Samarinda sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan Timur merupakan kota yang
memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini menyebabkan kebutuhan lahan di perkotaan pun meningkat. Oleh karena nya, tingkat kepadatan di perkotaan cenderung lebih padat daripada di pedesaan karena tingkat aktivitas cenderung lebih tinggi.
Kota Samarinda merupakan kota rawan bencana banjir sehingga menyebabkan
lumpuhnya aktivitas di kota Samarinda. Terdapat tiga titik daerah rawan bencana banjir di kota Samarinda yang telah di tinjau langsung oleh wali kota Samarinda Adi Harun ( Selasa, 27/4/2021). Ketiga titik tersebut yaitu simpang empat sempaja, fly over di jalan Juanda dan simpang tiga di jalan Pandjaitan. Ketiga titik tersebut rawan akan banjir sehingga sehari sebelumnya Samarinda diguyur hujan yang mengakibatkan ketiga titik tersebut.
Terdapat banyak factor di dalamnya yang mengakibatkan terjadinya banjir di
Samarinda. Factor pertama, curah hujan yang mana setiap tahunnya Samarinda memiliki tingkat curah hujan antara 1.900-2.000 mm/tahun dengan luas 4.371,42 Ha. Menurut data dari Jurnal Penelitian Daerah Rawan Banjir di Kota Samarinda Naisatun Halimah, secara umum masalah banjir di Samarinda diakibatkan berlebihnya limpasan dan tidak tertampungnya limpasan tersebut sehingga air meluap.
Factor kedua adalah manusia, bersumber pada pertumbuhan penduduk
sehingga diikuti dengan peningkatan kebutuhan infrastruktur, pemukiman, sarana air bersih, pendidikan serta layanan masyarakat yang lain. Kota Samarinda memiliki daerah River. River merupakan daerah aliran sungai yang berasal dari air hujan yang jatuh dan terkumpul di kawasan tertentu, seperti sungai Karang Mumus dan sungai Mahakam.