Pandemi Covid-19 memaksa pemerintah untuk membuat kebijakan social distancing untuk
meminimalisir persebaran Covid-19. Jadi, kebijakan ini diupayakan untuk memperlambat laju
nya persebaran virus Corona di tengah masyarakat. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
merespon dengan mengeluarkan kebijakan belajar dari rumah atau daring serta meniadakan
nya Ujian Nasional pada tahun 2019-2021 lalu.
Indonesia tidak sendiri dalam mencari solusi bagi peserta didik agar tetap belajar dan terpenuhi
hak pendidikannya. Sampai April 2020, UNESCO mencatat setidaknya 1,6 milyar anak usia
sekolah yang terdampak Covid 19 di 188 negara termasuk 65 jutaan diantaranya ada di negara
kita. Dan terkhusus di Provinsi Kalimantan Utara, kasus positif covid 19 terpantau sudah
mencapai ± 36.000 kasus dengan presentase kesembuhan 97% dan presentase kematian 2,25%
Seluruh daerah di indonesia sedang berusaha keras dalam membangun alternatif terbaik pada
aspek pendidikan. Dengan memperhitungkan beberapa ancaman berikut yang harus segera di
dituntaskan dan di cari solusinya, seperti (1) ketimpangan teknologi antara sekolah negeri dan
pelosok,(2) keterbatasan kompetensi guru dalam pemanfaatan aplikasi pembelajaran, (3)
keterbatasan sumberdaya untuk pemanfaatan teknologi Pendidikan seperti internet dan kuota,
(4) relasi guru, murid, dan orang tua dalam pembelajaran daring yang belum integral
Pembelajaran teknologi informasi memang sudah diberlakukan dalam beberapa tahun terakhir
dalam sistem pendidikan di Indonesia. Tetapi, Akibat dari pandemi covid 19 yang mendesak
pemerintah menyegerakan sistem pembelajaran jarak jauh atau secara daring, membuat kaget
hampir di semua lini dan aspek kehidupan manusia
Pendidik merasa kaget karena harus mengubah sistem, silabus dan proses belajar secara cepat.
Disini ada dua hal yang dapat menjadi pertimbangan kita bersama dalam perbaikan sistem
pendidikan di indonesia semasa pandemi:
Pertama, semua guru harus bisa mengajar jarak jauh yang notabene harus menggunakan
teknologi. Prinsip-prinsip pemanfaatan teknologi yang harus menjadi acuan guru dalam
memanfaatkan teknologi yaitu mampu menghadirkan fakta yang sulit dan langka ke dalam
kelas, memberikan materi ilmu pengetahuan yang cocok , memberikan ruang gerak siswa untuk
bereksplorasi, dan memudahkan interaksi serta kolaborasi antara siswa dan guru
Kedua, ketimpangan infrastruktur digital antara sekolahan di kota dan pelosok harus
dijembatani dengan kebijakan teknologi afirmasi untuk daerah yang kekurangan. Akses internet
harus diperluas dan kapasitas bandwithnya juga harus ditingkatkan.
Kita memasuki era baru untuk membangun kreatifitas, mengasah skill siswa, dan peningkatan
kualitas diri dengan perubahan sistem, cara pandang dan pola interaksi kita dengan teknologi
Kedua isu penting diatas tadi akan menjadi penentu seberapa cepat kita akan mampu
meratakan kurva kecemasan siswa, guru, kepala sekolah, orang tua, dan kita semua.
Sekian opini singkat saya mengenai tantangan serius dunia pendidikan saat ini terutama di
provinsi kaltara, kota tarakan. Begitu banyak hal yang ingin saya gali lebih jauh, tentang sistem
kebijakan pemerintah kedepan, sikap dan perilaku baru kita disaat pandemi mulai mencapai
skala rendah, hingga kehidupan politik kota tarakan saat ini.
Saya ucapkan terima kasih kepada PWI Tarakan yang sudah menyelenggarakan lomba menulis
opini ini di hari pers nasional 2022, semoga selalu sukses dan jaya. Saya selalu mengharapkan
aksi lebih dari jurnalis-jurnalis dan wartawan-wartawan kota tarakan, agar dapat memberikan
hal baru setiap saat di kota tercinta ini.