BAB I
PENDAHULUAN
1. Permasalahan
Meningkatkan lalu lintas orang lain dari dan ke suatu negara membawa
Hal ini terbukti dengan semakin ramainya bandara, perlintasan darat, dan
pelabuhan laut internasional. Arus lalu lintas dari dan ke suatu negara, selain akan
tersebut menjadi isu keamanan global dan sangat membahayakan keamanan setiap
Fakta adanya para imigran ilegal saat ini, tentu menjadi permasalahan
adalah isu yang sangat sensitif, multidimensi, serta berdampak negatif terhadap
hubungan Indonesia dengan negara lain, apabila tidak ditangani dengan baik.
Seringkali karena para imigran ilegal sudah terlalu lama di tempat penampungan
2
tanpa adanya suatu kepastian, berpengaruh terhadap mental dan emosi, sehingga
Pengungsi, sebagai negara yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM),
kepada warga negara Indonesia saja, tetapi juga meliputi warga negara dari negara
lain yang berada di wilayah Indonesia, baik mereka yang berada secara legal
ataupun ilegal. Oleh karena itu penanganan imigran ilegal berdasarkan hukum
universal.
tanggung jawab moral dan hukum untuk menjunjung tinggi dan melaksanakan
dipenuhinya hak asasi para pencari suaka dan pengungsi, melalui penyediaan
pencari suaka dan pengungsi dilindungi dari upaya pengembalian secara tidak
negara dimana mereka memiliki ketakutan akan persekusi dan diijinkan untuk
negara dimana mereka memiliki ketakutan akan persekusi juga diakui sebagai
Indonesia juga terikat dengan prinsip tersebut walaupun belum menjadi pihak
serta fasilitasi penempatan ke negara ketiga bagi Deteni yang berada di Rumah
Detensi Imigrasi.
dari teori didalam Standar Operating Prosedur dengan fakta di lapangan. Salah
anak-anak, dewasa dan orang sakit akan tetapi fakta di lapangan semua makanan
untuk seluruh deteni baik anak-anak, dewasa, dan deteni sakit menu makanan
yang disajikan disamakan sehingga pernah terjadi aksi mogok makan dari deteni
pembahasan tidak keluar dari pokok permasalahan yaitu mengenai tindakan yang
imigrasi di Denpasar.
fasilitasi penempatan ke negara ketiga bagi Deteni yang berada di Rumah Detensi
Imigrasi.
Indonesia berwenang mengusir orang asing tersebut dari wilayah negara Republik
Indonesia.
Dalam hal ini dimaksud dengan ekstradisi adalah penyerahan oleh suatu
negara kepada negara yang meminta penyerahan seseorang yang disangka
atau dipidana karena melakukan suatu kejahatan diluar wilayah negara yang
6
2. Dalam hal belum ada perjanjian tersebut dalam ayat (1), maka deportasi
dapat dilakukan atas dasar hubungan baik dan jika kepentingan negara
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa : dalam ekstradisi hak negara-
negara untuk meminta penyerahan atau menyerahan orang yang diminta sangat
terbatas sekali. Atau dengan kata lain hanyalah pelaku-pelaku kejahatan yang
lebih dirasakan lagi apabila sebelumnya tidak ada perjanjian ekstradisi antara
Mengeluarkan orang asing dari wilayah suatu negara supaya dia menuju
ekstradisi itu sendiri baik dalam pengusiran dan persona non grata pengeluaran
1
M. Budiarto, Ekstradisi Dalam Hukum Nasional. Ghaha Indonesia, 1981, hal. 31
2
Ibid
3
I Wayan Parthiana, 1987, Berapa Masalah Dalam Hukum Internasional Dan Hukum
Nasional Indonesia. Bina Cipta, Selanjutnya disebut Parthiana 1, hal.159
7
atau pengusiran seorang dari wilayah suatu negara tempatnya mereka berada
semua negara dalam implimentasinya pada sistetn yang dianut oleh masing-
kalau ada suatu deportasi terhadap orang asing yang tinggal di Indonesia ini harus
mendapat ijin dari Menteri Kehakiman dan deportasi ini selalu memberi konotasi
Menurut Parthiana, deportasi itu berarti hak suatu negara untuk mengusir
orang asing yang berada dalam wilayahnya jadi deportasi disini dikenal dengan
pengusiran.4
Menurut J.G. Starka : Deportasi itu harus dijalankan dengan cara yang
4
Parthiana, N, Op.Cit., hal. 141
5
J.G. Starka. 1984, Pengantar Hukum Internasional 2. Edisi Kesembilan. Jakarta,
Akasada Indonesia. hal.34.
8
Perjanjian Internasional tentang hak sipil dan politik 1966 menetapkan bahwa :
seorang asing diwilayah seluruh negara terhadap perjanjian itu dapat dilinsir
warga negara dari negara lain yang berada di wilayah Indonesia, baik mereka
yang berada secara legal ataupun ilegal, maka akan dikemukakan pengertian
HAM. Secara harafiah hak asasi manusia berarti hak-hak yang dimilili seseorang
karena ia adalah seorang manusia. Hak asasi manusia didefinisikan sebagai hak-
hak moral umum yang menyangkut sesuatu yang fundamental, penting, dan
dipunyai oleh semua manusia, tanpa syarat dan tidak dapat diganggu gugat.
2.2 Hipotesa
perundang-undangan.
pendetensian luar jika ada deteni yang harus dirawat inap d rumah sakit.
3. Tujuan Penulisan
9
imigrasi Denpasar.
4. Metode Penulisan
penelitian pada suatu tempat dengan mengamati beberapa kasus yang ada.
dari buku-buku literatur dan bahan bacaan lain yang ada hubungannya
BAB II
1. Pengertian Deportasi
Keimigrasian.
Kata imigrasi terdiri dari dua suku kata, yaitu in yang artinya dalam,
migrasi yang artinya pindah, datang, atau boyong. Jadi secara lengkap arti
hal ihkwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia serta
6
Ibid, hal.57.
13
keimigrasian diluar proses peradilan. Tindakan keimigrasian ini ada empat macam
yaitu :
Indonesia,
Indonesia
salah satu Tindakan Keimigrasian yang dapat diterapkan terhadap orang asing
Internasional.
7
Ibid, hal.89-90
8
Sri Setianingsih. 1986, Intisari Hukum Internasional Publik. Bandung, Alumni,
hal. 17-18.
14
Ada kalanya kehadiran orang asing di dalam negeri suatu negara tidak
dikehendaki oleh negara yang bersangkutan. Dalam hal tertentu negara tersebut
ekstrdisi terselubung.
9
Mochtar Kusumaatmaja. 1978, Pengantar Hukum Internasional. Jakarta, Buku I
Bagian Umum, Cet. Ke-2, Bina Cipta. hal. 109.
10
Parthiana, II, Op.Cit., hal.l 5.
15
atau deportasi adalah : tindakan mengeluarkan orang asing dari wilayah Indonesia
pcngusiran keluar negeri sebagai suatu, hukuman atau karena ia tidak berhak
tinggal disana.11
Peraturan Pemerintah No. 32/1954 tentang Pendaftaran orang asing dan Peraturan
3. Syarat-syarat Deportasi
terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah negara harus dilaksanakan
yang mengatur tentang deportasi secara khusus tidak ada, akan tetapi ketentuan-
tentang Keimigrasian.
ke luar.
1. Berhak mengirim (menetapkan) wakil (duta) ke (di) lain negara (aktif) dan
menerima wakil-wakil (duta) dari negara lain (pasif).
2. Membuat perjanjian-perjanjian dengan negara lain.
Oka Matria. 1978, "Selintas Tentang Perlakuan Terhadap Orang Asing di Indonesia".
12
Menurut sejarah asal kata kedaulatan, kata ini yang dalam bahasa
Inggrisnya dikenal dengan istilah "souvereignity" berasal dari kata lain, superanus
sopereign karena kedaulatan merupakan suatu sifat hakiki dari pada negara.14
Kedaulatan atau souvereignity adalah ciri atau atribut hukum dari suatu
negara. Hal ini berarti kalau negara tersebut berdaulat, maka negara tersebut
memiliki hak atau kewenangan menegakkan hukum kedalam dan keluar.
Sedangkan suatu negara sebagai negara hukum, apabila negara tersebut
memenuhi sejumlah persyaratan. Pertama dalam suatu negara hukum ada
pembatasan kekuasaan negara berdasarkan hukum. Negara tidak dapat
berbuat sewenang-wenang terhadap warganya itu, karena dibatasi oleh
hukum. 15
memuat ciri-ciri:
Negara Indonesia. Hal ini jelas nampak pada konsideran Undang-Undang Nomor
atau keluar wilayah Indonesia merupakan hak dan wewenang Negara Repubiik
13
Edy Suryono. 1984, Praktek Rafikasi Perjanjian Intemasinal di Indonesia. Bandung,
Cet I Remaja Karya. hal.l.
14
Mochtar Kusumaatmaja, Op.Cit.. hal.l 5.
15
Komiatmanto Soetoprawiro, "Tentang llmu Hukum administrasi Menghadapi
Perkembangan Konsep Negara Hukum di Indonesia, Pro Justitia". Tahun X, No.4, Oktober 1992,
hal.5.
16
Samsul Wahidin. 1984, Hak Mengun Materiil Menurut Undang-Undang Dasar
1945. Jakarta, Cendana Press. hal.2-3
18
keuntungan di bidang pariwisata, dan lain-lain. Tapi dilain sisi dampak negatif
yang ditimbulkan oleh lain lintas diatas telah memaksa negara Repubiik Indonesia
asing dari seluruh atau sebagian wilayahnya dan hak ini sudah diakui secara
tidak ada sangkut pautnya dengan negara asal atau negara. semula dia datang.
Artinya tergantung dari sudut pandang masing-masing negara. Apakah negara itu
merasa ada ancaman dari orang-orang tertentu yang karenanya diambil tindakan
deportasi.
17
Ibid, hal.141.
19
dijelaskan. Ini sudah barang tentu kurang menjamin kepastian hukum. Tetapi
Internasional.
orang asing diwilayah Indonesia sebagai berikut : Orang asing pemegang Izin
Tinggal yang telah berakhir masa berlakunya dan masih berada dalam Wilayah
Indonesia lebih dari 60 (enam puluh) hari dari batas waktu Izinn Tinggal dikenai
untuk mengusir orang asing dari wilayahnya dikemukakan oleh O. Connel sebagai
berikut:
4. Tujuan Deportasi
Yang dimaksud dengan negara hukum adalah negara yang berdiri diatas
Indonesia. .
Tujuan nasional bangsa Indonesia ini secara relatif searah dengan tujuan
PBB. Pasal 1 ayat 1 piagam PBB menegaskan tujuan PBB yakni memelihara
keamanan dan perdamaian Internasional, dengan mengambil langkah-
langkah bersifat: kolektif untuk mencegah dan mengukur ancaman
terhadap perdamaian dan pembrantasan tindakan-tindakan yang berupa
agresi maupun tindakan-tindakan lain yang mengancam perdamaian sesuai
dengan Prinsip-prinsip Keadilan dan hukum Internasional.21
19
Setianingsih Swardi. 1977, Suatu Peninjauan Terhadap Masalah Deportasi Dari
Segi Hukum Intemasional. Jakarta, Hukum dan Pembangunan. UI. hal.85.
20
Moh Kusnardi, Harmaily Ibrahim. 1976, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia.
Pusat study Hukum Tata Negara, Fak Hukum UI, dan CV. SinarBakti, hal. 1 53.
21
I Wayan Parthiana, "Hukum Pariwisata Internasional : Sebudi Bidang Hukum
Internasional Yang Baru", Tahun X, No.4, Oktober 1992, hal.22
21
keterbukaan, globalisasi telah menjadi tema sehari-hari baik dalam media masa
maupun elektronik Istilah ini semakin santer dengan didukung oleh era
Indonesia sebagai bangsa yang merdeka tidak dapat berdiri sendiri. Indonesia juga
terlibat dan melibatkan diri dalam percaturan politik, ekonomi dan sosial budaya.
Searah dengan itu tidak dapat dipungkiri oleh negara-negara didunia bahwa
lebih canggih dari sebelumnya sehingga orang-orang dengan leluasa dan cepat
dapat masuk kenegara lain termasuk negara Indonesia. Maka pihak Imigrasipun
Pada media masa banyak dilihat orang asing telah dideportasi oleh pihak
imigrasi karena Undang-undang menjadikan bahwa deportasi itu adalah salah satu
tindakan keimigrasian yang dilakukan oleh pemerintah terhadap orang asing yang
keamanan dan ketertiban umum atau tidak menghormati atau mentaati peraturan
baru.22
dibentuk pada setiap kantor Imigrasi sebagaimana diatur dalam Pasal 32 Ayat (r)
Kantor Imigrasi dan Rudenim merupakan unit pelaksana teknis yang beradadi
sampai dengan saat ini, kedudukan, tugas, dan fungsi Rudenim masih mengikuti
kepada Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.01.PR.07.04 Tahun 2004
dan Nomor: M.HH-11.OT.01. Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja
22
Rie, "Indonesia Butuh Lebih Banyak Politisi Berwawasan Luas", Kompas. Kamis 5
Nopember 1992,hal.IV.
23
2. Rudenim Medan
3. Rudenim Pekanbaru
4. Rudenim Jakarta
5. Rudenim Semarang
6. Rudenim Surabaya
7. Rudenim Denpasar
8. Rudenim Kupang
24
9. Rudenim Jayapura
1. Pendetensian
bersangkutan
Imigrasi pengirim;
pendetensian.
deteni;
pendetensiannya
dengan baik
kegiatan seharihari;
Jenderal Imigrasi;
petugas medis;
berkala;
pendetensian;
tersebut;
Rudenim:
perdagangan orang;
28
layanan bantuan;
negaranya.
2. Pengisolasian
3. Pemindahan
tersebut;
tujuan.
pendeportasiannya;
melarikan diri
5. Kondisi darurat/lrritis
g. Membuka seluruh blok deteni apabila terjadi Bencana Alam agar dapat
et repertum;
32
otopsi dan biaya otopsi ditanggung oleh pihak yang memerlukan hasil
otopsi;
2 x 24 jam;
6. Pengaduan
Apabila ada pengaduan baik dari deteni maupun dari masyarakat, maka
petugas Rudenim:
pengaduan tersebut.
33
BAB III
Sebagai suatu negara yang berdaulat dan berdasarkan hukum, maka dalam
mengatur lalu lintas orang masuk atau keluar wilayah Indonesia dan kalau
hukum. Pasal I (a) UU No.62 Tahun 1958 menentukan bahwa warga negara
Siapa yang termasuk warga negara atau orang asing dapat ditentukan oleh
Penduduk Indonesia terdiri dari orang-orang warga negara Indonesia dan orang
asing. Warga negara adalah salah satu liang adanya negara disamping kedua tiang
yang lain, itu wilayah dan Pemerintahan negara. Karena warga negara merupakan
tiang alau sokoguru negara, maka kedudukan warga negara sangatlah penting
32
34
Negara Indonesia adalah tiap-tiap orang yang bertempat kedudukan dalam daerah
Indonesia harus tetap mendapat pengawasan baik oleh pemerintah, swasta dan
dilakukan oleh Menteri Kehakiman untuk membentuk badan pengawas yang akan
menyelenggarakan pengawasan.
hanya pada saat masuk dan keluar dari wilayah Indonesia, selama mereka berada
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah yang kini
masih ada adalah : PP. No. 32 Tahun 1954 tentang pendaftaran orang asing dan
23
Keemiatmanto Soetoprawiro, Op.Cit. hal,89
35
diri dalam waktu satu minggu sesudah ia masuk ke Indonesia. Namun ada
sejumlah orang asing yang dibebaskan dari kewajiban mendaftarkan diri mereka
adalah :
Dalam uraian terdahulu juga telah disinggung bahwa terhadap orang asing
dimensi zakelijk bagi persyaratan deportasi karena hal itu tergantung pada sudut
pandang masing- masing negara. Apakah negara itu merasa ada ancaman dari
24
Koemiatmanto Soetoprawiro, Op.Cit.. hal.9
25
Ibid
36
Jadi hak suatu negara mengusir orang asing dari wilayahnya adalah suatu
hak yang diakui oleh hukum internasional yang hanya dibatasi oleh beberapa
kompetensi hukum suatu negara terhadap orang, benda atau peristiwa dan
Yurisdiksi berkaitan erat dengan wilayah, walau tidak mutlak, setiap negara
wilayahnya karena alasan politik, ekonomis, atau alasan lain demi kepentingan
Kehakiman :
26
Syahmin AK, Op.Cit. hal.57.
37
Indonesia tanpa dokumen yang sah, atau masuk kewilayah teritorial Republik
dalam Bab XI tentang ketentuan Pidana, yakni pasal 113 sampai dengan pasal 136
keimigrasian dan barang siapa yang melanggamya diancam dengan sanksi pidana
"setiap orang yang dengan sengaja masuk atau keluar Wilayah Indonesia
27
H. Abdullah Syahnful, Op.Cit. hal. 112
38
dipidana dengan pidana penjara paling loama 1 (satu) tahun dan/atau pidana
Tindak pidana dalam pasal ini dapat dikwalifikasikan sebagai tindak pidana
masuk atau keluar wilayah Indonesia secara gelap (illegal exit / entry),
"Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
1) Setiap orang yang dengan sengaja membuat palsu atau memalsukan Visa
dan Tanda Masuk atau Izin Tinggal dengan maksud untuk digunakan
bagi dirinya sendiri atau orang lain untuk masuk atau keluar atau berada
di Wilayah Indonesia;
2) Setiap Orang Asing yang dengan sengaja menggunakan Visa atau Tanda
Masuk atau Izin Tinggal palsu atau yang dipalsukan untuk masuk atau
Tindak pidana dalam pasal ini dapat dikwalifikasikan sebagai tindak pidana
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
diberikan kepadanya.
Tindak pidana dalam pasal ini dapat dikwalifikasikan sebagai tindak pidana
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling
1) Setiap orang yang dengan sengaja memberikan surat atau data palsu atau
memperoleh Visa atau Izin Tinggal bagi dirinya sendiri atau orang lain;
2) Setiap Orang Asing yang dengan sengaja menggunakan Visa atau Izin
Tindak pidana dalam pasal ini dapat dikwalifikasikan sebagai tindak pidana
(tiga) bulan atau pidana denda paling banyak Rp. 25.000.000,00 (dua puluh
lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak Rp.25.000.000,00 (dua
Tindak pidana dalam pasal ini dapat dikwalifikasikan sebagai tindak pidana
Setiap Orang Asing yang tanpa izin berada di daerah tertentu yang telah
48 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
Tindak pidana dalam pasal ini dapat dikwalifikasikan sebagai tindak pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak Rp. 25.000.000,00
atau keluar Wilayah Indonesia, tetapi diketahui atau patut diduga bahwa
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda
yang sudah dicabut atau dinyatakan batal untuk masuk atau keluar
orang lain dengan maksud digunakan secara tanpa hak dipidana dengan
42
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak
3) Memberikan data yang tidak sah atau keterangan yang tidak benar untuk
atau orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
berlaku, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan
atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
"Dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda
Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum untuk kepentingan
tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah).
Setiap orang dengan sengaja tanpa hak dan melawan hukum memiliki,
atau elektronik, untuk kepentingan diri sendiri atau orang lain dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling
Pejabat Imigrasi atau pejabat lain yang ditunjuk yang dengan sengaja dan
dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling
Dari pasal-pasal tersebut dapat kita katakan bahwa dari 14 pasal, terdapat
12 pasal yang tergolong kejahatan yaitu pada pasal 113, 121, 123, 116, 124, 125,
124 (b), 126, 128, 129, 131, 132, serta 2 pasal yang tergolong pelanggaran yaitu
pasal 122, 117. Sementara itu dalam KUHP, khususnya dalam pasal 27 antara
lain diatur mengenai pemalsuan paspor dan dokumen imigrasi serta penggunaan
Sesuai dengan pasal penutup Buku 1 KUHP, Pasal 103 KUHP, yang
merupakan pasal lex generalis artinya hukum atau peraturan istimewa (khusus)
mengalahkan hukum atau peraturan umum, yang menyatakan antara lain, bahwa
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Bab I sampai Bab VII dalam Buku I
KUHP berlaku juga bagi tindak pidana menurut UU lain, keculi jikalau dalam
asing yang dapat dikenai sangsi pidana untuk kemudian ditindak lanjuti dengan
yang berlaku pada dasarnya tidak saja dilakukan oleh warga negara asing yang
ada di Indonesia bahkan pada hakekatnya sering pula dilakukan oleh warga
negara Indonesia sendiri, entah itu dilakukan secara sengaja ataupun tidak
sengaja.
berlaku, yang lebih lanjut dapat dijadikan alasan untuk diambilnya tindakan
orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia wajib memiliki dokumen
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dari suatu negara yang memuat
Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, setiap orang (baik warga
negara Indonesia maupun orang asing baru dapat keluar wilayah Indonesia setelah
28
Habdulilah Sjahriful, Op.Cit., hal.64
46
mendapat tanda bertolak. Tanda bertolak adalah tanda tertentu yang diterakan
oleh pejabat imigrasi ditempat pemeriksaan imigrasi dalam surat perjalanan setiap
orang baru dapat masuk ke wilayah Indonesia setelah mendapatkan Tanda Masuk.
Tanda Masuk masuk adalah izin yang diterakan pada visa atau dokumen
perjalanan orang asing untuk memasuki wilayah Indonesia yang diberikan oleh
pejabat imigrasi, Masa berlakunya izin masuk itu disesuaikan dengan jenis visa
yang dimiliki.
Oleh karena itu, setiap orang yang masuk wilayah Indonesia wajib
memiliki visa. Visa adalah izin tertulis oleh pejabat yang berwenang pada
Pemerintah Republik Indonesia yang memuat persetujuan bagi orang asing untuk
masuk dan melakukan perjalanan ke wilayah Indonesia. Hal ini diatur dalam pasal
8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011, bahwa setiap orang asing yang
No. 143 l/BU/VIII/79/007 dan No. JM/1/23 tanggal 8 Agustus 1979, ada tiga jenis
2. Visa dinas, diberikan kepada orang asing pemegang paspor Dinas yang
a. Visa transit, dapat diberikan kepada orang asing yang dalam perjalanannya
visa.
sosial budaya, dan lainnya, bukan untuk berdiam atau berdiam sementara,
Jangka waktu untuk dapat tinggal di Indonesia paling lama 3 bulan dan
peraturan yang berlaku, atau untuk orang asing yang akan mengikuti
menurut peraturan yang berlaku. Jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun
asas manfaat;
angkut;
d. Nakhoda, awak kapal, atau tenaga ahli asing di atas kapal laut atau
memiliki visa, hal ini berdasarkan Keputusun Presiden No. 15/1983 sebagaimana
puluh) hari tidak perlu meminta visa terlebih dahulu kepada perwakilan Republik
Indonesia di luar negeri yang dikenal dengan BVKS (Bebas Visa Kunjungan
Singkat).
1. Masa berlaku paspor minimal paling sedikit 6 (enam) bulan saat tiba di
Indonesia.
2. Memiliki tiket kapal laut atau udara untuk kembali ke negara asalnya atau
meneruskan perjalanan ke negara lain.
3. Masuk dan keluar melalui pelabuhan yang telah ditentukan yaitu :
Lapangan Udara antara lain :
49
a. Soekamo Hatta
b. Ngurah Rai
c. Polonia
d. Hang Nadim, Batam
e. Sam Ratulangi
f. Simpang Tiga, Pekanbaru
g. Tabing, Padang
h. Juanda, Surabaya
i. Supadio ,
j. Ellari
k. Sepingan
1. Pattimura
l. Franskaseipo, Biak
m. Hasanudin
n. Husein Sastra Negara
Pelabuhan Laut antara lain :
a. Tanjung Priuk
b. Belawan
c. Tanjung Perak
d. Batu Ampar
e. Tanjung Mas
f. Benoa
b. Bitung
c. Ambon
d. Tanjung Pinang
e. PadangBai
f. To ink N ibting
4. Memiliki biaya hidup selama di Indonesia,
5. Tidak termasuk dalam daftar penangkalan. 29
Sementara itu, sesuai dengan PP. No. 36 Tahun 1994 Yo. Keputusan
Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.001 12 03.10 Tahun 1995 tanggal
14 Maret 1995, maka surat Perjalanan Republik Indonesia dapat dibagi antara
lain:
tujuan kunjungan, kunjungan ijin terbatas, izin tinggal menetap, maka warga
paspor pemiliknya. Dokumen ini tinggal terbatas adalah berupa kartu izin tinggal
30
Komiatmanto Soetoprawiro, Op.Cit., hal.78-79
51
terbatas yang diberikan warga negara asing yang relatif tinggal di Indonesia
Sedangkan dokumen ilinggal telap berupa kartu izin Tinggal Tetap (kitap) yang
tanggal 05 Juni 2011. Alamat sementara : Ruang Detensi Kantor Imigrasi Kelas I
Denpasar. Berdasarkan hal tersebut, Gael Michel Philippe Gicquiau telah overstay
melebihi 60 (enam puluh) hari dan diduga telah melanggar Pasal 78 ayat 1 jo
Pasal 75 ayat (1) dan ayat (2) huruf a dan huruf f Undang-Undang No.6 Tahun
2011 tentang Keimigrasian Orang Asing pemegang Izin Tinggal yang telah
berakhir masa berlakunya dan masih berada dalam wilayah lebih dari 60 (enam
puluh) hari dari batas waktu Izin Tinggal dikenai Tindakan Administratif
wilayah Indonesia.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu ciri pokok dari azas negara
hukum ialah adanya jaminan perlindungan akan hak-hak asasi manusia yang
52
terhadap orang asing sebagai salah satu tindakan keimigrasian, dimana dalam
Pengusiran merupakan salah satu cara yang cukup efektif bagi suatu
pengusiran / dideportasi merupakan hak dari suatu negara yang nampaknya sangat
berita acara pendaftaran ini dimuat jenis pelanggaran dan tindakan apa yang
pantas dikenakan kepada yang bersangkutan dan yang banyak dikenakan adalah
tindakan pengusiran atau deportasi. Dengan demikian, langkah awal dari pada
31
H. Abdullah Sjahrifizl, Op.Cit. hal. 69
53
tanggung jawab pihak Kepolisian dan apabila penyidikan oleh POLRI sudah
mengumpulkan bukti, dan dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang
Pasal 1 angka 1 F1UHAP dan pasal 2 ayat 1 PP No. 27 tahun 1983, tentang
pelaksanaan KUHAP menentukan bahwa, penyidik adalah pejabat Pohsi
Negara Republik Indonesia, yang sekurang-kurangnya berpangkat pembantu
Letnan Dua Polisi atau Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang sekurang-
kurangnya berpangkat Pengatur Muda Tk I (Gol. H/b) atau yang disamakan
dengan itu, yang diberi wewenang khusus oleh UU untuk melakukan
Penyidikan.32
Namun dalam hal ini tidak semua Pejabat Imigrasi otomatis mempunyai
wewenang untuk bertindak selaku penyidik tetapi hanya yang telah dengan
Keputusan Menteri Kehakiman sebagai penyidik pegawai negeri sipil dan masih
antara lain :
laporan, baik itu datangnya dari penyidik atau tanpa disertai berita acara maupun
sipil, maka diwajibkan kepada penyidik POLRI Proses penyidikannya dan bukti-
bukti yang ditemukan. Apabila penyidik pegawai negeri sipil telah mengakhiri
sangat diperlukan kerja sama yang sebaik-baiknya antara penyidik POLRI dan
33
H. Abdullah Sjahriful, Op. Cit. hal. 96-97
55
akan digunakan dalam menghadapi setiap kasus agar dapat memenuhi pembuktian
pcrkaranya.
seseorang adalah :
dengan badan peradilan untuk diperiksa dan diadili dimuka sidang pengadilan.
35
H. Abdullah Sjahriful, Op.Cit. hal. 79
57
Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu ciri pokok dari azas negara
hukum ialah adanya jaminan perlindungan akan hak-hak asasi manusia yang
asasi manusia, maka pikiran dan perhatian kita segera tertuju pada apa yang
terkenal dengan nama, pernyataan sejagat hak-hak asasi manusia atau Universal
Masalah hak-hak asasi manusia ada pula diatur dalam UU No. 14 Tahun
dihadapkan pada masalah sistem yang dianut masing-masing negara. Uraian ini
kepentingan negara itu sendiri, jadi tidak ada sangkut pautnya dengan asal atau
manusia tidak diabaikan. Dalam peraturan itu terdapat ketentuan bahwa bagi
kepada Menteri Kehakiman, berarti disini masih ada kesempatan bagi seseorang
36
Edy Suryono dan Moenir Arisoendha. 1986, Hukum Diplomatik. Kekebalan dan
Keistimewaan. Bandung, Cet, I, AnKkasa. hal. 31.
58
diadakan pemeriksaan oleh pihak POLRI maupun oleh pihak Imigrasi guna
kata lain bahwa deportasi itu dilakukan berdasarkan bukti yang cukup dan tidak
maka sebelum orang asing tersebut diusir atau sambil menunggu proses, maka
Imigrasi bukanlah merupakan rumah tahanan dan juga bukan rumah penjara
Imigasi bebas bergerak, bebas nonton TV, mendengar radio, bebas berkumpul,
ruangan atau pada tempat yang telah disediakan. Fasilitasnya memadai dan
manusiawi, untuk setiap orang disediakan tempat tidur lengkap dengan kasur,
bantal dan spreinya, makan dan minuman bergizi disuguhkan lebih dan cukup,
bahkan anggaran lauk pauknya lebih besar dari pada yang terdapat dirumah
d. Pelaksanaan Deportasi
Sesuai dengan topik yang diangkat dalam karya ilmiah ini dapat dilihat
adanya hubungan interelasi yang erat antara kajian dari aspek yuridis dengan
suatu refleksi dari pada nilai-nilai sosial dan bertentangan dengan kepentingan-
kepentingan sosial. Selain itu, maka akan dapat diharapkan secara efektif apabila
60
mempunyai dasar-dasar sosial yang kuat disamping adanya suatu dukungan yang
bangsa timbal balik sifatnya, maka kepentingan untuk memelihara dan mengatur
dalam setiap hubungan yang teratur, jenis hukum ini diidentifikasikan sebagai
hukum Internasional.
37
Soejono Soekanto. 1980, Pokok-Pokok Hukum. Cet 1. CV. Rajawali hal.206.
61
tentu membawa akibat hukum bagi warga negara asing di Indonesia, Akibat
hukum yang dimaksud adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh adanya
hubungan hukum.38
oleh Undang-undang, sehingga kalau dilanggar akan berakibat bahwa orang yang
melanggar itu dapat dituntut dimuka pengadilan. Seperti diketahui bahwa secara
khusus tidak ada ketentuan yang mengatur tentang deportasi. Deportasi dapat
keimigrasian yang meliputi lalu lintas orang masuk atau keluar wilayah Indonesia
merupakan hak dan wewenang Republik Indonesia merupakan hak hak dan
kedaulatannya sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
maka setiap negara pada umumnya diakui mempunyai kekuasaan untuk mengusir,
dianggap sebagai suatu peristiwa kedaulatan teritorial suatu negara. Akan tetapi
38
Soedjono Dirjosisworo. 1984, Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta, Cet I, CV. Rajawali.
hal. 129.
62
kekuasaan untuk mengusir dan cara pengusiran merupakan dua hal yang berbeda
Pengusiran harus dijalankan dengan cara yang masuk akal dan tanpa merugikan
orang asing itu. Pasal 13 Perjanjian Intemational tentang hak-hak sipil dan Politis
1966 menetapkan bahwa seseorang asing diwilayah sebuah pihak negara terhadap
perjanjian itu dapat diusir hanya berdasarkan suatu keputusan yang dicapai oleh
hukum dan kecuali bila alasan-alasan terpaksa demi keamanan Nasional menuntut
oleh, dan agar ia diwakili dalam penuntutan itu penguasa yang berwenang atau
seseorang / beberapa orang yang secara khusus ditunjuk oleh penguasa yang
boleh dideportasi kesuatu negara atau wilayah dimana pribadi atau kebebasannya
terancam oleh karena ras, agama, kebangsaan, atau pendangan politiknya, Juga ia
tidak boleh dihina tanpa alasan yang masuk akal, walaupun biasanya cara ini
dianggap sebagai suatu tindakan tidak bersahabat dan pelanggaran terhadap hak-
hak asasi manusia. Setiap pengusiran atau deportasi harus tetap dilakukan
dalam hal ini Koordjnator Urusan Keimigrasian atau Kepala Bidang Imigrasi
63
kepada Direktur Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Pengawasan dan
2. Resume
paling lama 7 (tujuh) hari terhitung dari tanggal surat Keputusan ditetapkan. Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dari pelaksanaan deportasi terhadap orang
asing di Indonesia menimbulkan akibat hukum bagi warga negara asing itu, yakni
ditangkal kedatangannya pada setiap pintu masuk ke Indonesia dari atau warga
negara asing yang bersangkutan dimaksudkan dalam daftar hitam yaitu orang
BAB IV
Deteni adalah orang asing penghuni rumah detensi imigrasi atau ruang
bertemu di Rudenim.
64
65
Rudenim;
dan akomodasi hagi anak-anak yang tidak didampingi orang tua atau
keluarga;
hukum;
yang tidak didampingi orang tua atau keluarga dan mencari anggota
penanganannya.
67
Dalam penanganan cacat jiwa atau cacat mental, maka petugas Rudenim:
lainnya;
Rudenim:
kali dalam satu hari dengan menyesuaikan menu makanan antara anak-
oleh deteni;
Rudenim:
negaranya;
tersedia;
ada gangguan;
deteni serta sarana hiburan, antara lain: televisi, radio dan sarana
menghubungi detensi;
menginginkannya;
i. Menghindari untuk melakukan jual beli barang secara tidak sah dan
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Acara pendapat. Pada tahap ini dimaksudkan apabila orang asing yang
keimigrasian.
72
73
Lampiran-lampiran lain.
wanita, deteni cacat fisik, deteni cacat jiwa atau cacat mental.
2. Saran-saran
dan kalau perlu lebih berat lagi dari ancaman pidana yang tercantum
OLEH :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NGURAH RAI
DENPASAR
2014
75
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1. Permasalahan......................................................................... 12
3 Tujuan Penulisan................................................................... 8
4 Metode Penulisan................................................................... 9
3. Syarat-Syarat Deportasi......................................................... 15
4. Tujuan Deportasi................................................................... 19
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan............................................................................ 72
2. Saran-saran............................................................................ 73
DAFTAR BACAAN
DAFTAR INFORMAN
DAFTAR LAMPIRAN
77
78
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hamzah II, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, Ghalia
Indonesia.
Budiarto, 1980. Majalah Ekstradisi dan Jaminan Atas Hak-hak Asasi Manusia,
Jakarta , Ghalia Indonesia.
Djoko Prakoso. 1983, Tugas dan Peranan Jaksa Dalam Pembangunan. Jakarta,
Ghalia Indonesia.
Karjadi M. dan Sudargo Amijoyo. 1986, Keluar Masuk Indonesia. Bogor, Politea.
Sudargo Gautama. 1975, Warga Negara dan Orang Asing, Bandung, Alumni.