Anda di halaman 1dari 3

Inovasi Gerak PMII Menuju Jakarta

Multidimensi
Tepatnya beberapa bulan lalu, pada tanggal17 April, PMII telah berusia 61 tahun. Sebuah usia yang
tidak muda lagi. Sekalipun bukan merupakan organisasi mahasiswa Islam tertua di Indonesia, tetapi
PMII telah menjelma menjadi organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia dengan memiliki kurang
lebih 230 Cabang (tingkat kabupaten/ kota) dan 25 Koordinator Cabang (tingkat provinsi) yang
tersebar di seluruh Indonesia. Bahkan saat ini PMII telah memiliki cabang di luar negeri.

Selain di usianya yang ke-62 tahun ini, tentunya bukan usia yang muda lagi. PMII telah mencetak
berbagai kader yang telah membersamai pembangunan bangsa, diantaranya di ruang-ruang publik.
Ini semua terjadi tak lepas dari berbagai macam gesekan dari setiap perjalanan untuk menuju
kemajuan. Merefleksikan PMII Dalam Kemajuan tentu banyaknya tantangan yang perlu kita hadapi
bersama, menjadikan PMII ikut andil dalam menghadapi probamatika saat ini. Dengan mengangkat
tema "Inovasi Gerak PMII Menuju Jakarta Multidimensi" Sebagai organisasi yang besar harus
bergerak maju, PMII dengan haluan Ahlu Sunnah Waljamaah ( Aswaja ) sebagai manhaj kita
bersama, juga terus mengoptimalkan moderasi nya, dimana pada saat ini, kader PMII juga terdepan
dalam menjaga bagian penting untuk bangsa ini.

Sumber daya manusia (Sdm) pada saat ini sudah bisa dikatakan sangat melimpah. Sangat
disayangkan juga apabila melimpah nya kader namun ya sudah cukup begitu saja tanpa adanya
pemanfaatan yang optimilal agar mencetak kaderisasi unggulan. Pada situasi sekarang ini juga
sangat diharuskan untuk lebih melek dalam digilitasi juga harus mulai menjadi narasi sekaligus
eksekusi pada detik ini bukan keesokan hari, dalam mereformulasi konsep kaderisasi untuk
melahirkan kader PMII yang matang juga cakap dalam menghadapi era Metaverse. Tetapi dengan
catatan penting, bahwa trobosan besar PMII yang akan digaungkan dengan titik fokus prodak atau
produktivitas kader harus difikirkan secara matang dengan tetap melaksanakan budaya dan nilai-
nilai tradisi, baik tradisi keagamaan dan kebangsaan karena sebenarnya Ruh suatu bangsa terletak
pada suatu tradisi dan budaya yang ada, sebagai citra diri masyarakat dan PMII harus menjadi
inisiator pembaharuan dengan tanpa meninggalkan nilai-nilai yang sejak lama kita rasakan juga kita
amalkan.

Sahabat-sahabat PMII, sejak sekarang kita mesti melakukan adaptasi guna menghadapi jenis
perubahan tantangan pada masa yang akan datang. Kita saat ini sebenarnya telah memahami bahwa
kita sedang diperhadapkan dengan banyak tantang perubahan. Saya melihat masih banyak sahabat-
sahabat yang masih terdiam dengan sikap pragmatisnya (tidak mau menghadapi tantangan),
sehingga sekarang ini begitu banyak dari sahabat-sahabat yang masih sangat tertinggal dari
tantangan situasi zaman.

Tentu ini akan menjadi kesimpulan buruk bagi generasi mendatang jika seandainya kita semua
sahabat-sahabat PMII tidak mampu beradaptasi dengan kondisi yang berubah-ubah. Peristiwa yang
dialami perusahaan Nokia menjadi sebuah gambaran bagi PMII di masa mendatang apabila tidak
melakukan percepatan adaptasi dengan situasi lingkungan. Seperti Nokia digantikan dengan
Microsoft, begitu halnya dengan PMII yang bisa kemungkinan tidak memiliki daya tarik bagi
mahasiswa baru karena ketertinggalan kader-kadernya. Oleh sebab itu, melakukan adaptasi harus
terus dilakukan ketika situasi selalu berubah.

Ketertinggalan-ketertinggalan anggota atau kader nantinya akan menjadi citra buruk, yang imbasnya
kepada organisasi (PMII), maka mulai sekarang kita tidak hanya dituntut menyesuaikan diri dengan
perubahan, tetapi bagaimana kita dapat memunculkan perubahan yang baru agar PMII menjadi
motor bagi perkembangan yang khususnya di ibu kota DKI Jakartad dan terlebih bagi Negeri ini.

Sangat disayangkan seharusnya sudah masuk pada masa normalisasi dari COVID-19, kader-kader
PMII yang sudah memulai kesibukkanya dengan diskusi-diskusi yang menjadi kegiatan penting bagi
seorang aktivis, agar kedepan mampu beradaptasi dengan situasi yang ada. Saya memperhatikan
bahwa kondisi kader PMII pada saat masa pandemic COVID-19 seakan tak mengetahui lagi arah
geraknya, kesibukan yang dilakukan lebih mengarah kepada hal-hal yang tidak bermanfaat bukan
memanfaatkan lining sektor yang ada.

Namun yang menjadi persoalan adalah mampu-kah kita menghadapi tantangan kedepan, dimana
digitalisasi atau metavers akan lebih tinggi level-nya? Tantangan selama masa pandemic seperti yang
saya ceritakan sebelumnya merupakan gambaran bahwa kita kader-kader PMII tidak mampu
menghadapi tantangan tersebut yang levelnya masih rendah jauh dibanding tantangan pada masa
yang akan datang.

Untuk menghadapi tantangan besar pada masa yang akan datang, tentu mulai sekarang kita harus
banyak belajar dan melakukan workshop pemanfaatan teknologi digital yang kian hari kapasitasnya
semakin naik, dan bisa juga kita melakukan suatu terobosan dengan berkolaborasi kepada instansi
pemerintahan maupun lembaga – lembaga swasta. Tentu dengan melakukan hal-hal tersebut,
kedepan sahabat-sahabat PMII akan menjadikan suatu inovasi baru terhadap percepatan digitalisasi
dan lain hal sebagainya.

Pada era globalisasi dan digitalisasi yang semakin kompetitif, kader-kader PMII dituntut untuk terus
berinovasi sehingga dapat mampu mengimbangi antara pencapaian kemajuan teknologi yang sangat
pesat,ekonomi dan penyelesaian masalah sosial. Kaum muda yang dikenal dengan istilah generasi
milenial itu harus mampu memanfaatkan dan mengoperasikan potensi yang dimiliki oleh karena nya
perubahan zaman menjadi suatu hal yang sangat strategis untuk kita lakukan dan kita nyatakan
dengan menginspirasikan perkembangan yang sudah memadai atau sudah cukup untuk kita gunakan
semaksimal mungkin. Aspek modernisasi sosial budaya dapat kita lihat dan kita rasakan yang sering
terjadi di sekitar kita misalnya : Status sosial, urbanisasi, dan penggunaan alat komunikasi massa.

Modernisasi membuat masyarakat yang beragam menjadi seragam atau dengan nilai-nilai dan
norma-norma setara. Perlahan namun pasti dengan adanya modernisasi ini akan banyak perubahan
secara signifikan maka dari itu rawatlah budaya lokal dengan baik dan benar agar tidak mudah
tergerus dengan mudah ditengah kencangnya arus globalisasi ini. Jangan sampai adanya modernisasi
menjadi suatu hambatan untuk kita merubah ke arah yang lebih baik dengan cara mengembangkan
budaya lokal dengan memanfaatkan teknologi yang sudah maju, dengan itu kita menyelaraskan
modernisasi yang kita rasakan besar kemungkinan juga dapat lebih dikenal oleh mancanegara.

Dalam dunia pendidikan misalnya kader-kader PMII seharusnya berperan untuk dimasa sudah
normal, yang mana kita harus mensinkronkan kondisi yang dihadapi misalnya pada sistem
pembelajaran di sekolah yang mana biasanya dilakukan diruang-ruang kelas dengan tatap muka atau
secara langsung sekarang dapat dialihkan ke ruang yang sudah disediakan dan dapat di askses di
internet dengan mudah yang mana dapat dilakukan dimana saja, juga biasanya banyak kita jumpai
contohnya : Google Meet, Zoom Meeting, Google Classroom dan lain-lainya.

Dalam aspek beragama seharusnya kader-kader PMII memberikan kontribusi karena diperlukan
demi menyesuaikan dengan perkembangan zaman sebab beragama itu berbaur dengan budaya,
maka apa yang terjadi pada saat ini adalah bagian dari perkembangan zaman. Agama bukan hanya
cuma dijadikan sebagai keyakinan semata, melainkan bagaimana harus menjawab serta memberikan
kontribusinya tentang problematika yang terjadi dalam kehidupan, jadi konsep kita beragama tidak
sesempit itu kira-kira

Terakhir, pada tantangannya PMII harus memiliki kecakapan dalam melakukan kompilasi atas segala
uraian diatas dengan setiap perkembangan era juga diharuskan mampu menguasai ruang-ruang
digilital secara cepat dan tepat. Demikian bisa dicapai lewat upaya soft skill di tiap tatanan
terstruktur dengan rool model yang terukur dan pendampingan kontinu. Hal tersebut dalam rangka
memastikan berkesinambungan maksud dalam penyikapan atas update segala hal. Selebihnya,
semuanya harus kita upayakan lewat kesadaran diri kita sendiri dan ruas-ruas terkecil dimana kita
ada, sempat, dan harus ditempatkan.

Meminjam perkataan Presiden RI ke-3 B. J. Habibie. "Pergerakan seharusnya tidak gerak ditempat,
bukan hanya mengikuti zaman, tapi juga bisa melompati zaman." Dengan demikian pengelolaan
dengan baik dari berbagai macam kompetensi yang kiranya sudah cukup mampu untuk bersaing di
banyak sektor.

Sejatinya PMII ada karena pergerakan, maka mari kita menghadirkan perubahan baru bukan
menghadapi perubahan yang dibuat oleh orang lain. Salam Pergerakan.

Anda mungkin juga menyukai