Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL SKRIPSI

NAMA
:VICKY INDRA SAPUTRA
NIM
:102170198
PRODI
:HUKUM PIDANA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH
UDUL
:PENEGAKAN HUKUM TERHADAP ORANG ASING
YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA KEIMIGRASIAN
(STUDY DI KANTOR IMIGRASI KELAS1 TPI JAMBI)
A. Latar Belakang
Imigrasi berasal dari kata kerja "migrate" atau kata benda "migration"
yang berarti "go from one country or piace of residence to settle in another".
Jadi imigrasi adalah perpindahan manusia secara geografis, haik peorangan
maupun kelompok dari suatu tempat atau negara asal ke negara lain dengan tujuan
untuk menetap yang dilakukan oleh imigran, sedangkan touris dan pendatang
untuk jangka waktu yang pendek tidak disebut imigran
Ketentuan hukum keimigrasian di Indonesia sejak Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia tahun 1945 bhingga 1991 secara formal tidak mengalami
nerkembangan berarti. Dikatakan demikian karena ketentuan keimigrasian masih
tersebar dalam beberapa ketentuan perundang-undangan dan masih kuat
dinengaruhi oleh hukum kolonial. Di samping tidak sesuai lagi dengan
nerkembangan kehidupan nasional, sebagian dari Ketentuan tersebut masih
HAM tahun 2008, him 175 id.m.wikipedia.org diakses pada tanggal 27 november 2020 jam
23:48 WIR
Ajad sudrajat havid, formalitas keimigrasian, direktorat jendral imigrasi dapertemen hukum dan
menyebabkan arus lalu lintas keberadaan orang asing di daerah diharapkan juga
akan semakin meningkat
Perkembangan seperti ini menimbulkan permsalahan yang dilematis,
arena orang asing yang datang ke Provinsi Jambi tidak semuanya mempunyai
itikad baik. Kebijakan dan kemudahan yang diberikan oleh pemerintah, banyak
yang disalahgunakan untuk mencari keuntungan perusahaan semata bahkan
banyak untuk kepentingan pribadinya sendiri. Selain itu untuk menjaga suasana
yang kondusif terutama dibidang keamanan, perlu diwaspadai adanya kegiatan
spionase dan jaringan terorisme intemasional. Hal demikian menyebabkan aspek
keimigrasian khususnya dibidang pengawasan orang asing memegang peranan
yang sangat penting imtuk dapat mengantisipasinya sedini mungkin.
Indonesia adalah negara kedaulatan dengan tujuan melindungi masyarakat
dan melindungi segenap bangsa dan ikut serta dalam ketertiban dunia termasuk
hubungannya dengan hubungan dunia internasional, di dalam Undang-undang
dasar 1945 alenia ke-4 berbunyi kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu
pemerintah negara indonesi yang melindungi segenap bangsa indonesia dan
seluruh tumpah darah indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum.
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, kedamaian abadi dan keadilan sosial.
Undang-undang No 6 tahun 2011 tentang keimigrasian adalah dasar
hukum untuk mengatur fungsi-fungsi dan tugas-tugas dalam menghadapi warga
negara asing yang melakukan pidana di Indonesia.
Undang-undang Dasar 1945

adapula pengaruh zaman yang mengakibatkan pesatnya kemajuan ilmu


pengetahuan dan teknologi, khususnya dibidang transportasi dan komunikasi Sera
perkembangan, kerjasama regional maupun intemasional mengakibatkan semakin
meningkatnya orang asing yang masuk dan tinggal dari wilayah Indonesia.
seining dengan kebijakan yang ditempuh dalam upaya untuk meningkatkan
pembanguan nasional karena keterbatasan dana/modal dan tenaga ahli.
Pemerintah Indonesia memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada orang
asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia baik dalam bentuk penanaman
modal asing maupun penanaman modal dalam negeri.
Kemudian untuk meningkatkan devisa dibidang wisata, pemerintah
Indonesia mengeluarkan kebijakan yaitu melahui Keputusan Presiden Nomor 15
tahun 1983 tentang Kebijakan Pengembangan Kepariwisataan, memberikan
kemudahan bagi orang asing warga Negara tertentu yang termasuk dalam kategori
touris generating countries yang bermaksud berwisata dapat langsung datang dan
masuk ke Indonesia dengan tanpa keharusan memiliki visa terlebih dahulu.
Selanjutnya dalam perkembangannya dengan pertimbangan untuk lebih
menunjang dan melancarkan pembangunan nasional dengan memanfaatkan
potensi modal teknologi asing, pemerintah melalui Keputusan Menteri
Kehakiman Republik Indonoesia nomor M.02.IZ.01.02 tahun 1995 tentang Bebas
Visa Kuniungan Singkat memberikan keinginan hagi orang asing dari negara
tertentu untuk berkunjung dan tinggal di Indonesia paling lama 60 (enam puluh)
hari dalam rangka kunjungan usaha, sosial budaya dan pariwisata serta termasuk
a tugas-tugas pemerintahan. Adanya kebijakan tersebut diharapkan arus orang asing
yang masuk ke Indonesia dengan berbagai tujuan antara lain dalam rangka
penanaman modal, bekerja, kunjungan usaha, kunjungan wisata akan mengalam
peningkatan, namun demikian agar kehadiran orang asing tersebut benar-benar
membawa manfaat bagi kelangsungan pembangunan nasional dan didaerah,
pelayanan dan pengawasan terhadap orang asing tetap dilaksanakan berdasarkan
Perinsip yang bersifat selektif. Setiap orang asing yang berada di wilayah Indonesia
harus mempunyai izin yang berlaku baginya, baik izin keberadaan yang berupa
izin keimigrasian, maupun izin kegiatan dari instansi teknis yang berwenang
mengeluarkannya. Orang asing tersebut harus melakukan kegiatan yang sesuai
dengan maksud dan tujuan kedatangannya ke Indonesia, tidak membahayakan
keamanan dan ketertiban serta tidak bermusuhan baik terhadap rakyat dan bangsa
maupun negara. Keberadaan dan kegiatarmya harus memberikan manfaat bagi
kesejahteraan rakyat, bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam rangka mewujudkan prinsip sebagaimana tersebut diatas,
diperlukan pengawasan terhadap orang asing. Pengawasan ini tidak hanya pada
saat mereka masuk tetapi juga dilakukan pemantauan, pengawasan dan operasi
terhadap kegiatan orang asing tersebut selama mereka berada di wilayah
Indonesia. Pengawasan ini mencakup penegakan hukum keimigrasian, baik yang
bersifat administratif maupun tindak pidana keimigrasian.
Bertitik tolak hal tersebut diatas dan dihubungkan dengan letak Provinsi
Jambi yang sangat strategis dibidang pengembangan ekonomi, mengantisipasi
pelimpahan industri dari pulau Jawa yang telah mengalami kejenuhan,
merupakan ketentuan bentukan pemerintah kolonial Belanda yang diserap Ke
dalam hukum keimigrasian nasional, seperti Toelatingsheshuit Staatshlad 1916
Nomor 47 (Penetapan Izin Masuk/PIM), diubah dan ditambah terakhir dengan
Staatsblad 1949 Nomor 330, serta Toelatingsordonnantie Staatsblad 1949 Nomor
5(Ordonansi Izin Masuk/OM), yang tentu saja kehadirannya ditujukan untuk
mendukung kepentingan pemerintah kolonial. Misalnya disebutkan dalam
Ordonansi Izin Masuk bahwa orang asing yang telah diberi izin masuk, sekaligus
juga diberi izin menetap. Demikian pula dalam pengaturan Penetapan Izin Masuk
keberadaan pendatang ilegal dapat menjadi legal hanya dengan membayar
sejumlah denda. Hal tersebut tentu saja merupakan kemudahan di bidang
keimigrasian karena mempermudah bagi pendatang dari berhagai negara demi
kepentingan politik, ekonomi, dan pertahanan pemerintah kolonial. Barulah
kemudian, pada tanggal 31 Maret 1992, Undang-Undang tentang keimigrasian
yang berjiwa nasional dilahirkan. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 Tentang
Keimigrasian merupakan menyatukan beberapa ketentuan yang berkaitan dengan
keimigrasian, yang sebelumnya tersebar dalam beberapa ketentuan
perundangundangan. Dan pada tanggal 5 Mei 2011 diperbaharui kembali dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian (Selanjutnva
disebut UU No. 6 Tahun 2011). Pembaharuan ini perlu karena UU No. 9 Tahun
1992 dinilai kurang komprehensit, guna menyesuaikan dengan perkembangan
kemasyarakatan
dan Negara Indonesia, kebijakan atau
peraturan
nerundangundangan, serta bersirat antisipatiI TernadapP permasalahan yang akan timbul
kedepannya.
Menurut prof. Dr. Jimly asshiddiqie, SH. Penegakan hukum adalah pross
dalakakannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-nornma hukum
secara nyata sebagai pedoman prilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan
4
hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Serdasarkan uraian diatas, pentlis tertarik untuk menuangkannya dalamm
lisan yang berbentuk skripsi dengan judul "PENEGAKAN HUKUM
TERHADAP ORANG ASING YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA
KEIMIGRASIAN"
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, di dalam pengkajian penulisan skripsi
ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses hukum terhadap orang asing yang melakukan tindak
pidana keimigrasian ?
2. Apakah faktor hambatan aparat penegak hukum terhadap orang asing yang
melakukan tindak pidana keimigrasian ?
3. Bagaimana peran kantor keimigrasian dalam penegakan hukum keimigrasian
berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian ?
C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
Dalam pembahasan penulisan ini bertolak dari permasalahan
yang
dikemukakan diatas, maka penulis membatasi ruang lingkup pembahasan masalah
tinjauan hukum yang dilakukan oleh aparat terhadap orang asing yang melakukan
tindak pidana keimigrasian, hambatan aparat penegak hukum terhadap orang
https://blogmhariyanto.blogspot.com diakses pada tanggal 29 november 2020 pada jam 23:51
wib
yang melakukan tindak pidana keimigrasian dan bagaimana peran kantor
keimigrasian dalam penegakan hukum keimigrasian berdasarkan Undang-Undang
No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui proses hukum terhadap orang asing yang melakukan
tindak pidana keimigrasian.
D. Untuk mengetahui faktor hambatan aparat penegak hukum terhadap orang
asing yang melakukan tindak pidana keimigrasian.
C. Bagaimana peran kantor keimigrasian dalam penegakan hukum keimigrasian
berdasarkan Undang-Undang No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.
2. kegunaan penelitian
a. Untuk persyaratan memperoleh gelar sarjana strata satu pada fakultas
syariah UIN STS jambi
b. sebagai sumber referensi tambahan baik untuk perpustakaan maupun bagi
mahasiswa, yang diharapkan melalui penelitian ini dapat menambah wawasan
bagi mahasiswa mengenai keimigrasian berdasarkan Undang-Undang No. 6
Tahun 2011 tentang Keimigrasian.
D. KERANGKA TEORI
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) eks WvS Belanda hanva
memberikan istilah tindak pidana yaitu strafbaar feit dan delict. Kedua istilah
tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, sebagaimana dikenal dalam
kajian hukum pidana dan peraturan perundang-undangan dengan istilah-istilah
yang beragam, seperti perbuatan pidana, tindak pidana, peristiwa pidana.
perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum, hal yang diancam dengan hukum,
dan perbuatan-perbuatan yang dapat dikenakan hukum.
Oejatno, menggunakan istilah perbuatan pidana yaitu perbuatan yang
dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana, disertai ancaman (sanksi)
yang berupa pidana tertentu bagi barangsiapa yang melanggar 1arangar
ersebut. Berbicara masalah perbuatan pidana, maka tidak lepas dari
pemberian pidana. Pemberian pidana dalam arti umum "in abstracto 1tu
merupakan pembentuk undang-undang yang didasarkan pada asas legalitas,
yaitu "asas nullum delictum, ulla poena sine prarvia lege poenali yang
tercantum dalam Pasal I ayat I KUHP, yang berarti "tiada suatu perbuatan
dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan
pidana yang telah ada sebelumnya." Sementara itu, dalam arti kongkrit "in
concreto yang menyangkut badan atau instansi yang terdiri atas orang-orang
dan alat-alat yang secara nyata merealisasikan aturan pidana itu.'
Suatu perbuatan dapat dijadikan tindak pidana, maka tidak lepas dari asas
kesalahan "tiada pidana tanpa kesalahan," yang merupakan asas fundamental
dalam hukum pidana, karena kesalahan mengandung unsur pencelaan terhadap
seseorang yang telah melakukan tindak pidana, kesalahan adalah dasar yang
mensahkan pidana, untuk dapat dip1dananya kejahatan, kesengajaan atau
sekurang-kurangnya kealpaan mutlak disyaratkan. Dengan demikian,
demikian,
SMoelíatno, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1993), hal. 54,
Andi Hamzah, KUHP dan KUHAP, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1990), hal. 54.
Sudarto, Ilukaurn dan Ihuhun Picdana, (Bandung, Aumni, 1986), hal, 43,
kesengajaan atau kealpaan merupakan keharusan untuk dapat menyimpulkan
adanya kesalahan
fungsi umum hukum pidana adalah mengatur hidup kemasyarakatan atau
menyelenggarakan tata masyarakat. Sementara itu, fungsi khusus hukum
pidana adalah melindungi kepentingan hukum dari perbuatan yang hendak
merugikannya dengan menggunakan sanksi yang berupa pidana yang sifatnya
lebih tajam dibandingkan dengan sanksi yang terdapat dalam bidang hukum
lainnya.
Kitab undang-undang hukum pidana membahas apa-apa saja sanksi pidana
di dalam Pasal 10. Didalam Pasal 10 KUHP sanksi pidana dibedakan menjadi
pidana pokok dan pidana tambahan.
Pidana pokok terdiri dari:
a. pidana mati
b. pidana penjara
C. kurungan
d. pidana denda.
Pidana tambahan terdiri dari:
a. pencabutan hak-hak tertentu
b. perampasan barang-barang tertentu
C. pengumuman putusan hakim
Tindak pidana bisa terjadi dimana saja, kapan saja dan siapa saja bisa
meniadi korban atau pelaku tindak pidana, dalam Undang-undang No, 9
8 cahoffimeister, dkk, Hukum Pidana, (Terjemahan JE. Sahetapy. Yogyakarta, Liberty, 1995),
hlm 82-
83
tahun 1992 Tentang Keimigrasian yang mencantumkan tindak pidana
keimigrasian.
Pengaturan perbuatan yang dapat dikriminalisasikan dalam Undang
undang No. 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian dibagi menjadi 2 (dua)
kategori, yaitu untuk kejahatan meliputi Pasal 48, 49, 50, 52, 53, 54, 56, 57,
58, dan 59. Sebaliknya, untuk pelanggaran meliputi Pasal 51, 60, dan 61.
Adapun beberapa hal yang dapat diancam dan dikenakan ketentuan pidana
di atas diantaranya
a. Masuk atau keluar wilayah Indonesia secara tidak sah atau illegal
b. Pemalsuan atau penyalahgunaan surat-surat serta dokumen-dokumen
keimigrasian
C. Sengaja tidak memenuhi kewajiban keimigrasian tertentu dan tidak
memenuhi kewajiban membayar biaya keimigrasian yang telah ditentukan.
d. Lampau waktu berada di dalam wilayah Indonesia (over stay)
e. Memberikan fasilitas terutama akomodasi dan pekerjaan bagi orang asing
tanpa 1zin pejabat yang berwenang.
Upaya penangulangan findak pidana keimigrasian dilakukan dalam rangka
penyelesaian secara hukum terhadap tindak pidana keimigrasian yang terjadi.
E. TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa penulisan hukunm skripsi yang menulis tema imigrasi ataupun
surat izin tinggal sebagai tema sentral mereka. Penulisan hukum skripsi yang
memiliki tema yang sama dalam menulis judul penulisan hukum skripsi vaitu
sebagai berikut:
1. Judul"PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN
KEIMIGRASSIAN OLEH WARGA NEGARA ASING DI KANTOR
IMIGRASI KELAS II NON TPI WONOSOBO"
Nama
Vidya Gayuh Puspitasari
NIM
15410240
Prodi
:S1 Imu hukum
Fakultas Hukum
Universitas: UII Yogyakarta
Rumusan masalah
1. Bagaimana pelaksanaan pengawasan warga negara asing di kantor imigrasi
kelas II Non TPI Wonosobo?
2. Bagaimana penegakan hukum keimigrasian terhadap warga negara asing yang
melanggar peraturan perundang-undangan di wilayah kerja Kantor Imigrasi
Kelas II Non TPI Wonosobo?
Kesimpulan penelitian
1. Pelaksanaan pengawasan warga negara asing di Kantor Imigrasi Kelas li Non
TPI Wonosobo dilakukan dengan cara melalui pengawasan administratif pada
saat orang asing tersebut masuk wilayah Indonesia yang kemudian berada di
wilayah kerja atau yurisdiksi Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Wonosoho
dengan menyerahkan dokumen-dokumen terkait dirinya pada sạat pemeriksaan
di Tempat Pemeriksaan Imigrasi(PI) dan pengawasan lapangan dengan
dilakukannya intelijen keimigrasian, pemantauan, serta patroli rutin vane
dilakukan oleh tim pengawas orang asing (TIMPORA) Kantor Imigrasi Kelas
II Non TPI Wonosobo. Dalam hal pengawasan ini, Kantor Imigrasi Kelas II
Non TPI Wonosobo masih kurang maksimal dalam melakukan pengaasan
terhadap orang asing dikarenakan masih kurangnya pejabat imigrasi yang
menjadi tim pengawas orang asing (TIMPORA) yang melakukan pengawasan
terhadap orang asing dalam wilayah kerja yang begitu luas mencakup beberapa
kota sekitar, , mengingat jumlah tim pengawas orang asing yag dimiliki Kantor
Imigrasi Kelas II Non TPI Wonosobo hanya berjumlah 19 pegawai. Oleh
karena itu, tim pengawas Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Wonosobo selain
membutuhkan koordinasi dengan Disnaker, Pemeintah Daerah, Kepolisian
Resor (Polres) dan Kepolisian Resor Kota Polresta) juga membutuhkan
peranan masyarakat untuk bersikap peka terhadap orang asing yang berada
dilingkungannya. Peranan masyarakat dalam hal ini sangat penting mengingat
minimnya pejabat pengawas (tim pengawas orang asing) Kantor Imigrasi
Kelas II Non TPI Wonosobo.
2. Penegakan hukum keimigrasian terhadap warga negara asing yang melanggar
peraturan perundang-undangan di wilayah kerja Kantor Imigrasi Kelas II Non
TPI Wonosobo didasarkan pada hasil pengawasan keimigrasian yang telah
dilakukan dan hasil intelijen keimigrasian yang dilakukan sebelum pengawasa
keimigrasian. Penegakan hukum keimigrasian terhadap warga negara asing
yang dilakukan oleh Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Wonosobo telah sesuai
dengan peraturan mengenai keimigrasian yang berlaku di Indonesia, yaitu
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dan Perataran
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.
Dengan sesuainya penanganan
penegakan hukum yang dilakukan oleh
kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Wonosobo yang didasarkan pada peraturan
yang berlaku, maka tidak terdapat penyimpangan yang dilakukan oleh Kantor
Imigrasi Kelas II Non TPI Wonosobo dalam melakukan penegakan hukum
terhadap warga negara asing yang melakukan pelanggran di yurisdiksi Kantor
Imigrasi Kelas lI Non TPI Wonosobo tersebut. Pelaksanaan penegakan hukum
keimigrasian berupa tindakan keimigrasian terhadap orang asing yang berada
di yurisdiksi atau wilayah kerja Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Wonosobo
erupakan kewenangan dari Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Wonosobo itu
sendiri dan bukanlah kewenangan dari Pengadilan Negeri wonosobo.
2. Judul TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAKK PIDANA
KEIMIGRASIAN DI KOTA MAKASSAR"
Nama
: Andi Indah Permatasari
NIM
:11107959
Prodi
:S1 hukum pidana
Fakultass
: Hukum
Universitas
: Universitas hasanusiddin makassar
Rumusan masalah
etek
1. Bagaimana pelaksanaan Undang-Undang Terhadap Penyalahgunaanizin
Tinggal Di Kota Makassar sesuai dengan undang-undang Republik Indonesia
No.6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian?
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.
Dengan sesuainya penanganan
penegakan hukum yang dilakukan oleh
kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Wonosobo yang didasarkan pada peraturan
yang berlaku, maka tidak terdapat penyimpangan yang dilakukan oleh Kantor
Imigrasi Kelas II Non TPI Wonosobo dalam melakukan penegakan hukum
terhadap warga negara asing yang melakukan pelanggran di yurisdiksi Kantor
Imigrasi Kelas lI Non TPI Wonosobo tersebut. Pelaksanaan penegakan hukum
keimigrasian berupa tindakan keimigrasian terhadap orang asing yang berada
di yurisdiksi atau wilayah kerja Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Wonosobo
erupakan kewenangan dari Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI Wonosobo itu
sendiri dan bukanlah kewenangan dari Pengadilan Negeri wonosobo.
2. Judul TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAKK PIDANA
KEIMIGRASIAN DI KOTA MAKASSAR"
Nama
: Andi Indah Permatasari
NIM
:11107959
Prodi
:S1 hukum pidana
Fakultass
: Hukum
Universitas
: Universitas hasanusiddin makassar
Rumusan masalah
etek
1. Bagaimana pelaksanaan Undang-Undang Terhadap Penyalahgunaanizin
Tinggal Di Kota Makassar sesuai dengan undang-undang Republik Indonesia
No.6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian?
b. Pencegahan secara represif
hal pencegahan ini sangat erat kaitannya dengan hal pengawasan baik
wisatawan asing yang masuk atau keluar wilayah Negara Republik Indonesia,
dan melakukan kegiatan di wilayah Negara Republik Indonesia. Pencegahan
secara preventif adalah tindakan pencegahan yang dilakukan dalam usaha
untuk mencegah atau menjaga kemungkinan terjadinya tindak pidana Imigrasi
dalam hal ini yaitu tindak pidana penyalahgunaan Izin Tinggal Keimigrasian.
Sedangkan dalam pencegahan represif ini dapat dilakukan dengan cara
pemindanaan, deportasi maupun dimasukan ke dalam daftar cegah dan tangkal
(Cekal list).
3. Judui*
ASPEK HUKUM PIDANA WARGA NEGARA ASING KE
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TANPA MELALU
PEMERIKSAAN PEJABAT IMIGRASI"
Nama
: Rama Sari Atiwiz Purba
NIM
: 148400018
Prodi
: S1 IImu hukum
Fakultas Hukum
Universitas: Universitas Medan Area
Rumusan masalah
1. Bagaimana pengaturan hukum Warga Negara Asing ke Indonesia tanpa dokumen
resmi dan/ atau tanpa pemeriksaan pejabat imigrasi?
2 Bagaimana sanksi hukum seseorang masuk ke Indonesia tanpa dokumen resml
dan melalui pemeriksaan pejabat imigrasi?
3. Bagaimana upaya hukum terhadap seseorang masuk ke Indonesia tanpa
dokumen resmi dan melalui pemeriksaan pejabat imigrasi?
Hasil penelitian
1. Pengaturan hukum tentang akibat hukum pidana Warga Negara Asing ke
Indonesia tanpa melalui pemeriksaan pejabat imigrasi dituangkan dalam
ketentuan dasar pengaturan pada Pasal 8 dan Pasal 9 Undang-Undang
Keimigrasian No. 6 Tahun 2011 dan juga pada Pasal 3, Pasal 20 dan Pasal 21
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2013 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentañg
Keimigrasian dan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Paspor Biasa Dan Surat Perjalanan
Laksana Paspor.
2 Sanksi hukum terhadap tindak pidana seseorang masuk ke Indonesia tanpa
melalui pemeriksaan pejabat imigrasi dan tanpa dokumen resmi maka kepada
pelaku dapat dikenakan sanksi administrasi yaitu pencantuman dalam daftar
pencegahan atau penangkalan, Pembatasan, perubahan atau pembatalan izin
tempat tinggal, Larangan untuk berada disatu atau beberapa tempat tertentu di
wilayah Indonesia, Keharusan untuk bertempat tinggal disuatu tempat tertentu di
wilayah Indonesia, Pengenaan biaya beban dan/atau, Deportasi di wilayah
Indonesia dan sanksi pidana yaitu pada Putusan No. 1474/Pid.Sus/2016/PN.Mdn,
para pelaku yang masuk ke wilayah Indonesia tanpa melalui pemeriksaan pejabat
imigrasi telah melanggar Pasal 113 Undang-Undang No. 6 tahun 2011 tentang
keimigrasian dan dihukum pidana penjara selama tiga bulan.
2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian
3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 tahun 1994 tentang
Visa, Izin Masuk dan Izin Keinmigrasian
4) Peraturan perundang-undangan terkait pembahasan
b. bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberi penjelasan bagi bahan
hukum primer, terdiri dari buku-buku atau hasil penelitian yang berkaitan
dengan izin keimigrasian.
c. bahan hukum tersier.yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk dan
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, terdiri dari:
1 Kamus hukum
2) Kamus besar Bahasa Indonesia
3) Surat kabar atau majalah
3. Sumber Data
Data diperoleh :
a. penelitian lapangan
penelitian ini dilakukan di kantor imigrasi kelas 1 TP Jambi guna
memperoleh data primer
b. penelitian pustaka
penelitian pustaka ini guna mendapatkan data sekunder yang dilakukan di :1. perpustakaan
wilayah jambi
2. perpustakaan fakultas syariah
3. perpustakaan Universitas negri sulthan thaha saifuddin jambi
4. jurnal
Teknik Pengumpulan Data
a. wawancara
wawancara yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan
pertanyaan secara langsung kepada narasumber yang berkaitan dengan
permasalahan yang akan di teliti
b.studi dokumentasi
5.teknik pemengumpulkan data dengan cara melihat dokumen yang
sudah ada dan dokumen tersebut adalah dokumen resmi dan terjamin
kualitasnya
6. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan adalah kualitatif yaitu suatu cara
penelitian yang menghasilkan data deskriptif analitis, karena tidak
menggunakan rumus-rumus dan angka-angka dalam meneliti persoalan
yang berkaitan dengan keimigrasian berdasarkan Undang-Undang No. 6
Tahun 2011 tentang Keimigrasian dengan menggunakan metode berfikir
deduktif.
F. METODE PENELITIAN
Dalam hal ini, metode penelitian ini memakai metode pendekatan, jenis
data, bahan hukum, sumber data, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, dan
analisis data.
1. Metode pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif karena meneliti
norma-norma hukum yang dirumuskan dalam hukum positif baik Undang-
undang No 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian dengan cara menyusun dan
Mengkaji data-data sekunder yang berkaitan erat dengan penegakan hukum
terhadap orang asing yang melakukan tindak pidana keimigrasian berdasarkan
Undang-Undang No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.
2. Jenis data
a. data primer
Data yang berupa informasi dalam bentuk lisan yang langsung diperoieh
penulis dari sumber aslinya.
b. data sekunder
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari
berbagai bahan kepustakaan yaitu melalui peraturan perundang-undangan.
buku, jurnal, makalah, artikel dan tulisan-tuisan yang bersifat ilmiah
lainnya.
3. Bahan hukum
bahan hukum primer, yaitu bahan yang mengikat, terdiri dari a.
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Anda mungkin juga menyukai