BAB I
PENDAHULUAN
Pengungsi menjadi salah satu isu global yang banyak dibicarakan oleh
dari dunia internasional karena jumlahnya terus meningkat dan telah menjadi
ranah politik, ekonomi, dan sosial suatu negara tersebut sehingga memaksa
yang mencari tempat yang aman ketika daerahnya ada bahaya yang
dan masuk ke negara lain secara ilegal secara langsung banyak menimbulkan
kerugian bagi keamanan dan pertahan suatu negara tujuan para imigran
tersebut.
1
Yus Badudu, Kamus Bahasa Indonesia, Sinar Harapan, Jakarta, 1994, h. 54
Pada dasarnya, setiap pengungsi yang mencari suaka ke negara lain berhak
bahaya yang mengancam yang dijamin oleh negara tujuan. Suaka adalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang sering menjadi tempat transit
bagi para imigran yang ingin mencari suaka di negara lain. Para imigran yang
imigran tidak terlepas dari letak Indonesia yang strategis yang diapit dua
benua dan dua samudera.Selain itu juga, Indonesia memiliki garis pantai yang
transit bagi para pengungsi atau pencari suaka yang ingin menuju Australia.
Kedatangan secara ilegal ini tentu sangat merugikan Indonesia, hal ini
yang masuk atau keluar Indonesia harus memiliki surat perjalanan. 3 Dari
2
Ajat Sudrajat Havid, Pengungsi dalam Rangka Kebijakan Keimigrasian Indonesia Kini
dan yang Akan Datang, Protecting Refugee, A Field Guide for NGO’s, tanpa tahun, h. 125
3
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian
Asing yang menyatakan diri sebagai pengungsi atau pencari suaka, tidak dapat
negara ketiga.
PBB, dengan adanya badan kemanusiaan ini diharapkan para korban atas
dapat mencari suaka, mendapat tempat yang aman di wilayah lain ataupun di
negara lain.
yang kedua adalah UNHCR adalah pihak yang menentukan negara ketiga bagi
hak untuk mencari suaka ke negara lain. Ini terlihat denganadanya pengakuan
4
Peraturan Direktur Jenderal Imigrasi tanggal 30 September 2002 Tentang Penanganan
terhadap Orang Asing
(HAM) antara lain: Piagam PBB, Deklarasi Universal HAM 1948, Kovenan
Internasional Hak Sipil dan Politik 1966, Kovenan Internasional tentang Hak-
HAM. Karena, setiap orang yangtelah memilih jalan untuk menjadi seorang
pencari suaka.5
6Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Hal ini karena baik secara suaka
5
Farah Ramafitri, 2011, Perlindungan Pengungsi Asal Srilanka Di Indonesia Berdasarkan
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Dan Urgensi Ratifikasi Konvensi Pengungsi 1951,
Fakultas Hukum UGM, hlm, 44.
6
Tamia Ayu Dian Faniati, 2012, Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Etnis Yang Tidak
Memiliki Kewarganegaraan: Studi Kasus Etnis Rohingya, Myanmar, Fakultas Hukum UI, hlm.
79.
7
Pasal 1 angka 13 UU Nomor 6 Tahun 2011, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
dokumen perjalanan adalah: Dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang
dari suatu negara, Perserikatan Bangsa-Bangsa, atau organisasi Internasional lainnya untuk
melakukan perjalanan antarnegara yang memuat identitas pemegangnya
segeradi deportasi.8
Rohingya di Indonesia.
1.2Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan pokok permasalahan yaitu
sebagai berikut:
8
Op. Cit., Lihat Tamia Ayu Dian Faniati, 2012, hlm. 80.
A. Tipe Penelitian
B. Pendekatan Masalah
pengungsi.10
Bahan hukum yang dipakai pegungsi dalam penulisan skripsi ini adalah:
9
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2010, h. 9
10
Ibid.
Bahan hukum sekunder terdiri dari referensi yang diperoleh dari buku-
Selain itu referensi lain berasal dari jurnal hukum, makalah, dan