Anda di halaman 1dari 14

IMPLEMENTASI KUALITAS INSAN CITA DALAM

MEWUJUDKAN MASYARAKAT ADIL MAKMUR DI ERA


MODERN ( TEMA N )

Disusun sebagai syarat mengikuti intermediate training ( LKII )

Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Salatiga

Oleh : Chico Harza Nugroho

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM CABANG JAKARTA


TIMUR
KOMISARIAT FAI-FE UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA
2023
chicoharza09@gmail.com
IMPLEMENTASI KUALITAS INSAN CITA DALAM
MEWUJUDKAN MASYARAKAT ADIL MAKMUR DI ERA
MODERN ( TEMA N )
Penulis : Chico Harza Nugroho

Chicoharza09@gmail.com

085813853639

Abstrak

Himpunan mahasiswa islam sebagai salah satu organisasi yang memiliki


cita luhur untuk kebangsaan, haruslah pula memahami dan menyadari kondisi
yang ada pada hari ini dan yang akan datang sehingga Kader HMI sebagai Insan
akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan islam, serta bertanggung jawab
dapat turut andil mempelopori sebentuk proyeksi atau Roadmap yang harus
dijalalankan oleh masyarakat untuk menyongsong Indonesia yang lebih baik lagi.
Semua itu dimulai dari pola pikir kader HMI itu sendiri dalam menyikapi iklim
zaman yang ada, kader HMI secara personal tidaklah boleh hanya berkutat pada
gimik tak berkesudahan yang selalu ditawarkan hingga menguras nalar kritis
kader sampai melupakan tantangan zaman yang harus segera dipersiapkan secara
analis, terencana dan penuh kebijaksanaan. Di tengah semua permasalahan
internal dan eksternal yang ada di HMI, kader HMI harus mampu bertindak dalam
meraih Indonesia yang lebih baik lagi melalui tindakan nyata untuk
mempersiapkan diri menjadi generasi emas dikemudian hari.

Pendahuluan

Berdasarkan survei yang diadakan Centre For Strategic and international


studies rilis dan konferensi pers "Survei Nasional CSIS 2017" di Jakarta pada 02
Novemver 2017 dengan jumlah respon 600 sampel dengan pengumpulan data
menggunakan wawancara tatap muka di 34 provinsi Indonesia yang
memamaparkan hasil riset bahwa mahasiswa milenial terdapat 94,8% mereka
optimis akan masa depan mereka yang berkaitan dengan kemajuan di dalam
bidang pendidikan. Pendidikan yang terus di sesuaikan dengan berbagai macam
perubahan globalisasi semakin dapat meningkatkan suatu pola pikir yang terdapat
pada mahasiswa milenial demi terciptanya indonesia maju. Peran mahasiswa di
sini tak hanya sekedar menjadi pelaku pasif namun perlu menjadi pelaku aktif
yang masuk di dunia pendidikan. Mahasiwa milenial yang dapat memberikan
sebuah perubahan guna menjadikan indonesia menjadi lebih baik lagi.
Berdasarkan peringkat pendidikan di dunia. Indonesia jauh tertinggal dari negara
lain di asia tenggara. Dengan adanya peran mahasiswa yang diiringi dengan
kemajuan pendidikan di era revolusi industri yang semakin berkembang,
Indonesia dapat di arahkan menjadi negara di dunia pendidikan yang lebih baik
lagi dan dapat membuat peringkat pendidikan indonesia naik. Penelitian disini
dapat menciptakan suatu peran mahasiswa yang nyata tak hanya menjadi pelaku
pasif namun menjadi pelaku aktif. Kami disini menggunakan metode penelitian
eksploratif yang dapat memperluas berbagai macam informasi yang sudah
berkembang di dunia pendidikan.

Perubahan atau bisa di sebut dengan nature (pembawaan ilmiah) yang


yang mulai ada ada dalam proses perjalanan kehidupan manusia beserta
peradabannya sesuai perkembangan dari zaman ke zaman manusia tersebut.
Perubahan disini bisa melalui ide atau teknologi yang seiring dengan berkembang
pesat nya zaman akan revolusi revolusi industri yang mulai terjadi bermanfaat
untuk memastikan agar tercapainya tujuan yang menjadi penghubung antara
sumber perubahan yang ada dengan tujuan masyarakat yaitu berupa sasaran dari
suatu perubahan melalui kebijakan atau teknologi baru yang berkembang.
Perubahan pada setiap revolusi industri dapat diiringi dengan
perubahanperubahahan baru seiring dengan kemajuan teknologi yang
berkembang.

Kualitas insan cita menjadi acuan bagi kader HMI untuk mewujudkan tujuan HMI
yaitu terbinanya insan akademis pencipta pengabdi yang bernafaskan islam dan
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah
SWT. Di era modern saat ini kader HMI mendapatkan tantangan baru dalam
mencapai tujuannya yaitu mengikuti perkembangan zaman,dimana kader HMI
harus menyesuaikan kondisi saat ini yang mana serba digital.

METODE

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksploratif salah satu jenis


penelitian sosial yang bertujuan untuk memberikan definisi atau penjelasan
mengenai konsep atau pola yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian
ini, peneliti belum memiliki gambaran akan definisi atau konsep penelitian. Sifat
dari penelitian ini adalah kreatif, fleksibel, terbuka, dan semua sumber dianggap
penting sebagai sumber informasi.
Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah Kader HMI dan mahasiswa di Universitas Islam
Jakarta

Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam 2 bentuk yaitu :

wawancara,observasi dan studi dokumentasi. Ketiga bentuk teknik pengumpulan


data tersebut dalam penggunaanya saling melengkapi dan menunjang sehingga
diperoleh informasi yang diperlukan.

1. Teknik pengumpulan data melalui wawancara


Pengumpulan data melalui wawancara ini,narasumber akan mendapatkan
pertanyaan-pertanyaan yang akan mereka jawab. Teknik pengumpulan
data melalui wawancara tersebut dapat memperoleh informasi
sebagaimana mestinya sesuai dengan pernyataan dengan kejadian yang
ada.
2. Teknik pengumpulan data melalui observasi

Observasi ini sesuai apa yang terjadi di lapangan dengan kondisi yang
sesuai. Teknik observasi yang dilakukan ini sebagai penunjang atau
melengkapi terhadap pengumpulan data wawancara. Dengan teknik
observasi ini, dapat memperoleh data yang tidak terjangkau oleh teknik
wawancara,sehingga data yang di peroleh betul-betul dapat melengkapi
informasi yang diperlukan dalam penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KUALITAS INSAN CITA

Himpunan Mahasiswa Islam disingkat HMI adalah sebuah organisasi


kemahasiswaan sekaligus organisasi kader yang berasaskan Islam dan bertujuan
untuk terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan
bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah
subhanahu wa ta’ala (PB HMI, 2021). Untuk memastikan tercapainya tujuan
tersebut, HMI memberikan fasilitas kepada seluruh kadernya berupa patner,
sarana dan prasarana untuk membelajarkan serta melatih diri agar tiap-tiap
kadernya menjadi insan yang berwawasan luas, kreatif, inovatif, berkarakter serta
memiliki kepedulian dan tanggung jawab sosial yang tinggi kepada masyarakat
atau dalam istilah HMI disebut dengan insan yang berkualitas insan cita.

Insan cita merupakan sosok ideal seorang kader HMI, entah kader tersebut
seorang anggota biasa merangkap pengurus dalam organ HMI ataupun sekedar
anggota biasa bukan pengurus. Oleh karena itu, sebagai organisasi kader, fokus
utama kegiatan dalam HMI bukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya seremonial,
melainkan kegiatan-kegiatan yang bertujuan menumbuhkan kesadaran untuk
aktif membelajarkan diri sendiri, berkreasi, melakukan kegiatan- kegiatan sosial,
menjadi teladan karakter serta memiliki visi ke depan tentang masyarakat ideal
yang ingin diwujudkan.

Di era revolusi industri 4.0 yang tengah mengarah ke revolusi industri 5.0
dewasa ini, pemaknaan tentang kualitas insan cita pun mengalami perubahan dan
penyesuaian. Kualitas akademis bukan lagi hanya dinilai berdasarkan indikator
gelar akademik (sarjana, magister, doktor) saja, namun lebih pada karya yang
mampu diwujudkan sebagai bukti yang nyata. Misalnya karya ilmiah berupa
buku, artikel jurnal, opini solutif, dan sebagainya. Begitu juga dengan kualitas cita
lainnya.

Problematika zaman sebagai dampak dari perkembangan teknologi


informasi dan komunikasi serta kebutuhan dan kecenderungan masyarakat dewasa
ini mengharuskan kader HMI untuk adaptif. Kualitas insan cita yang dirumuskan
HMI pada hakikatnya bertujuan untuk menjawab persoalan atau minimal
memberikan tawaran solusi atas berbagai problematika yang dihadapi umat dan
bangsa. Oleh karena itu, menurut hemat penulis, pemaknaan lima kualitas insan
cita sesuai dengan situasi dan kondisi sekarang dan masa yang akan datang
merupakan suatu keharusan.

Dalam tafsir tujuan HMI disebutkan bahwa indikator lima kualitas insan cita
adalah sebagai berikut:

Kualitas Insan Akademis meliputi: a) Berpendidikan tinggi,


berpengetahuan luas, berpikir rasional, objektif, dan kritis; b) Memiliki
kemampuan teoritis dan mampu memformulasikan apa yang diketahui dan
dirahasiakan serta selalu bersikap dan menghadapi suasana sekelilingnya dengan
penuh kesadaran; dan c) Sanggup berdiri sendiri dengan ilmu pengetahuan sesuai
dengan bidang ilmu yang ditekuni, baik secara teoritis maupun praktis dan
sanggup bekerja secara ilmiah, yaitu secara bertahap, teratur, dan mengarah pada
tujuan sesuai dengan prinsip prinsip perkembangan (PB HMI, 2021)
Penjelasan sebagaimana tertuang dalam tafsir tujuan tersebut menghendaki
agar kader HMI tidak hanya berwawasan luas, namun juga terampil serta mampu
memberdayakan pengetahuan dan keterampilannya tersebut untuk menjalani
kehidupan sekaligus menghadapi berbagai tantangan yang ada disekelilingnya
dengan penuh kesadaran. Hal itu mengisyaratkan bahwa bentuk nyata dari kualitas
insan akademis yang diharapkan dari diri kader HMI adalah menjadi seorang
sarjana yang dibuktikan dengan gelar akademik atau sertifikat keahlian dan
sejenisnya. Selain itu, mampu melahirkan karya-karya akademis berupa opini
solutif, kritik konstruktif, dan pernyataan atau sikap yang berdasarkan atas data
yang valid dan jelas.

Akademis dalam pengertian mampu mendayagunakan kemampuan


kognitif meliputi kemampuan berpikir kritis, memecahkan persoalan yang
kompleks, berpikir analitis, memilah dan memilih informasi valid dan relevan dari
kumpulan informasi yang melimpah, mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan pada konteks yang berbeda-beda, dan membelajarkan diri sendiri.

Kualitas Insan Akademis dan Pencipta meliputi a) sanggup melihat


kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari sekedar yang sudah ada dan
bergairah besar untuk menciptakan bentuk-bentuk baru yang lebih baik dan
bersikap dengan bertolak dari apa yang Ada (yaitu, Allah). Berjiwa penuh dengan
gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan dan pembaruan; b) Bersikap
independen, terbuka dan tidak isolatif, sehingga potensi kreatifnya dapat
berkembang dan menghasilkan karya yang indah; dan c) Memiliki kemampuan
akademis dan mampu melaksanakan kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran
Islam (PB HMI, 2021)

Kader HMI tidak hanya dituntut untuk memiliki wawasan yang luas dan
terampil, namun juga berdaya cipta atau kreatif dan inovatif. Pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki dituntut untuk diberdayakan dalam rangka
mengungkap hal baru, meningkatkan dan mengembangkan yang sudah ada agar
menjadi semakin optimal. Dengan kata lain, kader HMI dituntut untuk selalu
terlibat aktif dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
gagasan solutif guna kemaslahatan umat dan bangsa.

Kualitas Insan akademis, pencipta dan pengabdi meliputi: a) Ikhlas dan


sanggup berkarya untuk kepentingan umat dan bangsa; b) Sadar membawa tugas
sebagai insan pengabdi, bukan hanya mampu membuat dirinya pribadi menjadi
baik, namun juga membuat sekelilingnya menjadi baik dan c) Insan akademis,
pencipta, pengabdi adalah insan yang sungguh-sungguh mewujudkan cita-cita dan
ikhlas mengamalkan ilmunya untuk kepentingan umat dan bangsa (PB HMI,
2021)

Mengabdi bermakna mendayagunakan segala sumber daya, baik


pengetahuan, keterampilan, waktu, tenaga dan dana untuk kemaslahatan umat dan
bangsa. Pengabdian merupakan fitrah bagi kader HMI. Hal itu tertuang jelas
dalam tujuan awal didirikannya HMI yang menghendaki agar HMI memiliki
tanggungjawab dan kepedulian sosial yang tinggi terhadap kondisi keumatan dan
kebangsaan. Oleh karena itu, keharusan kader HMI untuk memperbaiki diri,
meningkatkan iman, ilmu dan amal yang dimilikinya secara langsung berjalan
berkelindan dengan ikhtiarnya memenuhi tanggungjawab untuk mewujudkan
kebaikan umat dan bangsa. Mengabdi tidak selalu harus turun langsung ke tengah-
tengah masyarakat dalam kegiatan bakti sosial, namun pengabdian dapat juga
dilakukan secara tidak langsung. Di era revolusi industri 4.0 sekarang, misalnya
mengabdi secara digital melalui unggahan konten-konten positif dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa atau mewudkan ruang digital yang kondusif.

Kualitas insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam


meliputi: a) Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola pikir dan
tingkah lakunya tanpa memakai label Islam. Islam akan menjadi pedoman dalam
berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai universal Islam. Dengan kata
lain, Islam telah menjadi nafas dan jiwa atas karyanya; b) Ajaran Islam telah
berhasil membentuk “unity personality” dalam dirinya. Nafas Islam telah
membentuk pribadinya yang utuh, terhindar dari split personality, tidak ada
dilemma antara statusnya sebagai warga negara sekaligus sebagai muslim.
Kesuksesan pembangunan nasional dimaknai sebagai kesuksesan perjuangan umat
Islam di Indonesia dan sebaliknya.

Kader HMI diharuskan mampu mewujudkan dirinya sebagai teladan


dalam bersikap, bertingkah laku dan bertutur kata, baik secara fisik, maupun
secara digital dalam bentuk unggahan video, story, status, maupun caption dan
komentar. Kader HMI tidak harus menjadi seorang influencer atau trendsetter,
tapi minimal menjadi teladan bagi orang-orang di sekitarnya, baik teladan dalam
keilmuan, keimanan maupun karakter.

Kualitas Insan yang bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat


adil makmur yang diridha’i Allah Swt meliputi: a) Insan akademis, pencipta
dan pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab atas terwujudnya
masyarakat adil makmur yang diridha’i Allah Swt; b) Berwatak sanggup memikul
akibat-akibat dari perbuatannya dan sadar dalam menempuh jalan yang benar
serta memiliki keberanian moral; c) Spontan dalam menghadapi tugas, responsif
dalam menghadapi persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis; d)
Bertanggungjawab, takwa kepada Allah Swt dan tergugah untuk mengambil peran
aktif dalam suatu bidang untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang
diridhai Allah Swt; e) Evaluatif dan selektif terhadap setiap langkah yang
berlawanan dengan usaha mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur; f)
Percaya pada diri sendiri, dan sadar akan kedudukannya sebagai khalifah Allah fi
al Ardh yang harus melaksanakn tugas-tugas kemanusiaan.

Masyarakat adil makmur yang diridha’i Allah Swt merupakan gambaran


masyarakat ideal versi HMI yang harus diikhtiarkan terwujud oleh seluruh kader,
bahkan para alumninya. Keinginan untuk mewujudkan kebaikan bagi umat dan
bangsa harus menjadi motif bagi tiap-tiap kader HMI dalam membelajarkan diri,
beraktivitas dan berkarya. Oleh karena itu, tiap-tiap kader HMI harus memiliki
gambaran jelas tentang suatu masyarakat ideal yang diharapkan dan ingin
diwujudkan. Tanpa itu, maka proses kaderisasi dan segala bentuk kegiatan yang
dilakukan menjadi tanpa makna.

Pertanyaanya adalah: 1) Apa yang anda ketahui tentang problematika yang tengah
dihadapi oleh umat dan bangsa sekarang? 2) Masyarakat adil makmur seperti apa
yang ingin anda wujudkan? dan 3) apa ikhtiar yang telah anda lakukan untuk bisa
mewujudkan masyarakat adil makmur versi anda tersebut?

HMI hanyalah salah satu dari banyaknya organisasi yang bergerak untuk
memberdayakan masyarakat, membantu masyarakat dan memastikan kebaikan
masyarakat. Bahkan, tidak sedikit kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakat hari ini
hanya dimotori oleh satu orang, sebut saja influencer yang memiliki kepedulian
dan rasa tanggungjawab terhadap situasi dan kondisi masyarakat. Pengetahuan
yang jelas tentang situasi dan kondisi yang tengah dihadapi masyarakat dewasa ini
penting sebagai langkah awal untuk merumuskan solusi dan aksi nyata yang
berorientasi pada terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Swt.

B. PERAN KADER HMI DI ERA MODERNISASI

HMI adalah organisasi yang lahir sebagai anak kandung umat dan bangsa
Indonesia, tepatnya pada 5 Februari 1947 bertepatan dengan 14 Rabiul Awwal
1366 H, sejarah telah mencatat itu. Sejak kelahirannya, komitmen keislaman dan
keindonesian layaknya dua sisi pada satu keping koin mata uang yang tak
terpisahkan, di dalam tubuh organisasi himpunan ini. Perubahan boleh terjadi, di
sisi lain HMI harus terus tumbuh dan berkembang dalam semangat keislaman.
Jika HMI sebagai tubuh maka jiwanya adalah Islam yang hidup dengan karunia
bangsa yang besar. Oleh karena itu konsistensi sikap HMI akan terus digugat baik
di eksternal maupun internal dalam mengawal gerak perubahan bersama
kepentingan umat dan bangsa. Sebab kehadiran dan keberlangsungan organisasi
ini tergantung pada upaya menjawab tantangan zaman.

Misi dan tujuan HMI secara tersirat dari latar belakang berdirinya HMI dan secara
tersurat terformulasikan dalam rumusan pertama tujuan HMI. Adapun rumusan
tujuan HMI yang pertama adalah, pertama, mempertahankan NKRI dan
mempertinggi derajat rakyat Indonesia dan kedua, menegakkan dan
mengembangkan ajaran Islam.

Dalam ide rumusan tujuan tersebut, maka HMI pada hakikatnya HMI bukanlah
organisasi massa dalam artian kuantitatif, sebaliknya HMI secara kualitatif
merupakan lembaga pengabdian dan pengembangan idea, bakat dan potensi yang
mendidik, memimpin dan membimbing anggota-anggotanya untuk mencapai
tujuan organisasi dengan cara-cara perjuangan yang benar dan efektif. Dari dua
ide tersebut lahirlah rumusan tafsir tujuan HMI yaitu "Terbinanya insan
akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggungjawab
atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah Subhanahu
Wa Ta’ala".

Jean Paul Sarte, filsuf eksistensialis mengatakan bahwa manusia pada


prakteknya untuk mencapai kebebasan mutlak, ia harus menghadapi sebuah
kenyataan pada sebuah fakta yang tidak bisa dihindari. Penghayatan akan
kebebasan terbatasi oleh adanya realitas yang membatasi kita dalam merumuskan
kebebasan kita sendiri. Ada sebuah kondisi dimana kenyataan tidak bisa kita
hindari, yaitu, faktisitas.

Ada beberapa faktisitas yang kita tidak bisa hindari, misalnya, other/oranglain,
death/maut, place/tempat, time/waktu, dan environment/waktu.

Era digital adalah sebuah faktisitas. Sebuah fakta dimana perkembangan


segala aspek kehidupan manusia menjadi serba digital. Perkembangannya ditandai
dengan berkembangnya teknologi untuk menjawab segala kebutuhan manusia.
Teknologi sudah menjadi kebutuhan realitas manusia, ia menjadi erat karena
membantu tugas manusia untuk mempermudah pekerjaan dan tugas. Perannya
membawa umat manusia kepada sebuah era baru, yaitu era digitialisasi.

Era digital telah membawa berbagai perubahan yang baik sebagai dampak
positif yang bisa gunakan sebaik-baiknya. Namun dalam waktu yang bersamaan,
era digital juga membawa banyak dampak negatif, sehingga menjadi tantangan
baru dalam kehidupan manusia di era digital ini. Tantangan pada era digital telah
pula masuk ke dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan, keamanan, dan teknologi informasi itu sendiri.
Era digital bukan persoalan siap atau tidak dan bukan pula suatu opsi
namun sudah merupakan suatu konsekuensi. Teknologi akan terus bergerak ibarat
arus laut yang terus berjalan ditengah-tengah kehidupan manusia. Maka tidak ada
pilihan lain selain menguasai dan mengendalikan teknologi dengan baik dan benar
agar memberi manfaat yang sebesar-besarnya.

Kecanggihan teknologi yang dikembangkan oleh manusia benar-benar


dimanfaatkan oleh para politisi yang ingin meraih simpati, dan empati dari
masyarakat luas. Untuk menaikan elektabilitas dan popularitas dapat dilakukan
dengan fasilitas digital seperti salah satunya smartphone sekarang dengan di
sediakan fitur/aplikasi yang canggih yang berhubung langsung ke jejaring sosial
yang mampu menghubungkan antara individu yang satu dengan yang lainnya,
antara satu kelompok dengan kelompok lainnya bahkan negara yang memberikan
dampak besar dalam politik moderen. Mekanisme elektronik juga telah mengubah
aktivitas dalam pemilihan seperti kampanye berbasis internet, website-website,
email dan siniar (podcast). Hal ini menjadi fasilitas bagi para kandidat dan partai-
partai politik sebagai sarana yang cepat dan murah untuk mengirim pesan kepada
audiens, yang memungkinkan mereka untuk merekrut para sukarelawan
kampanye dan menggalang danadana kampanye, penggunaan media digital
smartphone yang tehubung dengan jejaring sosial sangat efektif terutama dalam
menjangkau masyarakat muda, yang sering kali merupakan segmen masyarakat
yang paling sulit untuk dilibatkan melalui strategi-strategi konvensional.

Dalam bidang sosial budaya, era digital juga memiliki pengaruh positif
dan dampak negatif yang menjadikan tantangan untuk memperbaikinya.
Kemerosotan moral di kalangan masyarakat khususnya remaja dan pelajar
menjadi salah satu tantangan sosial budaya yang serius. Pola interaksi antar orang
berubah dengan kehadiran teknologi era digital seperti komputer terutama pada
masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas. Komputer yang disambungkan
dengan telpon telah membuka peluang bagi siapa saja untuk berhubungan dengan
dunia luar tanpa harus bersosial langsung.

Dalam bidang pertahanan dan keamanan penggunaan teknologi di era


digital berperan dalam membantu pertahanan dan keamanan nasional. Lembaga
militer diantaranya, telah menempatkan teknologi informasi sebagai salah satu
senjata yang mendukung kekuatan dan persatuan organisasi. Sejalan dengan
kekhasan organisasi militer yang selalu menuntut kecepatan dan ketepatan
informasi sebelum mengambil sebuah keputusan (perumusan strategi), penerapan
teknologi digital sangat mendukung program tersebut. Teknologi informasi telah
berpengaruh pada perubahan strategi militer. Tantangan dalam bidang pertahanan
seperti menghadapi ancaman dari luar yang bersifat maya seperti aktifitas hacker
yang bisa merusak sistem situs pertahanan Indonesia menjadi perhatian serius.
Teknologi digital dikombinasikan dengan teknologi perang lainnya
memungkinkan untuk menciptakan jenis perang yang secara kualitatif seperti
penggunaan robot perang.

Dalam bidang teknologi informasi sendiri, tantangan nyata pada era digital
semakin kompleks karena berbagai bidang kehidupan membawa pengaruh-
pengaruh yang bisa membuat perubahan di setiap sisi. Teknologi informasi
merupakan bidang pengelolaan teknologi dan mencakup berbagai bidang (tetapi
tidak terbatas) seperti proses, perangkat lunak komputer, sistem informasi,
perangkat keras komputer, bahasa program, dan data konstruksi. Setiap data,
informasi atau pengetahuan yang dirasakan dalam format visual apapun, melalui
setiap mekanisme distribusi multimedia, dianggap bagian dari teknologi
informasi. Teknologi informasi memfasilitasi bisnis dalam empat set layanan inti
untuk membantu menjalankan strategi bisnis: proses bisnis otomatisasi,
memberikan informasi, menghubungkan dengan pelanggan, dan alat-alat
produktivitas. Tantangan dalam bidang teknologi informasi sangat banyak seperti
memecahkan suatu masalah, membuka kreativitas, meningkatkan efektivitas dan
efisiensi dalam melakukan pekerjaan.

Sebagai organisasi yang telah bertahan 74 tahun, HMI telah membuktikan


kapasitasnya sebagai organisasi yang mampu menjawab tantangan di berbagai
zaman. Mulai dari zaman penjajahan hingga zaman reformasi. Di dalam masa
tersebut ada beragam masalah yang melanda, mulai dari konflik horizontal dan
vertical. Hal tersebut mampu dilewati dan dijawab oleh HMI sehinggai organisasi
Islam ini bertahan hingga sekarang.

Saat ini, kita sudah memasuki era digital dimana teknologi sudah
menguasai berbagai sektor kehidupan manusia. Teknologi menjadi jawaban atas
seluruh persoalan yang melanda. Internet menjadi sebuah hal yang tidak bisa
dipisahkan dan informasi yang datang tiap detik bisa kita baca tanpa harus
menunggu keesokan harinya. Media massa sudah bergeser dari cetak menjadi
online dan bisa diakses kapanpun dan dimanapun. Manusia, mau atau tidak mau
harus siap dengan era digitalisasi ini agar tidak digilas oleh waktu.

Pertanyaan adalah apakah HMI mempunyai masa depan di era digitalisasi?

Masa depan adalah sebuah misteri yang harus kita pecahkan. Setiap waktu
berjalan kita akan menemukan masalah demi masalah yang jawabannya tidak bisa
diselesaikan saat itu juga. Hal yang muncul begitu saja karena manusia
dihadapkan kepada sebuah realitas yang tak terhindarkan, yaitu, faktisitas.

Era digital adalah faktisitas, HMI harus bisa beradaptasi dengan keadaan
yang tak bisa dielakan. Sebagai organisasi besar yang membawa misi besar, HMI
harus mampu bertahan dengan kondisi saat ini, apalagi realita yang hadir
dihadapan manusia bahwa ia hidup dihantam oleh pandemi. HMI harus
memberikan jawaban agar terus hidup memberikan agar terus hidup dan
mewujudkan misinya sesuai dengan pasal 4 di dalam konstitusi.

HMI sudah tidak bisa lagi larut dalam romantisasi. HMI harus tanggap
terhadap perubahan zaman era digitalisasi. Tugas kita sebagai kader HMI untuk
membuat hidup organisasi adalah kontekstualisasi mission HMI, yaitu, bagaimana
menyesuaikan pola organisasi dengan kondisi saat ini. Mission HMI tidak hanya
kita gunakan sebagai ideologi tetapi diimplementasi kepada sebuah gerakan yang
bisa menjawab tiap-tiap persoalan, baik di tubuh HMI maupun problem sehari-
hari.

Maka, kita harus berinovasi dan berkreasi guna menjawab tantangan


karena kader HMI membawa sebuah misi suci yang harus terus hidup ditengah-
tengah kehidupan manusia saat ini.

Masa depan adalah misteri dan siapapun tidak bisa memastikannya. Kita
harus berikhtiar mencoba memastikan agar mission HMI tetap membumi dan
masyarakat adil makmur yang diridhai Allah swt yang menjadi tujuan dasar bisa
terwujud.

KESIMPULAN

Misi dan tujuan HMI secara tersirat dari latar belakang berdirinya HMI
dan secara tersurat terformulasikan dalam rumusan pertama tujuan HMI. Adapun
rumusan tujuan HMI yang pertama adalah, pertama, mempertahankan NKRI dan
mempertinggi derajat rakyat Indonesia dan kedua, menegakkan dan
mengembangkan ajaran Islam dan lahirlah rumusan tafsir tujuan HMI yaitu
"Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan
bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang
diridhoi Allah Subhanahu Wa Ta’ala".

HMI yang merupakan tempat gagasan perkaderan berjalan mestinya sudah


mampu menjawab tantangan dikemudian hari, sehingga disetiap post-post
strategis diisi oleh kader-kader HMI yang memiliki kemampuan untuk
memnghadapi tantangan zaman. Selaras dari hal tersebut, apa yang disampaikan
Ketua Umum PB HMI Raihan Ariatama dalam tulisannya ialah bahwa kemajuan
teknologi bisa memberi peluang yang sangat besar bagi setiap kader HMI.
Transformasi Digital diranah pergerakan organisasi kemahasiswaan HMI belum
memberikan kesan yang mendalam bagi setiap kader, hal tersebut dikarenakan
pengetahuan terhadap kemajuan teknologi masih menjadi pembenahan dan
perhatian khusus bagi setiap SDM (Suber Daya Manusia) yang tergabung dalam
organisasi tersebut. Kader-kader yang responsif terhadap perubahan zaman akan
mampu menghadapi tantangan global yang sangat massif, apalagi memang dari
kemajuan teknologi ini telah mengurangi tenaga manusia disemua sektor sehingga
kemudian semakin mempersempit peluang bagi kader-kader HMI untuk mendapat
pekerjaan dikemudian harinya. Disamping banyaknya tantangan dihadapi kader
HMI dalam era digital, tetapi juga tidak melupakan peluang yang ada dalam
dalam perkembangan zaman tersebut. Potensi ekonomi digital Indonesia sangatlah
besar dan tidak bisa dipandang sebelah mata, karena memang Indonesia menjadi
pasar yang menggiurkan bagi produk-produk dunia termasuk digital. Kader-kader
yang hidup dalam era digital sebagai hasil dari Revolusi Industri ini dimana
banyak sekali Start Up yang berdiri dan mengembangkan diri menjadi menjadi
Unicorn, harusnya menjadi motivasi yang kemudian bisa ditiru langkahnya dan
bahkan bisa melebihinya.

Kontribusi Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI dalam kebangsaan tentu


tidak dapat diragukan lagi. Bahkan kontribusi tersebut yang menyebabkan
mengapa HMI tetap eksis hingga hari ini. Oleh sebab itu, sudah menjadi
kewajiban bagi HMI untuk selalu mendinamisasikan pola pikir kader guna selalu
menjawab tantangan zaman. Khususnya memasuki era modernisasi yang dinilai
semakin mengantarkan kita ke era disruptif tersebut. Sehingga keberadaan HMI
nantinya mampu dirasakan dan menjadi manfaat bagi seluruh masyarakat
Indonesia

Modernisasi adalah sebuah fakta yang tidak bisa hindari. Berbagai


persoalan kehidupan bisa terselesaikan dengan hadirnya teknologi. Internet bisa
jadi jawaban praktis dan informasi yang kita mau bisa diakses lewatnya ruang
atau waktu manapun.

Maka dari itu, kader HMI harus memahami mission HMI tak hanya sebagai bahan
bacaan saja tetapi juga harus bisa mengaplikasikan di era digitalisasi.
Kontekstualisasi itu adalah hal wajib dilakukan agar HMI tetap hidup dan
membumi serta menjadi organisasi yang mengantarkan Indonesia menuju masa
depan yang lebih baik.

Transformasi Digital ini memang bak pisau bermata dua, disatu sisi memang
banyak sekali manfaat yang ditimbulkan seperti kemudahan akses informasi tapi
juga memiliki dampak negatif yang acap kali memberikan sesuatu yang tidak ada
manfaatnya untuk masyarakat, seperti adanya berita Hoax dan lain sebagainya.
Apalagi memang organisasi-organisasi yang ada memerlukan informasi yang
jelas, sehingga organisasi seperti HMI yang menjadi jembatan antara pemerintah
dan masyarakat dapat berjalan dengan semestinya.
DAFTAR PUSTAKA

Purwono Dini Shanti, 2017. Peran dan tantangan pemuda di era generasi
milenial. Tersedia di https://serikatnewa.com/peran-dantantangan-
pemuda-di-era-generasi-milenial.

Prasetyo Banu,Umi Trisyanti. 2019 . Revolusi Industri 4.0 dan Tantangan


Perubahan Sosial. Proceeding SEMATEKSOS 3 "Strategi Pembangunan Nasional
Menghadapi Revolusi Industri 4.0"

Survei Nasional CSIS, 2017. Centre for strategic and international studies.
Jakarta.

Universitas Pendidikan Indonesia, 2020. Metode penelitian. Tersedia dari


repository.upi.edu.

Wiwid widya, 2018. Peran Mahasiswa. Tersedia dari


https://www.kompasiana.com/peran-mahasiswa/

Anda mungkin juga menyukai