Anda di halaman 1dari 2

Assalamualaikum Wr.

Wb ,salam sejahtera bagi kita semua,shalom,om swastiyastu,namo


budhaya,dan salam kebajikan,yang saya hormati rektor universitas Kristen maranatha bpk
prof.Ir.Sri Widyantoro,M.sc.,Ph.D.,IPU. Dan segenap dewan juri dan kakak mahasiswa yang saya
hormati.hari ini saya akan membawakan pidato yang bertemakan kebijakan hukum terhadap
digitalisasi Pendidikan di era society 5.0 pada saat pandemic covid-19 di Indonesia

Teknologi semakin canggih membawa banyak perubahan besar dan menguntungkan banyak
pihak yang merambah ke berbagai sektor politik,sosial.dan budaya ,serta mempengaruhi
kondisi dimasa depan ,seperti:pelayanan medis,Pendidikan,administrasi pemerintahan dan
lainnya.Society 5.0 atau masyarakat super pintar yang diusulkan oleh negara jepang dalam
rencana dasar sains dan teknologi ke 5,olleh mantan perdana Menteri jepang Shinzo abe,yang
diresmikan pada tahun 2019,society 5.0 merupakan masyarakat yang berpusat pada manusia
yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi melalui system yang mengintegrasikan dunia maya
dan ruang fisik.tujuan diadakannya society 5.0 ini adalah agar manusia dapat memanfaatkan
inovasi digital dengan baik.

Pada akhir tahun 2019 muncul kasus pneumonia misterius dari wuhan yang dikenal dengan
coronavirus desease,atau yang lebih dikenal dengan covid 19,virus ini bersifat menular dan
penyebarannya sulit dibendung.Pada tanggal 2 maret 2020 indonesia mengkonfirmasi kasus
covid 19 dan dengan adanya covid 19 ini seluruh akses kegiatan manusia tidak dapat berjalan
secara normal dan berdampak pada politik,ekonomi,sosial,pertahanan,keamanan,dan
kesejahteraan masyarakat.

Karena terdapat pembatasan belajar tatap muka dan pemerintah harus tetap berjalan sesuai
dengan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang system Pendidikan nasional pasal 5 ayat
(1):”setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh Pendidikan yang
bermutu.” Bagaimana pun kondisi dan juga kendalanya,Pendidikan harus tetap berjalan dan
dikembangkan untuk menjamin kualitas penerus bangsa.kegiatan belajar mengajar
mengandalkan internet sebagai solusi agar tetap berjalan meskipun dimasa pandemi.Oleh
karena itu guru/dosen dan siswa ataupun mahasiswa dituntut untuk mampu menyesuaikan diri
dan memanfaatkan dengan baik media internet sebagai alat pembelajaran.

Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Pasal 1 Ayat (1); “Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.” Pendidikan di era society 5.0
ini menghadirkan tantangan baru, setidaknya guru/dosen memiliki 4 kompetensi yaitu
Memiliki keterampilan berpikir kritis dan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya agar
mampu menciptakan berbagai perspektif dalam upaya pemecahan masalah, kemudian
diimplementasikan kepada siswa.
Tenaga pendidikan khususnya guru ataupun dosen harus berusaha semaksimal mungkin untuk
membuat strategi pembelajaran yang tepat agar efektif dalam kegiatan belajar mengajar,
sesuai amanat dalam Pasal 20 UUGD huruf (a) dan (b); “Dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan, guru berkewajiban: a.) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; b.)
meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.”
Pasal 60 UUGD; “Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen berkewajiban: a.)
melaksanakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat; b.) merencanakan,
melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; c.)
meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.”

Pelaksanaan digitalisasi pendidikan merupakan salah satu bentuk kebijakan hukum Pemerintah
dalam mengambil sikap di masa pandemi, seluruh pola kehidupan masyarakat pun berubah dan
dibatasi. Kebijakan itu disebut keadaan Adaptasi Kebiasaan Baru atau New Normal, sebagai
upaya penanganan Covid-19 untuk mendukung keberlangsungan. perekonomian masyarakat
yang mensinergikan aspek kesehatan, sosial dan ekonomi. Tuntutan penggunaan teknologi
dalam pembelajaran masa Covid-19 merupakan permasalahan baru karena dirasa menyulitkan
bagi siswa yang tinggdal di daerah 3T (terdepan, terluar dan tertinggal).Ditemukan banyak
peserta didik yang mengalami kendala yang disebabkan minimnya sinyal karena tinggal di
daerah pelosok atau bahkan tidak memiliki gadget, serta keterbatasan kuota. Namun,
Pemerintah tetap berupaya semaksimal mungkin agar masyarakatnya dapat mengikuti
pembelajaran, yakni dengan membagikan kuota gratis kepada seluruh nomor aktif yang
digunakan peserta didik dan didaftarkan oleh sekolah atau universitas.

Kesenjangan digital yang nyata memberi pemahaman bahwa diperlukan peningkatan


kompetensi lanjutan bagi guru agar terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di
bidang teknologi sesuai perkembangan zaman, serta pemerataan sarana dan prasarana bagi
daerah 3T yang kesulitan mengakses internet

Sekian yang dapat saya sampaikan kurang lebih nya mohon maaf.

Anda mungkin juga menyukai