Anda di halaman 1dari 5

TUGAS STUDIUM GENERALE

Nama : Tamya Fadly Nurlaely

NIM : 18/424175/PA/18280

Membangun Karakter Pancasila di Era Pandemi Covid-19

Dalam Studium Generale yang bertema “Membangun Karakter Pancasila di Era


Pandemi Covid-19”, penyampaian materi di bagi menjadi 2 sesi, yaitu pada sesi 1 pembahasan
materi mengenai “Dasar Penguatan Karakter SDM Unggul” yang disampaikan oleh Prof. Ir.
Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D. (Direktur Jendral Pendidikan Tinggi) dan pada sesi 2 pembahasan
materi mengenai “Berjuang Dalam Pandemi COVID 19” yang disampaikan oleh Prof.dr. Ova
Emilia, M.Med.Ed., Ph.d., SpOG(K) (Dekan Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan
Keperawatan UGM).
1. Dasar Penguatan Karakter SDM Unggul
Pada Sesi 1, Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D. menyampaikan beberapa tantangan
nasional bagi negara Indonesia. Salah satunya adalah demokratisasi dan transformasi sosial.
Pada bagian transformasi sosial Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D. menyampaikan bahwa saat
ini dengan adanya perkembangan teknologi memudahkan interaksi antar manusia melalui
media sosial. Namun, dampak dari media sosial tidak hanya digunakan sebagai sarana
silaturahmi tapi juga menjadi media yang digunakan untuk saling menghujat (pembenaran
untuk suatu masyarakat). Penggunaan media sosial yang tidak tepat tersebut dapat menjadikan
masyarakat memiliki pemikiran tertutup (tidak dapat menerima pandangan dan pengetahuan
orang lain). Selain itu, perkembangan teknologi mengakibatkan perubahan di sektor industri
yaitu “Revolusi Industri 4.0”.
Revolusi Industri 4.0 merupakan penggabungan antara informasi dan teknologi di
dalam bidang industri. Salah satu teknologi yang menjadi fokus utama dalam Revolusi Industri
4.0 adalah Internet of Things (IoT). Peran Internet of Things mampu menjalankan berbagai
fungsi melalui komunikasi yang terhubung dengan internet. Namun, di sisi lain Internet of
Things dapat menghilangkan pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh manusia. Oleh karena
itu, Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D. menyampaikan nasihat kepada generasi muda
(mahasiswa Universitas Gadjah Mada) agar dapat menyiapkan skill dan kompetensi baru.
Di era industri digital saat ini, Indonesia mampu menempati urutan kelima jumlah
startup di dunia. Hal ini karena ada terobosan – terobosan baru dari milenial melalui kreativitas
yang dipadukan dengan teknologi sehingga menghasilkan sebuah inovasi baru seperti
Bukalapak, Tokopedia, Gojek, Ovo, Dana, dan lain sebagainya. Inovasi tersebut sangat bagus
dan mampu mengangkat perekonomi Indonesia.

Melalui pendidikan dan keterampilan yang diajarkan di perguruan tinggi, mahasiswa


dapat melakukan riset sebagai mesin inovasi. Selain itu, perguruan tinggi memfasilitasi
mahasiswa agar dapat membentuk karakter yang baik dan memiliki jiwa kepemimpinan untuk
membentuk SDM di masyarakat yang unggul. Namun pada jaman sekarang ini, banyak
mahasiswa yang setelah lulus dinilai belum siap memasuki dunia profesi. Dalam dunia kerja
seperti ada mata rantai yang terputus antara kompetensi atau teori yang diajarkan dengan
kebutuhan dan kemajuan di dunia kerja. Pemerintah menciptakan banyak cara untuk
menangani masalah tersebut. Salah satunya adalah dengan diciptakannya program kuliah
merdeka atau kampus merdeka agar mahasiswa dapat mengembangkan bakat dan minat secara
lebih luas diluar kampus. Kampus merdeka dijalankan dengan beberapa kegiatan-kegiatan
diantaranya adalah program pertukaran mahasiswa, program magang (baik di instansi atau
perusahaan), program mengajar di sekolah, penelitian, proyek mandiri, proyek kemanusiaan,
kegiatan bela negara, kewirausahaan mahasiswa, serta program membangun dan
memberdayakan desa seperti program KKN-PPM yang dijalankan oleh Universitas Gadjah
Mada.

Dari program kampus merdeka serta kegiatan-kegiatan pendukungnya tersebut


diharapkan mahasiswa dapat membangun rasa ke-bhinekaan tunggal ika, cinta tanah air dan
bela negara. Selain itu, mampu menciptakan lulusan yang mandiri, kreatif, memiliki sifat
gotong royong, dan berkarakter sesuai dengan karakter Pancasila. Mahasiswa yang terjun
langsung ke masyarakat dinilai dapat berdampak besar pada ekonomi dan pembangunan pada
desa tersebut sekian puluh tahun kemudian. Hal itu dinilai sebagai pembentukan karakter dan
pengabdian masyarakat yang sebenarnya.

Selain program kampus merdeka, kurikulum pendidikan tinggi juga wajib memuat mata
kuliah wajib yaitu Agama, Bahasa Indonesia, Pancasila, dan Kewarganegaraan. Mata kuliah
wajib tersebut hendaknya harus dikontekstualkan sebagai bentuk pengintegrasi dan pondasi
karakter yang diharapkan. Tujuan akhir dari pendidikan tersebut adalah mahasiswa mampu
ikut serta dalam membangun bangsa yang sesuai dengan tujuan bangsa Indonseia yang
tercantum dalam Pembukaan UUD-1945 Alinea ke-2. Pola pikir Mata Kuliah Wajib
Kurikulum (MKWK) sebenarnya adalah dipandang sebagai bentuk 3D yang berisi parameter-
parameter dalam konteks sosial, kompetisi, ilmu pengetahuan, dan budaya yang saling
melengkapi.

Melalui program-program tersebut kemudian terciptalah sebuah transformasi


pendidikan tinggi yang didalamnya terdapat 8 indikator kinerja utama, yaitu:

1. Lulusan perguruan tinggi mendapat pekerjaan yang layak.


2. Mahasiswa dapat mendapatkan pengalaman diluar kampus.
3. Dosen dan pengajar memiliki kegiatan diluar kampus.
4. Praktisi mengajar di dalam kampus.
5. Program studi berstandar internasional.
6. Lingkungan kelas kolaboratif dan partisipatif.
7. Hasil kerja dosen digunakan masyarakat dan dapat rekognisi internasional.
8. Dalam kurikulum, magang, dan penyerapan lulusan harus bekerjasama dengan mitra kelas
dunia.

Setiap warga kampus hendaknya memiliki kesehatan jasmani, emosional, spiritual, dan
rohani, lingkungan kampus harus sehat dan dilengkapi dengan fasilitas kesehatan yang
lengkap. Karena kampus merupakan tempat lahirnya calon-calon pemimpin bangsa. Kampus
bertugas untuk dapat menumbuh kembangkan intelektual muda yang memiliki pemikiran kritis
dan santun, dapat membangun komunikasi yang sehat diantara masyarakat kampus, saling
asah-asih-asuh, serta berperan penting dalam diskursus akademik dan pengembangan diri
mahasiswa yang holistic.

Selama masa pandemi covid-19, di Indonesia sendiri banyak perguruan tinggi yang
mampu beradaptasi, tetap menjalankan tugasnya dengan baik serta tetap memberikan banyak
sekali invensi dan inovasi yang berguna bagi bangsa dan negara. Salah satu hal perubahan yang
harus signifikan adalah berubahnya pola ajar-mengajar dimana perlu di ingat bahwa mahasiswa
pada jaman sekarang adalah mahasiswa milenial. Sehingga metode pembelajaran MKWK
harus sangat friendly, akrab, dan dapat sangat mudah dipahami oleh mahasiswa. Setiap
pendidik butuh memahami karakter-karakter yang dimiliki mahasiswa peserta kuliah MKWK.
Selain itu, di masa pandemi covid-19 ini semua tidak bisa lepas dari tuntutan teknologi yang
biasa digunakan sehari-hari oleh anak milenial.
2. Berjuang Dalam Pandemi COVID 19
Pada Sesi 2, Prof.dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Ph.d., SpOG(K) menyampaikan terkait
berjuang dalam masa pandemi covid-19. Pandemi covid-19 membawa kabar yang
mengejutkan karena ada jeda di Indonesia ketika awal pandemic. Dimana covid-19
dideklarasikan atau masuk di Indonesia pada bulan maret, tetapi Indonesia baru merespon pada
bulan April. Pandemi covid-19 merupakan kondisi yang tidak dapat diprediksi sehingga
menuntut kemampuan setiap warga negara untuk dapat survive atau bertahan di masa sulit ini.

Di Indonesia khususnya kasus positif Covid-19 terus meningkat begitupun dengan


jumlah korban jiwa yang meninggal akibat virus corona ini. Hingga saat ini, dilaporkan per 10
April 2021 jumpah positif covid-19 di Indonesia sudah mencapat 1,55 juta jiwa, disembuhkan
1,4 juta jiwa, dan jumlah korban yang meninggal keseluruhan telah menacapai 42,348 jiwa.
Jika dilihat berdasarkan data harian yang ada, dilaporkan bahwa kasus sembuh semakin
meningkat dan kasus kematian semakin menurun hingga 60 persen. Hal itu menunjukkan
sebuah perkembangan yang baik bagi Indonesia. Namun, juga tidak menampis bahwa bahaya
dari virus covid-19 ini masih sangat mengancam sehingga diperlukan penanganan yang tepat.

Tidak ada negara yang siap akan pandemic covid-19 ini, karena besarnya mobilitas dalam
kehidupan masyarakat. Terdapat 9 pilar yang digariskan WHO untuk menjadi patokan,
diantaranya adalah :

1. Country-level coordination, planning and monitoring. Di Indonesia penerapannya adalah


pembentukan satgas covid-19 sebagai kontribusi dari masyarakat.
2. Risk communication and community engangement. Komunikasi dan keterlibatan
masyarakat menjadi sangat penting. Seperti menyediakan platform khusus untuk informasi
terkait covid-19.
3. Surveillance, rapid response teams, and case investigation . Merupakan tahapan untuk
sinkronisasi informasi covid-19 dan mengembangkan call center,
4. Points of entry, international travel and transport. Mengendalikan adanya mobilisasi antar
wilayah (kebijakan PSBB).
5. National laboratories. Jajaran rektorat UGM mengeluarkan kebijakan untuk mengelola
laboratorium serta alat-alatnya sehingga bahu membahu melakukan tracing di daerah DIY
menjadi sangat baik.
6. Infection prevention and control. Setiap minggu UGM memberikan APD untuk peserta
didik coass dan profesi di Rumah sakit karena kemanan adalah yang terpenting.
7. Case management merupakan management kasus, dimana sejak awal covid berkembang
dengan pesat. Banyak rumah sakit yang khusus menangani kasus covid -19. Case
management menggutamakan keamanaan, contohnya mamakai apd.
8. Operational support and logistics. Dukungan operasional dan logistic memerlukan
kontribusi dari semua pihak. Universitas Gadjah Mada memberikan dukungan operasional
dan logistik. Salah satunya dengan bekerja sama bersama para UMKM, kita bisa
mengekspor APD.
9. Maintaining essential helath services and systems. Menjaga pelayanan Kesehatan dan
sistem. Pada awalnya sempat goyah karena ketakutan masyarakat untuk mengunjungi
pelayanan kesehatan. Pada masa pandemi covid-19 Universitas Gadjah Mada memberikan
fasilitas pelayanan psikologi secara online sebagai bentuk perhatian terhadap masyarakat
yang mengalami gangguan mental saat pandemi. Selain itu, vaksinasi juga menjadi factor
penting di masa pandemi covid-19 ini. Indonesia menjadi salah satu negara beruntung
karena telah mulai memberikan vaksinasi kepada masyarakat secara bertahap. Bahkan saat
ini, vaksinasi dikembangkan di Indonesia.

9 pilar yang digariskan WHO tidak akan berhasil apabila tidak didasarkan pada nilai-
nilai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila yang harus dimiliki diantaranya adalah

• Pasrah, namun tidak berhenti usaha


• Kolaborasi (gotong royong)
• Tolong menolong
• Pengorbanan
• Menghormati
• Kepedulian

Anda mungkin juga menyukai