1. PENGERTIAN KEWARGANEGARAAN
2. SEJARAH KEWARGANEGANEGARAAN
3. REGULASI KEWARGANEGARAAN
4. ASAS KEWARGANEGARAAN
1. PENGERTIAN KEWARGANEGARAAN
Pengertian Kewarganegaraan adalah keanggotaan seseorang dalam satuan
politik tertentu (secara khusus: negara) yang dengannya membawa hak
untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan
yang demikian disebut warga negara. Seorang warga negara berhak
memiliki paspor dari negara yang dianggotainya.
Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan yang
membedakana adalah hak-hak untuk aktif dalam perpolitikan. Ada
kemungkinan untuk memiliki kebangsaan tanpa menjadi seorang warga
negara (contoh secara hokum berpartisispasi dalam politik). Juga
dimungkinkan untuk memiliki hak politik tanpa menjadi anggota bangsa dari
suatu negara.
Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan (bahasa
Inggris: citizenship). Di dalam pengertian ini, warga suatu kota atau
kabupaten disebut sebagai warga kota atau warga kabupaten, karena
keduanya juga merupakan satuan politik. Dalam otonomi daerah,
kewargaan ini menjadi penting, karena masing-masing satuan politik akan
memberikan hak (biasanya sosial) yang berbeda-beda bagi warganya.
Nationality (kebangsaan) sebagai suatu pertalian hukum harus dibedakan
dari citizenship (kewarganegaraan). Citizenship adalah suatu status menurut
hukum dari suatu negara yang memberi keuntungan-keuntungan hukum
tertentu dan membebankan kewajiban-kewajiban tertentu kepada individu.
Nationality sebagai istilah hukum internasional menunjuk kepada ikatan,
yaitu ikatan seorang individu terhadap suatu negara yang memberi kepada
suatu negara hak untuk mengatur dan melindungi nationals-nya, meskipun
di luar negeri. Walaupun pada umumnya nationality itu dirimbag (derived,
derivasi) dari citizenship, tetapi baik nationality maupun citizenship berasal
dari hukum suatu negara, sedangkan international law memberi
pembatasan-pembatasan tertentu terhadap hak dari suatu negara untuk
memberikan nationality dan perjanjian-perjanjian (treaties) mungkin
mengadakan pembatasan-pembatasan tertentu pula.
Istilah kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan
hubungan atau ikatan antara negara dan warga negara. Kewarganegaraan
diartikan segala jenis hubungan dengan suatu negara yang
mengakibatkan adanya kewajiban negara itu untuk melindungi orang
yang bersangkutan,
Adapun menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia,
kewarganegaraan adalah segala ikhwal yang berhubungan dengan negara.
Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis. Kewarganegaraan dalam
arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara orang-orang
dengan negara. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak ditandai
dengan ikatan hukum, tetapi ikatan emosional, seperti ikatan perasaan,
ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah air.
Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil. Kewarganegaraan dalam
arti formil menunjukkan pada tempat kewarganegaraan. Dalam sistematika
hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik.
Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukkan pada akibat hukum dari
status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.
2. SEJARAH KEWARGANEGARAAN
Konsep kewarganegaraan pertama kali muncul di kota-kota Yunani
Kuno. Ini sebagai reaksi ketakutan soal berbudakan.
Di Yunani mengembangkan konsep demokrasi langsung. Setiap warga
negara berperan secara aktif dalam menentukan nasibnya maupun
kehidupan masyarakatnya. Setiap warga negara di Kota Yunani berhak
dalam kehidupan demokratis dengan memilih wakil-wakil rakyat secara
resmi. Selain itu dalam kegiatan rutin sehari-hari dalam persoalaan
administrasi dan hukum.
Bangsa Romawi pertama kali menggunakan kewarganegaraan sebagai alat
untuk membedakaan penduduk Kota Roma dari orang-orang yang
wilayahnya telah ditaklukan dan disatukan oleh Roma. Ketika kekaisaran
terus tumbuh, orang-orang Romawi memberikan kewarnegaraan kepada
sekutu di seluruh Italia dan di provinsi Romawi lainnya. Kewarganegaraan di
Romawi memberikan hak hukum penting di dalam kekaisaran.
Di Eropa konsep kewarganegaraan nasional hampir hilang selama
pertengahan abad. Itu diganti oleh sistem hak dan kewajiban feodal. Pada
akhir Abad Pertengahan, kepemilikan kewarganegaraan di berbagai kota di
Italia dan Jerman berubah menjadi jaminan kekuatan bagi pedagang dan
orang-orang istimewa. Konsep kewarganegaraan modern terjadi
perubahan pada abad ke-18 selama Revolusi Amerika dan Perancis. Konsep
warga
negara datang untuk menyarankan kepemilikan kebebasan tertentu dalam
menghadapi kekuatan paksaan dari raja-raja absolut.
Di Inggris, konsep warga negara merujuk pada keanggotaan kerajaan di
daerah atau kota setempat. Ini digunakan untuk menekan posisi warga
negara kepada raja atau negara. Konsep ini didahulukan untuk warga
negara yang memakai undang-undang kebangsaan.
Dikutip dari situs resmi kementerian luar negeri (kemenlu), di Indonesia
tentang kewarganegaraan sudah tercantum dalam Undang-Undang (UU)
Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan. UU tersebut adalah
pengganti UU Kewarganegaraan yang lama, yaitu UU Nomor 63 tahun 1958.
Karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
ketatanegaraan Republik Indonesia. Warga negara di Indionesia akan
diberikan Kartu Tanda Penduduk (KTP). Ini berdasarkan kabupaten, provinsi,
tempat terdaftar sebagai penduduk. Mereka juga akan diberikan nomor
identitas, yakni Nomor Induk Kependudukan (NIK).
3. REGULASI KEWARGANEGARAAN
Secara umum, regulasi kewarganegaraan mengatur tentang siapa yang
dianggap sebagai warga negara suatu negara, hak dan kewajiban warga
negara, serta prosedur untuk memperoleh atau kehilangan status
kewarganegaraan.
Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam Pasal 26 dan UU Nomor
12 Tahun 2006. Menurut UUD 1945 Pasal 26, warga negara adalah orang-
orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai warga negara.
Undang-undang yang Mengatur Setiap warga negara Indonesia memiliki
hak dan kewajiban kepada negara. Hal ini termaktub dalam undang-undang
yang mengatur kewarganegaraan. Aturan mengenai kewarganegaraan ini
tercantum dalam UUD 1945 serta dalam Undang-undang tentang
Kewarganegaraan. Tercantum secara hukum, peran negara terhadap warga
serta hak dan kewajiban yang harus dipenuhi sebagai warga negara
Indonesia.
4. ASAS-ASAS KEWARGANEGARAAN
Asas kewarganegaraan adalah dasar hukum bagi kewarganegaraan bagi
penduduk atau warga yang berada di sebuah negara. Orang yang telah
memiliki kewarganegaraan tidak akan jatuh pada kekuasaan maupun
wewenang dari negara lain. Selain itu, negara lain tidak berhak untuk
memberlakukan kaidah hukum pada orang yang bukan warga negaranya.
Asas kewarganegaraan diperlukan dan penting agar seseorang
mendapatkan perlindungan hukum dari negara sekaligus dapat
menerima hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
Ketentuan tentang status kewarganegaraan ini diatur dalam peraturan
perundangan suatu negara. Setiap negara bebas untuk menentukan asas
kewarganegaraannya yang akan dicantumkan dalam peraturan
perundangan yang berlaku di negaranya. Hal ini dikarenakan setiap negara
memiliki nilai budaya, tradisi maupun sejarah yang berbeda-beda antara
satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, secara umum ada dua asas yang
diterapkan oleh suatu negara yaitu, ius sanguinis serta ius soli. Di Indonesia
sendiri, asas
kewarganegaraan diatur dalam UU NO 12 Tahun 2006 dan dikenal
dengan dua pedoman, yaitu 1) asas kewarganegaraan umum dan 2) asas
kewarganegaraan khusus.
A. ASAS KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA
Seperti yang telah dijelaskan, bahwa setiap negara memiliki asas
kewarganegaraannya masing-masing dan yang paling dikenal adalah ius soli
dan ius sanguinis. Di Indonesia, asas kewarganegaraan telah diatur secara
jelas dalam UU No 12 Tahun 2006 dan mencakup dua pedoman yaitu asas
kewarganegaraan umum dan khusus yang memiliki empat asas di
dalamnya. Berikut penjelasan dari asas kewarganegaraan di Indonesia
berdasarkan UU No 12 Tahun 2006.
1. Asas Kewarganegaraan Umum
Asas kewarganegaraan umum terdiri atas empat asas, yaitu ius soli, ius
sanguinis, asas kewarganegaraan tunggal dan asas kewarganegaraan ganda
terbatas. Berikut penjelasannya.
Asas Kelahiran (Ius Soli)
Asas ius soli atau law of the soil adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat kelahirannya. Asas ius soli
lebih sesuai dengan kondisi global sekarang, ketika kewarganegaraan serta
kebangsaan seseorang tidak ditentukan oleh dasar agama, ras, dan etnis.
Asas ius soli memungkinkan terciptanya UU kewarganegaraan yang
bersifat lebih terbuka serta multikultural. Beberapa negara yang
menggunakan asas ius soli di antaranya adalah Argentina, Amerika, Peru,
Brazil, dan Meksiko.
Australia sebetulnya juga menggunakan asas ius soli, tetapi dengan
menerapkan beberapa persyaratan. Seorang anak yang lahir di wilayah
Australia, tidak akan serta merta mendapatkan kewarganegaraan Australia,
kecuali apabila salah satu dari kedua orang tuanya adalah warga negara
Australia. Akan tetapi, jika anak tersebut menetap serta tinggal di Australia
hingga berumur 10 tahun, maka anak tersebut secara otomatis akan
memperoleh kewarganegaraan Australia, terlepas dari status
kewarganegaraan dari kedua orang tuanya.
Asas Keturunan (Ius Sanguinis)
Asas sanguinis atau law of the blood merupakan asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang sesuai dengan keturunan atau darahnya dan
bukan berdasarkan tempat Ia dilahirkan. Negara yang menganut asas
sanguinis akan mengakui kewarganegaraan seseorang apabila salah satu
dari kedua orang tua anak tersebut memiliki status kewarganegaraan dari
negara tersebut. Asas sanguinis dianut oleh sebagian besar negara di Asia
dan Eropa.
Asas Kewarganegaraan Tunggal
Asas kewarganegaraan tunggal merupakan asas yang menentukan satu
kewarganegaraan untuk setiap orang. Menurut asas satu ini, seseorang
tidak diperbolehkan memiliki kewarganegaraan lebih dari satu.
Asas Kewarganegaraan Ganda Terbatas
Asas yang keempat ini merupakan asas yang dimana menentukan status
dari kewarganegaraan bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang
telah diatur dalam undang-undang. Ketika anak tersebut mencapai umur
18 tahun, maka anak tersebut harus menentukan salah satu
kewarganegaraannya.
2. Asas Kewarganegaraan Khusus
Menurut Jazim Hamidi dan Mustafa Lutfi, asas-asas kewarganegaraan
khusus tersebut adalah sebagai berikut.
Asas Persamaan dalam Hukum dan Pemerintah
Asas persamaan dalam hukum dan pemerintah adalah asas yang dapat
menentukan bahwa setiap warga negara Indonesia akan mendapatkan
perlakukan yang sama dalam hukum sekaligus pemerintahan.
Asas Kebenaran Substantif
Asas kebenaran substantif merupakan asas yang menerangkan bahwa
prosedur dari kewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat administratif
saja, tetapi juga disertai dengan substansi dan syarat permohonan yang
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Asas Non-Diskriminatif
Asas non diskriminatif adalah asas yang tidak membeda-bedakan
perlakuan dalam segala hal ihwal yang memiliki hubungan dengan warga
negara atas dasar ras, suku, agama, jenis kelamin, gender, dan golongan.
Asas Pengakuan dan Penghormatan pada Hak Asasi Manusia
Asas pengakuan dan penghormatan pada hak asasi manusia merupakan
asas yang dalam segala hal berhubungan dengan warga negara harus dapat
menjamin, melindungi serta memuliakan hak asasi manusia pada
umumnya serta hak warga negara yang khusus.
Asas Keterbukaan
Asas keterbukaan merupakan asas yang menentukan bahwa dalam segala
hal ihwal yang memiliki hubungan dengan warga negara harus dilakukan
dengan terbuka.
Asas Publisitas
Asas publisitas merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang
memperoleh maupun kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia,
maka akan diumumkan atau dipublikasikan, sehingga masyarakat atau
khalayak umum dapat mengetahui akan kabar tersebut.
B. Status Kewarganegaraan
Status atau identitas dari kewarganegaraan merupakan posisi
keanggotaan seseorang sebagai warga negara untuk tinggal maupun
berpartisipasi dalam suatu negara, yang diakui oleh undang-undang
maupun peraturan yang
berlaku di negara tersebut.
Status kewarganegaraan seseorang sangat penting, sebab status tersebut
menandakan sebuah hubungan hukum di antara seorang individu dengan
suatu negara. Status kewarganegaraan tersebut menjadi dasar hukum bagi
pelaksanaan penyelenggaraan hak maupun kewajiban sipil sebagai warga
negara. Jadi, identitas kewarganegaraan akan memberikan implikasi pada
hak dan kewajiban sebagai warga negara yang diatur dalam hukum
kewarganegaraan.
Permasalahan dalam menentukan status kewarganegaraan seseorang
dapat terjadi dikarenakan beberapa kemungkinan. Salah satunya, hal ini
disebabkan karena beberapa negara menganut asas ius soli, sementara
negara lain ada yang menganut asas ius sanguinis.