambahkan bahwa seorang warga negara memiliki
hubungan antara hak serta kewajiban yang sifatnya timbal balik terhadap negara
tersebut.
 Menurut Austin Ranney, definisi dari warga negara adalah sekelompok orang yang
memiliki kedudukan secara resmi menjadi anggota penuh dari suatu negara.
 Sedangkan, berdasarkan UU No. 62 Tahun 1958 menyatakan, bahwa warga negara RI
atau warga negara Republik Indonesia merupakan sekelompok orang yang memiliki
dasar undang-undang serta maupun perjanjian-perjanjian serta maupun peraturan-
peraturan yang berlaku sejak proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan sudah
menjadi warga negara Republik Indonesia.

Istilah warga negara sendiri juga bisa dibagi menjadi dua kategori, yang terdiri dari warga
negara asli atau pribumi dan warga negara asing atau vreemdeling. Hal ini secara yuridis
diatur berdasarkan pasal 26 ayat 1 UUD 1945 dan perubahannya. Simak informasi berikut.

1. Warga negara asli atau pribumi merupakan penduduk asli sebuah negara tersebut.
Seperti contohnya warga negara Indonesia yang berasal dari suku Jawa, Madura,
Sunda, Batak, Bugis, Dayak, Asmat, Minang, Toraja, Bali, Aceh, serta etnis keturunan
negara Indonesia yang lain.
2. Warga negara asing atau vreemdeling merupakan penduduk yang berasal dari suku
bangsa keturunan di luar negara tersebut. Seperti pada contohnya warga negara
Indonesia yang berasal dari suku China atau Tionghua, India, Belanda, Eropa, Arab,
dan masih banyak lagi. Hal ini telah disahkan berdasarkan UU atau undang-undang
yang telah berlaku mengenai warga negara Indonesia
2. ASAS KEWARGANEGARAAN

Setiap warga negara akan mendapatkan status kewarganegaraan berdasarkan asas yang
dianut oleh negara yang bersangkutan. Kewarganegaraan dapat diperoleh baik berdasarkan
kelahiran maupun perkawinan.

Berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, warga


negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Di Indonesia, warga negara terdiri dari orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan berdasarkan undang-undang yang berlaku.

Secara umum, asas kewarganegaraan dapat dibedakan menjadi dua, yakni berdasarkan
kelahiran dan perkawinan. Berdasarkan kelahiran asas kewarganegaraan terdiri dari ius
sanguinis dan ius soli. Sedangkan berdasarkan perkawinan, asas kewarganegaraan terdiri dari
asas persamaan hukum dan persamaan derajat.

Dikutip dari buku Pendidikan Kewarganegaraan oleh Maryanto, berikut jenis-jenis asas
kewarganegaraan seseorang:

A. Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Kelahiran

 Asas Ius Sanguinis


Asas ius sanguinis bisa disebut juga dengan asas hubungan darah atau keturunan.
Asas ini menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan kewarganegaraan
orangtuanya.
Contohnya seorang anak lahir di negara X yang menganut asas ius sanguinis,
sedangkan orang tuanya merupakan warga negara Y yang menganut asas lain, maka
anak tersebut menjadi warga negara Y. Contoh negara yang menganut asas ius
sanguinis adalah RRC.
 Asas Ius Soli
Asas ius soli atau disebut juga asas tempat atau daerah kelahiran adalah asas yang
menetapkan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat atau daerah orang
tersebut dilahirkan.
Contohnya apabila seorang anak lahir di negara X, maka secara otomatis menjadi
warga negara X walaupun orang tuanya merupakan warga negara Y. Beberapa negara
yang menganut asas ius soli antara lain Amerika Serikat, Kanada, Kamboja, Pakistan,
dan Brazil.
B. Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Perkawinan
 Asas Persamaan Hukum
Asas persamaan hukum adalah asas yang memandang bahwa suami istri merupakan
keluarga yang saling terikat satu sama lain, sehingga diusahakan status
kewarganegaraan keduanya sama.
 Asas Persamaan Derajat
Asas persamaan derajat adalah asas yang memandang bahwa perkawinan tidak
menjadikan ketundukan salah satu pihak terhadap hukum yang lain. Artinya, baik
suami maupun istri diberikan kebebasan untuk menentukan status kewarganegaraan
mereka masing-masing.

Di Indonesia, asas kewarganegaraan telah diatur dalam Undang-undang. Berdasarkan UU


Nomor 12 Tahun 2006, asas kewarganegaraan Indonesia terdiri dari ius sanguinis, ius soli,
tunggal, dan ganda terbatas. Berikut penjelasannya:

 Asas Ius Sanguinis


Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara
tempat kelahiran.
 Asas Ius Soli
Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang diberlakukan
terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
ini.
 . Asas Kewarganegaraan Tunggal
Asas kewarganegaraan tunggal adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan
bagi setiap orang.
 Asas Kewarganegaraan Ganda Terbatas
Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang ini.

Perbedaan asas yang digunakan dalam menentukan kewarganegaraan memungkin seseorang


memiliki kewarganegaraan ganda (bipatride) atau bahkan tidak memiliki kewarganegaraan
(apatride).

 Status bipatride dapat terjadi apabila seorang anak lahir di negara Amerika Serikat
yang menganut asas ius soli, sementara orangtuanya adalah warga negara RRC yang
menganut asas ius sanguinis. Maka anak tersebut akan menjadi warga negara
Amerika Serikat dan juga RRC.
 Sedangkan, status apatride bisa saja terjadi apabila seorang anak lahir di negara RRC
yang menganut asas ius sanguinis, sementara orangtuanya berkewarganegaraan
Amerika Serikat yang menganut asas ius soli. Kondisi ini merupakan kebalikan dari
bipatride.

3. SYARAT DAN TATA CARA MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN INDONESIA

 Syarat Menjadi Warga Negara Indonesia


Status kewarganegaraan juga dapat diperoleh melalui pewarganegaraan. Berdasarkan
UU Nomor 12 Tahun 2006 Pasal 9, berikut syarat untuk memperoleh
kewarganegaraan ndonesia melalui pewarganegaraan:
1. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;
2. Ada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara
Republik Indonesia paling singkat 5 (lima ) tahun berturut-turut atau paling singkat 10
(sepuluh) tahun tidak berturut-turut;
3. Sehat jasmani dan rohani;
4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;
6. Jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, tidak menjadi
berkewarganegaraan ganda;
7. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap; dan
8. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.
 Tata Cara Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia
Setelah melengkapi persyaratan di atas, tahapan selanjutnya untuk memperoleh
kewarganegaraan adalah sebagai berikut:
1. Mengajukan permohonan secara tertulis dalam bahasa Indonesia di atas kertas
bermeterai cukup kepada Presiden melalui Menteri.
2. Berkas permohonan pewarganegaraan tersebut disampaikan kepada Pejabat.
3. Menteri meneruskan permohonan tersebut disertai dengan pertimbangan kepada
Presiden dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal
permohonan diterima.
4. Menunggu keputusan Presiden.

4. AKIBAT KEHILANGAN KEWARGANEGARAAN RI BAGI AYAH/IBU TERHADAP ANAK

Warga Negara Indonesia dengan sendirinya kehilangan kewarganegaraannya karena:


1. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;
2. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang yang
bersangkutan mendapatkan kesempatan untuk itu;
3. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonan sendiri, yang
bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin, bertempat
tinggal di luar negeri dan dengan dinyatakan hilang Kewarganegaraan Indonesia tidak
menjadi tanpa kewarganegaraan;
4. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden;Secara
sukarela masuk dalam dinas tentara asing, yang jabatan dalam dinas semacam itu di
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan hanya dapat
dijabat oleh Warga Negara Indonesia;
5. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing
atau bagian dari negara asing tersebut;
6. Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu negara asing;
7. Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang
dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain
atas namanya; atau
8. Bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama 5 (lima) tahun
terus-menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah dan dengan
sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi WNI sebelum jangka
waktu 5 (lima) tahun itu berakhir, dan setiap 5 (lima) tahun berikutnya yang
bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi WNI kepada
Perwakilan Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang
bersangkutan padahal Perwakilan Republik Indonesia tersebut telah memberitahukan
secara tertulis kepada yang bersangkutan, sepanjang yang bersangkutan tidak
menjadi tanpa kewarganegaraan.

5. AKIBAT PERKAWINAN DENGAN WARGA NEGARA ASING TERHADAP KEWARGANEGARAAN


RI

Menurut Pasal 57 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (“UUP”), yang dimaksud dengan
perkawinan campuran adalah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada
hukum yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak
berkewarganegaraan Indonesia. Jadi, berdasarkan ketentuan tersebut yang dimaksud dengan
perkawinan campuran adalah perkawinan antara seorang Warga Negara Indonesia (“WNI”)
dengan seorang warga negara asing (“WNA”).
Selanjutnya, menurut Pasal 58 UUP bagi orang-orang yang berlainan kewarganegaraan yang
melakukan perkawinan campuran, dapat memperoleh kewarganegaraan dari suami/isterinya
dan dapat pula kehilangan kewarganegaraannya, menurut cara-cara yang telah ditentukan
dalam Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia yang berlaku.

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka kita perlu merujuk pada ketentuan Undang-Undang
kewarganegaraan RI yang berlaku saat ini yaitu UU No. 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia (“UU Kewarganegaraan”). Mengenai status
kewarganegaraan dalam perkawinan campuran, hal tersebut diatur di dalam Pasal 26 UU
Kewarganegaraan, yang berbunyi:

1. Perempuan Warga Negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki warga negara asing
kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum negara asal
suaminya, kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami sebagai akibat
perkawinan tersebut.
2. Laki-laki Warga Negara Indonesia yang kawin dengan perempuan warga negara asing
kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia jika menurut hukum negara asal
istrinya, kewarganegaraan suami mengikuti kewarganegaraan istri sebagai akibat
perkawinan tersebut.
3. Perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) jika ingin tetap menjadi Warga Negara Indonesia dapat
mengajukan surat pernyataan mengenai keinginannya kepada Pejabat atau
Perwakilan Republik Indonesia yang wilayahnya meliputi tempat tinggal perempuan
atau laki-laki tersebut, kecuali pengajuan tersebut mengakibatkan kewarganegaraan
ganda.
4. Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diajukan oleh
perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau laki-laki sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) setelah 3 (tiga) tahun sejak tanggal perkawinannya
berlangsung.

Jadi, jika kita melihat ketentuan Pasal 26 ayat (1) dan ayat (3) UU Kewarganegaraan, dapat
diketahui bahwa apabila hukum negara asal si suami memberikan kewarganegaraan kepada
pasangannya akibat perkawinan campuran, maka istri yang WNI dapat kehilangan
kewarganegaraan Indonesia, kecuali jika dia mengajukan pernyataan untuk tetap menjadi
WNI.

Kemudian, Anda juga menanyakan mengenai status kewarganegaraan si suami yang WNA
jika pasangan perkawinan campuran tersebut menetap di Indonesia. Di dalam ketentuan UU
Kewarganegaraan, tidak ditentukan bahwa seorang WNA yang kawin dengan WNI maka
secara otomatis menjadi WNI, termasuk jika menetap di Indonesia. Hal yang perlu
diperhatikan oleh si WNA selama tinggal di Indonesia adalah harus memiliki izin tinggal.
Selanjutnya, silakan simak artikel Prosedur KITAS dan KITAP.

Jika si WNA telah menetap tinggal di Indonesia selama 5 tahun berturut-turut atau 10 tahun
berturut-turut, barulah dia memenuhi syarat mengajukan diri untuk menjadi WNI jika ia
menghendaki (lihat Pasal 9 huruf b UU Kewarganegaraan).

Anda mungkin juga menyukai