Dasar Pemikiran
Culture shock atau gegar budaya adalah suatu respon yang mendalam dan
negatif dari depresi, frustasi, disorientasi yang dialami oleh para individu yang
hidup dalam suatu lingkungan budaya baru.2 Penyebabnya adalah karena
seseorang pergi ke suatu tempat yang baru dan menetap dalam jangka waktu
tertentu dan menghadapi budaya yang baru dan asing untuknya. Selain itu,
1
Kemendikbud RI, “Profil Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”, dalam Alamat
https://pddikti.kemdikbud.go.id/data_pt/NEEwMTc4NTgtMDU5RS00NkY1LUI3QzEtMzY5NjU
wMURGQTA0. (2020)
2
Marshellena Devinta, dkk, “Fenomena Culture Shock (Gegar Budaya) pada Mahasiswa
Perantauan di Yogyakarta”, dalam Alamat
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/societas/article/viewFile/3946/3612#:~:text=Culture
%20shock%20(gegar%20budaya)%20pertama,dikutip%20dari%20Dayakisni%2C%202012%3A
%20265. (2015)
penyebab culture shock juga dapat disebabkan oleh hilangnya tanda dan
lambang hubungan yang familiar dalam interaksi sosial individu tersebut,
seperti petunjuk-petunjuk dalam kata-kata, isyarat-isyarat, ekspresi wajah,
kebiasaan-kebiasaan, atau norma-norma yang individu tersebut dapat semenjak
dari lahir.3
Culture shock atau gegar budaya ini harus segera diatasi agar tidak
menimbulkan suatu masalah baru, yaitu keterasingan. Keterasingan atau
alienasi adalah suatu keadaan dimana seseorang merasa asing dari dirinya
sendiri dan berpaling dari sekitarnya sehingga mendorong orang itu untuk
memiliki sikap bermusuhan terhadap orang lain atau masyarakat.4 Sikap
keterasingan ini adalah gangguan mental yang mana seseorang kehilangan
control atas dirinya sendiri hingga berpotensi untuk menimbulkan efek
destruktif bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
3
Umaimah An-Nazihah, dkk, “Pengaruh Gegar Budaya (Culture Shock) terhadap Adversity
Quotient pada Mahasiswa Universitas Teknologi Sumbawa”, Jurnal Psimawa Vol. 3 No. 1 Juni
2020, hlm. 6
4
David Matsumoto, The Cambridge Dictionary of Psychology, (Cambridge:Cambridge University
Press, 2009), hlm. 28
B. Tema Program
Untuk menyikapi culture shock yang terjadi pada mahasiswa perantauan ini,
maka kami membentuk beberapa program yang dapat memfasilitasi mereka
agar culture shock tersebut tidak menjadi rasa keterasingan dan dalam
menjalankan program-program ini, kami bersinergi dengan Himpunan
Mahasiswa Program Studi (HMPS), program tersebut adalah:
1. Publikasi Imformasi
Bulletin adalah suatu media publikasi yang bertujuan untuk mengangkat
tema tertentu, dalam hal ini, kami akan membuat suatu bulletin yang
memuat informasi kehidupan mahasiswa di sekitar UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, seperti perkiraan biaya hidup yang diperlukan, rekomendasi tempat
makan yang murah, rekomendasi tempat belajar yang nyaman, informasi
mengenai fasilitas yang ada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
rekomendasi indekos yang murah, kebudayaan/kebiasaan daerah sekitar
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, istilah-istilah yang sering digunakan
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dsb.
Adapun tujuan dari dibentuknya bulletin ini adalah untuk memberikan
informasi kepada seluruh mahasiswa yang ada di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta terutama mahasiswa baru yang berasal dari tanah rantau agar mereka
tidak “Buta” dengan kehidupan kampus dan sekitarnya.
2. Sharing Experience
Program ini berbentuk seperti acara curhat yang pesertanya adalah
mahasiswa baru dan difasilitasi oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi
(HMPS) dengan narasumbernya adalah mahasiswa-mahasiswa yang berasal
dari perantauan dan sudah mengenyam pendidikan cukup lama di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan dari program ini adalah dapat membuat
mahasiswa baru baik yang dari perantauan atau tidak memperoleh gambaran
tentang kehidupan kampus secara langsung dan nyata terjadi di lapangan
dan berasal dari sumber-sumber terpercaya seperti mahasiswa-mahasiswa
yang berasal dari perantauan juga. Selain itu, sharing experience ini
bertujuan untuk saling bertukar pikiran tentang kehidupan selama menjadi
mahasiswa perantauan.
Himpunan Mahasiswa Program Studi
Pemilihan ketua HMPS melewati ajang kontestasi yang diadakan oleh UIN
dengan secara sehat, tanpa adanya kekacauan juga dapat dilakukan sistem
musyawarah. Fleksibelitas yang dimiliki HMPS BPI menjadikan siapapun dapat
menjadi ketua dan wakil ketua atas kepercayaan mahasiswa/i aktif jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Visi :
Produktif disini ialah segala sesuatu yang di upayakan dapat berkembang sehingga
berkonsep pada hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan besok harus lebih baik
dari hari ini. Dan Edukatif yang dikutip dari (abi bakrin : 2015) bahwasannya ialah
suatu kondisi yang memberikan pengetahuan, pemahaman dan pengajaran, yang
diiringi oleh Inovatif dimana bisa kita maknai dengan lahirnya gagasan pembaharu
guna menunjang Visi Prodi BPI.
Misi:
Perbedaan latar belakang setiap budaya setiap budaya yang dianut oleh
masing-masing mahasiswa asing mengakibatkan terjadinya kesulitan saat
melakukan penyesuaian diri. Mereka dituntut untuk mampu beradaptasi
terhadap budaya, gaya hidup, makanan, metode pembelajaran, lingkungan fisik,
bahasa, simbol, peran sosial serta norma yang ada di lingkungan yang baru.
Henry, Rochayati dan Isbandi (2011) mengatakan bahwa perbedaan latar
belakang budaya menyebabkan terjadinya kecemasan atau ketidakpastian
dalam proses penyesuaian dan interaksi dengan orang-orang.5
5
Nadia Rahmah.Akulturasi Pada Mahasiswa Asing di UIN Suska Riau, Skripsi, (Riau, Indonesia :
UIN Sultan Syarif Kasim, 2015), hlm.2
ada di lingkungan baru diketahui dapat mempengaruhi psikologis dan fisik
individu (Parillo, 2008; Septiana Sihitie, 2012).6
6
Inar Nalarati, Gambaran Culture Shock pada Mahasiswa Asing Asal Malaysia, Thailand, dan
Vietnam UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Skripsi, (Riau, Indonesia, UIN Sultan Syarif Kasim : 2014).
Hlm. 5-6
77
Ummu Kalthum Binti Abdul Hadi, Peranan Mutual Support Group Dalam Mengatasi Culture
Shock Pada Mahasiswa Asing di UIN Raden Fatah, Palembang, Skripsi, (Palembang, UIN Raden
Fatah : 2018). Hlm. 5
8
Istiqomah Wibowo, dkk.Psikologi Komunitas (Univeritas Indinonesia , LPSP3 : 2017), hlm. 9
membantu memahami individu dalam komunitas. Pemahaman ini kemudian
dilanjutkan dengan melakukan adaptasi metode penelitian dan pertanyaan yang
tepat dalam budaya tertentu.9 Menghargai keberagaman sangat penting karena
menyatukan anggota menjadi sebuah komunitas tanpa membeda-dedakan satu
sama lain yang mengakibatkan perpecahan dan runtuhnya komunitas,
9
Istiqomah Wibowo, dkk.Ibid.
10
Istiqomah Wibowo, dkk.Ibid.hlm 10
B. Rancangan Program
2. Sharing Experience
Keterangan Kegiatan berbagi cerita pengalaman culture shock
program ataupun curhat khusus mahasiswa rantau di jurusan BPI
yang akan dipandu oleh mahasiswa tingkat atas yang
merupakan mahasiswa rantau yang berasal dari daerah
yang sama. Dalam kegiatan ini akan dibentuk kelompok
khusus mahasiswa yang merantau dan akan dipandu
dengan kakak pembimbing yang merupakan mahasiswa
BPI semester 3-keatas yang juga seorang mahasiswa
rantau.
Tujuan Program Meningkatkan sense of community.
Mengurangi rasa culture shock bagi mahasiswa
rantau.
Agar para mahasiswa rantau mendapatkan
gambaran terhadap perbedaan budaya/kebiasaan
yang ada di tempat perantauan.
Mempermudah mahasiswa rantau dalam
beradaptasi dan menjalin relasi di tempat baru.
Waktu Dilaksanakan di awal tahun ajaran baru, dilaksanakan
pelaksanaan secara rutin selama 2 bulan dengan 4 kali pertemuan
Tempat Di sekitar kampus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Melalui pertemuan online (Zoom Meeting, Google
Meet, dll.)
Durasi 90 menit (tentative)
Format Pertemuan ke-1 : perkenalan, bonding,
memberikan informasi terkait kebutuhan seperti
mencari tempat tinggal, tempat makan dengan
harga terjangkau, dan informasi-informasi
kebutuhan lainnya.
Pertemuan ke-2 : berbagi pengalaman culture
shock dan kesulitan/kekhawatiran yang dialami
selama merantau, berbagi solusi untuk mengatasi
kesulitan tersebut.
Pertemuan ke-3 dan 4: berbagi terkait
perkembangan atas kekhawatiran yang dirasakan
mahasiswa ketika merantau, saling bercerita
terkait perkembangan dalam beradaptasi dengan
daerah baru.
Person in charge Kakak pembimbing: Mahasiswa BPI semester 3-keatas
yang merupakan mahasiswa rantau.
“Profil Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”. ((2020)). Retrieved from
Kemendikbud RI,:
https://pddikti.kemdikbud.go.id/data_pt/NEEwMTc4NTgtMDU5RS00NkY1LUI3Q
zEtMzY5NjUwMURGQTA0.
An-Nazihah, U., & dkk. (2020). “Pengaruh Gegar Budaya (Culture Shock) terhadap
Adversity Quotient pada Mahasiswa Universitas Teknologi Sumbawa. Jurnal
Psimawa Vol. 3 No. 1 Juni, hlm. 6.
Nalarati, I. (2014). Gambaran Culture Shock pada Mahasiswa Asing Asal Malaysia,
Thailand, dan Vietnam UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Skripsi UIN Sultan Syarif
Kasim, hlm. 5-6.
Devinta, M., Hidayah, N., & Hendratomo, G. (2015). Fenomena Culture Shock (Gegar
Budaya) pada Mahasiswa Perantauan di Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Sosiologi,
hlm. 3.
Kalthum Binti Abdul Hadi, , U. (2018). Peranan Mutual Support Group Dalam Mengatasi
Culture Shock Pada Mahasiswa Asing di UIN Raden Fatah, Palembang. Skripsi,
(Palembang, UIN Raden Fatah, hlm. 5.
Rahmah, N. (2015). Akulturasi Pada Mahasiswa Asing di UIN Suska Riau. Skripsi UIN
Sultan Syarif Kasim, hlm.2.
Wibowo, I., & dkk. (2017). Psikologi Komunitas. Depok: Univeritas Indinonesia , LPSP3.