Anda di halaman 1dari 12

1

UPAYA IMIGRASI DIY DALAM MENANGANI


KEBERADAAN PENCARI SUAKA DAN
PENGUNGSI DI DIY TAHUN 2014

ABSTRACT: This study aims to determine the role of immigration in dealing


with the existence of asylum seekers and refugees in DIY in 2014. The approach
used in the study is a qualitative approach, the method of data collection among
others: (1) interview; (2) documentation; and (3) observations. The results showed
that in dealing with the presence of asylum seekers and refugees in DIY, DIY’s
Immigration must be implemented by involving others in fixed line coordination,
i.e. Police DIY, UNHCR, IOM, and Social Service DIY. There are several
obstacles in dealing with the existence of asylum seekers and refugees, both
internally and externally. DIY Immigration made a number of efforts to address to
the presence of asylum seekers and refugees and to overcome the obstacles that
arise in the handling. Efforts were made, among others: (1) strengthen the
relationship between immigration DIY cooperation with other parties involved in
the handling of the existence asylum seekers and refugees in DIY; and (2) to
approach communities around the pad – prone areas into a transit and pedestrian
paths by groups of illegal immigrants.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan jalur yang dilewati oleh para pencari suaka yang

hendak menuju ke Australia. Tujuan dari rombongan pencari suaka tersebut

adalah untuk memperoleh suaka di Australia. Australia sebagai salah satu negara

peserta Konvensi 1951 mengandung konsekuensi bahawa negara tersebut

memiliki kewenangan sekaligus hak untuk memberikan suaka pada orang-orang

yang terkategori sebagai pencari suaka maupun pengungsi berdasarkan Konvensi

Jenewa 1951 mengenai Kedudukan Pengungsi. Secara umum, imigran ilegal atau

sering kali disebut dengan imigran gelap menunjuk pada orang-orang yang

memasuki suatu wilayah negara tanpa dilengkapi dengan dokumen-dokumen

perjalanan resmi untuk masuk ke suatu wilayah negara, sebagai contoh tidak

dilengkapi dengan visa (Phillips, 2011: 2). Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Direktur

Zuky Iriani/ PIPS/ UPY 1


2

Jenderal Imigrasi Nomor IMI – 1489.UM.08.05 Tahun 2010 tentang Penanganan

Imigran Ilegal, menyatakan bahwa imigran ilegal menunjuk pada orang asing

yang masuk ke dan atau berada di wilayah Indonesia, yang tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Imigran ilegal adalah orang asing yang

dipermasalahkan status ijin tinggalnya.

Istilah pencari suaka dan pengungsi sering kali membinggungkan.

Penggunaan kedua istilah tersebut bahkan sering tertukar atau diartikan secara

salah. Komisi HAM Australia (Australian Human Rights Commission)

menyatakan bahwa, pencari suaka adalah seseorang yang menyatakan bahwa dia

adalah pengungsi tetapi permohonannya belum disetujui. JSR mendefinisikan

pencari suaka (asylum sekeers) sebagai orang yang sedang mencari perlindungan

untuk mendapatkan status sebagai pengungsi lintas batas (refugees). Mereka

dalam hal ini tengah menunggu proses pengakuan akan klaimnya.

Konvensi Jenewa 1951 tentang Kedudukan Pengungsi, juga

mendefinisikan istilah pengungsi. Pengungsi menurut Konvensi ini adalah orang

yang memiliki ketakutan mendasar akan penganiayaan karena alasan-alasan: ras,

agama, kebangsaan, pandangan politik atau keanggotaan pada kelompok sosial

tertentu yang berada di luar negara asal kewarganegaraannya dan tidak dapat –

atau karena ketakutannya tersebut – tidak mau memanfaatkan perlindungan dari

negara asalnya. Melihat devinisi di atas, ini berarti orang-orang tersebut terpaksa

meninggalkan negaranya karena alasan-alasan tertentu.

Zuky Iriani/ PIPS/ UPY


3

Terdapat tiga kategori besar untuk menjelaskan mengapa orang terpaksa

pergi dari tempat tinggalnya. Berikut ini adalah sebab-sebab orang berpindah

paksa (JSR, 2013):

a. Perpindahan paksa akibat konflik, kekerasan, atau pertikaian sosial


(bencana sosial).
b. Perpindahan paksa akibat kebijakan pembangunan dan ekspansi
industri korporasi (bencana non-alam).
c. Perpindahan paksa akibat bencana alam.

Indonesia termasuk jalur yang rawan dilalui oleh para pencari suaka

untuk menuju ke Australia, terutama untuk wilayah perairan. DIY sebagai bagian

dari NKRI tidak luput dari kondisi tersebut, apalagi rombongan pencari suaka

sering tertangkap melintas maupun transit di wilayah Pantai Selatan DIY.

Permasalah ini tidak bisa diabaikan karena berkaitan dengan kedaulatan negara

dan masalah Hak Asasi Manusia.

Imigrasi DIY sebagai lembaga yang memiliki otoritas tunggal dalam hal

keimigrasian di wilayah DIY, merupakan kepanjangan tangan Ditjen Imigrasi

Republik Indonesia dalam menangani permasalahan tersebut di tingkat daerah.

Imigrasi DIY memiliki peran penting dalam hal menangani keberadaan pencari

suaka dan pengungsi di wilayah kerjanya. Dalam penanganan yang dilakukan,

Imigrasi DIY mengalami sejumlah hambatan baik yang bersifat intern maupun

ekstern. Oleh karena itu Imigrasi DIY mengambil berbagai upaya untuk

mengatasinya.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta dan karakteristik

Zuky Iriani/ PIPS/ UPY


4

mengenai bidang-bidang tertentu. Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi

atau kejadian (Saiffudin Azwar, 2012: 7). Disebut penelitian deskriptif kerena

dalam penelitian ini menggambarkan situasi objek penelitian, yaitu

menggambarkan pelaksanaan penanganan keberadaan pencari suaka dan

pengungsi di wilayah DIY yang dilakukan oleh Imigrasi DIY. Imigrasi DIY

meliputi Divisi Imigrasi Kanwil kemenkumham DIY dan Kantor Imigrasi Klas I

DIY.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

pendekatan metode kualitatif. Moleong (2012: 6) mendefinisikan pengertian

penelitian kualitatif sebagai berikut:

“penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa


yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”.

Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

menjaring data atau informasi yang bersifat sewajarnya mengenai masalah,

kondisi, serta aspek yang berkaitan dengan objek penelitian.

Teknik yang digunakan dalam penentuan subjek penelitian ini adalah

dengan teknik purposive sampling dan teknik snowball. Dalam penelitian ini,

yang menjadi key informan adalah Kepala Divisi Imigrasi Kanwil Kemenkumham

DIY. Penggunaan teknik snowball sampling dalam penelitian dilakukan setelah

peneliti memperoleh informasi dari Kepala Divisi Imigrasi Kanwil

Kemenkumham DIY yang menunjukkan informan lain. Jumlah keseluruhan

subjek penelitian yang diperoleh adalah sepuluh informan.

Zuky Iriani/ PIPS/ UPY


5

Dalam mengumpulkan data penelitian, dilakukan wawancara,

dokumentasi, dan observasi. Dalam penelitian ini digunakan trianggulasi sebagai

teknik pemeriksaan keabsahan data. Dalam penelitian ini jenis trianggulasi yang

digunakan adalah trianggulasi dari sumber dan trianggulasi dari teknik

pengumpulan data. Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah

dengan analisis model Spradley, yakni analisis komponensial. Spradley membagi

analisis data dalam penelitian kualitatif berdasarkan tahapan-tahapan.

Analisis komponensial dilakukan dengan melewati beberapa tahapan

yang mendahuluinya. Tahapan-tahapan tersebut secara berurutan dimulai dari

melakukan analisis domain, analisis taksonomi, kemudian analisis komponensial

(Sugiyono, 2013: 113). Analisis komponensial model Spradley dilakukan dengan

cara menemukan kontras-kontras dalam penanganan keberadaan pencari suaka

dan pengungsi di DIY yang dilakukan oleh Imigrasi DIY.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka diungkap bahwa dalam menangani

keberadaan pencari suaka dan pengungsi di DIY, Imigrasi DIY harus bekerjasama

dengan lembaga lain. Porsi Imigrasi DIY dalam upaya penanganan terbatas pada

bidang-bidang tertentu karena Indonesia bukan sebagai negara anggota Konvensi

Jenewa 1951. Namun demikian, langkah penanganan tetap bisa dilaksanakan

dengan melibatkan lembaga lain dalam garis koordinasi tetap dengan porsi dan

kewenangan masing-masing.

Porsi dan kewenangan Imigrasi DIY dalam penanganan terhadap

keberadaan pencari suaka dan pengungsi antara lain: (1) pemeriksaan awal, (2)

Zuky Iriani/ PIPS/ UPY


6

identifikasi terhadap pencari suaka dan pengungsi; (3) koordinasi dengan IOM

dan UNHCR; (4) Melakukan mediasi antara pencari suaka maupun pengungsi

untuk penentuan status (RSD/Refugee Status Determination) dengan UNHCR; (5)

Memfasilitasi pengungsi yang berada di wilayah DIY dengan pembiayaan dari

IOM dan penyediaan fasilitas hunian bagi pengungsi (community house) di Dinas

Sosial DIY.

Dalam melakukan setiap tahapan penanganan, Imigrasi DIY tidak bisa

terlepas dari keterlibatan penting pihak-pihak yang termasuk dalam garis

koordinasi tetap, antara lain: (1) Kepolisian DIY; (2) IOM; (3) UNHCR; dan (4)

Dinas Sosial DIY. Ini dikarenakan Imigrasi DIY memiliki keterbatasan baik

dalam kewenangan maupun ketersediaan fasilitas yang diperlukan dalam upaya

penanganan. Diungkap pula bahwa penanganan yang dilaksanakan Imigrasi DIY

terhadap keberadaan pencari suaka hanya sebatas pada tahap pemeriksaan awal

kedatangan pencari suaka sampai pada pemindahan mereka ke rumah detensi

imigrasi di daerah lain. Berbeda dengan penanganan terhadap pencari suaka,

penanganan terhadap keberadaan pengungsi di DIY selain menyediakan fasilitas

hunian, penanganan terhadap pengungsi bahkan sampai pada tahap penentuan

durable solution oleh UNHCR.

Terdapat tiga solusi tahan lama yang diberikan oleh UNHCR terhadap

pengungsi, antara lain: (1) third country replacement; (2) voluntary home; (3)

local integration. Untuk solusi yang terakhir tidak dapat diberlakukan di

Indonesia. Pada bulan Maret 2014 yang lalu, Imigrasi DIY melalui perwakilannya

melakukan escort terhadap Ali Merzaye untuk diberangkatkan ke Australia. Ali

Zuky Iriani/ PIPS/ UPY


7

Merzaye sebelumnya merupakan pengungsi yang ditempatkan di community

house di Dinas Sosial DIY. UNHCR telah mengabulkan permohonan suaka Ali

Mirzaye, sehingga yang bersangkutan memperoleh suaka di Australia.

Sealian mempererat hubungan kerjasama dengan pihak yang terlibat

dalam garis koordinasi tetap, untuk mengoptimalkan penanganan, Imigrasi DIY

juga melakukan edukasi pada masyarakat. Edukasi dilakukan dengan cara

sosialisasi untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terkait keberadaan pera

pencari suaka dan pengungsi di wilayah DIY. Berdasarkan hasil penelitian,

diketahui bahwa masyarakat, terutama yang berada di kawasan pesisir pantai

selatan DIY sering kali terlibat dalam usaha ‘membantu’ penyeberangan para

pencari suaka menuju ke Australia.

Sosialisasi yang diselenggarakan oleh Imigrasi DIY dilakukan empat kali

dalam satu tahun. Sosialisasi terutama ditujukan pada masyarakat nelayan di

Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunungkidul karena

ketiganya berbatasan langsung dengan kawasan pantai selatan DIY yang

merupakan jalur favorit penyeberangan rombongan pencari suaka dan pengungsi.

Dalam upaya pelarian tersebut, didapati bahwa ada keterlibatan jaringan

penyelundupan manusia. Sosialisasi dimaksudkan agar masyarakat waspada dan

tidak terlibat maupun turut membantu pelaku dalam tindak kejahatan tersebut.

Dengan diselenggarakannya sosialisasi secara berkala, Imigrasi DIY

berupaya agar kesadaran masyarakat untuk turut memberikan andil positif dalam

permasalahan keberadaan pencari suaka dan pengungsi di wilayah DIY.

Masyarakat diharapkan bersikap proaktif dan bersedia memberikan informasi

Zuky Iriani/ PIPS/ UPY


8

kepada petugas baik Kepolisian maupun petugas Imigrasi DIY, bilamana

masyarakat menemukan adanya aktivitas yang patut dicurigai sebagai bentuk

penyelundupan orang.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran

Imigrasi DIY dalam menangani keberadaan pencari suaka dan pengungsi di DIY

masih terkendala beberapa hal. Terutama keterbatasan porsi kewenangan dalam

melakukan penanganan. Imigrasi DIY melakukan sejumlah upaya untuk

mengatasi hambatan yang ada, seperti: (1) mengoptimalkan hubungan kerjasama

dengan pihak-pihak yang terlibat dalam penanganan keberadaan pencari suaka

dan pengungsi di DIY; (2) melakukan sosialisasi pada masyarakat untuk

menumbuhkan kesadaran perlunya memberikan andil positif dalam menangani

keberadaan pencari suaka dan pengungsi di wilayah DIY.

Imigrasi DIY dalam melaksanakan penanganan terhadap keberadaan

pencari suaka dan pengungsi memerlukan keterlibatan positif dari masyarakat.

Imigrasi DIY sebaiknya merancang strategi pendekatan pada masyarakat tidak

hanya melalui jalur formal berupa sosialisasi yang kurang membumi dan kurang

mampu menjangkau semua lapisan masyarakat. Pendekatan non formal dengan

cara terjun langsung di tengah-tengah masyarakat melalui jalur pembangunan

ekonomi masyarakat maupun pendekatan sosial lain dirasakan akan lebih efektif

untuk meminimalisir keterlibatan masyarakat dalam usaha penyelundupan

manusia yang kerap kali mewarnai keberadaan rombongan pencari suaka.

Keberhasilan pendekatan non formal terhadap masyarakat di kawasan rawan

Zuky Iriani/ PIPS/ UPY


9

imigran ilegal (dalam hal ini rombongan pencari suaka) juga akan memperingan

langkah preventif Imigrasi DIY maupun lembaga terkait dalam menangani

keberadaan imigran ilegal yang hendak menuju ke Australia melalui jalur yang

dinilai rawan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2013). Protokol PBB Tahun 1967 tentang Kedudukan Pengungsi,


diunduh dari http://www.unhcr.or.id/id/duham-pbb-unhcr, diakses pada
15 Mei 2013.

_______. (2013). Konvensi Jenewa Tahun 1951 tentang Kedudukan Pengungsi,


diunduh dari http://www.unhcr.or.id/id/geneva-convention-unhcr, diakses
pada 15 Mei 2013.

_______. (2013). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011


tentang Keimigrasian, diunduh dari
http://www.kemenkumham.go.id/produk-hukum, diakses pada 25
Desember 2012.

_______. (2013). Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia Tahun 1948,


189
diunduh dari http://www.unhcr.or.id/id/duham-pbb-unhcr, diakses pada
15 Juni 2014.

Australian Human Rights Commission, Government of Australia. (2012).


Booklet: 2012 Face The Facts – Chapter 3.

Burhan Bungin. (2012). Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Djam’an Satori & Aan Komariah. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif,


Bandung: PT. Remaja Roskdakarya .

Djunaidi Ghony & Fauzan Almansyur. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif,


Yogyakarta: Press Media.

Husaini Usman. (2004). Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara.

International Organization for Migration (IOM) Indonesia. (2010). Brosur:


Irregular Migration, 2010 Facts Sheet.

Zuky Iriani/ PIPS/ UPY


10

International Organization for Migration (IOM) Indonesia. (2011). Newsletter:


Lokakarya dan Pelatihan RMIM.

International Organization for Migration (IOM) Indonesia. (2012). Brosur:


Informasi Umum Mengenai IOM Indonesia.

Jesuit Service for Refugees (JSR). (2013). Booklet: Pengungsi dan Pencari Suaka
di Indonesia.

Moleong, LJ. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya Offset.

Phillips Janet. Departemen of Parliamentary Service, Parlement of Australia.


(2011). Background Note: Asylum Seekers and Refugees.

Sanapiah Faisal. (1990). Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang:


Yayasan Asah Asih Asuh, IKIP Malang.

Starke, JG. (2008). Pengantar Hukum Internasional Jilid 2, Jakarta: Sinar


Grafika.

Suara Merdeka Online. Petugas Imigrasi DIY Buru 14 Imigran Gelap, diunduh
dari
http://suaramerdeka.com/v1/index.phpread/news/2011/10/21/99719/Petu
gas-imigran-Yogyakarta-Buru-14-Imigran-Gelap, diakses pada 31
Desember 2012.

Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung:


Alfabeta.

Sullivan, TJ. (2009). Introduction to Social Problems, Michigan US: Allyn &
Bacon Crearson.

Sutopo. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar Teori & Terapannya


Dalam Penelitian, Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Tempo Online. Indonesia Kebanjiran Imigran Gelap, diunduh dari


http://www.tempo.co/read/news/2012/07/06/173415266/Indonesia-
Kebanjiran-Imigran-Gelap, diakses pada 31 Desember 2012.

Tribun News Online. Polres Gunungkidul Masih Buru Otak Penyelundup Imigran
Gelap, diunduh dari, http://jogja.tribunnews.com/2013/10/21/polres-

Zuky Iriani/ PIPS/ UPY


11

gunungkidul-masih-buru-otak-penyelundup-imigran-gelap, diakses pada


6 November 2013.

UNHCR Official Site. Tentang UNHCR, diunduh dari


http://www.unhcr.or.id/id/tentang-unhcr, diakses pada 15 Juni 2014.

Viva News. Imigran Gelap Afganistan Ditangkap di DIY, diunduh dari


http://nasional.news.viva.co.id/news/read/257187-17-imigran-gelap-
afganistan-ditangkap-di-diy, diakses pada 30 Desember 2012

Viva News. Puluhan Imigran Gelap Ditangkap di DIY, diunduh dari

http://cangkang.vivanews.com/news/read/183387-puluhan-imigran-gelap-

ditangkap-di-diy, diakses pada 30 Desember 2012

Zuky Iriani/ PIPS/ UPY


12

Zuky Iriani/ PIPS/ UPY

Anda mungkin juga menyukai