MASA KHIDMAT
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
2021-2022
SURABAYA
30,,685$%$<$
3(/$7,+$1.$'(5/$1-87
pmiisurabaya.or.id/p/pkl2022.html
19 - 25 Juni 2022
lt D fy
pmii_surabaya pmiisurabaya.or.id PC PMII Surabaya
A. Latar Belakang
Pandemi COVID-19 yang muncul sejak akhir tahun 2019 lalu, memaksa manusia untuk
berada pada kondisi yang serba tidak pasti dan masa depan yang tidak dapat diprediksi. Untuk
menanggulangi kondisi serba tidak pasti tersebut, pemerintah harus beberapa kali
mengeluarkan kebijakan berkenaan dengan protokol kesehatan. Masyarakat pun pada akhirnya
dianjurkan untuk tetap berada di rumah demi mencegah persebaran COVID-19. Mau tidak
mau, teknologi digital yang telah berkembang sebelumnya, harus mampu dimanfaatkan oleh
masyarakat guna kebutuhan akan sosialisasi dan pertukaran informasi. Sehingga, digitalisasi
yang sebelumnya terhambat oleh minimnya keterampilan dan literasi digital, dapat dipercepat
prosesnya. Hal ini lah yang kemudian dipandang sebagai berkah dari pandemi.
Pada era digital inilah lahir penyebutan Homo Digitalis sebagai wujud manusia yang
menyatu dengan teknologi buatannya. Istilah ini dipopulerkan oleh seorang filsuf teknologi
bernama Rafael Capurro yang saat ini mengajar di Karlsruhe Jerman, pada bukunya yang
berjudul Homo Digitalis di tahun 2017. Homo digitalis sendiri bukan hanya sekedar pengguna
gawai, ia bereksistensi lewat gawai. Dengan kata lain, eksistensinya ditentukan langsung oleh
tindakan digital, yakni: uploading, chatting, posting, dan seterusnya. Jika dahulu masyarakat
itu hanya satu, yakni masyarakat korporeal (fisik) yang terdiri atas individu-individu. Di era
ini, manusia hidup juga dengan masyarakat tambahan berupa digital beings, seperti: grup
WhatsApp, Twitter, Facebook, Instagram, dan lain sebagainya. Kehadiran terpecah ke dalam
dua masyarakat, digital dan korporeal, namun hubungannya semakin konvergen satu sama lain.
Dengan merenungi semua perubahan yang terjadi pada umat manusia itu sendiri,
sekaligus memaknai realitas kemajuan teknologi yang semakin pesat saat ini, sebuah
pergerakan memiliki tantangannya sendiri. Pergerakan bukanlah sebuah industri yang berfokus
pada efisiensi guna memproduksi barang atau jasa tertentu dan menjualnya ke publik. Sebuah
pergerakan, khususnya PMII memiliki spirit yang lebih dalam dan luas dari pada sekadar
memproduksi barang atau jasa yang kemudian mengambil profit darinya. Seperti yang tertuang
dalam Anggaran Dasar, PMII memiliki tujuan untuk “Terbentuknya pribadi muslim Indonesia
yang bertakwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab
dalam mengamalkan ilmunya, serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan
Indonesia”.
PMII sebagai organisasi pergerakan mahasiswa memiliki asas Pancasila yang selaras
dengan ideologi bangsa Indonesia (Anggaran Dasar). Organisasi ini juga mengakui adanya
ideologi dan falsafah hidup bangsa yang tertuang dalam Pancasila. Dengan komitmen nilai-
nilai Keislaman dan keindonesiaan, senantiasa menjadikan Islam sebagai panduan untuk
menyebarkan serta mengejawantahkan ke dalam pribadi masyarakat, bangsa dan negara. atas
dasar inilah menjadi keharusan kader PMII untuk mempertahankan bangsa dan negara dengan
segala tekatnya, baik secara individu maupun bersama.
PMII sebagai organisasi yang bersifat keagamaan, kemahasiswaan, kebangsaan,
kemasyarakatan, independensi dan profesional (Anggaran Dasar). Keislaman adalah nilai-nilai
Aswaja, kemahasiswaan adalah sifat yang dimiliki mahasiswa yaitu idealisme, perubahan,
komitmen, kepedulian sosial dan kecintaan pada sesuatu yang bersifat positif. Kebangsaan
adalah nilai-nilai yang bersumber dari kultur, filosofi, sosiologi dan yuridis bangsa Indonesia.
Kemasyarakatan adalah bersifat include dan menyatu dengan masyarakat bergerak dari dan
untuk masyarakat. Independen adalah berdiri secara mandiri, tidak bergantung pada pihak lain,
baik secara perorangan maupun kelompok. Professional adalah distribusi tugas dan wewenang
sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan keilmuan masing-masing.
Sebagai organisasi yang mengemban misi perubahan dan intelektual, mahasiswa islam
wajib bertanggung jawab membebaskan bangsa Indonesia dari keterbelakangan dan belenggu
terhadap kemajuan, kemakmuran dan keadilan. Mahasiswa dituntut kembali menata dirinya
untuk menjadi generasi yang bisa dibanggakan dalam menjawab tantangan zaman. Sebagai
kader PMII harus bisa berpikir dan bertindak secara realistis sesuai zamannya dan bergerak
untuk menggapai cita-cita bersama.
PMII yaitu arti dari pergerakan mahasiswa islam Indonesia adalah suatu organisasi
yang berisikan para mahasiswa baik laki-laki maupun perempuan. Ketika kita mendengar kata
mahasiswa yang terpikir di otak kita adalah kaum intelektual, mahasiswa dipandang punya
peran besar dalam suatu perubahan. Narasi yang berkembang selama ini menyebutkan bahwa
mahasiswa merupakan agent of change yang artinya agen perubahan. Peran sebagai agen
perubahan ini hanyalah satu dari lima peran yang diberikan kepada mahasiswa, selain sebagai
agen perubahan, mahasiswa juga mempunyai peran sebagai social control, iron stock dan
guardian of values.
Tetapi ketika mahasiswa masuk di dalam organisasi, tanggung jawab seorang
mahasiswa itu sudah bertambah bukan hanya sebagai agen perubahan tetapi harus juga dapat
memperbaiki sesuatu yang harus diperbaiki demi berlanjutannya bangsa, contohnya
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang kerap di sebut PMII dan mahasiswa di dalamnya
di sebut aktivis, para mahasiswa kalau sudah mendapat gelar aktivis di pikiran dan tubuhnya
bukan hanya lima peran itu saja yang mereka pikirkan tetapi ada beberapa hal yang harus
mereka pikirkan contoh kasusnya yaitu pandemi covid-19, para aktivis PMII bukan hanya
berpikir bagaimana menghilang COVID-19 dari Indonesia tetapi juga memikirkan bagaimana
kelanjutan bangsa ini setelah pandemi.
Maka sebagai aktivis kita harus memikirkan hal tersebut, apa yang dapat dilakukan
PMII untuk dapat menjadi subjek perbaikan berkelanjutan bangsa pasca pandemi, yang dapat
dilakukan para aktivis PMII yaitu para semua kader PMII harus membangun kesadaran akan
potensinya dan tidak diam saja ketika melihat suatu realita sosial. Sebagai kalangan terdidik,
mahasiswa harus berani mendobrak agar terjadi perubahan atau perbaikan. Para kader PMII
memiliki akses yang lebih mudah terhadap ilmu pengetahuan. Mengasah kemampuan berpikir
serta belajar mempertajam analisis terhadap sesuatu termasuk kondisi sosial.
Sebagai kader PMII seharusnya bisa mengupayakan suatu perbaikan atau perubahan
agar masyarakat hidup dalam kondisi yang lebih baik dan ideal setelah pandemi. Selain itu para
kader PMII harus mempunyai karakter kepemimpinan, kemampuan manajemen, dan
pembuatan kebijakan serta pemahaman mengenai isu-isu setelah pandemi, agar PMII dapat
menjadi salah satu kiblat masyarakat Indonesia untuk menjadi subjek perbaikan berkelanjutan
bangsa pasca pandemi, supaya masyarakat dapat hidup seperti sebelum adanya pandemi
bahkan lebih baik dan sejahtera setelah pandemi ini.
Sebagai homo-digital, kader-kader PMII saat ini harus mampu mengawal perbaikan
berkelanjutan pasca pandemi. Hal ini sesuai dengan sebuah konsepi yang diajukan oleh KH.
Ma’ruf Amin guna melengkapi kredo dalam kaidah fikih sebelumnya, konsepsi tersebut
berbunyi “al-ishlah ila ma huwal ashlah tsummal ashlah fal ashlah”, yang berarti melakukan
perubahan ke arah yang lebih baik secara berkelanjutan. Prinsip yang digunakan di sini adalah
continuous improvement, sehingga pengawalan PMII atas perbaikan di sektor ekonomi, sosial,
maupun budaya yang sebelumnya sangat terdampak dengan adanya pandemi, harus dilakukan
secara berkelanjutan. Dengan kata lain, PMII harus mampu mencegah terjadinya efek samping
dari perbaikan tersebut secara efektif dan efisien, dengan mendinamisasikan inovasi digital
dalam berbagai aksi pengawalan tersebut.
Selain masalah-masalah kesehatan, pandemi juga memiliki implikasi serius bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalih kedaruratan banyak dimanfaatkan untuk
memburamkan batas-batas kekuasaan pemerintah, hingga banyak pemerintah di dunia –
terutama Indonesia – semakin mengarah ke otoritarianisme. Hal ini tentu mengancam
demokrasi di Indonesia. Seperti halnya beberapa UU dan kebijakan pembangunan yang
pengesahannya dan penerapannya dikebut oleh pemerintah maupun DPR, tanpa memerdulikan
aspirasi masyarakat sipil sekaligus tanpa disertai analisis mengenai dampaknya di masa depan
secara mendalam. Demikian pula dengan oknum-oknum aparat yang semakin represif terhadap
berbagai demonstrasi selama pandemi. Peran dan posisi PMII semakin jelas di sini, demokrasi
sebagai buah dari Reformasi yang diperjuangkan oleh rakyat dan mahasiswa di seluruh
Indonesia, harus tetap dikawal.
Dalam melaksanakan peran dan posisi pengawalan terhadap perbaikan berkelanjutan
tersebut, kami bertekad untuk membekali bibit-bibit Kader Mujtahid dengan serangkaian
strategi, taktik, serta pisau analisis. Tentu, ilmu mengenai strategi dan taktik dalam melakukan
gerakan, advokasi, maupun pendampingan masyarakat harus dikuasai setiap kader PMII,
khususnya terkait bagaimana mereka dapat mendinamisasikan ide dan inovasi mereka dengan
teknologi digital guna mencapai target-target dan tujuan tersebut secara efektif, tepat sasaran,
dan efisien. Pemahaman yang komprehensif mengenai strategi dan taktik tersebut penting,
karena di setiap konteks, baik ruang maupun waktu yang berbeda akan memiliki strategi dan
taktik yang berbeda pula.
Selain itu, bibit-bibit Kader Mujtahid juga akan dibekali dengan wawasan yang
komprehensif mengenai kondisi sosiologi, antropologi, geopolitik, serta ekonomi dan budaya
masyarakat yang ada di lingkungannya. Pemahaman mengenai kondisi-kondisi ini nantinya
akan diperlukan untuk memahami apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat secara konkret.
Setelah mengetahui kebutuhan konkret yang dimiliki oleh masyarakat, mereka juga dibekali
dengan serangkaian alat untuk menganalisis kebijakan publik beserta media-media yang
mengelilinginya. Sehingga mereka dapat memahami dengan jernih apakah sebuah kebijakan
yang sedang dirumuskan maupun telah dilaksanakan dapat memberikan manfaat bagi hajat
hidup seluruh masyarakat yang dinaunginya tanpa terkecuali.
Pada akhirnya, kami memahami bahwa teknologi, keterampilan, dan literasi digital
yang dimiliki oleh setiap kader PMII sangatlah beragam. Sehingga kami berniat untuk
mengijtihadkan serangkaian inovasi strategis, untuk mengajarkan bibit-bibit Kader Mujtahid
agar dapat mendinamisasikan teknologi, keterampilan, dan literasi digital yang mereka miliki
dengan ilmu-ilmu yang akan mereka dapatkan dari Pelatihan Kader Lanjut PC PMII Surabaya
2022 ini, guna memberikan solusi bagi setiap problematika yang dihadapi oleh lingkungan di
sekitarnya. Kami berharap, di kemudian hari mereka dapat menjadi sosok yang mampu
menjadi tokoh-tokoh utama bagi ijtihad pergerakan di lingkungan mereka masing-masing.
Yakni pergerakan yang mampu menjadi motor bagi perubahan sosial yang inklusif, maupun
menjadi pengawal berbaikan berkelanjutan bagi bangsa, negara, serta agama.
B. Landasan Kegiatan
Adapun landasan kegiatan PKL PC PMII Surabaya 2022 yakni:
1. AD/ART PMII
2. Hasil-hasil MUSPIMNAS Boyolali 2019
3. Hasil-hasil MUSPIMCAB Surabaya 2022
4. GBHO PMII
5. GBHK PMII
6. NDP PMII
7. Peraturan Organisasi PMII
8. Rapat Kerja PC PMII Surabaya 2021-2022
C. Tema Kegiatan
Adapun tema kegiatan PKL PC PMII Surabaya 2022 adalah “Homo Digital Post-Covid
– Dinamisasi Potensi Digital Pergerakan, Guna Perbaikan Berkelanjutan Pasca Pandemi”
D. Maksud dan Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini bermaksud untuk memberikan ruang seluas-luasnya bagi kader-kader
PMII, khususnya di Surabaya, agar dapat meneruskan kaderisasi formalnya di jenjang ke-3,
yakni Pelatihan Kader Lanjut. Adapun tujuan dari kegiatan ini yakni:
1. Membentuk karakter mujtahid bagi kader-kader PMII
2. Membentuk cara pandang keislaman dan keindonesiaan yang inklusif bagi kader-kader
PMII
3. Membentuk jiwa kepemimpinan kader-kader PMII agar mampu menjadi tokoh utama
dalam perubahan sosial di lingkungannya masing-masing
4. Membekali kader-kader PMII dengan serangkaian wawasan dan pisau analisis sebagai
basis pengawalan perbaikan berkelanjutan pasca pandemi
5. Mengasah keterampilan dan literasi digital kader-kader PMII agar dapat
mendinamisasikan serangkaian potensi-potensi digital yang dimilikinya guna
mengawal perbaikan berkelanjutan, khususnya dalam konteks pasca pandemi
E. Waktu dan Tempat Kegiatan
Adapun PKL PC PMII Surabaya 2022 akan dilaksanakan pada:
Hari : Minggu – Sabtu
Tanggal : 19 Juni – 25 Juni 2022
Tempat : Gedung Negara Grahadi dan Gedung Islamic Center, Surabaya
F. Peserta Kegiatan
Target peserta PKL PC PMII Surabaya 2022 adalah sejumlah 40 peserta yang dibagi menjadi:
1. 32 Peserta dari internal PC PMII Surabaya dengan kriteria:
a. Setiap komisariat wajib mengirimkan perwakilan maksimal 2 peserta
b. Perwakilan peserta wajib terdiri dari 1 kader laki-laki dan 1 kader perempuan
2. 8 Peserta dari eksternal PC PMII Surabaya:
G. Syarat dan Ketentuan Peserta
Terlampir
H. Lini Masa Kegiatan
Lini masa PKL PC PMII Surabaya adalah sebagai berikut:
1. Pendaftaran dan Pengumpulan Berkas : 11 – 29 Mei 2022
2. Pengumuman Lolos Verifikasi Berkas : 8 Juni 2022
3. Wawancara Calon Peserta (Daring) : 10 - 12 Juni 2022
4. Pengumuman Kelulusan Calon Peserta : 15 Juni 2022
5. Seminar, Pembekalan, dan Pembukaan PKL : 19 Juni 2022
6. Pelaksanaan Kegiatan : 19 – 25 Juni 2022
7. Rencana Tindak Lanjut / RTL : 27 Juni – 9 Juli 2022
I. Mekanisme Pendaftaran
Terlampir
J. Materi & Kisi-kisi
Terlampir
K. Susunan Acara
Terlampir
L. Susunan Kepanitiaan
Terlampir
M. Penutup
Demikian Terms of Reference ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerja samanya kami
sampaikan terima kasih sebesar-besarnya.
LEMBAR PENGESAHAN
PANITIA PELAKSANA
PKL PC PMII SURABAYA MASA KHIDMAT 2021-2022
Mengetahui,
PENGURUS CABANG
PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
SURABAYA
Hari Pertama
Hari Kedua
Hari Ketiga
Hari Keempat
Hari Kelima
Hari Keenam
Hari Ketujuh