Anda di halaman 1dari 13

TINDAK PIDANA DIBIDANG KEPABEANAN MENJADI TINDAK

PIDANA EKONOMI
DOSEN PENGAMPU : RISWAN MUNTHE, SH.,MH

Disusun Oleh :

Artikan Buulolo _208400050


Josua Hamonangan Rafael Siahaan_208400168
Niko hakim simanjuntak_208400233
Celvin sianturi_208400016
Julola Tampubolon_208400061
Ilham Efendi_208400094
Andre Manullang_208400065
Hinzky Alestin Simanjuntak_208400161
Lolo Tumangger _208400221
DEFENISI KEPABEANAN DAN TINDAK PIDANA
EKONOMI

Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan


dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk
atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk
dan bea keluar. Sementara itu, tindak pidana ekonomi
adalah tindakan-tindakan di bidang ekonomi yang dilarang
dan dapat dipidana baik dalam arti sempit maupun dalam
arti luas.
JENIS-JENIS KEJAHATAN DI BIDANG EKNOMI
1. Penyeludupan
2. Kejahatn di bidang perbankan
3. Kejahatn di bidang perniagaan
4. Kejahatn komputer
5. Kejahtan yang berkenaan dengan hukum
lingkungan
6. Kejahatan di bidang HAKI
7. Kejahatn di bidang Kepabeanan
Pelanggaran undang nomor 17 tahun 2006 tentang
kepabeanan yang berdampak pada ekonomi negara seperti
melakukan bisnis ilegal, pencucian uang bea cukai,
memalsukan dokumen, menimbun barang. Dalam kaitan
ini yang dimaksud dengan kerugian negara adalah
kekurangan uang negara. Kejahatan Ekonomi antar Negara
Dalam hal ini yang dimaksud dengan kejahatan ekonomi
antar negara adalah kejahatan ekonomi yang Unsur-unsur
kejahatannya tidak hanya berada di satu negara.
PELANGGARAN-PELANGGARAN DI BIDANG KEPABEANAN

 pengangkut tidak memenuhi ketentuan: "barang impor harus di bawa ke kantor Pabean tujuan pertama melalui jalur yang
ditetapkan dan kedatangan tersebut wajib diberitahukan oleh pengangkutnya
 pengangkut yang telah memenuhi ketentuan Pasal 7 ayat (3) Undang Undang Kepabeanan, 1995, tetapi jumlah barang yang
dibongkar kurang dari yang diberitahukan dalam pemberitahuan pabean dan tidak dapat membuktikan bahwa kesalahan
tersebut terjadi di luar kemampuannya.
 pengangkut telah memenuhi ketentuan Pasal 7 ayat (1), barang impor telah dibawa ke kantor pabean dan ayat (2} dalam
keadaah darurat membongkar barang impor terlebih dahulu kemudian melapor ke kantor pabean terdekat, tetapi jumlah
barang yang dibongkar lebih bahyak dari pada yang diberitahukan dalam pemberitahuan pabean.
 mengeluarkan barang dari Kawasan Pabean sebelum diberikan persetujuan oleh Pejabat Bea Cukai.
 eksportir yang tidak melaporkan pembatalan ekspornya
 pengangkut tidak memberitahukan barang yang diangkut meninggalkan Kantor Pabean dengan tujuan keluar daerah Pabean
atau pengangkutan barang dari satu tempat ke tempat lain dalam daerah Pabean.
 pengangkut yang telah memenuhi ketentuan tentang pengangkutan barang dari satu tempat ke tempat lain dengan
pemberitahuan Pabean, tetapi barang yang diangkut tidak sampai ke tempat tujuan atau jumlah barang setelah sampai di
tempat tujuan tidak sesuai dengan Pemberitahuan Pabean dan tidak dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut terjadi di
luar kemampuannnya.
 mengeluarkan barang dari tempat penimbunan berikat sebelum diberikan persetujuan oleh pejabat Bea dan Cukai.
 pengangkut atau pengusaha tidak rnemberikan bahtuan yang layak jika tidak tersedia akomodasi disarana pengangkut atau
tempat-lain.
 orang tidak memenuhi permintaan pejabat Bea dan Cukai agar importir, eksportir, pengangkut, pengusaha tempat
penimbunan sementara, pengusaha di tertipat penimbunan berikat atau yang mewakilinya menyerahkan barang untuk
diperiksa, membuka sarana pengangkutan, atau bagiannya, dan membuka setiap bungkusan atau pengemas untuk diperiksa.
 orang salah memberitahukan jenis dan atau jumlah barang
dalam pemberitahuan pabean atas ekspor.
 importir, eksportir, pengusaha tempat penimbunan
sementara, pengusaha tempk penimbunan berikat, pengusaha
pengurusan jasa kepabeanan atau 'pengusaha- pengangkutan,
tidak memenuhi permintaan pejabat Bea dan Cukai untuk
menyerahkan buku, catatan, surat menyurat yang bertalian
dengan impor atau ekspor, atau tidak bersedia untuk
diperiksa kesediaan barangnya.
 orang yang tidak melaksanakan perintah penghentian
pembongkaran dari sarana pengangkut apabila ternyata
barang yang dibongkar tersebut bertentangan dengan
ketentuan yang berlaku.
 pengangkut menolak untuk memenuhi permintaan Pejabat
Bea dan Cukai untuk menghentikan sarana pengangkutnya,
sarana pengangkut di bawa ke kantor Pabean
PENGATURAN HUKUM TENTANG FUNGSI DAN TUGAS KEPABEANAN MENURUT
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL

Untuk menjamin kepentingan nasional dari


perdagangan luar negeri maka pelaksanaan
pergerakan fisik barang dalam rangka kegiatan
perdagangan impor dan ekspor itu harus
dikendalikan pemerintah melalui suatu sistem
yang dikenal sebagai fungsi kepabeanan.
Dengan fungsi kepabeanan dimaksudkan,
segala urusan kegiatan dan tindakan yang harus
dilakukan dalam rangka pelaksaan tugas
pengawasan arus lalu lintas barang yang masuk
dan keluar daerah pabean dan tugas
pemungutan keuangan negara yang berkaitan
dengan pengeluaran barang tersebut
DASAR HUKUM PELAKSANAAN FUNGSI DAN
TUGAS BEA DAN CUKAI

1. Undang Undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan.


2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 145/PMK.04/2007 tanggal 22 November
2007 tentang Ketentuan Kepabeanan di Bidang Ekspor.
3. Peraturan Presiden RI No. 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan
(Perpres tentang Kementerian Keuangan)
4. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-151/BC/2003 tanggal 28
Juli 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tata Laksana Kepabeanan di Bidang Ekspor.
5. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : KEP-152/BC/.2003
tanggal 28 Juli 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tata Laksana Kepabeanan di
Bidang Ekspor Untuk Barang Ekspor Yang Mendapat Kemudahan Impor
Tujuan Ekspor.
6. Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : SE-27/BC/2003 tanggal 07
Oktober 2003 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Keputusan Direktur
Jenderal Bea dan Cukai Nomor KEP-151/BC/2003 dan KEP-152/BC/2003.
7. Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : SE-13/BC/2004 tanggal 11
Mei 2004 tentang Penggunaan Sistem Pertukaran Data Elektronik (PDE)
Untuk Pemberitahuan Ekspor Barang.
TUJUAN DIBENTUKNYA UNDANG-UNDANG
NO 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN

Untuk lebih menjamin kepastian hukum, keadilan, transparansi


dan akuntabilitas pelayanan publik. Selain itu, dengan
diberlakukannya undang-undang ini mampu untuk mendukung upaya
peningkatan dan pengembangan perekonomian nasional yang
berkaitan dengan perdagangan global, mendukung kelancaran
arus barang dan meningkatkan efektivitas pengawasan atas lalu lintas
barang yang masuk atau keluar daerah pabean Indonesia dan lalu
lintas barang tertentu dalam daerah pabean Indonesia, serta untuk
mengoptimalkan pencegahan dan penindakan penyelundupan.
UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN
BARANG EKSPOR IMPOR

Fenomena kejahatan di wilayah kepabeanan khususnya penyelundupan barang impor


merupakan kejahatan yang harus ditanggulangi dengan serius, khususnya oleh instansi
terkait yang dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melalui kantor-kantor
wilayah maupun kantor-kantor pelayanannya yang tersebar di berbagai daerah di
wilayah NKRI dengan membentuk bagian atau unit-unit khusus untuk menangani
kasus kejahatan kepabeanan yang bertanggung jawab terhadap tugas-tugas penegakan
hukum yang berkaitan dengan tindak pidana kepabeanan.

Dalam melaksanakan upaya untuk menanggulangi dan memberantas tindak pidana


penyelundupan pemerintah melakukan pemeriksaan atau pengawasan secara langsung
terhadap barang ekspor danimpor yang diberi wewenangan kepada pejabat bea dan cukai.
Pengaturan hukumterhadap tindak pidana penyelundupan dan pelanggaran-pelanggaran
beserta sanksi-sanksinya telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006
tentang Kepabeanan pasal 102 sampai dengan pasal 109.
Pengawasan yang dimaksud ialah tindakan yang dilakukan untuk
memastikan semua pergerakan barang, transportasi umum (kapal, pesawat
terbang, serta kendaraan) dan orang-orang yang melintasi perbatasan negara
pada daerah pabean, sehingga dapat berjalan sesuai dengan peraturan dan
prosedur pabean yang telah ditetapkan undang-undang kepabeanan.
Melaksanakan pengawasan, harus menggunakan analisis resiko untuk
menentukan barang dan sarana transportasi apa saja yang perlu
diperiksa dan seberapa jauh tingkat pemeriksaannya.

Pemeriksaan pabean adalah tindakan memeriksa untuk memperoleh data


dan penilaian yang tepat mengenai pemberitahuan pabean yang diajukan
terhadap barang impor dalam bentuk penelitian terhadapdokumen dan
pemeriksaan atas fisik barang. Selain untuk menggumpulkan data, dilakukanya
pemeriksaan pabean juga untuk menguji kepatuhan pengguna jasa
kepabeanan dalam pemberitahuan pabean. Dalam pasal 3 ayat 2 Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor
10 Tahun 1995 Tentang Kepbaeanan, pemeriksaan pabean
KESIMPULAN

Tindak pidana kepabenan merupakan tindak pidana berupa pelanggaran


terhadap aturan hukum di bidang kepabeanan. Salah satu bentuk tindak
pidana kepabeanan yang paling terkenal adalah tindak pidana
penyelundupan.

Tindakan penyelundupan adalah suatu kejahatan memasukkan atau


mengeluarkan barang secara gelap atau ilegal untuk
menghindari bea yang dapat merugikan negara. Timbulnya kerugian
negara yang dimaksud adalah kekurangan uang yang nyata dan pasti
jumlahnya (dapat dihitung) akibat perbuatan melawan hukum baik
secara sengaja atau lalai berasal dari pungutan negara yang tidak dibayar.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai