Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS POLITIK HUKUM KEMIGRASIAN DALAM PENEGAKAN

HUKUMTERHADAP ORANG ASING TANPA MENGGUNAKAN IZIN DI


INDONESIA

Andika krisna R.C.W,Chusna fajrin,Coreno dik valentine,Fahmi ghozi hizbullah

fahmighozi373@gmail.com
Abstrak

Keberadaan orang asing yang tinggal tanpa memiliki izin tinggal akan mengganggu stabilitas
keamanan dan ketertiban nasional, dimana Negara mengharapkan kedatangan orang asing akan
memberikan dampak positif bagi pembangunan, namun yang terjadi mereka malah melanggar
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UU. Permasalahan ini jelas merugikan kepentingan
rakyat dan negara Indonesia baik dari segi Ekonomi, Sosial budaya, Keamanan, maupun Politik.
Metode penelitian hukum yang dilakukan adalah yuridis normatif yaitu penelitian yang
difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma- norma dalam hukum positif.
Sehubungan dengan tipe penelitian yang digunakan yakni yuridis normatif. hasil penelitian,
Penegakan hukum Keimigrasian dapat berupa Tindakan Administratif Keimigrasian dan Pro
Justitia. Berdasarkan UU, setiap orang asing yang masuk atau tinggal di Indonesia harus
memiliki izin tinggal, apabila diketahui orang asing tersebut tidak memiliki izin tinggal, Pejabat
Imigrasi berwenang mengambil tindakan administratif Keimigrasian berupa pendeportasian dan
pencantuman dalam daftar penangkalan selama 6 (enam) bulan.

Kata Kuci :Politik Hukum,Imigrasi,Orang Asing

Abstract

The existence of foreigners who live without having a residence permit will disturb the stability
of national security and order, where the State hopes that the arrival of foreigners will have a
positive impact on development, but what happens is that they violate the provisions stipulated in
the law. This problem is clearly detrimental to the interests of the Indonesian people and state
both from an economic, socio-cultural, security and political perspective. The legal research
method used is normative juridical, namely research focused on examining the application of the
rules or norms in positive law. With respect to the type of research used, namely normative
juridical. research results, Immigration law enforcement can be in the form of Immigration
Administrative Actions and Pro Justitia. Based on the law, every foreigner who enters or stays in
Indonesia must have a residence permit, if it is known that the foreigner does not have a
residence permit, the Immigration Officer has the authority to take administrative immigration
action in the form of deportation and inclusion on the list of deterrence for 6 (six) months.

Keywords: Legal Politics, Immigration, Foreigners


Latar Belakang
Dampak era globalisasi telah mempengaruhi sistem perekonomian negara Republik Indonesia,
terlebih setelah pemerintah Indonesia ikut mendeklarasikan dan memberlakukan Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA) sejak akhir tahun 2015 silam. Sebagai bentuk dukungan atas program
itu, Imigrasi memprakarsai suatu peraturan di bidang Keimigrasian melalui Peraturan Presiden
Nomor 21 Tahun 2016 tentang Bebas Visa Kunjungan, dimana dalam Peraturan Presiden
tersebut mengatur bahwa terdapat 169 (seratus enam puluh sembilan) Negara bebas masuk dan
tinggal di Indonesia selama 30 (tiga puluh) hari dalam rangka kunjungan wisata dan izin
tinggalnya tidak dapat diperpanjang. Dengan diberikannya bebas visa terhadap 169 (seratus
enam puluh sembilan) tidak hanya membawa dampak positif namun juga negatif. Dengan
demikian untuk mengantisipasi tingginya dampak negatif, perlu adanya upaya peningkatan
pengawasan keberadan dan kegiatan orang asing selama di Indonesa. Pengawasan terhadap
orang asing tidak hanya dilakukan pada saat masuk tetapi juga selama berada di wilayah
Indonesia dan saat keluar meninggalkan Indonesia.

Aspek pelayanan dan pengawasan tidak pula terlepas dari geografis wilayah Indonesia yang
terdiri atas pulau-pulau yang mempunyai jarak yang tidak dekat, bahkan ada yang berbatasan
langsung dengan negara tetangga, yang pelaksanaan fungsi Keimigrasian di sepanjang garis
perbatasan merupakan kewenangan instansi Imigrasi pada tempat tertentu sepanjang garis
perbatasan terdapat lalu lintas tradisional masuk dan keluar warga negara Indonesia dan warga
negara tetangga. Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan memudahkan pengawasan terkait
izin tinggal terhadap orang asing diatur perjanjian lintas batas dan diupayakan perluasan Tempat
Pemeriksaan Imigrasi. Dengan demikian, dapat dihindari orang masuk atau keluar Wilayah
Indonesia diluar Tempat Pemeriksaan Imigrasi.

Kepentingan nasional adalah kepentingan seluruh rakyat Indonesia sehingga pengawasan


terhadap orang asing memerlukan juga partisipasi masyarakat untuk melaporkan orang asing
yang di ketahui atau diduga berada di wilayah Indonesia secara tidak sah atau menyalahgunakan
perizinan di bidang Keimigrasian untuk meningkatkan partisipasi masyarakat perlu dilakukan
usaha untuk meningkatkan kesadaran hukum masyarakat.
Hukum Keimigrasian merupakan bagian dari sistem hukum yang berlaku di Indonesia, bahkan
merupakan subsistem dari Hukum Administrasi Negara. Hukum Keimigrasian di Indonesia telah
ada sejak pemerintahan kolonial Belanda. Ketentuan hukum Keimigrasian di Indonesia ada sejak
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945 hingga 1991 secara formal tidak mengalami
perkembangan yang berarti, karena ketentuan Keimigrasian masih tersebar dalam beberapa
ketentuan perundang-undangan dan masih dipengaruhi oleh hukum kolonial.

Permasalahan yang tidak sesuai dengan perkembangan kehidupan nasional, sebagian dari
ketentuan tersebut masih merupakan ketentuan bentukan pemerintah kolonial Belanda yang
diserap ke dalam hukum Keimigrasian nasional, seperti Toelatingsbesluit Staatsblad 1916
Nomor 47 (Penetapan Izin Masuk atau PIM), diubah dan ditambah terakhir dengan Staatsblad
1949 Nomor 330, serta Toelatingsordonnantie Staatsblad 1949 Nomor 33 (Ordonansi Izin Masuk
atau OIM), yang tentu saja kehadirannya ditujukan untuk mendukung kepentingan pemerintah
kolonial3. Seperti yang disebutkan dalam ordonansi izin masuk bahwa orang asing yang telah
diberi izin masuk, sekaligus juga diberi izin menetap. Demikian pula dalam pengaturan
penetapan izin masuk, keberadaan pendatang illegal dapat menjadi legal hanya dengan
membayar sejumlah denda. Hal tersebut tentu saja merupakan kemudahan di bidang
Keimigrasian karena membuka pintu selebar-lebarnya bagi pendatang dari berbagai negara demi
kepentingan politik, ekonomi, dan pertahanan pemerintahan kolonial.

Pengaturan keluar masuk wilayah Indonesia, yang ditujukan baik terhadap warga negara Asing
(WNA) maupun warga negara Indonesia (WNI), diharapkan mampu mengantisipasi dampak
negatif dari peningkatan mobilitas manusia, khususnya orang asing, misalnya ancaman,
tantangan, hambatan, dan gangguan terhadap keamanan dan ketahanan nasional. Agar aspek
Keimigrasian mencapai satu titik ketahanan dan kemampuan untuk merespon serta
mengantisipasi setiap peluang dan ancaman itu, Imigrasi Indonesia baik secara kelembagaan
maupun individual dituntut untuk memiliki wawasan ke luar (outward looking) serta wawasan ke
dalam (inward looking) yang luas dan jauh ke depan.

Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai prasyarat
terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang
ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum serta terbinanya
ketentraman yang mendukung kemampuan membina serta mencegah dan menanggulangi segala
bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan
masyarakat. Didasarkan pada ketentuan diatas maka Imigrasi secara tidak sah merupakan
ancaman bagi negara yang dijadikan tujuan bagi Orang asing yang masuk secara gelap (tidak
resmi). Keadaan geografis Republik Indonesia yang sangat luas yang terdiri dari kepulauan
memberikan banyak celah bagi Orang asing untuk masuk ke Wilayah Indonesia secara tidak sah,
disamping itu terbatasnya Tempat Pemeriksaan Imigrasi yang ada tidak dapat menjangkau
daerah-daerah yang merupakan perlintasan tradisional yang memungkinkan terjadinya kamuflase
perjalanan.

Menurut M. Iman Santoso, keberadaan orang asing yang tinggal melebihi dari batas waktu izin
tinggal yang diberikan dan menyalahgunakan visa kunjungan untuk bekerja akan mengganggu
stabilitas keamanan dan ketertiban nasional, dimana Negara mengharapkan kedatangan orang
asing akan memberikan dampak positif bagi pembangunan, namun yang terjadi mereka malah
melanggar ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Pasal 34 sampai dengan Pasal 38 UUK.11 Hal
ini jelas merugikan kepentingan rakyat dan negara Indonesia baik dari segi Ekonomi, Sosial
budaya, Keamanan, maupun Politik.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka perlu adanya suatu batasan ruang
lingkup dari materi yang akan dibahas dengan tidak mengurangi nilai-nilai ilmiahnya. Hal ini
dilakukan untuk menghindari penafsiran yang menyimpang dari pokok permasalahan dan
nantinya diharap akan dapat tercapai maksud dan tujuan penulisan ini, maka persoalan mengenai
kepastian hukum terhadap orang asing yang tinggal tanpa izin tinggal, sangat urgent untuk dikaji
secara ilmiah dalam bentuk tesis dengan judul “ANALISIS POLITIK HUKUM
KEMIGRASIAN DALAM PENEGAKAN HUKUMTERHADAP ORANG ASING TANPA
MENGGUNAKAN IZIN DI INDONESIA.

Rumusan Masalah

1.Bagaimana penegakan hukum Keimigrasian terhadap orang asing tanpa izin tinggal?

2.Bagaimana politik hukum Keimigrasian dalam rangka penegakan hukum terhadap orang asing
tanpa izin tinggal?

Metode Penelitian
Jenis pendekatan yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yang bersifat kaualitatif.
Maksudnya adalah penelitian yang menggambarkan, menjelaskan, menganalisis, serta
mengembangkan terkait rumusan masalah yang dibahas. Pengumpulan bahan-bahan hukum
dilakukan dengan menidentifikasi dan menginventarisasi peraturan perundang-undangan,
meneliti bahan pustaka (tulisan dan hasil karya ilmiah), dan sumber-sumber bahan hukum
lainnya yang ada relevansinya dengan isu hukum dalam penelitian ini. Teknik analisa isu hukum
(legal issue) dalam penelitian ini menggunakan logika berpikir campuran. Maksudnya penalaran
(hukum) yang merupakan gabungan dari pola pikir induktif (inductive) dan deduktif (deductive)
dalam persoalan hukum faktual yang konkrit. Proses yang terjadi dalam logika berpikir
campuran adalah abstaksi (hukum), nilai-nilai hukum, asas-asas hukum, konsep-konsep hukum,
dan norma-norma hukum yang dirumuskan secara umum dalam aturan-aturan hukum positif,
kemudian dikonkritisasi (dijabarkan) dan diterapkan guna penyelesaian persoalan hukum konkrit
yang dihadapi, begitu juga seterunsya secara bolak-balik dalam proses campuran.

Pembahasan

A. Penegakan Hukum Keimigrasian Terhadap Orang Asing Tanpa Izin Tinggal

Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia. Agar kepentingan manusia


terlindungi, hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal,
damai, tetapi dapat terjadi juga karena pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum yang telah
dilanggar itu harus di tegakkan. Melalui penegakan hukum inilah hukum itu menjadi kenyataan.
Penegakan hukum juga merupakan penyelenggaraan hukum oleh petugas penegak hukum yang
sesuai dengan aturan hukum. Penegakan hukum sebagai usaha semua kekuatan bangsa, yang
menjadi kewajiban kolektif semua komponen bangsa.Dalam melakukan penegakan hukum
pidana, salah satu asas yang digunakan dalam penegakan hukum itu adalah Asas Teritorialitas
atau wilayah. Asas wilayah ini menunjukkan, bahwa siapa pun yang melakukan delik di wilayah
negara tempat berlakunya hukum pidana tunduk pada hukum pidana itu. Dapat dikatakan semua
negara menganut asas ini, termasuk Indonesia. Yang menjadi patokan adalah tempat atau
wilayah sedangkan orangnya tidak dipersoalkan. Simons mengatakan bahwa berlakunya asas
teritorial ini berdasarkan atas kedaulatan negara sehingga setiap orang wajib dan taat kepada
perundang-undangan negara tersebut.
Penegakan hukum yang dilakukan oleh Kantor Imigrasi meliputi penegakan hukum terhadap
Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA). Penegakan hukum dilakukan
sesuai Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan untuk membuat jera
kepada pelanggar-pelanggar aturan Keimigrasian. Selain untuk menimbulkan efek jera, juga
untuk memenuhi tujuan dari hukum lainnya yaitu untuk melindungi kepentingan masyarakat dan
untuk mengatur tata tertib dalam masyarakat.Berdasarkan hasil Penelitian yang dilakukan ,
pelanggaran-pelanggaran Keimigrasian yang sering terjadi antara lain :

a. Penyalahgunaan visa yang tidak sesuai dengan visa yang diberikan

b. Menyalahgunakan Izin Tinggal

c. Memasuki Wilayah Indonesia tidak melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi.

1.Penyalahgunaan Visa

Berdasarkan UU No 6 Tahun 2011 tantang Keimigrasian Pasal 1 angka 18 menyatakan bahwa


Visa adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh pejabat yang berwenang di Perwakilan
Republik Indonesia atau di tempat lain yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia
yang memuat persetujuan bagi Orang Asing untuk melakukan perjalanan ke Wilayah Indonesia
dan menjadi dasar untuk pemberian Izin Tinggal. Jenis-jenis Visa ada 4 (empat) macam,yaitu

a) Visa Diplomatik
Visa Diplomatik diberikan kepada orang asing yang pemegang Paspor Diplomat dan
paspor lain untuk masuk ke wilayah Indonesia guna melaksanakan tugas yang bersifat
Diplomatik. Visa Diplomatik juga diberikan kepada anggota keluarga Orang Asing
pemegang Paspor Diplomatik berdasarkan perjanjian Internasional prinsip resiprositas,
dan penghormatan atau courtesy
b) Visa Dinas
Visa Dinas diberikan kepada Orang Asing pemegang Paspor Dinas dan Paspor lain untuk
melakukan perjalanan ke wilayah Indonesia dalam rangka melaksanakan tugas yang tidak
bersifat diplomatik dari Pemerintah Asing yang bersangkutan atau Organisasi
Internasional. Visa Dinas diberikan juga kepada Keluarga Orang Asing termasuk anggota
keluarganya berdasarkan perjanjian Internasional,prinsip resprositas, dan penghormatan
(courtesy) dalam rangka tugas resmi yang bersifat diplomatik. Yang berwenang
memberikan Visa Diplomatik dan Visa Dinas adalah Menteri Luar Negeri, yang dalam
pelaksanaannya dilakukan oleh pejabat Luar Negeri di Perwakilan Republik Indonesia.
c) Visa Kunjungan
Visa Kunjungan diberikan kepada Orang Asing yang akan melakukan perjalanan ke
wilayah Indonesia dalam rangka kunjungan tugas pemerintah, pendidikan, sosial budaya,
pariwisata, bisnis, jurnalistik atau singgah untuk meluruskan perjalanan ke negara lain.
d) Visa Tinggal Terbatas
Visa ini diberikan kepada Orang Asing : a. Rohaniawan b. Tenaga ahli, pekerja, peneliti,
pelajar, investor, lansia, dan keluarganya, serta Orang Aisng yang kawin secara sah
dengan Warga Negara Indonesia yang akan melakukan perjalanan ke wilayah Indonesia
untuk bertempat tinggal dalam jangka waktu yang terbatas, atau dalam rangka bergabung
untuk bekerja di atas kapal, alat apung, atau instansi yang beroperasi di wilayah perairan
nusantara, laut teritorial, landas kontimen, dan/atau Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Indonesia.
e) Visa Singgah
Visa ini dapat diberikan kepada Orang Asing untuk singgah di wilayah Negara Republik
Indonesia untuk meneruskan perjalanan ke negara lain atau kembali ke negara asal. Visa
ini diberikan untuk singgah di wilayah Negara Republik Indonesia paling lama 14 (empat
belas) hari terhitung sejak tanggal diberikannya izin masuk di wilayah Negara Republik
Indonesia.

Peyalahgunaan visa adalah kedatangan atau kehadiran orang di wilayah Republik Indonesia di
mana orang tersebut tidak terdaftar sebagai warga negara Indonesia dan tidak memiliki atau tidak
dilindungi dengan dokumen keimigrasian dan tidak ditindak lanjutkan oleh pejabat imigrasi.
Pasal 8 ayat 2 UU No 6 Tahun 2011 mengatakan “Setiap Orang Asing yang masuk Wilayah
Indonesia wajib memiliki Visa yang sah dan masih berlaku, kecuali ditentukan lain berdasarkan
Undang-Undang ini dan perjanjian internasional.” Jika Orang Asing tersebut tidak memiliki Visa
yang sah dan masih berlaku, maka Orang Asing tersebut telah melakukan pelanggaran hukum
yang diatur di dalam UU Keimigrasian tersebut.
Sanksi Pidananya terdapat dalam Pasal 119 yang berbunyi “Setiap Orang Asing yang masuk
dan/atau berada di Wilayah Indonesia yang tidak memiliki Dokumen Perjalanan dan Visa yang
sah dan masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).

2. Menyalahgunakan Izin Tinggal

Pengertian Izin Tinggal dalam UU No 6 Tahun 2011 yaitu izin yang diberikan kepada Orang
Asing oleh Pejabat Imigrasi atau pejabat dinas luar negeri untuk berada di wilayah Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian di Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan, Budiatna selaku Seksi
Status Keimigrasian mengatakan bahwa jenis-jenis izin tinggal dalam keimigrasian sebagai
beriku

a. Izin Tinggal Kunjungan


Izin Tinggal Kunjungan adalah izin tinggal untuk tugas-tugas pemerintah, kegiatan sosial
budaya, atau usaha. Sesuai ketentuan Pasal 50 ayat (1) UU No 6 Tahun 2011 Izin Tinggal
Kunjungan diberikan kepada:
1) Orang Asing yang masuk Wilayah Indonesia dengan Visa kunjungan; atau
2) Anak yang baru lahir di Wilayah Indonesia dan pada saat lahir ayah dan / atau ibunya
pemegang Izin Tinggal kunjungan. Izin Tinggal kunjungan tersebut diberikan sesuai
dengan Izin Tinggal kunjungan ayah dan/atau ibunya.
3) Orang Asing dari negara yang dibebaskan dari kewajiban memiliki Visa sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
4) Orang Asing yang bertugas sebagai awak Alat Angkut yang sedang berlabuh atau
berada di Wilayah Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
5) Orang Asing yang masuk Wilayah Indonesia dalam keadaan darurat; dan
6) Orang Asing yang masuk Wilayah Indonesia dengan Visa kunjungan saat kedatanga

Izin Tinggal Kunjungan dalam penerapannya dapat diberikan untuk melakukan kegiatan : 1)
Wisata 2) Keluarga 3) Sosial 4) Seni dan Budaya 5) Tugas pemerintahan 6) Olahraga yang tidak
bersifat komersial 7) Studi banding, kursus singkat, dan pelatihan singkat 8) Memberikan
bimbingan, penyuluhan, dan pelatihan dalam penerapan dan inovasi teknologi industri untuk
meningkatkan mutu dan desain produk industri serta kerja sama pemasaran luar negeri bagi
Indonesia. 9) Melakukan pekerjaan darurat dan mendesak. 10)Jurnalistik yang telah
mendapatkan izin dari instansi yang berwenang.

B. Politik Hukum Keimigrasian Dalam Rangka Penegakan Hukum Terhadap Orang Asing
Tanpa Izin Tinggal

Hukum keimigrasian merupakan bagian dari sistem hukum yang berlaku di Indonesia. Agar
orang asing berlaku tertib selama berada di Indonesia, dilakukan pengawasan oleh Pemerintah
melalui Dirjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM.

Secara garis besarnya pengawasan terhadap orang asing di Indonesia meliputi dua hal, yaitu
masuk dan keluarnya orang asing dari dan ke wilayah Indonesia, dan keberadaan serta kegiatan
orang asing di wilayah Indonesia. Pengawasan terhadap orang asing dilaksanakan Pemerintah
dalam bentuk dan cara sebagai berikut :

1. Pengumpulan dan pengolahan data orang asing yang masuk atau keluar wilayah Indonesia;

2. Pendaftaran orang asing yang berada di wilayah Indonesia;

3. Pemantauan, pengumpulan, dan pengolahan bahan keterangan dan informasi mengenai


kegiatan orang asing;

4. Penyusunan daftar nama-nama orang asing yang tidak dikehendaki masuk atau keluar wilayah
Indonesia; dan

5. Kegiatan lainnya (Supramono, 2012:13-14).

Penegakan hukum di Kantor Imigrasi dilaksanakan oleh 2 (dua) seksi, yaitu seksi Pengawasan
atau Intelijen dan Penindakan. Subseksi Intelijen Keimigrasian mempunyai tugas melakukan
penyiapan penyusunan rencana, pelaksanaan, pengoordinasian, evaluasi dan pelaporan di bidang
pengawasan keimigrasian, kerja sama intelijen keimigrasian, penyelidikan intelijen keimigrasian,
penyajian informasi produk intelijen, pengamanan personil, dokumen keimigrasian, perizinan,
kantor, dan instalasi vital keimigrasian. Subseksi Penindakan Keimigrasian mempunyai tugas
melakukan penyiapan penyusunan rencana, pelaksanaan, pengoordinasian, evaluasi dan
pelaporan di bidang penyidikan tindak pidana keimigrasian, tindakan administratif keimigrasian,
dan pemulangan orang asing.

Pengawasan yang dilakukan keimigrasian bukan untuk membatasi hak-hak warga negara asing
untuk melakukan kegiatan-kegiatan kunjungannya, akan tetapi selektifitas yang dilakukan
keimigrasian ini untuk menjaga ketentraman bersama, dan dirasakan manfaatnya bagi orang
asing yang masuk, dan rakyat Indonesia tidak menjadi resah terhadap orang asing karena
keberadaanya yang sah sehingga tidak melakukan tindakan-tindakan membahayakan keamanan
dan ketertiban (Syahrin, 2018A). Pengawasan orang asing dilakukan untuk mengawasi kegiatan
orang asing yang tinggal di wilayah Indonesia, baik kunjungan, tinggal sementara maupun
menetap. Pasal 66 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011, pengawasan keimigrasian
meliputi:

a. Pengawasan terhadap warga negara Indonesia yang memohon dokumen perjalanan, keluar
atau masuk wilayah Indonesia, dan yang berada di luar wilayah Indonesia; dan

b. Pengawasan terhadap lalu lintas orang asing yang masuk atau keluar wilayah Indonesia serta
pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing di wilayah Indonesia. Pengawasan
pertama dilakukan saat orang asing mengajukan permohonan pembuatan visa di Kedutaan
Republik Indonesia di luar negeri. Setelah dikabulkan permohonannya, pengawasan selanjutnya
yaitu memeriksa kelengkapan administrasi seperti paspor dan visa di Tempat Pemeriksaan
Imigrasi (TPI) yang ada di Bandar Udara atau pelabuhan.

Jika benar bahwa orang asing melakukan pelanggaran, maka seksi penindakan Kantor Imigrasi
berperan sesuai Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Pasal 74 tentang Intelijen Keimigrasian,
Pejabat Imigrasi melakukan fungsi Intelijen Keimigrasian. Pejabat Imigrasi melakukan
penyelidikan dan pengamanan keimigrasian serta memiliki kewenangan untuk:

a. Mendapatkan keterangan dari masyarakat atau instansi pemerintah;

b. Mendatangi tempat atau bangunan yang diduga dapat ditemukan bahan keterangan mengenai
keberadaan dan kegiatan orang asing;

c. Melakukan operasi intelijen keimigrasian; atau


d. Melakukan pengamanan terhadap data dan informasi keimigrasian serta pengamanan
pelaksanaan tugas keimigrasian.

Pengawasan dan penindakan keimigrasian terhadap orang asing merupakan upaya pemerintah
yang sekaligus merupakan ruang lingkup keimigrasian untuk menciptakan keamanan dan
ketertiban umum. Apabila dalam pengawasan ditemukan pelanggaran keimigrasian seperti
penyalahgunaan Bebas Visa Kunjungan yang telah melebihi batas izin tinggal (overstay) maka
dilakukan tindakan keimigrasian diantaranya tindakan administratif. Berdasarkan UU No.6
Tahun 2011 tentang Keimigrasian pasal 75 ayat (1), Pejabat Imigrasi berwenang melakukan
Tindakan Administratif Keimigrasian terhadap Orang Asing yang berada di Wilayah Indonesia
yang melakukan kegiatan berbahaya dan patut diduga membahayakan keamanan dan ketertiban
umum atau tidak menghormati atau tidak menaati peraturan perundangundangan.

Tindakan administratif keimigrasian dapat berupa: a. pencantuman dalam daftar pencegahan atau
penangkalan; b. pembatasan, perubahan, atau pembatalan izin tinggal; c. larangan untuk berada
di satu atau beberapa tempat tertentu di Wilayah Indonesia; d. keharusan untuk bertempat tinggal
di suatu tempat tertentu di Wilayah Indonesia; e. pengenaan biaya beban; dan/atau f. Deportasi
dari Wilayah Indonesia.

Untuk orang asing yang melakukan pelanggaran berupa overstay akan dikenakan denda Rp
1.000.000 per harinya, sesuai dengan peraturan yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres)
Nomor 28 Tahun 2019 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
Berlaku pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Jumlah denda overstay (PNBP)
masuk ke kas negara dan digunakan sebagian untuk melakukan pembangunan negara, khususnya
untuk pembangunan sarana dan prasarana pelayanan keimigrasian, pengawasan dan penegakan
hukum yang menjadi fungsi Imigrasi Indonesia, fasilitas makan, serta transportasi bagi Petugas
Pemeriksa Keimigrasian, dan biaya pengawalan dari perwakilan Kantor Imigrasi terhadap Warga
Negara Asing (WNA) yang dideportasi dari Indonesia.

Kepala Kantor Imigrasi memiliki kewenangan dalam menetapkan keputusan terhdapa tindakan
administratif kepada orang asing di tingkat operasional. Pada tiap kantor wilayah Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia terdapat koordinator di bidang keimigrasian yang dapat
melakukan pengawasan dan pengendalian. Bersumber pada Pasal 1 Ayat (34) UU No 6 Tahun
2011 Tentang Keimigrasian dipaparkan bahwa ruang detensi Imigrasi ialah tempat penampungan
untuk WNA yang dikenai TAK yang terletak di Kantor Imigrasi dan Direktorat Jenderal
Imigrasi. Berikutnya pada Pasal 44 ayat (1) Undang-Undang No 6 Tahun 2011 Tentang
Keimigrasian menguraikan jika tiap WNA yang berada di daerah Indonesia bisa ditempatkan di
ruang detensi Imigrasi apabila terletak di daerah Indonesia tanpa mempunyai izin tinggal yang
legal, ataupun dalam hal menunggu proses dan prosedur untuk pengusiran ataupun
pendeportasian keluar dari daerah Indonesia. Tindakan administratif berupa deportasi dilakukan
sesuai UU No.6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian Pasal 78 ayat (2) dan (3), yaitu apabila orang
asing tidak dapat membayar biaya beban dan orang asing pemegang izin tinggal yang telah
berakhir masa berlakunya dan masih berada dalam Wilayah Indonesia lebih dari 60 (enam puluh)
hari dari batas waktu Izin Tinggal dikenai tindakan administratif keimigrasian berupa deportasi
dan penangkalan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian dan analisa atas penegakan hukum Keimigrasian terhadap orang
asing tanpa izin tinggal, penulis memberi kesimpulan sebagai berikut :

1.Penegakan hukum Keimigrasian terhadap orang asing tanpa izin tinggal penegakan
hukum imigrasi terhadap orang asing tanpa izin tinggal berupa Tindakan Administratif
Keimigrasian dan Pro Justitia. Pejabat Imigrasi berwenang mengambil tindakan
administratif Keimigrasian berupa pendeportasian dan pencantuman dalam daftar
penangkalan selama 6 (enam) bulan, sebagaimana dimaksud di dalam UUK;

2.Politik Keimigrasian Indonesia dalam rangka penegakan hukum terhadap orang asing
tanpa izin tinggal adalah Selective Policy sebagaimana diatur dalam UUK yang
mengatur mengenai perlintasan orang keluar dan masuk Indonesia, kriteria orang asing
yang diizinkan masuk, berada, dan melakukan kegiatan di Indonesia, dan penegakan
hukum Keimigrasian baik yang bersifat administratif maupun pidana.

Daftar Pustaka
Abdullah Sjahriful, 1993, Memperkenalkan Hukum Keimigrasian, Cet I, Yudhistira,
Jakarta.

Anton M. Moeliono, dkk, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Awaloedin Djamin, Administrasi Kepolisian RI Menghadapi Tahun 2000, Lembang:
Sanyata Sumasana Wira,

Bertens,K. 1999, Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta: Kanisius.

Bachsan Mustafa, 2002, Sistem Hukum Administrasi Negara. Bandung: Citra Aditya
Bhakti.

Dyah Ochtorina S, A‟an Efendi, 2014. Penelitian Hukum (legal research), Jakarta: Sinar
Grafika.

Hesti Armiwulan Sochmawardiah. 2013. Diskriminasi Rasial Dalam Hukum Hak Asasi
Manusia. Yogyakarta: Genta Publishing.

Ibnu Suud S.H, 2005, Manajemen Keimigrasian, Jakarta: Amarja Press.

Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari, 2015, "Dasar-Dasar Politik Hukum", Jakarta:
Rajagrafindo Persada,

John Rawls. 1971. A Theory of Justice. USA, Cambridge, Massachusetts: The Belknap
Press of Harvard University Press.

Johnny Ibrahim, 2005. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:
Bayumedia Publishing,

Mohammad Mahfud M.D, 2012, Politik Hukum di Indonesia, Edisi Revisi, Cetakan
kelima, Rajawali Pers, Jakarta

M. Imam Santoso, 2004, Perspektif Imigrasi Dalam Pembangunan Ekonomi dan


Ketahanan Nasional, Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)

Mariam Budirahardjo, 1996, Dasar-Dasar Ilmu Politik, cetakan ke-7. Jakarta: Gremedia.

Munir Fuady, 2009, Teori Negara Hukum Moderen (Rechtstaat), Bandung: Refika
Aditama,

M.Arif, 1997. Keimigrasian Di Indonesia Suatu Pengantar, Jakarta: Pusat Pendidikan


dan Latihan Pegawai Departemen Kehakiman,

Padmo Wahjono, 1986, "Indonesia Berdasarkan Atas Hukum", Jakarta: Gahlia


Indonesia,

Peter Laslett, 1988., Introduction: Locke and Hobbes. Two Treatises on


Government.New York: Cambridge University Press,
Peter Mahmud Marzuki, 2010. Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Persada Group.
. 2008. Pengantar Ilmu Hukum . Jakarta: Kencana Persada Group.

Satjipto Rahardjo. 1983, Masalah Penegakan Hukum. Bandung: Sinar Baru.. ,


1991, "Ilmu Hukum", Bandung: Citra Aditya Bakti,

Soerjono Soekanto. 1983, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan


Hukum.Jakarta: Rajawali.

Wahyudin Ukun, 2004, Deportasi Sebagai Instrumen Penegakan Hukum dan Kedaulatan
Negara di Bidang Keimigrasian, Jakarta: PT. Adi Kencana Aji,

Widodo Ekatjahjana, 2007. Pengujian Peraturan Perundang-Undangan Menurut UUD


1945. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran.

Rizqi Iman Aulia Hakim, 2015. Pengawasan ijin Tinggal Orang asing Oleh Kantor
Imigrasi. Unnes Law Journal 4 (1).

Lianora Sinaga, 2017. Penegakan Hukum Penyalahgunaan Izin Tinggal Orang asing Di
Kota Palu. Jurnal Universitas Tadalako.

Erma Yulmawati, 2016. Peran Kantor Imigrasi Batam Dalam Mencegah Penyalahgunan
izin Tinggal Kunjungan Warga Negara Asing di Kota Batam. Jurnal Fakultas
Hukum Universitas Atmajaya Yogyakarta: Seviens In Lumine Veritatis.

Anda mungkin juga menyukai