Anda di halaman 1dari 5

QUO VADIS PENDIDIKAN DI TENGAH PANDEMI

VINSENSIUS COBA CEME

NIM: 206114068

Tidak terasa bahwa Covid-19 yang awalnya ditemukan di daerah Wuhan, Cina akan
berkembang dan melumpuhkan dunia hingga hari ini. Dunia yang sedang berputar dalam
roda kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dibuatnya menjadi tidak berdaya. Virus
tersebut membuat dunia dalam keadaan mati suri. Covid-19 merupakan jenis penyakit
menular yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan pada manusia. Hal tersebut
memudahkannya untuk berkembang dengan cepat dan mencakup wilayah yang luas. Oleh
karena itu, tidak mengherankan jika pada 11 Maret 2020 WHO (World Healty Organization)
menetapkan Covid-19 sebagai pandemi. Virus tersebut bukan hanya mengacaukan segala
rencana dan harapan manusia melainkan juga dampak yang paling buruk bagi manusia adalah
kematian. Bahkan dalam kurun waktu yang sangat singkat ribuan nyawa pun melayang dan
jutaan orang terinfeksi. Virus ini berkembang bagaikan bola salju.

Pandemi Covid-19 merupakan sebuah musibah yang menggemparkan dunia.


Kehadirannya bagaikan bom waktu yang meledak di pusat kehidupan manusia. Ledakan yang
berhasil memporak-porandakan berbagai macam sektor kehidupan manusia, termasuk juga
pendidikan. Kehadiran Covid-19 menjadi tamparan keras bagi dunia pendidikan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pun mengambil sikap tegas melalui beberapa surat
edaran berkaitan dengan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran Covid-19.
Kebijakan yang diambil bertujuan untuk mencegah meluasnya penularan Covid-19 pada
warga sekolah khususnya dan masyarakat luas pada umumya. Berikut beberapa surat edaran
yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terkait
pencegahan dan penanganan Covid-19. Pertama, Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2020 tentang
Pencegahan dan Penanganan Covid-19 di Lingkungan Kemendikbud. Kedua, Surat Edaran
Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan Covid-19 pada Satuan Pendidikan. Ketiga, Surat
Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa
Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) yang antara lain memuat arahan tentang
proses belajar dari rumah. Berbagai kebijakan di atas membawa sistem pendidikan di
Indonesia menuju babak baru.

Sistem Konvesional vs Sistem E-learning

Sistem pembelajaran konvensional merupakan salah satu alternatif yang digunakan


cukup lama dalam dunia pendidikan. Kita dapat mengatakan bahwa sistem konvensional
merupakan sebuah sistem pembelajaran tradisional. Sistem tatap muka antara guru dengan
siswa dan antara dosen dengan mahasiswa menjadi sarana yang cukup efektif dalam proses
pembelajaran. Terutama dalam memberikan pemahaman mendasar akan materi yang
disampaikan kepada siswa. Sistem ini akan sangat membantu guru untuk mengetahui dan
mendorong perkembangan muridnya dalam belajar. Hal tersebut dikarenakan guru hadir dan
mengamati serta mengontrol secara langsung proses belajar setiap siswa. Terdapat beberapa
hal yang menjadi ciri khas dari sistem tersebut yakni guru menjadi nahkoda yang menentukan
1
jalannya proses pembelajaran. Selain itu, unsur penting yang tidak dapat diabaikan dari
sistem konvensional adalah guru menyalurkan informasi atau pengetahuan yang dimilikinya.
Artinya, guru merupakan sumber utama pengetahuan bagi siswanya. Akan tetapi, dengan
adanya pandemi Covid-19 sistem ini pun perlahan-lahan digusur dan diganti oleh sistem e-
learning. Hal tersebut dikarenakan selama masa pandemi kegiatan belajar mengajar
dilakukan dari (di) rumah saja. Keputusan ini diambil sebagai konsekuensi dari kebijakan
pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di hampir semua daerah di Indonesia. Dengan
demikian, tidak ada lagi sistem belajar tatap muka. Perjumpaan face to face telah beralih ke
perjumpaan screen to screen.

Pembelajaran elektonik atau e-learning didefinisikan secara spesifik, oleh Clark dan
Mayer yakni sebagai berikut.1

Instruction delivered on computer by way of CD-ROM, internet, or intranet with the


following features: 1) includes content relevant to the learning objectives, 2) uses
instructional methods such as examples and practice to help learning, 3) uses media
elements such as words and pictures to deliver the content and methods, and 4) builds new
knowledge and skills linked to individual learning goals or to improve organizational
performance.

Clark dan Mayer pun menjelaskan bahwa terdapat tiga hal penting dalam defenisi
di atas, yang menjadi fokus dalam pembelajaran online yakni apa, bagaimana, dan
mengapa e-learning. Hal apa (what) mencakup bahah-bahan e-learning berupa informasi
atau pun pesan dan metode yang membantu seseorang (siswa) untuk mempelajari bahan.
Kemudian, hal bagaimana (how) menyangkut media-media yang digunakan untuk
menyampaikan bahan-bahan atau materi pembelajaran. Melalui komputer bahan-bahan
tersebut pun disajikan dengan menggunakan kata-kata dalam bentuk lisan atau bahan
(teks) cetak dan gambar-gambar seperti ilustrasi, foto, animasi, dan video. Selanjutnya, hal
mengapa (why) berkenan dengan materi pembelajaran dimaksudkan untuk membantu
siswa dalam mencapai tujuan-tujuan khusus pembelajaran atau pekerjaan-pekerjaan guna
meningkatkan tujuan utama pembelajaran.

Sistem pembelajaran online merupakan sarana yang mengefektifkan komunikasi


dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran selama masa
pandemi Covid-19. Materi bahan ajar dapat divirtualisasikan dalam berbagai format
sehingga menarik dan lebih dinamis sehingga mampu memotivasi peserta didik untuk
lebih jauh dalam proses pembelajaran.2 Sistem tesebut memberikan kebebasan dan
tanggung jawab yang besar kepada siswa. Siswa mengambil peranan yang aktif dalam
pembelajaran. Akan tetapi, terdapat juga banyak kekurangan dari sistem ini, terlebih
khusus berkaitan dengan akses internet yang belum tersebar merata di seluruh daerah dan
fasilitas komputer yang terbatas. Selain itu, dalam sistem belajar berbasis online ini

1
Ruth Colvin Clark dan Richard E. Mayer, E-learning and the Science of Instruction, ( San Francisco, Pfeiffer:
2011), 8-9.
2
Hartono dan wiwin, “Penggunaan E-Learning sebagai Media Pembelajaran,” Jurnal UNEJ 1 (1) (2016): 3.

2
mengandaikan bahwa semua peserta didik dan pendidik paham tentang teknologi dan
fitur-fitur yang dioperasikan.3

Tentunya, kedua sistem pembelajaran di atas mempunyai ciri khasnya masing-masing


dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Namun dibalik itu semua, tanpa disadari
bahwa secara tidak langsung kehadiran Covid-19, memaksa agar sistem pendidikan di
Indonesia segera beradaptasi dengan teknologi yang terus bekembang. Covid-19 merangsang
agar sistem pendidikan kita yang “kolot” segera bertransformasi menjadi sistem yang
berbasis online. Berkaitan dengan itu, hal yang sebenarnya perlu diperhatikan bersama ke
depannya adalah adanya kolaborasi dan keselarasan antara sistem pendidikan konvesional
dengan sistem pendidikan yang berbasis online. Dengan demikian, kualitas pendidikan di
Indonesia pun dapat berkembang dengan menghasilkan orang-orang yang berkualitas dan
mampu bersaing dengan orang dari Negara lain.

Guru: Pelita dalam Kegelapan

Sosok seorang guru selalu jadikan suri teladan yang pantas digugu dan ditiru. Mereka
dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, pelita dalam kegelapan, agen perubahan dan
beribu sebutan lainnya. Sebutan tersebut menunjukkan bahwa guru menjadi sosok yang
sangat penting bagi suatu bangsa atau Negara. Sebagai pelaku perubahan, guru mengubah
siswa menjadi lebih baik, lebih pandai, lebih memiliki keterampilan yang berdaya guna bagi
pengembangan profesi mereka dalam masyarakat. 4 Masa depan suatu bangsa ada dalam
gegaman mereka. Pena yang mereka pegang menjadi senjata yang dapat membawa suatu
bangsa menuju kemerdekaan. Oleh karena itu, tidak mengherankan ketika kita bertannya
mengenai cita-cita kepada anak-anak, hampir sebagian besar dari mereka memilih untuk
menjadi seorang guru. Meskipun, dalam perjalannan selanjutnya hanya sebagian kecil saja
dari mereka yang benar-benar menjadi guru.

Berhadapan dengan pandemi Covid-19, peranan seorang guru pun semakin diuji.
Pembelajaran jarak jauh dengan sistem online menuntut tenaga ekstra dari guru. Mereka pun
harus berhadapan dengan situasi yang sama sekali baru. Kreativitas dan inovasi dalam
menyampaikan materi-materi pembelajaran menjadi suatu yang urgen bagi seorang guru.
Tentunya, agar proses pembelajaran mendapat kesan menarik, tidak membosankan dan
sekaligus berdaya guna bagi siswa. Seorang guru dipanggil untuk membebaskan peserta
didiknya bukan hanya dari ketidaktahuan melainkkan juga membebaskan peserta didiknya
dari ketergantungan kepada sang guru…5 Oleh karena itu, dengan adanya pembelajaran
online peluang bagi seorang guru untuk memberikan kepercayaan dan tanggung jawab
kepada siswa semakin besar. Kiranya hal tersebut mampu mengurangi rasa ketergantungan
siswa kepada gurunya. Guru yang baik membuat siswa siap terjun secara aktif dalam
masyarakat sehingga mampu membangun dan menciptakan tatanan sosial masyarakat yang

3
Bdk. Elena G. Popkova · Yulia V. Ragulina Aleksei V. Bogoviz (Ed), Industry 4.0: Industrial Revolutio n of
the 21st Century, (Poland: Polish Academy of Sciences, 2019), 98.
4
Doni Koesoema, “Guru: Agen of Change”, Basis, edisi Juli-Agustus 2008, 30-31.
5
Anita Lie, “GURU: Perjalanan dan Panggilan”, Basis, Edisi Juli-Agustus 2008, 28.

3
lebih baik dari yang sekarang ini mereka alami. 6 Sekarang adalah saat yang tepat untuk
merealisasikannya.

Akhir Kata

Pandemi Covid-19 telah memberikan banyak perubahan dalam kehidupan manusia.


Berbagai macam kebiasaan dalam hidup manusia yang telah dipertahankan sejak dahulu
berubah secara drastis dalam kurun waktu yang singkat. Dalam keadaan tersebut, manusia
pun terus menerus diintai oleh virus yang dapat mengakibatkan kematian. Lingkungan dan
orang-orang sekitar dicurigai karena tidak lagi memberikan kenyamanan. Satu-satunya
tempat yang mungkin masih memberikan perlindungan dan kenyamanan adalah rumah. Oleh
karena itu, segala pekerjaan pun dianjurkan untuk dilakukan dari (di) rumah saja, tidak
terkecuali kegiatan belajar mengajar. Di tengah situasi di atas, pembelajaran berbasis online
menjadi jembatan yang cukup efektif guna menghubungkan guru dengan siswa. Dengan
demikian, sistem pendidikan kita pun dipacu untuk lebih terbuka dan bergerak dinamis
dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang hampir mengisi setiap ruang kosong
bidang kehidupan manusia.

Dalam hal ini, peran guru masih sangat diperhitungkan terutama dalam mendampingi
dan mengawasi agar proses tersebut dapat berjalan dengan baik. Yang menarik dari
pembelajaran online adalah baik guru maupun siswa sama-sama ditantang untuk terus belajar
dan menciptakan inovasi yang dapat mendukung perkembangan pembelajaran. Setidaknya
kenyataan di atas senada dengan pendapat Lyn Haas. Lyn Haas menegaskan bahwa
pendidikan itu harus bersifat demokratis, yakni; pendidikan untuk semua. 7 Semoga setelah
pandemi Covid-19 berlalu, sistem pendidikan berbasis online terus dikembangkan dan
dimanfaatkan guna menciptakan dunia pendidikan yang mampu meningkatkan kualitas
peserta didik sekaligus pendidiknya.

Daftar Pustaka
Clark, R. C. dan Mayer, R. E. (2011). E-learning and the Science of Instruction. San
Francisco: Pfeiffer.

6
Doni Koesoema, “GURU: Agent of Change”, 31.
7
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Kencana, 2004), 19.

4
G. Elena, Popkova., Aleksei, V. Y., dan Bogoviz, R. (eds), Industry 4.0: Industrial
Revolution of the 21st Century, Polish Academy of Sciences, Poland, 2019.

Hartono dan Wiwin. (2016). Penggunaan E-Learning sebagai Media Pembelajaran. Jurnal
UNEJ, 1 (1): 3.

Koesoema, Doni. (2008, Juli-Agustus). GURU: Agent of Change. Basis.

Lie, Anata. (2008, Juli-Agustus). GURU: Perjalanan dan Panggilan. Basis.

Popkova, E. G, (2019). Bdk. Elena G. • Yulia V. Ragulina Aleksei V. Bogoviz (Ed), Industry
4.0: Industrial Revolution of the 21st Century, (Poland: Polish Academy of Sciences,), 98.

Rosyada, Dede. (2004). Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai