Chicoharza09@gmail.com
085813853639
Abstrak
Pendahuluan
Kualitas insan cita menjadi acuan bagi kader HMI untuk mewujudkan tujuan HMI
yaitu terbinanya insan akademis pencipta pengabdi yang bernafaskan islam dan
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah
SWT. Di era modern saat ini kader HMI mendapatkan tantangan baru dalam
mencapai tujuannya yaitu mengikuti perkembangan zaman,dimana kader HMI
harus menyesuaikan kondisi saat ini yang mana serba digital.
METODE
Jenis Penelitian
Subyek penelitian ini adalah Kader HMI dan mahasiswa di Universitas Islam
Jakarta
Observasi ini sesuai apa yang terjadi di lapangan dengan kondisi yang
sesuai. Teknik observasi yang dilakukan ini sebagai penunjang atau
melengkapi terhadap pengumpulan data wawancara. Dengan teknik
observasi ini, dapat memperoleh data yang tidak terjangkau oleh teknik
wawancara,sehingga data yang di peroleh betul-betul dapat melengkapi
informasi yang diperlukan dalam penelitian.
Insan cita merupakan sosok ideal seorang kader HMI, entah kader tersebut
seorang anggota biasa merangkap pengurus dalam organ HMI ataupun sekedar
anggota biasa bukan pengurus. Oleh karena itu, sebagai organisasi kader, fokus
utama kegiatan dalam HMI bukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya seremonial,
melainkan kegiatan-kegiatan yang bertujuan menumbuhkan kesadaran untuk
aktif membelajarkan diri sendiri, berkreasi, melakukan kegiatan- kegiatan sosial,
menjadi teladan karakter serta memiliki visi ke depan tentang masyarakat ideal
yang ingin diwujudkan.
Di era revolusi industri 4.0 yang tengah mengarah ke revolusi industri 5.0
dewasa ini, pemaknaan tentang kualitas insan cita pun mengalami perubahan dan
penyesuaian. Kualitas akademis bukan lagi hanya dinilai berdasarkan indikator
gelar akademik (sarjana, magister, doktor) saja, namun lebih pada karya yang
mampu diwujudkan sebagai bukti yang nyata. Misalnya karya ilmiah berupa
buku, artikel jurnal, opini solutif, dan sebagainya. Begitu juga dengan kualitas cita
lainnya.
Dalam tafsir tujuan HMI disebutkan bahwa indikator lima kualitas insan cita
adalah sebagai berikut:
Kader HMI tidak hanya dituntut untuk memiliki wawasan yang luas dan
terampil, namun juga berdaya cipta atau kreatif dan inovatif. Pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki dituntut untuk diberdayakan dalam rangka
mengungkap hal baru, meningkatkan dan mengembangkan yang sudah ada agar
menjadi semakin optimal. Dengan kata lain, kader HMI dituntut untuk selalu
terlibat aktif dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
gagasan solutif guna kemaslahatan umat dan bangsa.
Pertanyaanya adalah: 1) Apa yang anda ketahui tentang problematika yang tengah
dihadapi oleh umat dan bangsa sekarang? 2) Masyarakat adil makmur seperti apa
yang ingin anda wujudkan? dan 3) apa ikhtiar yang telah anda lakukan untuk bisa
mewujudkan masyarakat adil makmur versi anda tersebut?
HMI hanyalah salah satu dari banyaknya organisasi yang bergerak untuk
memberdayakan masyarakat, membantu masyarakat dan memastikan kebaikan
masyarakat. Bahkan, tidak sedikit kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakat hari ini
hanya dimotori oleh satu orang, sebut saja influencer yang memiliki kepedulian
dan rasa tanggungjawab terhadap situasi dan kondisi masyarakat. Pengetahuan
yang jelas tentang situasi dan kondisi yang tengah dihadapi masyarakat dewasa ini
penting sebagai langkah awal untuk merumuskan solusi dan aksi nyata yang
berorientasi pada terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Swt.
HMI adalah organisasi yang lahir sebagai anak kandung umat dan bangsa
Indonesia, tepatnya pada 5 Februari 1947 bertepatan dengan 14 Rabiul Awwal
1366 H, sejarah telah mencatat itu. Sejak kelahirannya, komitmen keislaman dan
keindonesian layaknya dua sisi pada satu keping koin mata uang yang tak
terpisahkan, di dalam tubuh organisasi himpunan ini. Perubahan boleh terjadi, di
sisi lain HMI harus terus tumbuh dan berkembang dalam semangat keislaman.
Jika HMI sebagai tubuh maka jiwanya adalah Islam yang hidup dengan karunia
bangsa yang besar. Oleh karena itu konsistensi sikap HMI akan terus digugat baik
di eksternal maupun internal dalam mengawal gerak perubahan bersama
kepentingan umat dan bangsa. Sebab kehadiran dan keberlangsungan organisasi
ini tergantung pada upaya menjawab tantangan zaman.
Misi dan tujuan HMI secara tersirat dari latar belakang berdirinya HMI dan secara
tersurat terformulasikan dalam rumusan pertama tujuan HMI. Adapun rumusan
tujuan HMI yang pertama adalah, pertama, mempertahankan NKRI dan
mempertinggi derajat rakyat Indonesia dan kedua, menegakkan dan
mengembangkan ajaran Islam.
Dalam ide rumusan tujuan tersebut, maka HMI pada hakikatnya HMI bukanlah
organisasi massa dalam artian kuantitatif, sebaliknya HMI secara kualitatif
merupakan lembaga pengabdian dan pengembangan idea, bakat dan potensi yang
mendidik, memimpin dan membimbing anggota-anggotanya untuk mencapai
tujuan organisasi dengan cara-cara perjuangan yang benar dan efektif. Dari dua
ide tersebut lahirlah rumusan tafsir tujuan HMI yaitu "Terbinanya insan
akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab
atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah Subhanahu
Wa Ta’ala".
Ada beberapa faktisitas yang kita tidak bisa hindari, misalnya, other/oranglain,
death/maut, place/tempat, time/waktu, dan environment/waktu.
Era digital telah membawa berbagai perubahan yang baik sebagai dampak
positif yang bisa gunakan sebaik-baiknya. Namun dalam waktu yang bersamaan,
era digital juga membawa banyak dampak negatif, sehingga menjadi tantangan
baru dalam kehidupan manusia di era digital ini. Tantangan pada era digital telah
pula masuk ke dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan, keamanan, dan teknologi informasi itu sendiri.
Era digital bukan persoalan siap atau tidak dan bukan pula suatu opsi
namun sudah merupakan suatu konsekuensi. Teknologi akan terus bergerak ibarat
arus laut yang terus berjalan ditengah-tengah kehidupan manusia. Maka tidak ada
pilihan lain selain menguasai dan mengendalikan teknologi dengan baik dan benar
agar memberi manfaat yang sebesar-besarnya.
Dalam bidang sosial budaya, era digital juga memiliki pengaruh positif
dan dampak negatif yang menjadikan tantangan untuk memperbaikinya.
Kemerosotan moral di kalangan masyarakat khususnya remaja dan pelajar
menjadi salah satu tantangan sosial budaya yang serius. Pola interaksi antar orang
berubah dengan kehadiran teknologi era digital seperti komputer terutama pada
masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas. Komputer yang disambungkan
dengan telpon telah membuka peluang bagi siapa saja untuk berhubungan dengan
dunia luar tanpa harus bersosial langsung.
Dalam bidang teknologi informasi sendiri, tantangan nyata pada era digital
semakin kompleks karena berbagai bidang kehidupan membawa pengaruh-
pengaruh yang bisa membuat perubahan di setiap sisi. Teknologi informasi
merupakan bidang pengelolaan teknologi dan mencakup berbagai bidang (tetapi
tidak terbatas) seperti proses, perangkat lunak komputer, sistem informasi,
perangkat keras komputer, bahasa program, dan data konstruksi. Setiap data,
informasi atau pengetahuan yang dirasakan dalam format visual apapun, melalui
setiap mekanisme distribusi multimedia, dianggap bagian dari teknologi
informasi. Teknologi informasi memfasilitasi bisnis dalam empat set layanan inti
untuk membantu menjalankan strategi bisnis: proses bisnis otomatisasi,
memberikan informasi, menghubungkan dengan pelanggan, dan alat-alat
produktivitas. Tantangan dalam bidang teknologi informasi sangat banyak seperti
memecahkan suatu masalah, membuka kreativitas, meningkatkan efektivitas dan
efisiensi dalam melakukan pekerjaan.
Saat ini, kita sudah memasuki era digital dimana teknologi sudah
menguasai berbagai sektor kehidupan manusia. Teknologi menjadi jawaban atas
seluruh persoalan yang melanda. Internet menjadi sebuah hal yang tidak bisa
dipisahkan dan informasi yang datang tiap detik bisa kita baca tanpa harus
menunggu keesokan harinya. Media massa sudah bergeser dari cetak menjadi
online dan bisa diakses kapanpun dan dimanapun. Manusia, mau atau tidak mau
harus siap dengan era digitalisasi ini agar tidak digilas oleh waktu.
Masa depan adalah sebuah misteri yang harus kita pecahkan. Setiap waktu
berjalan kita akan menemukan masalah demi masalah yang jawabannya tidak bisa
diselesaikan saat itu juga. Hal yang muncul begitu saja karena manusia
dihadapkan kepada sebuah realitas yang tak terhindarkan, yaitu, faktisitas.
Era digital adalah faktisitas, HMI harus bisa beradaptasi dengan keadaan
yang tak bisa dielakan. Sebagai organisasi besar yang membawa misi besar, HMI
harus mampu bertahan dengan kondisi saat ini, apalagi realita yang hadir
dihadapan manusia bahwa ia hidup dihantam oleh pandemi. HMI harus
memberikan jawaban agar terus hidup memberikan agar terus hidup dan
mewujudkan misinya sesuai dengan pasal 4 di dalam konstitusi.
HMI sudah tidak bisa lagi larut dalam romantisasi. HMI harus tanggap
terhadap perubahan zaman era digitalisasi. Tugas kita sebagai kader HMI untuk
membuat hidup organisasi adalah kontekstualisasi mission HMI, yaitu, bagaimana
menyesuaikan pola organisasi dengan kondisi saat ini. Mission HMI tidak hanya
kita gunakan sebagai ideologi tetapi diimplementasi kepada sebuah gerakan yang
bisa menjawab tiap-tiap persoalan, baik di tubuh HMI maupun problem sehari-
hari.
Masa depan adalah misteri dan siapapun tidak bisa memastikannya. Kita
harus berikhtiar mencoba memastikan agar mission HMI tetap membumi dan
masyarakat adil makmur yang diridhai Allah swt yang menjadi tujuan dasar bisa
terwujud.
KESIMPULAN
Misi dan tujuan HMI secara tersirat dari latar belakang berdirinya HMI
dan secara tersurat terformulasikan dalam rumusan pertama tujuan HMI. Adapun
rumusan tujuan HMI yang pertama adalah, pertama, mempertahankan NKRI dan
mempertinggi derajat rakyat Indonesia dan kedua, menegakkan dan
mengembangkan ajaran Islam dan lahirlah rumusan tafsir tujuan HMI yaitu
"Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan
bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang
diridhoi Allah Subhanahu Wa Ta’ala".
Maka dari itu, kader HMI harus memahami mission HMI tak hanya sebagai bahan
bacaan saja tetapi juga harus bisa mengaplikasikan di era digitalisasi.
Kontekstualisasi itu adalah hal wajib dilakukan agar HMI tetap hidup dan
membumi serta menjadi organisasi yang mengantarkan Indonesia menuju masa
depan yang lebih baik.
Transformasi Digital ini memang bak pisau bermata dua, disatu sisi memang
banyak sekali manfaat yang ditimbulkan seperti kemudahan akses informasi tapi
juga memiliki dampak negatif yang acap kali memberikan sesuatu yang tidak ada
manfaatnya untuk masyarakat, seperti adanya berita Hoax dan lain sebagainya.
Apalagi memang organisasi-organisasi yang ada memerlukan informasi yang
jelas, sehingga organisasi seperti HMI yang menjadi jembatan antara pemerintah
dan masyarakat dapat berjalan dengan semestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Purwono Dini Shanti, 2017. Peran dan tantangan pemuda di era generasi
milenial. Tersedia di https://serikatnewa.com/peran-dantantangan-
pemuda-di-era-generasi-milenial.
Survei Nasional CSIS, 2017. Centre for strategic and international studies.
Jakarta.