Anda di halaman 1dari 12

Pandemi Covid-19 memaksa masyarakat dunia mendefinisikan makna hidup, tujuan

pembelajaran dan hakikat kemanusiaan. Jika selama ini manusia-manusia dipaksa hidup
dalam situasi serba cepat, pekerjaan tanpa henti, dan kejaran target pertumbuhan ekonomi
dalam sistem kompetisi. Namun, persebaran virus Corona (Covid-19) yang menjadi krisis
besar manusia modern, memaksa kita untuk sejenak bernafas, berhenti dari pusaran sistem,
serta melihat kembali kehidupan, keluarga, dan lingkungan sosial dalam arti yang
sebenarnya. Manusia dipaksa ‘berhenti’ dari rutinitasnya, untuk memaknai apa yang
sebenarnya dicari dari kehidupan.

Indonesia punya tantangan besar dalam penanganan Covid-19. Dari semua aspek yang
menjadi tantangan saat ini, saya konsentrasi pada aspek pendidikan, yang esensial untuk
didiskusikan. Aspek pendidikan menjadi konsentrasi penulis, karena telah berpuluh tahun
bergelut di bidang ini dalam kapasitas sebagai peneliti, praktisi hingga perumus kebijakan.

Pandemi Covid-19 memaksa kebijakan social distancing, atau di Indonesia lebih dikenalkan
sebagai physical distancing (menjaga jarak fisik) untuk meminimalisir persebaran Covid-19.
Jadi, kebijakan ini diupayakan untuk memperlambat laju persebaran virus Corona di tengah
masyarakat. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) merespon dengan
kebijakan belajar dari rumah, melalui pembelajaran daring dan disusul peniadaan Ujian
Nasional untuk tahun ini.

Tantangan Pembelajaran
Persebaran virus Corona yang massif di berbagai negara, memaksa kita untuk melihat
kenyataan bahwa dunia sedang berubah. Kita bisa melihat bagaimana perubahan-perubahan
di bidang teknologi, ekonomi, politik hingga pendidikan di tengah krisis akibat Covid-19.
Perubahan itu mengharuskan kita untuk bersiap diri, merespon dengan sikap dan tindakan
sekaligus selalu belajar hal-hal baru. Indonesia tidak sendiri dalam mencari solusi bagi
peserta didik agar tetap belajar dan terpenuhi hak pendidikannya.  Sampai  1 April 2020,
UNESCO mencatat setidaknya  1,5 milyar anak usia sekolah yang terdamapk Covid 19 di
188 negara termasuk 60 jutaan diantaranya ada di negara kita.

Semua negara terdampak telah berupaya membuat kebijakan terbaiknya dalam menjaga
kelanggengan layanan pendidkan. Indonesia juga menghadapi beberapa tantangan nyata yang
harus segera dicarikan solusinya: (1) ketimpangan teknologi antara sekolah di kota besar dan
daerah, (2) keterbatasan kompetensi guru dalam pemanfaatan aplikasi pembelajaran, (3)
keterbatasan sumberdaya untuk pemanfaatan teknologi Pendidikan seperti internet dan kuota,
(4) relasi guru-murid-orang tua dalam pembelajaran daring yang belum integral.

Pemberlakuan kebijakan physical distancing yang kemudian menjadi dasar pelaksanaan


belajar dari rumah, dengan pemanfaatan teknologi informasi yang berlaku secara tiba-tiba,
tidak jarang membuat pendidik dan siswa kaget termasuk orang tua bahkan semua orang
yang berada dalam rumah. Pembelajaran teknologi informasi memang sudah diberlakukan
dalam beberapa tahun terakhir dalam sistem pendidikan di Indonesia. Namun, pembelajaran
daring yang berlangsung sebagai kejutan dari pandemi Covid-19, membuat kaget hampir di
semua lini, dari kabupaten/kota, provinsi, pusat bahkan dunia internasional.
Sebagai ujung tombak di level paling bawah suatu lembaga pendidikan, kepala sekolah
dituntut untuk membuat keputusan cepat dalam merespon surat edaran Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan yang mengharuskan sekolah untuk memberlakukan pembelajaran dari
rumah. Pendidik merasa kaget karena harus mengubah sistem, silabus dan proses belajar
secara cepat. Siswa terbata-bata karena mendapat tumpukan tugas selama belajar dari rumah.
Sementara, orang tua murid merasa stress ketika mendampingi proses pembelajaran dengan
tugas-tugas, di samping harus memikirkan keberlangsungan hidup dan pekerjaan masing-
masing di tengah krisis.

Jadi, kendala-kendala itu menjadi catatan penting dari dunia pendidikan kita yang harus
mengejar pembelajaran daring secara cepat. Padahal, secara teknis dan sistem belum
semuanya siap. Selama ini pembelajaran online hanya sebagai konsep, sebagai perangkat
teknis, belum sebagai cara berpikir, sebagai paradigma pembelajaran. Padahal,  pembelajaran
online bukan metode untuk mengubah belajar tatap muka dengan aplikasi digital, bukan pula
membebani siswa dengan tugas yang bertumpuk setiap hari. Pembelajaran secara online
harusnya mendorong siswa menjadi kreatif mengakses sebanyak mungkin sumber
pengetahuan, menghasilkan karya, mengasah wawasan dan ujungnya membentuk siswa
menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Dari tantangan-tantangan itu, kita harus berani melangkah untuk menjadikan pembelajaran
online sebagai kesempatan mentransformasi pendidikan kita. Ada beberapa langkah yang
dapat menjadi renungan bersama dalam perbaikan sistem pendidikan kita khususnya terkait
pembelajaran daring:
Pertama, semua guru harus bisa mengajar jarak jauh yang notabene harus menggunakan
teknologi. Peningkatan kompetensi pendidik di semua jenjang untuk menggunakan aplikasi
pembelajaran jarak jauh mutlak dilakukan. Memang jumlahnya sangat banyak, untuk
memastikan sekitar 3 jutaan guru di Indonesia memiliki kompetensi yang memadai dalam
memanfaatkan teknologi tentu bukan perkara mudah. kompetensi minimal TIK guru level 2
harus segera diwujudkan termasuk kemampuan melakukan vicon (video conference) dan
membuat bahan ajar online. Level 2 ini merupakan pengelompokan komptensi TIK guru
yang ideal berdasarkan Teacher ICT Competencies Framework oleh UNESCO. Level
tertinggi adalah level 4 dimana guru sudah mampu menjadi trainer bagi guru yang lain. Jika
kompetensi guru sudah level2, maka guru akan mampu menyiapkan sistem belajar, silabus
dan metode pembelajaran dengan pola belajar digital atau online.
Pemerintah tidak harus sendiri, upaya menggandeng banyak pihak penyedia portal daring
sangat tepat dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Namun leading sektor
urusan kebijakkan pembelajaran daring  harus dikendalikan dibawah kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.

Kedua, pemakaian teknologipun juga tidak asal-asalan, ada ilmu khusus agar pemanfaatan
teknologi dapat menjadi alat mewujudkan tujuan Pendidikan yakni teknologi Pendidikan
(TP). Pembelajaran online tidak hanya memindah proses tatap muka menggunakan aplikasi
digital, dengan disertai tugas-tugas yang menumpuk. Ilmu teknologi pendidikan mendesain
sistem agar pembelajaran online menjadi efektif, dengan mempertimbangkan tujuan
pendidikan secara khusus. Prinsip-prinsip pemanfaatan teknologi yang harus menjadi acuan
guru dalam meamanfaatkan teknologi  yaitu mampu menghadirkan fakta yang sulit dan
langka ke dalam kelas, memberikan ilustrasi fenomena alam dan ilmu pengetahuan,
memberikan ruang gerak siswa untuk bereksplorasi, memudahkan interaksi dan kolaborasi
antara siswa-guru dan siswa-siswa, serta menyediakan layanan secara individu tanpa henti.
Namun sangat sedikit guru yang memahami prinsip-prinsip diatas. Hal ini menuntut
stakeholder terkahit utamanya para Pengembang Teknologi Pembelajaran harus lebih banyak
berinovasi dan mencari terobosan pembelajaran di masa darurat seperti Covid-19 saat ini.

Ketiga, pola pembelajaran daring harus menjadi bagian dari semua pembelajaran meskipun
hanya sebagai komplemen. Intinya supaya guru membiasakan mengajar online.
Pemberlakuan sistem belajar online yang mendadak membuat sebagian besar pendidik kaget.
Ke depan, harus ada kebijakan perubahan sistem untuk pemberlakuan pembelajaran online
dalam setiap mata pelajaran. Guru harus sudah menerapkan pembelajaran berbasis teknologi
sesuai kapasitas dan ketersediaan teknologi. Inisiatif kementerian menyiapkan portal
pembelajaran daring Rumah Belajar patut didukung meskipun urusan daring saat covid 19
yang memaksa siswa dan guru menjalankan aktifitas di rumah tetap perlu dukungan penyedia
layanan daring yang ada di Indoesia

Empat,  guru harus punya perlengkapan pembelajaran online. Peralatan TIK minimal yg
harus dimiliki guru adalah laptop dan alat pendukung video conference. Keberadaan
pernagkat minimal yang harus dimiliki guru sangat perlu dipikirkan Bersama baik pemerintah
kab/kota, provinsi dan pusat termasuk ortang tua untuk sekolah yang diselenggarakan oleh
masyarakat. Sudah banyak fintech yang bergerak dibidang pemberian bantuan pengadaan
perangkat teknologi baik untuk siswa, guru maupun sekolah.

lima, ketimpangan infrastruktur digital antara kota besar dan daerah harus dijembatani
dengan kebijakan teknologi afirmasi untuk daerah yang kekurangan. Akses internet harus
diperluas dan kapasitas bandwithnya juga harus ditingkatkan. Pemerintah Indonesia sudah
berhasil membangun infrastruktur komunikasi Palapa Ring yang diresmikan Bapak Presiden
Joko Widodo di akhir tahun 2019 menjadi tulang punggung infrastruktur digital dari Aceh
hingga Papua. Tapi, jangkauan akses harus diperluas agar sebanyak mungkin sekolah,
pendidik dan siswa  merasakan manfaatnya.

Pandemi Covid-19 memang menjadi efek kejut bagi kita semua. Dunia seolah melambat dan
bahkan terhenti sejenak. Negara-negara besar dan modern terpukul dengan sebaran Virus
Corona yang cepat, mengakibatkan ribuan korban meninggal yang tersebar di berbagai
negara. Indonesia mendapatkan banyak tantangan dari Covid-19 ini, yang membuat kita
semua harus bersama-sama saling menjaga. Kelima isu penting diatas akan menjadi penentu
seberapa cepat kita akan mampu meratakan kurva kecemasan siswa, guru, kepala sekolah,
orang tua, dan kita semua.

Di tengah pandemi Covid-19 ini, sistem pendidikan kita harus siap melakukan lompatan
untuk melakukan transformasi pembelajaran daring bagi semua siswa dan oleh semua guru.
Kita memasuki era baru untuk membangun kreatifitas, mengasah skill siswa, dan peningkatan
kualitas diri dengan perubahan sistem, cara pandang dan pola interaksi kita dengan
teknologi. (*)
Pertama, educational competence, kompetensi mendidik/ pembelajaran
berbasis internet of thing sebagai basic skill di era ini.
Kedua, competence for technological commercialization, punya kompetensi
membawa siswa memiliki sikap entrepreneurship (kewirausahaan) dengan teknologi
atas hasil karya inovasi siswa.

Ketiga, competence in globalization, dunia tanpa sekat, tidak gagap terhadap


berbagai budaya, kompetensi hybrid, yaitu global competence dan keunggulan
memecahkan problem nasional.

Keempat, competence in future strategies, dunia mudah berubah dan berjalan cepat,
sehingga punya kompetensi memprediksi dengan tepat apa yang akan terjadi di
masa depan dan strateginya, dengan cara joint-lecture, joint-research, joint-
resources, staff mobility dan rotasi, paham arah SDG’s, dan lain sebagainya. 

Kelima, conselor competence, mengingat ke depan masalah anak bukan pada


kesulitan memahami materi ajar, tapi lebih terkait masalah psikologis, stres akibat
tekanan keadaan yang makin komplek dan berat.

Ditambahkan, pengembangan system cyber dalam dunia pendidikan akan


memungkinkan guru dapat memberikan materi ajar yang mutakhir sesuai perkem-
bangan zaman, karena langsung dapat menayangkan materi itu dalam ruang kelas
secara online. 

“Dengan kata lain, pembangunan atau penyediaan fasilitas jaringan cyber sebagai


bagian integrasi dengan jaringan teknologi informatika di lembaga pendidikan akan
menciptakan berbagai kemudahan, baik dalam adminsitrasi akademik, non
akademik, dan proses belajar mengajar, yang bermuara kepada peningkatan kua-
litas,” pungkasnya. (delly/fauzi)

PEMBANGUN HUBUNGAN
Pendidikan sangatlah penting dalam meningkatkan kualitas tiap-tiap individu. Dimana
pendidikan merupakan kegiatan yang penting dalam kemajuan manusia. Kegiatan pendidikan
pada dasarnya selalu terkait dua belah pihak yaitu Pendidik dan Peserta Pendidik. Hubungan
ini akan serasi jika jelas hubungan masing-masing pihak profesional yaitu hadir sebagai
subjek dan objek yang memiliki hak dan kewajiban. Permasalahan yang ada dalam dunia
pendidikan formal bertambah dari tahun ke tahun. Salah satu permasalahan utama yang
dihadapi bangsa Indonesia ini adalah rendahnya mutu pendidikan formal pada setiap jenjang
pendidikan. Usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain
melalui berbagai pelatihan peningkatan kompetensi Pendidik, pengadaan buku dan alat
pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan peningkatan mutu manajemen
sekolah. Namun demikian berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukan
peningkatan yang berarti. Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar
dikelas. Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerja sama antara Pendidik dan
Peserta Pendidik. Pendidik dituntut untuk mampu menyajikan materi dengan optimal.
Olehnya itu Pendidik diperlukan kreatifitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan
cara penyajian materi pelajaran disekolah. Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan
seorang Pendidik dalam memilih metode, pendekatan, dan media yang tetap dalam penyajian
materi pelajaran. Dalam proses belajar mengajar jika pendidik nya bermutu rendah maka
peserta didik yang di hasilkanpun bermutu rendah. Dalam dewasa ini menjadi profesi
Pendidik sangatlah menggiurkan karena salary atau imbalan yang di dapatkan lumayan
banyak dari gaji dan tunjangan-tunjangan yang di dapat. Pendidik saat ini sudah sangat
diperhatikan oleh pemerintah, maka dari itu banyak orang terlena dengan keuntungan yang di
dapat dan melupakan kewajibannya yang utama yaitu menciptakan individu yang berkualitas.
Peranan Pendidik sangatlah penting dalam proses pembelajaran, mutu Pendidik sangatlah
diperhatikan maka dari itu ada empat kompetensi Pendidik yang harus di kuasai oleh
Pendidik tersebut agar kualitas pendidikan menjadi lebih baik. Untuk itu perlu adanya
peningkatan dalam kompetensi Pendidik untuk pencapaian hasil belajar Peserta Pendidik.
Jadi Pendidik haruslah meningkatkan mutu atau kualitasnya agar pencapaian belajar Peserta
Pendidik maksimal. Untuk itu Pendidik sebagai sumber daya pendidik berperan penting
dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Pendidik sebagai tonggak dalam
pendidikan baik di sekolah dasar, menengah pertama maupun menengah atas. Pendidik
berperan penting dalam pendidikan dan menciptakan generasi yang mulia. Untuk itu Pendidik
harus mampu menguasai kompetensi Pendidik yang maksimal.
INOVATOR

Pendidikan merupakan pokok utama dalam membentuk pribadi manusia. Pendidikan yang
baik adalah pendidikan yang bisa membuat para peserta didik selalu tertarik dan ingin belajar
tanpa adanya paksaan. Pendidikan yang monoton hanya akan membuat Peserta Pendidik-
siswi merasa bosan dan enggan untuk belajar. Tidak heran jika dikelas banyak Peserta
Pendidik yang seolah mendengarkan dan memperhatikan tapi pikirannya tidak focus terhadap
materi yang disampaikan oleh Pendidik.  Untuk sebab itu, sebagai seorang Pendidik sudah
menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya menciptakan inovasi pendidikan yang bisa
membuat Peserta Pendidik-siswi merasa senang, nyaman, dan mudah dalam mencerna dan
memahami setiap materi yang disampaiakan.

Menurut kamus besar pendidikan bahasa Indonesia inovasi adalah penemuan baru yang
berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya.

Sedangkan menurut Ibrahim (1998) dalam area baca.com inovasi pendidikan adalah inovasi
yang berfungsi untuk memecahkan masalah dalam bidang pendidikan. Artinya inovasi
pendidikan adalah segala sesuatu yang baru ditemukan baik itu metode, ide atau hal-hal lain
yang bisa membantu memecahkan masalah pendidikan.

Secara umum banyak sekali tugas seorang Pendidik yang harus dilakukan dalam
melaksanakan tugasnya disekolah. Namun peranan yang paling pokok menjadi seorang
Pendidik menurut Zanti arbi dalam Wordpress.com adalah mendidik, mengajar dan melatih.

Mendidik artinya adalah memberikan kepada anak agar potensi yang dimiliki anak dapat
berkembang seoptimal mungkin. Karena tugas Pendidik selain menyampaiakn ilmu
pengetahuan, juga membantu anak dalam membentuk perkembangan seluruh aspek
kepribadian agar menjadi manusia yang tumbuh secara dewasa.

Mengajar berarti memberikan pengajaran dalam bentuk penyampaian pengetahuan (kognitif),


sikap (afektif), dan keterampilan (psikomoto) pada diri anak agar dapat menguasai dan
mengembangkan ilmu dan teknologi. Pendidik sebagai pengajar lebih menekankan pada
proses merencanakan, melaksanakan dan menilai hasilnya.

Melatih adalah lebih ditekankan pada tujuan untuk mengembangkan keterampilan dan
kemampuan anak atau peserta didik.
Supaya tugas seorang Pendidik seperti mendidik, mengajar dan melatih bisa diterapkan dan
dilaksanakan dengan optimal, sebagai seorang Pendidik harus bersikap terbuka dan peka
dengan perubahan (inovasi). Ada beberapa tahapan yang dilakukan Pendidik dalam inovasi
pendidikan.

1.      Invention (penemuan) adalah menemukan atau menciptakan hal-hal baru yang bisa
menunjang pendidikan untuk lebih baik. Dalam hal ini seorang Pendidik harus mencari
masalah-masalah apa yang menjadi kendala Peserta Pendidik-siwi dalam memahami materi
yang disampaiakan. Setelah itu seorang Pendidik harus merumuskan masalah yang sudah
ditemukan dan menganalisisnya lebih tajam.

2.      Development (pengembangan) adalah sarana alternative dalam memecahkan masalah,


seprti melakukan percobaan dan penelitian terhadap metode-metode pengajaran. Apakah
metode yang digunakan itu bisa membantu Peserta Pendidik lebih mudah dalam memahami
atau tidak?.

3.      Diffusion (penyebaran) yaitu mencakup penyebaran ide-ide jika pembaharuan atau


inovasi yang ditemukan telah terbukti memberikan dampak positif dalam kemajuan
pendidikan.

Dalam inovasi pendidikan seorang Pendidik dituntut agar selalu mencoba, mengubah,
mengembangkan dan meningkatkan gaya mengajarnya supaya melahirkan model pengajaran
yang sesuai dan pas dengan peserta didik.

PEMIMPIN

Pendidik harus mempunyai jiwa kepemimpinan, harus menjadi Pendidik yang kompeten
karena keterlibatan Pendidik dalam pembelajaran memberi pengaruh yang besar terhadap
proses dan prestasi belajar peserta didik. Pendidik harus menjadi teladan yang baik bagi
peserta didik terutama peserta didik pendidikan dasar. Pendidik sebaiknya harus mempunyai
sifat terbuka, melihat tren perkembangan jaman, mau berubah, dan berpikir alternatif agar
pembelajaran mampu melahirkan lulusan yang berkepribadian. Seorang Pendidik harus
memiliki kepribadian yang kuat dan terpuji. Pendidik harus mempunyai keyakinan pada
kemampuan peserta didik untuk membuat semua peserta didik berhasil dan belajar tanpa
peduli latar belakang atau kondisi rumah dan sekolah peserta didik. Sebagai pemimpin
pendidikan eorang Pendidik harus menjadi pemimpin yang disukai, dipercaya, mampu
membimbing, berkepribadian, serta abadi sepanjang masa sehingga dapat menyiapkan
peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi,
menghadapi berbagai kemungkinan dan tantangan.

Pemimpin adalah orang yang dapat menyelesikan  sesuatu melalui aktivitas orang-orang.
Pemimpin dapat mendorong orang bekerja karena dorongan dari dalam dirinya.  Guru
sebaiknya memiliki kecakapan memimpin, artinya dapat  mempengaruhi, mengarahkan,
membimbing, memotivatasi siswa agar dapat belajar dengan target prestasi tertinggi.  Siswa
belajar tanpa merasa diperintah.

Mengajar merupakan serangkaian proses pendidikan untuk membantu siswa lebih memahami
dan menguasai sesuatu.  Guru mendorong siswa  terus belajar bagaimana seharusnya belajar
yang efektif. Guru meningkatkan kewirausahaan belajar siswa.

Guru dalam kelas berperan sebagai pemimpin. Tugasnya adalah mempengaruhi siswa melalui
pengembangan  organization of learning atau pengorganisasian pembelajaran.  Sukses
pembelajaran bergantung pada kemampuan guru memimpin dan mengorganisasikan
pembelajaran dalam kelas sehingga dapat mewujudkan produk belajar sesuai dengan tujuan.

Mengajar memerlukan dukungan suasana yang kondusif dan proses yang baik  untuk
mengembangkan pengalaman siswa sehingga menjadi pengalaman yang produktif dalam
interaksi sosial yang  efektif. Guru dalam proses ini berfungsi sebagai pemimpin. Suasana
belajar memberikan ruang yang luas untuk berkreasi karena hati dan pikiran siswa yang
terbuka. Pembelajaran yang efektif memerlukan dukungan yang baik dari berbagai
komponen, di antaranya :

Kesiapan psikologis siswa atau grup untuk belajar pembelajar

Suasana lingkungan yang mendukung siswa beraktivitas.

Fasilitas, tempat dan waktu pertemuan yang jelas, buku dan bahan materi lain untuk
pembelajaran

Prosedur yang rapi dan dipahami bersama (rutin dan terjadwal, atau bervariasi) yang
menunjang kegiatan presentasi, diskusi dan evaluasi.
Pentahapan yang jelas sehingga guru dan juga siswa mengetahui bagaimana pembelajaran
akan berlangsung dan apa target yang mereka hendak capai.

Seluruh bagian sumber daya diintegrasikan untuk mendukung pencapaian yang optimal, 
pemeran pengatur di sini adalah guru.

Mengajar adalah mengorganisasikan orang-orang agar mengerahkan pikiran, perhatian, dan


usaha sehingga mencapai tujuan yang diharapkan. Mengajar adalah kegiatan
pengorganisasian. Hal tersebut menegaskan pentingnya peran seorang guru yang tidak dapat
digantikan dalam fungsi organisator. Tugas seorang organisator adalah menggerakan
kelompok dan individu berperan efektif mengembangkan potensi dirinya dalam mencapai
tujuan bersama. Pemimpin  yang efektif menyebabkan orang-orang mengembangkan potensi
individunya dalam kerja sama kelompok.

Dalam hal ini peranan utama guru sebagai organisator pembelajaran memiliki karakter
sebagai berikut : Organisator yang baik bukanlah seorang otokrat. Guru tidak membuat
semua keputusan atau mencoba mengarahkan setiap siswa  secara detail mengenai apa yang
harus dilakukan, bagaimana cara melakukan dan kapan melakukan sesuatu. Jangan mengajari
siswa memotong kayu, namun mintalah kepada mereka membuat kapal layar yang dapat
berlayar di tengah samudra.

Organisator yang baik menunjukkan kematangan kepemimpinan (leadership) yang positif


agar dapat berfungsi secara efektif dalam menjelaskan tujuan dan menggerakan siswa
mencapai hasil yang telah ditargetkan.

Pemimpin yang efektif memahami masalah atau kesulitan siswa dalam belajar sehingga dapat
menentukan formula pemecahan masalah sesuai dengan kebutuhan siswa belajar.

Organisator yang baik membantu kelompok dan individu untuk menemukan,


memformulasikan, dan menjelaskan tujuan yang ingin mereka raih. Guru tidak melulu
memberitahukan siswa bahwa mereka harus belajar dan melakukan ini itu.

Organisator yang baik mendelegasikan dan mendistribusikan tanggung jawab seluas


mungkin. Guru mencoba mengajarkan bagaimana siswa mengatur diri pada urusan mereka
secara kolaboratif. Mengembangkan kolaborasi tim membutuhkan  berpengalaman sebagai 
organisator yang juga berfungsi sebagai pemimpin dan pengarah. Selagi kelas belajar
bagaimana bekerja secara tim, dan masing-masing individu belajar mengendalikan pelajaran
mereka, maka fungsi organisator berangsur-angsur lebih ke arah pendamping.

Organisator yang baik mendorong dan menghargai inisiatif. Membiarkan  inisiatif


berkembang bebas sepanjang tidak menlenceng dari jalur untuk mencapai tujuan. Inisiatif
harus terkait dalam ruang lingkup pencapaian tujuan bersama kelas.

Organisator yang baik lebih mengedepankan membangun kekuatan daripada


mengidentifikasi  kelemahan yang ada. Guru sebaiknya berasumsi dan berprinsip bahwa
setiap siswa mampu memberikan prestasi dan kontribusi, walaupun prestasi tersebut sangat
rendah. Oleh karena itu, pemimpin wajib menghargai kecepatan dan perubahan serendah apa
pun.

Organisator yang baik mendorong kritik diri dan evaluasi diri di dalam grup. Sebagai seorang
pemimpin, pengarah, dan pendamping, organisator harus dapat mengungkapkan gambaran 
pencapaian yang telah diraih dan di bagian apa mereka telah gagal. Namun demikian,
organisator juga harus mengembangkan kemampuan bagi setiap anggota grup agar mereka
dapat melihat dan menilai sendiri prestasi dan kegagalan yang telah mereka lalui.

Organisator yang baik memelihara kontrol , karena tanpa kontrol dan seorang pengontrol, dan
bekerja keras secara berkelanjutan untuk mengembangkan sistem kontrol diri sendiri demi
mencapai tujuan bersama.

Oganisator membangun tanggung jawab sehingga tiap orang berinisiatif untuk menjaga mutu


melalui optimalisasi usaha dalam memenuhi kewajibannya.

Organisator mendelegasikan kewenangan kepada siswanya, memberikan ruang kepada siswa


untuk menyelesaikan tugasnya melalui pengembangan inisiatif masing-masing individu
sepanjang dapat menghasilkan produk yang terbaik.

Organisator yang baik memantau perkembangan proses dan progres belajar sehingga


berdasarkan itu guru melalukan perbaikan pelayanan belajar secara bekelanjutan.

Uraian di atas merupakan beberapa karakteristik operasional dari seorang organisator yang
baik. Karakter seorang guru sebagai organisator pembelajaran. Prestasi pemimpin dinilai dari
seberapa besar keunggulan bersama dapat diwujudkan. Kekuatannya terletak pada seberapa
efektif mengarahkan, mendorong, membimbing, dan memotivasi siswa mengembangkan
potensi dirinya melalui kerja sama tim untuk mencapai tujuan bersama.
1. PERSIAPAN GURU DI ERA DISRUPSI TEKNOLOGI

 Perangkat Pendidikan Elektronik (PC, Laptop, Smartphone)

 Aplikasi Pendidikan Elektronik (Offline atau Online)

 Internet

 Perangkat Pembelajaran Digital

 Ketrampilan menggunakan teknologi.

KARAKTERISTIK SDM UNGGUL DI ERA DISRUPSI TEKNOLOGI

1. Mampu berpikir analitik, sistematik/kompleks, serta berpikir problem solving.

2. Out of The Box (Kreatif dan Inovatif).

3. Mampu berkomunikasi dalam keanekaragaman sudut pandang.

Anda mungkin juga menyukai