Anda di halaman 1dari 19

Tema:

MENEGUHKAN KEMBALI PERKADERAN HMI DI ERA


GENERASI MILLENIAL
(T)
Judul:
STRATEGI PERKADERAN INFORMAL HMI DI ERA GENERASI
PHI π (MILLENIAL INDONESIA)

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan:


LK (Latihan Kader) II HMI CABANG KARAWANG

PENYUSUN:

Nama : Yulia Eka Saputri


E-mail : ysaputri97@gmail.com
Nomor HP : 085815834249

Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Sukoharjo (HMI)


Cabang Sukoharjo
2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
“Tujuan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah “Terbinanya insan akademis,
pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya
masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah subhanahu wa ta'ala”. Berdasarkan
tujuan tersebut, maka pada hakikatnya seluruh aktivitas HMI merupakan proses
pembinaan terhadap kader HMI agar setiap individu kader memiliki kualitas insan cita.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa tugas pokok HMI secara organisatoris adalah
menyediakan sumberdaya manusia yang akan berperan aktif dalam kehidupan umat
dan bangsa untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh Allah
subhanahu wa ta'ala tersebut.”1
“Penyediaan sumberdaya manusia yang berkualitas, hanya dapat dicapai melalui
serangkaian usaha sistematis, terarah, dan utuh-mensyeluruh, diistilahkan dengan
perkaderan. Secara sederhana pengertian dari perkaderan adalah serangkaian usaha
organisasi yang dilakukan secara sadar, sistematis, dan terus-menerus untuk
pembentukan dan pengembangan diri dan karakter kader, supaya memiliki kepribadian
kader sebagaimana yang diharapkan, yaitu Insan Cita.”2 Karena beriman tidak cukup
hanya diucapkan lisan saja, melainkan harus terbukti dalam praktek kerja nyata. 3
Secara garis besar, ada beberapa jenis perkaderan dalam HMI. Yaitu, perkaderan
formal dan perkaderan in-formal. Namun, yang akan dibahas dalam tulisan ini hanya
mengenai perkaderan informal. Dalam hemat penulis, perkaderan informal memegang
peran penting. Namun, bukan berarti perkaderan formal dan non-formal tidak atau
kurang penting. Perkaderan informal perlu mendapat perhatian lebih disbanding
perkaderan formal (sebagai syarat menjadi anggota HMI).

1
Tim Perumus, Hasil-Hasil Kongres XXX Ambon 14-25 Februari 2018. hlm. 271
2
Ibid
3
Taufiq Rahman. Tauhid Ilmu Kalam, (Bandung:Pustaka Setia, 2013) hlm. 217

2
Di tataran training formal LK (Latihan Kader) 1, peluang peserta training untuk
berhenti di tengah jalan lebih sedikit dibandingkan pasca LK 1 4. Artinya, beberapa
kader sedikit banyak memilih untuk tidak aktif bahkan ingin berhenti total dari kegiatan
keorganisasian HMI. salah satu faktor penyebabnya adalah kurang maksimalnya
perkaderan informal yang dilakukan. Mengingat perkaderan informal memiliki porsi
lebih dari 95% dari segi waktu.
Meskipun perkaderan informal ini sifatnya lebih fleksibel, namun kualitas ilmu
pengetahuan, serta keahlian harus tetap diperhatikan.5Terlebih dengan generasi saat ini,
generasi π (millennial Indonesia), diperlukan upaya-upaya (strategi) khusus dalam
kaitannya dengan perkaderan informal yang berbeda dari generasi sebelumnya. Agar
perkaderan informal yang dilaksanakan lebih maksimal dan terarah sesuai dengan
kondisi generasi yang dihadapi. Melalui tulisan ini, penulis ingin membahas mengenai
strategi perkaderan informal HMI di era generasi millennial.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perkaderan informal HMI?
2. Apa yang dimaksud dengan generasi π?
3. Bagaimana strategi perkaderan informal HMI di era generasi π?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian perkaderan informal HMI
2. Mengetahui maksud generasi millennial yang ditulis dalam tulisan ini
3. Mengetahui strategi perkaderan informal HMI di era generasi millennial.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis:
a. Penulis mengetahui pengertian perkaderan informal HMI
b. Penulis mengetahui maksud dari generasi π

4
Berkaca dari pengalaman training LK 1 yang dilaksanakan di komisariat penulis.
5
Op. cit hlm. Tim Perumus. Hlm 285

3
c. Penulis mengetahu strategi perkaderan informal HMI di era millennial yang
nantinya bisa diterapkan di kemudian hari.
d. Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi kegiatan Latihan Kader (LK) II
yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang
Karawang.
2. Bagi pembaca pada umunya:
e. Pembaca mengetahui arti dari perkaderan pengertian perkaderan informal
HMI
a. Pembaca mengetahui maksud dari generasi π
b. Sebagai referensi bagi perkaderan informal di era millennial.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkaderan Informal di HMI


Perkaderan berasal dari kata dasar kader, yang berarti sekelompok orang yang
terorganisir secara terus-menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi
kelompok yang lebih besar.6 Konteks kelompok disini adalah organisani
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Dikatakan kader menjadi tulang punggung
karena kader ini nantinya yang menghidupkan organisasi (HMI) di masa sekarang
maupun mendatang. Bahkan kader ini yang nantinya akan memainkan peran untuk
membangun bangsa di masa depan melalui kepemimpinan. 7 Tugas kader-kader
HMI adalah untuk melibatkan sisi-sisi derivasi aneka ragam pemikiran dengan
peningkatan intensitas dan kualitas diskursus ke Islaman di setiap tingkatan
organisasi. Jika bisa dilaksanakan dengan baik, maka bisa diperkirakan akan
muncul generasi baru pemikir Islam di Indonesia. Dimana Indonesia adalah negeri
dengan mayoritas orang Islam nomor satu di dunia.8
Adapun ciri seorang kader adalah pertama, seorang kader bergerak dan
terbentuk dalam organisasi, dan tidak bermain sendiri sesuai dengan selera pribadi.
Kedua, seorang kader mempunyai komitmen yang terus-menerus (permanen),
tidak mengenal semangat musiman, tapi utuh dan istiqomah (konsisten) dalam
memperjuangkan dan melaksanakan kebenaran. Ketiga, seorang kader memiliki
bobot dan kualitas sebagai tulang punggung atau kerangka yang mampu
menyangga kesatuan komunitas manusia yang lebih besar. Keempat, seorang
kader memiliki visi dan perhatian yang serius dalam merespon dinamika sosial
lingkungannya dan mampu melakukan “sosial engineering”. 9 Kader ini nantinya

6
Ibid, hlm. 268
7
Ibid, Hlm. 70
8
Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafika Indo Persada, 2016) hlm. 188
9
Tim Perumus, Hasil-Hasil Kongres XXIX Pekanbaru 22 November-5 Desember 2016. hal. 296

5
dibentuk melalui proses perkaderan. Sebagai oraganisasi kader,10 HMI dituntut
mampu melaksanakan perkaderan yang selaras dengan perkembangan zaman juga
generasi di dalamnya. Agar HMI senantiasa mampu menjawab tantangan zaman
dan berperan aktif dalam setiap perkembangan
Perkaderan adalah usaha organisasi yang dilaksanakan secara sadar dan
sistematis selaras dengan pedoman perkaderan. Sesuai dengan konsep perkaderan,
pedoman perkaderan disini adalah acuan dalam pelaksanaan perkaderan agar
bersifat sistematis, untuk mengatur dan memberikan arahan yang jelas dalam
pelaksanaan perkaderan secara komprehensif, diantaranya meliputi: landasan atau
dasar, prinsip, ruang lingkup, pola, pengelolaan, dan monitoring evaluasi guna
membentuk kepribadian kader sesuai yang dicita-citakan. 11Penekanan perkaderan
dititikberatkan pada hal-hal berikut: (a) watak dan kepribadian, yang dilakukan
dengan cara memberi pemahaman agama sebagai dasar kesadaran, (b) kemampuan
ilmiah, yaitu membina seseorang hingga memiliki pengetahuan (knowledge),
kecerdasan (intellectuality), dan kebijaksanaan, (c) keterampilan, yakni
kepandaian menerjemahkan ide dan pikiran ke dalam praktek.12
Pekaderan di HMI sendiri ada dua jenis, yakni perkaderan formal dan
perkaderan informal. Praktik pelaksanaan perkaderan formal adalah dengan
training/pelatihan, dimana pengertian dari training/pelatihan adalah suatu proses
sistematis untuk menanamkan nilai-nilai, ilmu pengetahuan, dan keahlian yang dilakukan
melalui kegiatan terstruktur dan kurikulum yang baku. Dengan demikian, secara umum
training/pelatihan ditujukan untuk mengubah pola pikir, sikap, dan prilaku seseorang
sesuai dengan tujuan dari training/pelatihan itu sendiri. Dalam perkaderan formal ini,
kegiatan training/pelatihan dikelompokan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu: a) training
formal, b) training non-formal, dan c) training lainnya. Sedangkan perkaderan informal
mengarah pada kegiatan yang dilaksanakan pasca LK 1 dengan ruang lingkup yang lebih

10
BPL HMI Cabang Sukoharjo, Buku Saku Kader Latihan Kader 1. ( HMI Cabang Sukoharjo,
Sukoharjo:2015) hlm. 110
11
Loc. Cit, Tim Penyusun:2018
12
Solichin, HMI Kawah Candradimuka. (Sinergi Persadatama Foundation, Jakarta:2010)hlm. 52

6
luas. Dalam rangka mewujudkan terbinanya individu HMI yang memiliki lima kualitas
insan cita tersebut, maka berbagai kegiatan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
tersebut.13 Diantara kegiatan-kegiatan tersebut adalah:14

1. Follow-up
Follow-up merupakan tindak lanjut dari training yang sebelumnya diikuti oleh kader.
Follow-up berfungsi untuk mengisi kekurangan yang terdapat dalam training. Setiap kader
sekurang-kurangnya mengikuti follow-up sebanyak 60% dari kegiatan/materi.
2. Up-grading
Up grading merupakan proses persiapan kader agar dapat mengikuti jenjang training
berikutnya. Setiap kader sekurang-kurangnya mengikuti up-grading sebanyak 60% dari
kegiatan/materi. Up-grading dilaksanakan oleh PA, dan memiliki credit point bagi kader
yang mengikuti kegiatan. Peraturan mengenai teknis pelaksanaan dan credit point
kegiatan up-grading diatur dalam keputusan yang dikeluarkan oleh PA PB HMI dan dapat
diatur lebih rigid pada level cabang.
3. Aktivitas
Seluruh aktivitas kader baik perseorangan ataupun secara organisatoris pada dasarnya
adalah proses perkaderan. Supaya aktivitas yang dilakukan mengarah pada pembentukan
dan pengembangan kepribadian kader sesuai dengan Muslim Intelegensia (Insan Cita),
maka setiap aktivitas harus terpantau. Pemantauan terhadap aktivitas ini dilakukan dengan
pembuatan arah pola aktivitas kader yang dicatat dan diberikan bobot serta credit point
bagi setiap kader yang melaksanakan aktivitas tersebut. Dengan pemantauan seperti ini
diharapkan proses pembentukan dan pengembangan kader senantiasa dapat diikuti dari
waktu ke waktu.
4. Promosi
Proses pendistribusian kader untuk berkiprah baik internal maupun eksternal
organisasi menekankan pada kompetensi dan kepribadian kader. Hanya kader-kader yang
'layak'-lah yang bisa didistribusikan untuk berkiprah dan berkarir, sehingga dapat muncul
kader-kader unggulan yang berkompeten dalam pengelolaan organisasi, baik internal

13
Ibid
14
Op. cit, Tim Penyusun, hlm. 289

7
ataupun eksternal. Promosi kader pada prinsipnya menganut pola reward and punishment
(pahala dan dosa), bagi kader berprestasi wajib diberikan reward dan bagi mereka yang
minim prestasi mesti diberikan punishment. PB HMI.
5. Coaching/Pendampingan
Dalam upaya pembentukan dan pengembangan diri kader agar terarah dan konsisten,
Sehigga dapat mewujudkan Muslim Intelegensia (Insan Cita) diperlukan bimbingan dan
binaan secara personal (man to man marking). Dengan demikian perlu pola
coaching/pendampingan terhadap kader yang sedang berproses. Proses coaching ini
ditekankan untuk dilakukan pada level komisariat (basis). Setiap kader yang telah
melewati 'fase komisariat', wajib menjadi coach di komisariatnya. Pengaturan mengenai
pelaksanaan coaching diatur oleh komisariat masing-masing atas bimbingan
dari coach.π
6. Pembentukan Iklim, Suasana, dan Budaya Positif
Berbeda dengan bentuk perkaderan informal lainnya yang menekankan pada
kemampuan diri seorang kader untuk membentuk dan mengembangkan dirinya, dalam
pembentukan iklim, suasana, dan budaya positif ini ditekankan pada kemampuan
organisasi untuk memfasilitasi proses. Untuk membentuk iklim, suasana, dan budaya
positif diperlukan seperangkat kebijakan, sarana dan prasarana untuk mendukung kader
dalam pembentukan dan pengembangan kepribadian kader agar sesuai harapan. HMI yang
direpresentasikan oleh pengurusnya di berbagai level, wajib memfasilitasi dan
mendukung proses pembentukan dan pengembangan kepribadian kader.
Misalnya, dalam kemampuan bilingual (arab-inggris) kader, maka pengurus HMI
mesti mengeluarkan kebijakan (contoh: penetapan hari berbahasa arab-inggris) dan
memberikan fasilitas (contoh: kursus bahasa arab-inggris) di berbagai level untuk
mendukung kemampuan kader agar kader mampu ber-bilingual. Selain itu untuk
membentuk loyalitas, dan kemandirian, maka setiap kader diwajibkan membayar uang
pangkal dan iuran anggota (bulanan). Ketetapan mengenai uang pangkal dan iuran
anggota ditetapkan dengan keputusan PB HMI sekurang-kurangnya disahkan dalam pleno
PB HMI.

8
B. Generasi π15
Generasi π (millennial Indonesia) merupakan generasi yang diperkirakan akan
berpengaruh pada gerak langkah Indonesia sampai 50 tahun ke depan. Generasi π
adalah generasi millennial Indonesia yang sering disebut dalam acara-acara seminar,
diskusi buku, bahkan media. Penamaan generasi π diberikan oleh Dr. Muhammad
Faisal, seorang peneliti sekaligus pendiri Youth Laboratory Indonesia. Sebuah biro
riset pertama di Indonesia yang mendedikasikan dirinya pada studi psikografi, tren,
pengetahuan, dan budaya anak muda Indonesia.
Penamaan generasi π sengaja diberikan sebagai penanda bahwa batasan
generasi yang berlaku di Indonesia berbeda 16 dengan batasan generasi di luar negeri
yang kerap disebut dengan gen X, Y, Z, atau Baby Boomers juga millennial. Huruf
π melambangkan rasio keemasan yang melambangkan keharmonian dan
kesempurnaan. Selaras dengan generasi millennial Indonesia saat ini mereka
merepresentasikan keharmonian dan desempurnaan. Mereka menorehkan prestasi
yang tidak/jarang diraih oleh generasi sebelumnya. Keberhasilan dunia bisnis,
seperti toko online, transportasi berbasis aplikasi mencapai keberhasilan dengan
pengelolaan secara autodidak. Huruf π juga mempresentasikan angka irasional
yaitu 3,14159265358 dan seterusnya. Angka ini bisa mewakili karakter generasi
millennial dalam bertindak yang kerap kali tidak rasional. Seperti mendahulukan
passion dibandingkan karier.
Jika generasi millennial dalam perspektif Strauss dan Howe adalah mereka
yang lahir antara kisaran tahun 1984-2000, maka generasi π dalam perspektif Dr.
Muhammad Faisal (founder Youth Laboratory Team yang meneliti generasi π
sebagai generasi millennial Indonesia) adalah mereka yang lahir antara tahun 1989-

15
Muhammad Faisal, Generasi π Memahami Millenial Pengubah Indonesia, Rpublika.Jakarta:2017.
Hlm. 3-7
16
Ada empat generasi yang dikelompokkan oleh Youth Laboratory Indonesia, yakni generasi α
(alpha), β (beta), σ (omega), dan π (phi). Ibid, Hlm. 7

9
2000. Jadi generasi π saat ini kurang lebih berusia 18-29 tahun. Di antara usia ini
juga rata-rata kader atau calon kader HMI mulai mengikuti LK 1.
Bisa dipastikan, generasi π adalah termasuk kedalam generasi millennial dalam
pengkategorian Strauss dan Howe. Namun, tidak semua generasi millennial (Strauss
dan Howe) adalah generasi π. Pembagian generasi π yang berbeda dengan generasi
millennial bukan tanpa alasan. Menurut pandangan Dr. Muhammad Faisal, kohort
Baby Boomers pada awalnya digunakan para pengkaji generasi ketika perang dunia
II, yang merombak demografi Amerika Serikat. Penggunaan istilah itu mengubah
karakter satu generasi AS tersebut. Namun, di Indonesia sendiri, dampak demografi
juga perbedaan karekter tidak dirasakan secara langsung. Sehingga batasan
kelahiran generasi baru (Baby Boomers, Gen X, Y, Z) yang kerap digunakan di luar
negeri belum tentu cocok digunakan di Indonesia yang menjalani peristiwa politik
berbeda.
Reformasi 1998 menjadi batas penting bagi generasi π. Karena setelah peristiwa
tersebut, Indonesia mengalami banyak perubahan cara pandang dan gaya hidup
yang didukung oleh era keterbukaan. Doktrin-doktrin lama ditinggalkan, cara
pandang baru mulai dikembangkan, serta masyarakat diberi ruang gerak yang bebas
untuk berpendapat. Generasi π yang lahir antara tahun 1989-2000, belum genap
berusia sepuluh tahun ketika peristiwa reformasi 1998 berlangsung. Menurut
seorang psikolog Erick Erickson, anak yang berusia di bawah sepuluh tahun belum
mengalami krisis identitas. Oleh sebab itu, generasi π belum mampu
menginternalisasi peristiwa bersejarah (reformasi) tersebut. Akhirnya mereka
tumbuh menjadi generasi yang memiliki cara berpikir yang lebih fleksibel dibanding
generasi sebelumnya.
Identitas yang menggambarkan diri (self image) dari generasi π antara lain:
1. Generasi π memiliki sifat komunal.
Dia tidak bisa hidup sendiri, harus selalu berkerumun, saling mendukung antara
satu sama lain dalam kelompok tersebut dan ada kesamaan prinsip dalam
kelompok tersebut.

10
2. Generasi π cenderung menyukai kesederhanaan.
Konteks kesederhanaan yang dimaksud disini adalah tentang cinta-cita dan
rangkaian rencana hidup. Menurut penelitian yang dilakukan Dr. Muhammad
Faisal, jarang ditemukan generasi π yang memiliki satu rancangan panjang per
lima atau sepuluh tahun ke depan. Singkatnya, mereka tidak tergolong dalam
generasi yang ambisius. Inilah yang membuat generasi π sangat fleksibel dalam
berpikir dan mengambil keputusan hidup.
3. Generasi π memiliki naïve personality.
Naïve disini dalam arti positif. Seperti, mereka mengambarkan dirinya ramah
pada teman atau keluarganya. Mereka menjunjung tinggi nilai kesetiakawanan,
juga pengabdian pada keluarga.
4. Generasi π yang into values. Mereka masih memegang nilai-nilai religious
wisdom, kearifan, dan lain-lain. Bisa dilihat dalam feed-feed akun media sosial
mereka. Banyak didapati postingan mereka yang mengutip kata-kata bijak
maupun kutipan agama dari tokoh agama, sejarawan bahkan sastrawan.
5. Customisation
Bagi generasi langgas, setiap tren diadopsi dan diterjemahkan kembali sesuai
penafsiran mereka di masing-masing daerah. Customisation juga dibantu dengan
adanya tren D.I.Y (Do It Yourself) yang dibantu dengan teknologi informasi,
seperti Youtube.
6. Change Over Generation
Para millenials kini jadi lebih kritis dan berani menyampaikan pendapat. Saya
memang tidak merasakan secara langsung dampak dari gejolak politik di
Indonesia sebelum reformasi. Yang katanya untuk menyampaikan pendapat
mesti sangat hati-hati. Sekarang dengan hadirnya media sosial apalagi, kita
sangat bebas untuk mengutarakan apa yang ingin kita sampaikan. Walaupun
pastinya harus dengan koridor yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
7. Connected

11
Menurut Yoris, jika internet membuka banyak koneksi baru dengan dunia luar.
Tapi tidak hanya internet yang menghubungkan kita dengan hal-hal di dunia luar
maupun mempercepat pekerjaan kita. Tapi infrastruktur juga mempengaruhi kita
dalam bekerja. Dalam bukunya, Yoris memberikan contoh sekitar tahun 2005,
dibukanya Tol Cipularang Jakarta – Bandung menghasilkan berbagai
perkembangan baru di Bandung setelahnya. Bisnis kuliner, fashion hingga
transportasi travel pun meningkat pesat.17

C. Strategi Perkaderan Informal HMI di Era Generasi π


Clausevitz berpendapat bahwa strategi adalah memanfaatkan pertempuran
untuk mencapai tujuan perang. 18 Dalam kaitannya dengan perkaderan HMI di era
millenial, strategi ini dipahami sebagai pemanfaatan kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh mereka (generasi millennial Indonesia) pasca LK 1 untuk
mencapai tujuan HMI. adapun strategi-strategi yang dapat diterapkan antara lain:
1. Pembentukan Iklim, Suasana, dan Budaya Positif
Pembentukan iklim, suasana, juga budaya sangat berpengaruh terhadap kelancara
berproses kader. Terlebih pasca LK 1, kader harus dikondisikan untuk merasa nyaman
dan senang dalam belajar. Selain itu, budaya yang positif juga dapat merangsang kader
untuk berproses mencapai tujuan bersama.
Jika ingin meningkatkan kualitas intelektual kader, maka tidak cukup hanya diberi
ceramah ataupun materi satu arah. Harus ada budaya-budaya yang mendorong kader
agar senantiasa meningkatkan kualitas intelektual kader. Seperti mengangkat topic-
topik ringan dalam grup whatsapp maupun media sosial yang lain. Generasi π adalah
generasi yang memiliki kecenderungan pada kelompok. Maka untuk membuat
generasi ini tertarik belajar, kelompok tersebut harus membudayakan stimulus
yang efektif sesuai dengan kebutuhan kader dalam berproses.
2. Coaching/Pendampingan

17
Yoris Sebastian, dkk. Generasi Langgas Millenial Indonesia. (Jakarta:Gagas Media. 2016) hlm. 42
18
Ahmad Dahlan Ranuwiharjo, Menuju Pejuang Paripurna. (Maluku Utara:Pimpinan kolektif Majelis
Nasional KAHMI. 2012) hlm. 114

12
Pendampingan diperlukan oleh kader selepas LK 1. Menurut Abraham
Maslow salah satu kebutuhan manusia dalam hierarkinya yang harus dipenih
adalah kebutuhan sosial. Melalui pendampingan, maka ia secara tidak langsung
sudah memberikan rasa memiliki dan dimiliki. Sekaligus untuk memenuhi
kebutuhan rasa aman karena proses pendampingan. Mengingat karakter
generasi π ini adalah kultur sharing. Generasi π lebih antusian untuk saling
berbagi pikiran dengan orang lain, dibandingkan membaca buku yang amat
tebal. Minat membaca mereka sebenarnya ada, namun ketahanan membaca
yang menjadi masalah. Mayoritas dari generasi ini lebih menyukai informasi-
informasi instan. Dengan input data yang maksimum di tengah perkembangan
teknologi informasi, generasi π merasa sudah bisa mengakses informasi pendek
dari internet.
Untuk itu, diperlukan pendampingan agar generasi π tidak semata
menyadur informasi dari internet. Namun juga diimbangi dengan literasi yang
memadai. Karena sesungguhnya pergerakan tanpa landasan adalah sebuah
kebutaan. Terlebih dalam organisasi HMI, literasi adalah sesuatu yang wajib
dan tidak bisa ditawar lagi. Pendamping pun juga harus memahami, karakter
kader yang ia dampingi. Agar pendamping tidak salah mengambil langkah
dalam proses pendampingan.
3. Aktivitas
Segala aktivitas yang mendorong kader utnuk berproses adalah bentuk dari
perkaderan informal. Diantara aktivitas yang mampu mendorong semangat kader
dalam berproses adalah aktivitas sosial. Dengan terjun langsung ke lapangan, maka
kader akan merasa bahwa dirinya memang dibutuhkan di masyarakat. Dan oleh sebab
itu, maka ia merasa harus selalu belajar agar nantinya mampu berperan aktif di tengah-
tengah masyarakat.
Tentunya, sebelum melaksanakan aktivitas sosial ini, kader diberi gambaran
melalui pendampingan terkait kegiatan yang akan dilaksanakan. Agar kader mampu
beradaptasi di lapangan setelah mengetahui kegiatan yang akan dilaksanakan. Selain

13
itu, aktivitas-aktivitas seperti ini perlu dilakukan. Mengingat tidak sedikit kader yang
masih malas atau merasa belum mampu untuk menghadiri kegiatan diskusi yang
umumnya dilaksanakan pada malam hari. Setidaknya, ketika mereka merasa belum
mampu menghadiri acara-acara diskusi malam, mereka sudah merasa bergerak dan
dibutuhkan dalam lingkungan sosial masyarakat. Karena bagaimanapun juga, Maslow
berpendapat manusia membutuhkan rasa dihargai untuk bertahan hidup.
Generasi π adalah generasi yang masih menjunjung nilai-nilai kearifan,
keagamaan. Maka strategi aktivitas ini sebenarnya lebih mudah untuk
direalisasikan dibanding diskusi malam. Dengan melaksanakan kegiatan-
kegiatan sosial seperti penggalangan dana, kerja bakti, mengikuti ceramah di
masyarakat, bahkan mengisi sebagai pemateri. Hal-hal seperti ini lebih sesuai
dengan karakter dari generasi π. Meskipun pada akhirnya semua strategi harus
berjalan adil.

14
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Perkaderan berasal dari kata dasar kader, yang berarti sekelompok orang
yang terorganisir secara terus-menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi
kelompok yang lebih besar (kader). Pekaderan di HMI sendiri ada dua jenis,
yakni perkaderan formal dan perkaderan informal. Praktik pelaksanaan
perkaderan formal adalah dengan training/pelatihan, dimana pengertian dari
training/pelatihan adalah suatu proses sistematis untuk menanamkan nilai-nilai, ilmu
pengetahuan, dan keahlian yang dilakukan melalui kegiatan terstruktur dan kurikulum
yang baku.
Dengan demikian, secara umum training/pelatihan ditujukan untuk mengubah
pola pikir, sikap, dan prilaku seseorang sesuai dengan tujuan dari training/pelatihan itu
sendiri. Dalam perkaderan formal ini, kegiatan training/pelatihan dikelompokan
menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu: a) training formal, b) training non-formal, dan c)
training lainnya. Sedangkan perkaderan informal mengarah pada kegiatan yang
dilaksanakan pasca LK 1 dengan ruang lingkup yang lebih luas.
Di tataran training formal LK (Latihan Kader) 1, peluang peserta training
untuk berhenti di tengah jalan lebih sedikit dibandingkan pasca LK 1. Artinya,
beberapa kader sedikit banyak memilih untuk tidak aktif bahkan ingin berhenti
total dari kegiatan keorganisasian HMI. salah satu faktor penyebabnya adalah
kurang maksimalnya perkaderan informal yang dilakukan. Mengingat
perkaderan informal memiliki porsi lebih dari 95% dari segi waktu.
Meskipun perkaderan informal ini sifatnya lebih fleksibel, namun kualitas
ilmu pengetahuan, serta keahlian harus tetap diperhatikan. Terlebih dengan
generasi saat ini, generasi π (millennial Indonesia), diperlukan upaya-upaya
(strategi) khusus dalam kaitannya dengan perkaderan informal yang berbeda
dari generasi sebelumnya. Dalam rangka mewujudkan terbinanya individu HMI

15
yang memiliki lima kualitas insan cita tersebut, maka berbagai kegiatan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan tersebut. Diantara kegiatan-kegiatan tersebut adalah: Follow-
up, Up-grading, Aktivitas, Promosi, Coaching/Pendampingan, Pembentukan
Iklim, Suasana, dan Budaya Positif.
Namun dalam hemat penulis, yang perlu ditekankan lebih adalah melalui strategi
pembentukan iklim, suasana, dan budaya positif dan coaching/pendampingan serta
aktivitas. Dengan mempertimbangkan karkter dan kebutuhan generasi π sebagai
generasi mayoritas kader HMI yang telah melaksanakan Latihan Kader (LK) 1.
B. Saran
Perkaderan HMI adalah perkaderan yang special. Karena ia memiliki
tujuan yang amat jelas dan terarah serta cara yang terstruktur yang disusun
dalam hasil-hasil kongers HMI pada setiap waktunya. Alangkah lebih baik
apabila perkaferan tidak hanya sekedar focus pada Latihan Kader 1 saja
(perkaderan formal awal). Namun juga pada perkaderan informal. Karena
perkaderan informal ini memegang andil lebih dari 90% presentasi kader dalam
berproses. Juga perkaderan informala lah yang akan menentukan, apakah kader
mau bertahan dalam organisasi, atau hanya sekedar mampir saja atau kurang
terarah.
Terlebih dengan kehadiran generasi millennial kini yang memiliki
sejuta kreatifitas dan model pemikiran yang berbeda dari generasi sebelumnya,
hal-hal yang berkaitan dengan personal kader peelu diperhatikan lagi agar tidak
terjadi kesalahpahaman antara pendamping juga kader. Tanpa
mengesampingkan tujuan bersama juga kebutuhan serta minat kader. Segala
strategi yang diterapka bisa saja berubah-ubah di lapangan. Karena konteks
yang dihadapi pun berbeda, maka dari itu, strategi yang telah direncanakan
harus dilaksanakan secara adil dan berkesinambungan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Tim Perumus. 2018. Hasil-Hasil Kongres XXX Ambon 14-25 Februari 2018 .
Ambon: Himpunan Mahasiswa Islam

Rahman Taufiq. 2013. Tauhid Ilmu Kalam. Bandung:CV Pustaka Setia

Badri Yatim. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Raja Grafika Indo Persada

Tim Perumus.2016. Hasil-Hasil Kongres XXIX Pekanbaru 22 November-5


Desember 2016. Riau: Himpunan Mahasiswa Islam

BPL HMI Cabang Sukoharjo. 2015. Buku Saku Kader Latihan Kader 1. Sukoharjo :
HMI Cabang Sukoharjo
Faisal Solichin. 2010. HMI Kawah Candradimuka. Jakarta :Sinergi Persadatama
Foundation
Muhammad. 2017. Generasi π Memahami Millenial Pengubah Indonesia. Jakarta:
Republika
Sebastian Yoris, dkk. 2016. Generasi Langgas Millenial Indonesia. Jakarta:Gagas
Media
Ahmad Dahlan Ranuwiharjo. 2012. Menuju Pejuang Paripurna. Maluku
Utara:Pimpinan kolektif Majelis Nasional KAHMI
Aminuddin, M. Faishal. 2009. Globalisasi dan Neoliberalisme: Pengaruh dan
Dampaknya bagi Demokratisasi Indonesia.Yogyakarta: Logung Pustaka.

17
CURRICULUM VITAE

Nama Lengkap Yulia Eka Saputri


Nama Panggilan Putri
Tempat dan Tanggal Lahir Ngawi, 30 Juli 1997
Status Keluarga Belum Menikah
RT 05 RW 02 Dsn. Mlarik, Ds. Baderan,
Alamat asal (Lengkap) Kec. Geneng, Kab. Ngawi

Alamat Tinggal Sekarang Menco ,Kartasura. Sukoharjo


No. Telp/HP 085815834249
Email ysaputri97@gmail.com
Pendidikan Sekarang
a. Universitas / Institute Muhammadiyah Surakarta
b. Fakultas Agama Islam
c. Jurusan Pendidikan Agama Islam
d. Angkatan 2015
e. NIM (Nomer Induk G000150131
Mahasiswa)
Jenjang Pendidikan Sebelumnya Tahun Masuk Tahun Tamat
a. MIN 2003 2009
MLARIK
b. MTsN 2009 2012
NGAWI
c. MAN 2012 2015
NGAWI
d. Univ. Muhammadiyah 2015 Sekarang
Surakarta

18
19

Anda mungkin juga menyukai