Anda di halaman 1dari 8

Resume

Tindak Pidana Dan Penyeludupan

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Hukum Kejahatan Ekonomi Dan Korupsi
Dosen Pembimbing : DR. SLAMET HARYADI, S.H., M.Hum.

Oleh :

APRYAN ANGGARA PRATAMA(1974201012)


ALWI MIHARIZA HASAN (1974201067)
HILDAN AMAZAH PRADANA (1974201025)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KOTABUMI


FAKULTAS HUKUM & ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI HUKUM
TAHUN 2021
Resume Tindak Pidana Dan Penyeludupan
Bab 1 Pendahuluan
Setelah Proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Negara Indonesia atau
Pemerintah Indonesia telah banyak melakukan usaha-usaha untuk menyejahterakan
rakyatnya. Usaha-usaha tersebut antara lain menyangkut pengaturan, pengawasan serta
pengendalian kehidupan ekonomi sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 33 Undang-
Undang Dasar 1945. Hal tersebut sesuai dengan cita-cita kemerdekaan Negara Indonesia
yang terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu untuk memajukan
kesejahteraan umum.

Negara dalam upayanya untuk mensejahterakan rakyat membutuhkan biaya yang


tidak sedikit. Untuk itu diperlukan sumber-sumber dana bagi keuangan Negara. Adapun
salah satu sumber dana tersebut, berasal dari pungutan Bea dan pungutan pungutan lain
yang sah. Dalam pelaksanaannya pungutan tersebut antara lain di bebankan pada aparat
pemerintah tersendiri antara lain yaitu Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berada
dibawah naungan Kementrian Keuangan. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai diberi tugas
untuk mengatur masuknya barang dari luar negeri ke dalam negeri atau impor dan
keluarnya barang dari dalam negeri ke luar negeri atau ekspor.

Dalam aktifitas perekonomian terdapat kecenderungan untuk mengejar


keuntungan sebesar-besarnya sehingga tidak mustahil terdapat penyimpangan dalam
ekspor atau impor dalam rangka menghindarkan dari pungutan-pungutan bea dan
pungutan lainnya.

Tindak pidana penyelundupan sangat merugikan dan mengganggu keseimbangan


kehidupan bangsa Indonesia. Kerugian akibat penyelundupan mencapai hingga triliunan
rupiah dalam setahun.
Bab 2 Pembahasan
Tindak Pidana memiliki penyebutan lain seperti :

● Peristiwa Pidana
● Delik
● Pelanggaran Pidana
● Perbuatan yang boleh dihukum
● Perbuatan yang dapat dihukum
● Perbuatan Pidana.

Tindak Pidana merupakan suatu perbuatan atau rangkaian perbuatan manusia yang
bertentangan dengan Undang-Undang atau aturan Undang-Undang lainnya, terhadap perbuatan
mana diadakan tindakan hukum.

Tindak pidana harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

1. Perbuatan manusia, baik dalam arti perbuatan positif (berbuat) maupun perbuatan negatif
(tidak berbuat);

2. Diancam dengan pidana;

3. Melawan hukum;

4. Dilakukan dengan kesalahan;

5. Telah Cakap Hukum.

Pengertian Penyelundupan adalah perbuatan memasukkan benda atau manusia secara


ilegal yang umumnya dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, Istilah “penyelundupan”,
“menyelundup” sebenarnya bukan istilah yuridis, bentuk penyelundupan dapat dilakukan pada
bangunan ,penjara ,atau melalui perbatasan suatu wilayah, umumnya adalah Manusia, benda,
hewan dan tumbuhan, suatu kegiatan dianggap sebagai penyelundupan jika bertentangan dengan
undang-undang atau peraturan lain yang berlaku.

Tindak Pidana Penyeludupan menurut Keppres No 73 Tahun 1967, pada Pasal 1 ayat 2
ialah tindak pidana yang berhubungan dengan pengeluaran barang atau uang dari Indonesia ke
luar negeri ( ekspor ) atau pemasukan barang atau uang dari luar negeri ke Indonesia ( impor ).

Dalam Law Dictionary, penyelundupan diartikan sebagai : “the offence of importing or


exporting prohibited goods, or importing or exporting or exporting goods not prohibited
without paying the duties imposed on them by the laws of the customs and excise”, pelanggaran
atas impor atau ekspor barang – barang yang dilarang, atau pelanggaran atas impor atau ekspor
barang-barang yang tidak dilarang, tanpa membayar bea yang dikenakan atasnya oleh undang-
undang pajak atau bea cukai).
Penyelundupan bahkan terjadi dalam hal yang paling mendasar pada keseharian
manusia yaitu penyelundupan bahan pangan, seperti beras, buahbuahan, bawang, daging, dan
lain-lain. Pada Tahun 2017 Ditjen Bea dan Cukai Kemenkeu menindak penyelundupan bahan
pangan, berupa beras, bawang, gula, dan daging. Tercatat penindakan terhadap penyelundupan
beras 21 kali dengan nilai Rp.25,6 miliar dan bawang merah sebanyak 71 kali dengan nilai
Rp.22,6 miliar, terhadap gula 56 kali dengan nilai 1,4 miliar dan daging 15 kali dengan nilai Rp.
50,7 Juta,

Sejarah Bea dan Cukai Sejak jaman dahulu Indonesia merupakan pintu bagi masuknya
barang yang dibawa oleh berbagai pedagang yang berasal dari belahan bumi, masuknya barang
dari luar Indonesia dan keluarnya barang ataupun hasil pertanian, perkebunan, dam rempah-
rempah dari Indonesia. Lembaga yang mengawasi jalur masuk dan keluar pada waktu itu masih
bersifat lokal semenjak zaman kerajaan di Indonesia, sesuai wilayah kerajaannya. Sejak
penjajahan Hindia Belanda melalui VOC, barulah ada pengawasan.

Pada masa Hindia Belanda tersebut, masuk pula istilah douane untuk menyebut petugas
Bea Cukai. Pemerintah Belanda pada Tahun 1818 menetapkan tarif kolonial pertama yang
tersebut didalam Regerings Reglemen tentang pemungutan bea masuk dan bea keluar di Jawa
dan Madura. Tarif kolonial tersebut mengalami perubahan dan penambahan kemudian diganti
dengan Undang-Undang Tarif Tahun 1865 Tanggal 1 Januari 1866.

Tugas-tugas pokok Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tersebut antara lain:

● Melaksanakan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar
daerah pabean
● Melaksanakan pemungutan bea masuk
● Melaksanakan pemungutan BHNK cukai
● Melaksanakan pemungutan pajak lainnya yang ditugaskan pada Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai
● Menyelenggarakan praktik kepabeanan internasional sesuai dengan persetujuan
perdagangan internasional.

Kepabeanan memiliki tiga fungsi utama yaitu:

1) Fungsi Sebagai Sumber Pendapatan Negara


2) Fungsi Sebagai Fasilitas Perdagangan
3) Fungsi Sebagai Perlindungan

Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan atas perubahan


Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, sanksi pidana ditempatkan dalam
bab tersendiri, yaitu Bab XVI tentang Ketentuan Pidana, yang terdiri atas 16 (enam belas) pasal,
yaitu Pasal 102 s.d. Pasal 111.55
Jenis-jenis Penyelundupan

● Penyelundupan Fisik (Materi suatu benda)


● Penyelundupan Administrasi (berupa Dokumen dan Data lainnya.

tindak pidana kepabeanan yang berupa sanksi pidana yaitu:

● Sanksi pidana terhadap penyelundupan impor (Pasal 102)

● Sanksi pidana terhadap penyelundupan ekspor (Pasal 102A)

● Sanksi pidana terhadap penyelundupan impor dan ekspor yang mengakibatkan


terganggunya sendi-sendi perekonomian negara (Pasal 102B)

● Sanksi pidana terhadap pembuat dokumen pabean (Pasal 103)

● Sanksi pidana terhadap pengakses dokumen elektronik (Pasal 103A)

● Sanksi pidana terhadap pihak yang mengangkut barang hasil


penyelundupan (Pasal 104 huruf a)

● Sanksi pidana atas pengubahan data dari pembukuan (Pasal 104 huruf b)

● Sanksi pidana atas penghilangan data dari dokumen kepabeanan (Pasal 104 huruf
c)

● Sanksi pidana atas penyediaan blangko faktur perusahaan asing (Pasal 104 huruf
d)

● Sanksi pidana perusakan segel (Pasal 105)

● Sanksi pidana terhadap Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (Pasal 107)

● Sanksi pidana terhadap badan hukum yang melakukan tindak pidana (Pasal 108)

● Barang hasil tindak pidana penyelundupan dan alat angkut yang terlibat dalam
tindak pidana penyelundupan dirampas untuk negara (Pasal 109)
Bab 3 Kesimpulan
1) Faktor terjadinya tindak pidana penyelundupan manusia bermacam-macam, namun,
yang saat ini menjadi penyebab utama terjadinya penyelundupan manusia ialah karena
faktor keamanan serta tidak stabilnya perekonomian di negara asal orang-orang asing
tersebut. Selain itu, keinginan untuk memperbaiki penghidupan serta keberhasilan dari
para migran sebelumnya menjadi faktor banyaknya migran yang meminta untuk
diselundupkan.
2) Proses penegakan hukum tidak pernah lepas dari berbagai kendala begitu pula proses
penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana penyelundupan manusia. Kendala
penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana penyelundupan manusia diantaranya,
kurangnya SDM PPNS Keimigrasian, sulitnya membedakan korban dengan aktor
intelektual penyelundupan manusia, sulitnya melacak keberadaan orang asing yang
telah meninggalkan tempat pemeriksaan imigrasi, dan permasalahan koordinasi dengan
Polri.
3) Bahwa penyebab utama dari kejahatan dibanyak negara adalah ketimpangan sosial,
diskriminasi rasial dan diskriminasi nasional, standard hidup yang rendah,
pengangguran dan kebutahurufan (kebodohan diantara golongan besar penduduk)

Indonesia tidak akan pernah bisa lepas dari lalu lintas orang asing dikarenakan globalisasi
dan faktor wilayah negara Indonesia sendiri. Sepantasnya selective policy sebagaimana yang
diamanatkan oleh UU Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Imigrasi dijalankan secara ketat dan
maksimal.

Indonesia memiliki hak untuk memilih orang-orang yang dapat masuk ke Indonesia
sehingga Indonesia tidak dirugikan dengan keberadaan orang asing. Pemerintah harus tegas
terhadap arus orang asing yang masuk dan keluar Indonesia tanpa mengesampingkan aspek
kemanusiaan.

Bekerjanya hukum pidana selamanya harus dilihat dari keseluruhan konteks kulturalnya.
Ada saling pengaruh antara hukum dengan faktor-faktor lain yang membentuk sikap dan
tindakan kita. Faktanya dengan adanya Undang-Undang Kapabean, Penyelundupan masih
terjadi. Undang-Undang Kapabean yang memuat tentang larangan penyelundupan di bidang
impor masih sulit untuk diminimalisir

Upaya penegakan hukum tidak pernah lepas dari kendala. Evaluasi dan peningkatan instansi
imigrasi menjadi hal penting dan prioritas guna meningkatkan kinerja imigrasi.

Memanfaatkan sarana-sarana Kontrol Sosial lainnya seperti Kekuasaan Orang Tua,


Kebiasaan-kebiasaan atau Agama mungkin dapat mencegah perbuatan yang sama kuatnya
dengan ketakutan orang pada Pidana.
Saling berkoordinasi instansi penegak hukum lainnya dan peningkatan kesadaran
masyarakat juga menjadi poin penting untuk dilakukan agar penegakan hukum terhadap pelaku
penyelundupan manusia dapat terlaksana secara efektif dan efisien., Aplikasi (kebijakan
yudikatif) yaitu tahap penerapan hukum pidana oleh aparat-aparat hukum mulai dari kepolisian
sampai dengan pengadilan

Upaya pemerintah untuk memberantas setiap tindak kejahatan adalah bertujuan untuk
menciptakan suasana yang tentram serta damai agar pelaksanaan pembangunan dapat berjalan
lancar tanpa memenuhi hambatan yang berarti. Penyelundupan adalah salah satu jenis kejahatan
yang sangat membahayakan perekonomian negara, apalagi Negara Indonesia harus mewujudkan
cita-cita yang terdapat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu memajukan
kesejahteraan umum.
Referensi
1. Arifin dan Agung Tri Safari, Op. Cit. Hal. 113
2. Ryan Firdiansyah Suryawan, Op. Cit. Hal. 5
3. Bab IV Scholar Unand.ac.id faktor tindak pidana penyelundupan
4. http://annisaapriliastory.blogspot.com/2015/02/makalah-tindak-
pidana-penyelundupan.html
5. Eddhi Sutarto, Op.Cit. hlm. 101.
6. Tongat. 2012. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Perspektif
Pembaharuan. Malang. UMM Pers. Hlm 95
7. R Tresna Azas-Azas Hukum Pidana, PT Tiara Bandung 1959,hlm 27
8. Barda Nawawi Arief, beberapa aspek kebijakan penegak dan pengembangan
hukum pidana, penerbit PPT. Citra Aditya Bakti Bandung 1998, hlm 41-42
9. Andenaes, Does Punishment Deter Crime?, New York 1972, hlm 346.
10. Barda Nawawi Arief, Op.cit h 47
11. Soerjono soekanto, faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum,
(Jakarta: Rajawali Pers cetakan ke-10, 1983) h 25

Anda mungkin juga menyukai