a masa pandemi.
Dengan terbatasnya ruang gerak di luar rumah, masyarakat mesti beradaptasi dalam
kehidupan sehari-hari termasuk dalam hal kebiasaan berbelanja dan konsumsi
hiburan. Dampak negatif Covid-19 terhadap industri dan kegiatan komersil lainnya
terjadi hampir secara merata terhadap berbagai bidang layanan dan produk. Bisa
dikatakan hanya industri makanan dan minuman, kesehatan dan logistik yang menjadi
penggerak kegiatan perekonomian, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara-
negara lain.
Perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat dunia, menuntut
mereka untuk berubah dan melakukan perubahan-perubahan lainnya. Masyarakat
perlu berusaha menjawab dan memberikan solusi pada kebutuhan manusia yang
semakin kompleks. Upaya peningkatan kuantitas, kualitas, efektifitas, dam effisiensi
pendidikan selalu dikembangkan baik oleh pemerintah, masyarakat, maupun lembaga
pendidikan. Upaya pengembangan itu dapat dilakukan melalui berbagai strategi yang
efektif dan efisien, diantaranya melalui pembelajaran jarak jauh yang berbasis
teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi demikian pesatnya. Arus informasi mengalir semakin cepat. Akses ke
sumber informasi baik lokal, regional maupun global semakin mudah dan murah, baik
sumber informasi melalui fasilitas intranet, internet dan ekstranet. Waktu dan
tempatnya pun tidak terbatas bisa kapan pun dan dimana pun. Hal ini membawa
implikasi bukan hanya ke dalam bidang pendidikan saja, melainkan ke dalam
berbagai bidang kehidupan.
Pembelajaran jarak jauh (distance learning) sebagai model dari pendidikan jarak jauh
(distance education) bukanlah model pendidikan yang baru. Pada awalnya dimulai
dengan kursus tertulis, kemudian berkembang dalam bentuk pendidikan tinggi formal
berbentuk Universitas Terbuka (Open University). Diantaranya University of
Wisconsin di Amerika menjadi universitas pelopor di dunia pendidikan jarak jauh
sejak tahun 1891. Dalam perkembangannya hampir separuh dari sekitar 3.900
lembaga pendidikan tinggi di Amerika Serikat menyelenggarakan sejenis pendidikan
jarak jauh. Latar belakang diadakannya pembelajaran jarak jauh adalah bagi orang
yang setiap harinya bekerja dengan memiliki waktu kerja yang padat, bertempat
tinggal dan bekerja jauh dari lembaga pendidikan akan sangat merasakan berapa
banyak opportunity cost yang hilang jika harus mengikuti pembelajaran atau
perkuliahan secara konvensional pada lembaga pendidikan tersebut karena
menyediakan waktu beberapa jam setiap harinya untuk duduk di kelas, menyesuaikan
jadwal belajar, praktikum dan semua kegiatan lainnya dengan jam kerjanya. Untuk itu
dilakukan berbagai upaya yang mendukung terwujudnya pembelajaran jarak jauh
dengan mutu dan layanan yang lebih baik dengan memanfaatkan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi. Pada awal terselenggaranya, pembelajaranan
jarak jauh oleh masyarakat dianggap sebagai jenis pendidikan alternatif atau
pendidikan kelas dua yang kalah gengsinya dari pendidikan konvensional yang
mengharuskan kehadiran pembelajar. Seiring dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang pesat pembelajaran jarak jauh diselenggarakan secara
online melalui internet. Pembelajaran jarak jauh secara online mendapat apresiasi
yang tinggi masyarakat bahkan ada yang mengangap lebih bergengsi dibandingkan
pendidikan konvensional yang cenderung kurang memanfaatkan kemajuan teknologi.
Pandemi Covid-19 telah memberikan pelajaran dalam tata kelola birokrasi. Terlepas
kondisi yang ada saat ini, birokrasi tetap menjadi tumpuan utama untuk memberikan
pelayanan publik. Pandemi Covid-19 mau tidak mau membuat birokrasi harus bisa
memaksimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di sektor
pemerintah. Hal ini mengingat kebijakan WFH (Work From Home) membuat ruang
gerak menjadi terbatas. Untuk itu, pemerintah melakukan transformasi pelayanan
publik dari model manual (konvensional) agar dapat diutamakan melalui perangkat
elektronik (daring). Sejak pandemi Covid-19, aplikasi dan situs website terus
dioptimalkan pemerintahan agar dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Optimalisasi penggunaan teknologi juga diterapkan di sektor pemerintah, seperti rapat
kantor, pengisian kerja pegawai, dan beberapa aktivitas lain. Kondisi ini memerlukan
perubahan dalam menghadapi tatanan new normal. Tak terkecuali untuk birokrasi
dalam memberikan pelayanan publik. Pandemi Covid-19 telah mengubah model
tatanan administrasi dan pola kerja di lingkungan instansi pemerintah. Agar dapat
menerapkan physical distancing secara optimal, dilakukan perubahan proses kerja
yang semula bekerja di kantor menjadi bekerja di rumah
Pada masa pandemi COVID-19, teknologi digital berperan sangat penting dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat. Dengan merebaknya Covid-19 di hampir
seluruh wilayah dan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar, aktivitas
masyarakat akan dibatasi, antara lain pembatasan kegiatan perkantoran, sekolah,
perjalanan luar kota, dan penjualan langsung. Karena keterbatasan tersebut, kebiasaan
masyarakat telah berubah dari aktivitas fisik menjadi kebiasaan berbasis teknologi
baru, berfungsi sebagai media komunikasi, interaksi, kegiatan belajar-mengajar, dan
bekerja di rumah. Pandemi Covid-19 di hampir semua negara di dunia sebenarnya
telah menimbulkan banyak krisis dalam kehidupan manusia, termasuk kesehatan,
pendidikan, masyarakat dan ekonomi. Ini termasuk melakukan tugas pekerjaan
seharihari. Misalnya, berbagai jenis pekerjaan yang biasanya dilakukan di kantor telah
mengubah mode bekerja di rumah. Misalnya, berbagai jenis pekerjaan yang biasanya
dilakukan di kantor telah berubah mode menjadi bekerja di rumah. Pada saat yang
sama, bagaimana mendapatkan "kepercayaan yang cukup" dalam hasil audit untuk
pekerjaan pengawasan yang perlu langsung ke tempat kejadian. Di masa pandemi
Covid-19, pembatasan pergerakan dan berkumpulnya orang di satu lokasi tentunya
menjadi kendala tersendiri bagi kinerja tugas auditor. Untuk tetap menjalankan tugas
pengawasan di masa pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi industri audit, dan
belum jelas kapan akan berakhir.
E-government sangat penting diterapkan pada kondisi saat ini. Namun, hal tersebut
harus didukung dengan beberapa hal, yaitu pertama, komitmen pemimpin, hal ini
sangat penting untuk mendukung setiap proses dan kegiatan pelayanan publik
berbasis elektronik (e-service). Hal tersebut karena pemimpin atau dalam hal ini
penyelenggara ataupun pelaksana layanan publik dapat berkomitmen dan mengambil
keputusan untuk memberikan pelayanan publik yang prima dengan menerapkan
egovernment. Kedua, sarana dan prasarana, dukungan sarana dan prasarana juga
menjadi penting karena tanpa hal tersebut, maka pelayanan berbasis elektronik akan
sulit terwujud. Adapun sarana dan prasarana tersebut adalah ketersediaan
komputer/laptop, jaringan internet, dan sebagainya. Ketiga, sumber daya manusia,
apabila komitmen pemimpin dan sarana prasarana sudah memadai, namun sumber
daya manusia yang dapat mengeksekusi pelayanan berbasis elektronik tidak ada,
maka hal tersebut akan sulit terwujud. Sehingga dibutuhkan kemampuan sumber daya
manusia (pegawai instansi dan sebagainya) diperlukan dalam proses pelaksanaan
egovernment. Oleh karena itu, di tengah kondisi COVID-19 ini bukan lagi sebagai
penghambat bagi penyelenggara dan/atau pelaksana pelayanan publik dalam
memberikan layanan kepada masyarakat, melainkan semakin dapat meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dalam pelayanan publik.