Anda di halaman 1dari 2

Jemaat Korintus adalah jemaat yang jemaat yang besar, mereka adalah jemaat yang memiliki

aktivitas rohani yang baik. Mereka suka berkumpul bersama-sama di rumah salah satu jemaat
untuk memecah-mecahkan roti dan berdoa. Akan tetapi Paulus justru berkata ‘’Aku tidak dapat
memuji kamu. Rupanya Paulus berkata demikian karena Pertemuan-pertemuan yang dilakukan
tidak mendatangkan kebaikan, tetapi mendatangkan keburukan. Paulus mendengar ada
perpecahan diantara mereka ketika berkumpul melakukan perjamuan bersama.

Situasi sosial-ekonomis jemaat Korentus memungkinkan perbedaan mencolok di antara mereka.


Banyak dari antara jemaat dikorentus berasal dari kelas pekerja dan kelompok miskin menjadi
bagian utama dalam jemaat. Namun, ada pula yang berasal dari golongan atas dalam masyarakat.
Perpecahan dan perbedaan dalam tubuh jemaat ini napak jelas ketika mereka melakukan
perjamuan bersama. Dalam perjamuan saat itu masing-masing orang membawa makanananya
sendiri. Idealnya makanan tersebut dikumpulkan dan dinikmati bersama sebagai wujud
perjamuan kasih untuk mengenang kembali perjamuan Tuhan. Tetapi hal itu tidak terjadi. Sebab
dalam perjamuan itu masing-masing memakan dahulu makannya sendiri sehingga seorang lapar
dan yang lain mabuk. Mereka yang meskin tidak ada apa-apa untuk di santap sehingga mereka
lapar. Sedangkan saudara yang kaya makan berkecukupan bahkan sampai mabuk. Paulus
memandang situasi ini sebagai penghinaan terhadap mereka yang miskin. Dia tidak dapat
menerimanya.

Kemudian dalam bacaan injil kita mendengr kisah yang sangat menarik tentang
Seorang perwira Romawi sangat mengasihi orang Yahudi. kasihnya ditunjukan 4-5 dan Perwira
ini juga sangat mengasihi hambanya. Ketika hambanya sakit, melalui tua- tua Yahudi, ia
meminta agar Yesus datang untuk menyembuhkan. Ketika Yesus sudah mendekat, perwira itu
malah meminta sahabatnya menghalangi-Nya. Namun, alasan dari tindakan ini sangat
mengharukan. la melakukan itu karena merasa tidak layak menerima dan menjamu Yesus.
Mungkin, perwira itu merasa sangat berdosa sehingga tidak pantas menerima tamu semulia
Yesus. Yesus mengagumi iman perwira ini. Setelah orang-orang suruhan itu kembali ke rumah,
mukjizat pun terjadi. Mereka mendapati bahwa hamba sang perwira telah sehat.

Kisah ini mengajarkan kita tentang cara bersikap terhadap sesama. Walau status sosial perwira
itu hebat, namun ia tidak angkuh. Pertama, ia tetap mengasihi hambanya; kasihnya tidak
dibangun berdasarkan status sosial dan ekonomi. Kedua, walaupun berjabatan perwira, ia tetap
sadar diri di hadapan Yesus.

Ekaristi sebagai perjamuan tubuh dan darah Kristus merupakan sumber dan puncak hidup orang
Kristiani. Di dalamnya dirayakan kurban Kristus. Kurban yang menyelamatkan itu, dikenangkan
dan dihidupkan kembali dalam persekutuan dan cinta Yesus. Dalam Tubuh dan Darah Kristus
yang satu dan sama, kita dipersatukan dalam persekutuan cinta. Karena ekaristi adalah cerita
cinta Allah, maka ekaristi menampakkan setiap orang di dalamnya untuk hidup dalam
persekutuan cinta, berbagi kehidupan dan menceritakan cinta Allah yang nyata dalam hidup
sehari-hari.
Misteri kudus ini hanya dapat dipahami dengan iman dan keterbukaan pada karya Allah dalam
diri kita. Yesus merupakan Tuhan yang menyembuhkan, menghidupkan dan meneguhkan
persekutuan cinta. Karena itu, kita perlu bersikap rendah hati, berserah diri dan percaya akan
misteri keilahian Kristus yang menyembuhkan dan menyelamatkan itu. “Tuhan saya tidak pantas
Tuhan datang pada saya tetapi bersabdalah saja maka saya akan sembuh.” Kalimat yang sering
diucapkan sebelum kita menyambut Tubuh dan Darah Kristus dalam setiap perayaan Ekaristi,
menyadarkan kita akan misteri keilahian Yesus dan penyerahan diri kepada-Nya.

Sikap rendah hati adalah langkah yang tepat untuk melawan sikap arogan. Suatu sikap di mana
seseorang tidak pernah merasa lebih baik dari orang lain. Perwira itu menghormati Yesus dan
mengasihi sesamanya dengan tulus.

Anda mungkin juga menyukai