Anda di halaman 1dari 7

MATA KULIAH ANTROPOLOGI KOGNITIF DAN LINGUISTIK

“INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION DALAM PERSPEKTIF


STRUKTURAL FUNGSIONALIS TALCOTT PARSONS”

Dosen Pengampu :
Dr. Sri Endah Kinasih, S,Sos, M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok 3

1. Nada Citra Ambar Wangi 175221004


2. Muhammad Galvin Bara A 175221005
3. Althaf Nafiah Nur Hadi 175221043
4. Doni Rahma Raga Pratama 175221051
5. Aditya Salim Ahnaf 175221085

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
TAHUN 2024
International Organization for Migration (IOM) merupakan organisasi internasional
yang bergerak di bidang migrasi. Organisasi ini berdiri pada tahun 1973 setelah perang dunia
kedua dengan tujuan awal untuk membantu penempatan pengungsi korban perang dunia. Saat
ini. IOM telah berada di 173 negara anggota dan 9 negara sebagai negara pengamat. IOM
berupaya dalam menjamin penanganan migrasi secara tertib dan manusiawi, memajukan
kerjasama internasional mengenai permasalahan mengenai migrasi, membantu mencari solusi
praktis terhadap permasalahan migrasi dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada migran
yang membutuhkan, baik pengungsi internal maupun pengungsi luar negeri atau penduduk
lain yang terpaksa meninggalkan lingkungan mereka (Putri, 2019, 998).
IOM telah berkontribusi dalam memberantas perdagangan manusia di Indonesia sejak
tahun 2005. Di Indonesia, Kegiatan IOM berfokus terhadap pencegahan tindakan
perdagangan manusia melalui kegiatan peningkatan kesadaran dan pemantauan rekrutmen
tenaga kerja, memberi perlindungan kepada korban kejahatan perdagangan manusia melalui
bantuan langsung pada korban serta pengembangan kapasitas institusional dari pemerintah
dan non-pemerintah, penguatan sistem peradilan Indonesia dengan meningkatkan kapasitas
penegak hukum serta memperbaiki akses keadilan bagi para korban perdagangan manusia.
Terdapat delapan tugas manajemen migrasi yang dilakukan oleh IOM, yaitu:
● Migration Health
IOM membantu para migran terkait kesehatan mereka melalui Migration
Health Division untuk memberikan penanganan kesehatan mental dan kesejahteraan
sosial.
● Immigration and Border Management
IOM membantu pemerintah dalam meningkatkan kebijakan undang-undang,
sistem operasional, sumber daya manusia, dan struktur administrasi guna dapat
merespons secara efektif terhadap berbagai tantangan migrasi dan pengelolaan
perbatasan.
● Migrant Protection and Assistance
IOM memberi perlindungan serta bantuan untuk pekerja migran guna
memenuhi kebutuhan mereka serta mempromosikan dan menegakkan hak para
migran.
● Labour Migration
IOM mendukung pekerja migran di host country dan membantu untuk
mempersiapkan kebutuhan dan fasilitas para migran agar berguna di host country
maupun saat nanti mereka kembali ke negara asal.
● Migration, Environment, and Climate Change
Dalam migrasi, lingkungan dan perubahan iklim merupakan tata kelola,
kebijakan, dan praktik migrasi kontemporer harus mencerminkan pentingnya faktor
lingkungan, bencana alam, dan perubahan iklim terhadap mobilitas manusia.
● Migrant Integration and Training
IOM bekerja pada pendekatan yang komprehensif untuk integrasi migran agar
dapat memastikan para migran dipersiapkan sebelum keberangkatan mereka maupun
saat kedatangan mereka agar dapat mengetahui keadaan mereka saat berinteraksi
dalam masyarakat di negara tujuan.
● IOM Development Fund
IOM mendukung pendanaan terkait migrasi di negara anggota yang
bekerjasama guna meningkatkan kesadaran akan hak asasi migran.
● Migration, Sustainable Development and The 2030
IOM membuat perencanaan di tahun 2030 untuk mendukung pembangunan
berkelanjutan bagi para migran dan komunitas mereka. Agenda ini akan memberikan
berbagai manfaat dalam bentuk keterampilan, penguatan angkatan kerja, serta
memberikan kontribusi untuk meningkatkan kehidupan masyarakat di negara asal
mereka melalui transfer keterampilan.

Teori AGIL
Talcott Parsons adalah seorang sosiolog Amerika yang mengembangkan teori
mengenai paradigma fungsional yang terdapat dalam bukunya The Social System atau sistem
sosial (1951). Ia mengembangkan teorinya berdasarkan pemikiran dari sosiolog eropa pada
abad 19 seperti Weber, Durkheim, Pareto, dan Marshall yang memiliki sebuah kesamaan
pemikiran. Parsons menciptakan sebuah teori yang bisa menjadi landasan untuk memahami
dan mendeskripsikan kerangka dari sebuah sistem sosial (Ormerod, 2019). Menurut Parsons
terdapat sebuah kriteria atau kebutuhan yang harus dipenuhi oleh suatu sistem seperti
organisasi agar dapat berjalan untuk mencapai tujuannya. Skema dari fungsi ini dikenal luas
sebagai AGIL atau Adaptation, Goal-attainment, Integration, dan Latency atau Latent Pattern
Maintenance (Rusydiyah & Rohman, 2020).
Adaptation
Adaptation atau adaptasi merupakan kemampuan atau kebutuhan sebuah organisasi
untuk melakukan tindakan penyesuaian terhadap lingkungan eksternal yang berhubungan
dengan kebutuhan dan tujuan organisasi. Penyesuaian ini juga berhubungan dengan
bagaimana strategi distribusi sumber daya yang dimiliki organisasi dalam bagian atau divisi
yang memiliki kelebihan sumber daya dan disalurkan kepada bagian lain yang kekurangan
(Rusydiyah & Rohman, 2020).
Goal Attainment
Goal Attainment atau pencapaian tujuan adalah usaha bagaimana sebuah organisasi
berstrategi untuk mendefinisikan dan menentukan prosedur untuk mencapai tujuan dasar dari
organisasi tersebut (Parsons dalam Schwartz, 2012). Strategi yang dimaksud adalah dengan
menciptakan skala prioritas terhadap tujuan setiap bagian atau divisi untuk dicapai secara
tersendiri. Setiap tujuan yang tercapai akan membawa organisasi lebih dekat terhadap tujuan
dasar. Sehingga hambatan dan tantangan yang dihadapi harus diminimalisir dalam strategi
berjalannya organisasi.
Integration
Integration atau integrasi adalah sebuah kebutuhan atau kemampuan dalam organisasi
untuk mengatur dan mengorganisir interaksi hubungan antar bagian dan divisi dalam sebuah
organisasi atau singkatnya urusan internal organisasi (Prayogo, 2022). Hal ini berkaitan juga
dengan ketiga fungsi lain yaitu Adaptation, Goal Attainment, dan Latency dimana harus
terjadi sebuah keseimbangan agar tujuan organisasi tercapai. Integrasi ini dapat diraih dengan
aturan atau kebijakan yang berlaku untuk mengatur setiap bagian dalam organisasi (Mensah,
2019).
Latency atau Latent Pattern Maintenance
Latency atau pemeliharan pola merupakan kebutuhan dimana sebuah organisasi harus
menciptakan sebuah pola mengenai bagaimana seorang anggota organisasi menunjukkan
nilai, motif, dan perilaku yang sesuai dengan peran masing-masing anggota untuk mencapai
tujuan dari organisasi (Mensah, 2019). Hal ini juga berhubungan dengan bagaimana anggota
baru yang direkrut dari organisasi memperoleh pendidikan dan sosialisasi nilai organisasi.

INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION (IOM) DALAM


PERSPEKTIF STRUKTURAL FUNGSIONALIS TALCOTT PARSONS

International Organization for Migration (IOM) sebagai sebuah organisasi yang


bekerja dalam upaya untuk membantu penempatan pengungsi korban perang dunia. Tak
hanya itu IOM (International Organization for Migration) ini juga berkomitmen pada
prinsipnya bahwa mengupayakan sarana migrasi yang manusiawi, teratur, dan
menguntungkan para migran dan masyarakatnya. Selain berpegang teguh pada prinsipnya,
sebagai organisasi global terkemuka yang didedikasikan untuk migrasi ini, IOM bekerja sama
dengan mitrannya di komunitas internasional untuk :
1. Membantu dalam memecahkan tantangan operasional yang berkembang dari
manajemen migrasi.
2. Pembelajaran berkelanjutan tentang masalah migrasi.
3. Mendorong pembangunan sosial dan ekonomi melalui migrasi.
4. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta kesehjahteraan para migran.

IOM juga berfokus pada SDGs tentang Reduced Inequalities (10), Good Health and
Well-Being (3), Partnerships For The Goals (17). Dasar hukum mengenai Penanganan
Pengungsi Dari Luar Negeri ini, diatur dalam Peraturan Presiden RI No.125 Tahun 2016,
yang berisi dasar hukum mengenai : Penemuan, Penampungan, Pengamanan, Pengawasan
Keimigrasian, Pendanaan. Lalu upaya yang dilakukan IOM ini terhadap para masyarakat
Migran difasilitasi dengan berbagai program untuk memperbaiki skill dan kehidupan mereka,
yaknik dengan, Education, Mental Health & Psychosocial Support, Sosial Cohesion,
Vocational Training, Tinggal Mandiri, Resettlement and AVRR.
Terkait kedatangan Rohingnya ini, IOM juga merespon sebagai berikut :
•Rapid tests pada saat kedatangan

•Pemeriksaan kesehatan dasar

•Suplemen vitamin

•Pelayanan kesehatan primer bekerjasama dengan Puskesmas,Dinas Kesehatan, dan


mitra

•Rujukan ke layanan kesehatan sekunder/tersier

•Vaksinasi campak dan polio

•Perawatan prenatal, natal, dan post natal ibu hamil & bayi baru lahir

•Perbaikan dan perawatan penampungan demi memastikan bahwa sarananya


memenuhi standard minimum

Berbagai dukungan terstruktur juga diberikan kepada kedatangan rohingya ini


dengan: Konsultasi dengan gugus tugas pengungsi di lokasi yang berbeda bersama dengan
UNHCR untuk mencari solusi jangka panjang bagi pengungsi, Menyediakan pemeriksaan &
test kesehatan sebelum keberangkatan dan transportasi bagi para pengungsi, Pemindahan ke
program dukungan terstruktur di Medan, Makassar, dan Pekanbaru, Penguatan kapasitas
dalam Kelompok Gugus Tugas Tanggap Bencana dan Penanggulangan Perdagangan Orang.
Tantangan saat ini yang perlu diperhatikan yakni mengenai akses terhadap latihan kerja dan
pemagangan, akses terhadap kesempatan berusaha, akses pendidikan tinggi, dan ekspetasi
pengungasi atas ketidakpuasan terhadap proses resstlement dan jadwal penempatan di negara
ketiga. Kemudian, aktivitas apa saja yang dilakukan oleh IOM Surabaya ini? diantarannya
adalah dengan :

1. Asistensi Proses Pemberangkatan Ke Negara Ketiga.


2. Pendidikan Untuk Anak Usia Dini.
3. Pendidikan Dasar Untuk Anak.
4. Kursus Bahasa Inggris Tingkat Lanjut.
5. Kelas Bahasa Indonesia.
6. Pertukangan.
7. Kuliner.
8. Gunting Rambut.
9. Berbagi Makanan Berbuka.
10. Pertanian Perkotaan.
11. Kelas Kerajinan Tangan.
12. Pelatihan Sukarelawan Penerjemah.
13. Pelatihan PFA dan Bantuan Hidup Dasar.
Referensi:
Mensah, R. O. (2019). Sociological Analysis of Police Training Practices in Ghana:
Theoretical and Conceptual Schools of Thought. Research on Humanities and
Social Sciences.
https://doi.org/10.7176/rhss/9-12-15
Prayogo, M. R. (2022). Interaksi Sosial Pasangan Nikah Beda Agama Dengan Masyarakat
Sekitar Di Desa Pojok Kecamatan Wates Kabupaten Kediri.
http://etheses.iainkediri.ac.id/3531/
Putri, D. A. A., & Utomo, T. C. (2019). Kerjasama Internasional Organization for Migration
(IOM) dan Pemerintah Indonesia dalam Menangani Perdagangan dan Perbudakan
Manusia di Industri Perikanan PT. Pusaka Benjina Resource 2015. Journal of
International Relations, 5(1), 998-1006.
Salsabila, N., & Ridwan, W. (2023). Peran International Organization for Migration (IOM)
dalam Menangani Krisis Kemanusiaan Etnis Rohingya di Indonesia. Independen:
Jurnal Politik Indonesia dan Global, 4(1), 40-49.

Schwartz, S. H. (2012). An overview of the Schwartz theory of basic values. Online

Readings in Psychology and Culture.


Ormerod, R. (2019). The history and ideas of sociological functionalism: Talcott Parsons,
modern sociological theory, and the relevance for OR. Journal of the Operational
Research Society, 71(12), 1873–1899.
https://doi.org/10.1080/01605682.2019.1640590
Rusydiyah, E.F., & Rohman, F. (2020). Local Culture-Based Education: An Analysis of
Talcott Parsons’ Philosophy. International Journal of Innovation, Creativity and
Change, 12(3).

Anda mungkin juga menyukai