Anda di halaman 1dari 25

MISSION DAN STRATEGI HMI MENUJU INDONESIA EMAS 2045

BADKO HMI SULTRA (H)


Hmi Dalam menjawab Kedaulatan Rakyat Menuju Indonesia Emas

Disusun Oleh:
Muh. Jamal
Cabang Kendari
KATA PENGANTAR
Pertama tama dan paling utama penulis mengucapkan puji syukur
atas kehadirat Allah SWT. Karena berkat izin dan limpahan rahmat
kesehatan dan kesempatannya sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
makalah ini dibuat sebagai syarat untuk mengikuti intermediate training
(LK II) HMI cabang kolaka. Jurnal ini berjudul “Hmi Dalam menjawab
Kedaulatan Rakyat Menuju Indonesia Emas ”. Penulis merasa dan menyadari
bahwa topik ini perlu dikaji lebih mendalam karena HMI memiliki sifat
keislaman yang perlu dipahami dan dijalankan sepenuhnya oleh setiap
kader HMI. Makalah ini merupakan hasil karya manusia yang
kemampuannya sangat terbatas, yang tidak menuntut kemungkinan
didalamnya terdapat banyak kesalahan baik itu teknis penulisan, kata-kata
dan makna isi yang sama dalam setiap kalimat. Olehnya itu, sangat
diperlukan kritikan dan masukan agar bisa meluruskan kesalahan dalam
penulisan makalah yang dihadapan sidang pembaca

ii
DEFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Menjawab Tantangan dan Peluang Menuju Indonesia Emas 2045..... 4
2.2 Sistem Strategis dalam Menegakan Kedaulatan Rakyat untuk Menuju
Indonesia Emas 2045………………………………………………………9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Panggung sejarah Indonesia dari setiap generasi yang dilahirkan


oleh para aktivis dan figur HMI, telah memberikan semangat kepada
setiap kader untuk senantiasa merawat persatuan dan kemajuan
bersama. Para tokoh bangsa yang dibesarkan oleh HMI dan telah
berkontribusi besar terhadap kemajuan di berbagai bidang, tentu saja
marupakan manifestasi dari proses pengkaderan yang dilakukan secara
ketat dan serius. “HMI adalah harapan masyarakat Indonesia”.

Pertama sebagai salah satu jalan untuk menuju tangga Indonesia


emas tersebut adalah melalui gagasan-gagasan besar yang berorientasi
pada dimensi kemahasiswaan, ke-Islaman dan ke-Indonesian. Dunia
perguruan tinggi sebagai penempaan ilmu pengetahuan dan
intelektualitas juga harus difungsikan sebagai laboratorium sosial untuk
mengawal pemikiran-pemikiran produktif bagi pembangunan SDM yang
berkualitas.

Demikian juga, tradisi lingkaran diskusi untuk membicarkan


persoalan kebangsaan, kebijakan publik dan memberikan alternatif solusi
yang biasa dilakukan oleh kader aktivis HMI harus terus dipertahankan
untuk mengolah problem solving. Begitupun sambil memikirkan
metodologi yang lebih efektif menjadi tanggung jawab bersama untuk
terus dirumuskan. Sebagaimana kaidah fiqhyah “al- muhafadlatu ala
qadimis shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah”

Di samping itu, gagasan pembaharuan yang bermuara pada sikap


dan tindakan kader ketika menghadapi problem keumatan dan
kebangsaan harus peka merespons berbagai macam persoalan tersebut
dengan melandaskan pada prinsip mission HMI yang memuat lima

1
2

kualitas insan cita; pengabdi, bernafaskan Islam, dan bertanggung


jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridlai Allah
SWT. Prinsip mission HMI bukan termenologi klasik, tetapi tugas dan
tanggung jawab kader harus senantiasa merefleksikan hal tersebut.
Kesegaran pada setiap diri kader untuk melakukan capacity building dan
aksi-aksi sosial. Tentunya penting untuk selalu diarahkan dalam
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan kader, agar pada gilirannya
transformasi pemikiran dan peradaban berdaya bersama menuju
Indonesia emas 2045. sebagai agen perubahan khususnya terhadap
segala situasi yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, HMI berelasi
dengan pemerintah, entitas gerakan yang lainnya dan juga masyarakat
luas yang berarti HMI telah di terima oleh banyak masyarakat

Dengan keyakinan yang teguh dalam mewujudkan komitmen


kebangsaan bagi HMI merupakan sebuah kebutuhan dan common sense
kemanusiaan secara universal, olehnya itu, tidak rasional untuk sekedar
ragu dengan komitmen kebangsaan HMI dalam merawat dan melestarikan
kebinekaan NKRI.

Maka olehnya itu, perlu dikaji lebih mendalam Hmi Dalam


menjawab Kedaulatan Rakyat Menuju Indonesia Emas 2045.
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana menjawab tantangan dan peluang munuju Indonesia
emas 2045?
b. Bagaimana sistem strategis dalam menegakan kedaulatan rakyat
untuk menuju Indonesia emas 2045?
3

1.3. Tujuan penulisan

Penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu persyaratan


mengikuti LK 2 HMI dan selain dari itu tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
a. Untuk mendeskripsikan peran HMI dalam menjawab tantangan dan
peluang munuju Indonesia emas 2045
b. Untuk menjelaskan sistem strategis dalam menegakan kedaulatan
rakyat untuk menuju Indonesia emas 2045
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Menjawab Tantangan dan Peluang Menuju Indonesia Emas 2045


a. HMI menjawab tantangan zaman

Kelahiran Himpunan Mahasiswa Islam pada tanggal 5 Feberuari


1947 tidak terlepas dari permasalahan bangsa yang didalamnya
mencakup Ummat Islam sebagai suatu kesatuan dinamis dari bangsa
Indonesia, yang sedang mempertahankan kemerdekaanya. Sebagai
organisasi kader yang sudah berumur 75 tahun. HMI, menurut ukuran
umur manusia, secara psikologis telah melewati usia transisi dan
kematangan berpikir bahkan jika umur HMI dipersamakan sebagian umur
rata-rata masyarakat Indonesia, maka dia berada pada fase menunggu
akan kematiannya. Dalam konteks inilah, apresiasi kita terhadap HMI
menjadi sangat menarik untuk dielaborasi, HMI tentu sangat diharapkan
mampu mentransformasikan gagasan dan aksinya terhadap rumusan cita
yang ingin diwujudkan yakni “Terbinanya Insan akademis, pencipta,
pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggujawab atas terwujudnya
masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT, maka aktivitas
keseharian HMI harus senantiasa mendekatkan diri pada realitas
masyarakat dan secara intens membangun proses dialektika secara
objektif, dalam hal ini kader HMI harus memilki keberpihakan terhadap
kaum tertindas, serta memperjuangkan kepentingan kelompok ini.

Beriringan dengan hal tersebut, dalam dinamika empirik organisasi


saat ini, Nampak bahwa HMI semakin kehilangan ruhnya dalam setiap
aktivitasnya, baik ruh intelektualisme, sikap kritisnya, maupun semakin
hilangan warna ideologis nilai dasar perjuangan dalam dinamika empirik
organisasi, diperparah lagi dengan mentalitas arogansi yang tidak diiringi
dengan struktur pengetahuan yang komprehensif, yang mewarnai kader-
kader HMI saat ini. Implikasinya adalah dengan arogansi yang berlebihan

4
5

secara tidak sadar ataupun sadar akan berkecenderungan pada


pembentukan kader yang kurang komprehensif. Sehingga jika kita
analogikan HMI sebagai sebuah perusahaan sesungguhnya kita mulai
merasakan bahwa berbagai jenis produk yang dihasilkan oleh perkaderan
HMI sudah mulai ditinggalkan oleh konsumen. Banyak hal yamg menjadi
sebab kenapa kesetiaan konsumen kepada kita mulai berkurang, tentu
jawabannya adalah bisa jadi semakin banyak para pesaing yang
menghasilkan produk yang sama dengan kita atau mungkin strategi
marketing kita semakin lemah, atau bahkan mungkin kualitas produk yang
kita hasilkan semakin rendah dan tak mampu bersaing diera ini.

Melihat kondisi tersebut dalam konteks keummatan dan


kebangsaan, maka tuntutan reposisi HMI menjadi sesuatu yang sangat
urgen untuk disahuti, kemudian kita melakukan evaluasi atas kebijakan
posisioning organisasi selama ini untuk menjawab berbagai tantangan
zaman, yang terus bergolak, berbagai upaya terapi mesti kita sahuti dalam
upaya menjawab tantangan tersebut.

Islam sebagai landasan ideologis adalah system nilai yang secara


sadar dipilih untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan serta masalah yang
terjadi dalam komunitas masyarakat yang transformative ini, dari
komunitas ini perlu peningkatan transformative terhadap ajaran-ajaran
dasar Islam, tentang persaudaraan universal (Universal Brotherhood),
Keseteraan (equality), Keadilan social (social Justice) dan Keadilan
ekonomi (economie justice). Ini merupakan cita-cita yang memiliki aspek
liberatif, sehingga dalam usaha untuk mewujudkannya membutuhkan
transaksi nilai, yang mampu memberdayakan para pengikutnya, dengan
menjauhkan formalism simbolik dalam sebuah proses keyakinan-Nya,
untuk menjawab tantangan tersebut maka Ideologi HMI harus mampu
menekankan kesatuan manusia (unity of mankind) sebagai mana yang
ditegaskan dalam Al-Quran (Qs. Al-Hujurat 13). Ayat ini secara jelas
6

membantah semua konsep superioritas, rasial, kebangsaan, dengan satu


penegasan dan seruan akan pentingnya kepatuhan ritual social.
Islam sangat menekankan pada keadilan di semua aspek
kehidupan, keadilan tentunya tidak akan tercipta tanpa membebaskan
masyarakat lemah dan marginal dari penderitaan, jika ditengah suatu
bangsa orang-orang kaya hidup mewah diatas penderitaan orang miskin,
ketika para penguasa membunuh rakyat rakyat yang tidak berdaya hanya
untuk melanggengkan kekuasaan, ketika para hakim memihak hanya
kepada pemilik modal dan kekuasaan, penguasa memasukkan orang-
orang kecil tidak berdosa kedalam penjara. Maka kita tentu harus
memakai teori “ Kekerasan yang membebaskan”, para penindas sah kita
perangi, dalam upaya menegakkan ideology Islam ini, manusia bebas
mengartikulasikan sesuai dengan konteks lingkungan, tidak terjebak pada
hal-hal yang bersifat mekanis dan dogmatis. Menjalankan keyakinan
ideologis ini berarti menggali makna dan menangkap semangatnya dalam
rangka menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan yang semakin
kompleks.

Membangkitkan tradisi intelektual bagi kader-kader HMI,


merupakan hal prioritas yang mesti terjawab dalam setiap gerak dan nafas
organisasi. Kita harus menyadari bahwa dinamika intelektual komunitas
dan organisasi lain semakin berkembang, sementara justru semakin
meredup di HMI. Aktivitas organisasi harus senantiasa mampu
melakukan penguatan visi intelektual kader, sehingga ia mampu
mengembalikan citra dan cirri HMI, Hal lain yang dapat dilakukan untuk
memenuhi tuntutan ini yaitu menciptakan iklim organisasi yang
menghargai prestasi akademik, ditambah dengan modernisasi organisasi
melalui fasilitas teknologi informasi yang memadai. Tentunnya intelektual
HMI, bukan inteletual buku saja, tetapi mampu membumikan konsep
Rahmatan Lilalamin dalam realitas social.
7

Mengubah wajah HMI menjadi organisasi yang dinamis dan modern


adalah tanggungjawab semua kader HMI dan itu harus dijadikan komitmen
semua potensi yang ada, baik dalam organisasi HMI maupun KAHMI (Korps
Alumni Himpunan Mahasiswa Islam). HMI harus secepatnya melakukan
pembenahan-pembenahan dalam bidang Manajemen, perubahan struktur
(restrukturisasi), reformasi budaya negative yang ada dalam organisasi,
kesadaran dan persoalan tanggunjawab (akutabilitas kompetensi), rasa memiliki
dan cinta terhadap organisasi agaknya masih perlu direkonstruksi dan menjadi
refleksi kita bersama dalam upaya penataan dan pembenahan organisasi
kedepan maka fungsionalisasi dan maksimalisasi aparatur organisasi senantiasa
menjadi hal yang signifikan untuk segera dilaksanakan.

Semangat egalitarisme, visi kerakyatan, keberpihakan tehadap


kaum yang tertindas harus dimiliki setiap kader HMI dan senantiasa
dikembangkan dalam rangka reposisi peran dan pencitraan HMI dari
fenomena partisipan elitis dan akomodatif terhadap kekuasaan yang
Korup diubah menjadi lebih kritis dan korektif terhadap kekuasaan yang
korup dengan bingkasi etika dan moralitas, dengan demikian HMI harus
mampu mempertahankan milik dan kehormatannya yang paling berharga,
yaitu indepensi.

b. HMI menjawab Peluang zaman menuju Indonesia emas

HMI dalam pasal 8 AD disebutkan sebagai organisasi perkaderan.


Dari sini kita dapat memahami bahwa perkaderan merupakan jantungnya
HMI. Jika perkaderan HMI mandeg, maka tinggal tunggu saatnya HMI
akan “mati”. Maka dalam konteks menyongsong Indonesia emas 2045,
perkaderan ini menjadi penting.

Memang bahwa untuk mewujudkan cita-cita menuju Indonesia


emas 2045 yang akan diisi oleh generasi berkualitas tidak semudah
membalikkan telapak tangan. Pemerintah juga telah mencanangkan
8

empat pilar utama. Yakni pembangunan SDM dan penguasaan IPTEK,


perkembangan ekonomi berkelanjutan, pemerataan pembangunan, dan
ketahanan nasional dan tata kelola pemerintahan.

Tetapi upaya pemerintah akan menjadi sia-sia jika tidak didukung


oleh berbagai elemen masyarakat. Sebab harus diakui, peran institusi
pendidikan saja tidak cukup untuk pembangunan SDM berkualitas. Dan
HMI sebagai organisasi yang basisnya adalah mahasiswa memiliki peran
strategis untuk mengasah skill dan keterampilan kader di luar kampus.
Yang tidak kalah penting, HMI harus peka dengan perubahan zaman yang
begitu cepat. Sehingga rekayasa organisasi HMI tidak boleh terpaku
dengan sistem perkaderan yang cenderung konvensional di tengah dunia
yang terlipat oleh kepentingan revolusi industri.

Patrick Dixon (2019) misalnya telah membunyikan alarm tentang


situasi masa depan. Baginya, dalam dekade-dekade mendatang, manusia
terus berpacu dengan kecepatan perubahan. Siapa yang cepat
merespons perubahan serta menepis ekses disrupsi teknologi, dia yang
akan berpotensi memenangkan persaingan. Maka HMI harus segera
mempersiapkan peta jalan perkaderan dalam tubuh HMI itu sendiri. Untuk
memberikan berbagai bekal kompetensi kepada kader-kader dalam
memasuki Indonesia emas 2045. Peta jalan atau grand desain perkaderan
HMI harus berperspektif masa depan yang selaras dengan pesatnya
perkembangan teknologi digital, kecerdasan buatan (artificial intelegent),
revolusi industri 4.0 dan society 5.0. Dan tentu saja,
formulasi grand desain perkaderan dilakukan tanpa mengabaikan doktrin
perjuangan HMI. Yang di dalamnya mencakup pemikiran keislaman dan
keindonesiaan, memori penjelasan tentang Islam sebagai azas HMI, tafsir
tujuan HMI, tafsir independensi, serta Nilai Dasar Perjuangan.
9

2.2. Sistem Strategis dalam Menegakan Kedaulatan Rakyat untuk


Menuju Indonesia Emas 2045

Lumbung sebagai postmodern

Di zaman dahulu kala, kira-kira itu terjadi sekitar abad ke 50 SM.


Manusia masih hidup secara "nomade", yang selalu berpindah-pindah,
berburuh dan meramu. Di situlah mereka mulai mengenal arti pentingnya
kesetiakawanan sosial. Mereka hidup berkawan-kawan, membangun klan,
membangun kabilah-kabilah kecil yang disebut dengan horde (kelompok).
Sebagai manusia "praaksara", horde itu belum mengenal hukum tertulis
seperti zaman-zaman kekaisaran atau raja-raja, melainkan hanya hukum
rimba. Pagi, siang dan malam berkelahi dengan binatang

Para horde yang terus mengembara di hutan belantara yang ganas


itu, tak jarang mendapat serangan binatang buas secara tiba-tiba. Begitu
pula cuaca yang dingin menusuk sampai ke tulang serta ancaman konflik
dari horde lain membuat mereka berfikir untuk tinggal dan menetap. Ada
yang memilih pohon-pohon kuat dan ada pula yang memilih gua yang
gelap, sepi dan sunyi. Di gua itu diterangi oleh sedikit cahaya api. Hidup
dengan tentram dan aman.

Dan lama-lama, ada diantara horde itu yang merusak hutan, membunuh
hewan secara belebihan, sehingga memutus rantai makanan. Atas
kejadian ini datanglah musibah yang membuat mereka begitu ketakutan.
Mereka berpikir, bahwa sejatinya, manusia tak punya kuasa walaupun
sudah diberlakukan hukum rimba. Mereka sadar. Ada yang lebih tinggi
dari hukum rimba, namanya "hukum alam".

Kesadaran arti penting merawat hutan membuat horde mulai takut


jika alam "marah" dan "muram". Mulailah mereka menyembah pohon-
pohon, roh-roh, batu-batu dan dll. Dengan harapan, dari hasil
penyembahan itu dapat dijauhkan dari segala malapetaka. Ini awal
10

mulanya manusia mengenal "animisme" dan "dinamisme". Artinya bahwa,


para horde sudah mengenal "etika" (aturan-atauran yang berada di luar
tubuh manusia). Hukum Alam misalnya.

Lambat laun, perburuan binatang oleh manusia tidak hanya diambil


dagingnya. Ada pula yang ditangkap hidup-hidup. Tidak semua mati.
Sebagian binatang yang hidup itu lalu dikembang biakan hingga beranak
pinak. Para ahli masa lampau mengatakan, hal itu sebagai perpindahan
periode dari perburuan ke peternakan. Ada juga ahli yang beranggapan,
setelah fase perburuan adalah fase pertanian, bukanlah peternakan.
Seperti yang dikatakan oleh Dr. Flaure dari universitas Wales dalam buku
Sarinnah Ia berkata :

"Bahwa periode perburuan itu bukan diikuti oleh periode


peternakan, Tetapi periode pertanian. Sebab, sering kali ada jejak
peninggalan kawasan pertanian purbakala yang tidak mesti diikuti oleh
peninggalan fosil-fosil hewan".

Bagaimanapun juga ilmu pengetahuan terus maju dan


berkembang. Besok, sepuluh tahun atau seratus tahun kemudian, boleh
jadi ditemukan lagi bukti-bukti yang lebih tua daripada temuan
sebelumnya. Yang pasti, peternakan dan pertanian ini sebagai asumsi
dasar terbangunnya lumbung. Peternakan dan pertanian inilah yang
dikenal hari ini sebagai Sumber Daya Alam. Mereka belum mengenal
bahan logam galian tambang seperti : emas, perak dan perunggu.
Sumber-sumber daya alamnya cuman hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Barulah pasca periode peternakan-pertanian mulai masuk di


periode logam, yaitu zaman yang disebut dengan zaman perak dan
perunggu. Awalnya manusia hanya butuh makan dan minum saja. Hari
demi hari kian berlalu, manusia mulai menemukan bahan galian berupa
perak, perunggu dan belakangan juga emas. Tombak, panah dan kapak
yang dipakai berburuh semula dari batu mulai dilapisi bahan logam (perak
11

dan perunggu). Pancinya semula batu mulai menggunakan perunggu.


Pembuatannya dengan teknik "bivalve" atau "a cire perdue". Bisa dibilang,
ini adalah masa manusia mengenal "estetika".

Barang-barang perak dan perunggu yang terus dibikin


menyebabkan terjadi kelebihan produksi, maka ide untuk menjual
berkelebihan itulah manusia mengenal perdagangan. Begitu pula dengan
pertanian-peternakan. Mulai tumbuh suburnya tumbuhan dan hewan
berkembang biak dengan cepat dan terus dipanen hasilnya sehingga
produksi melimpah-ruah. Kelebihan itu lalu disimpan di suatu tempat
penampungan yang di sebut "LUMBUNG".

Antara periode pengumpulan barang di lumbung dan penjualan


barang di pasar punya waktu yang berbeda. Tentunya masa pengumpulan
barang jauh lebih tua. Sebab, mereka harus menyiapkan bahan-bahan
pangan untuk menghadapi masa peceklik lebih dulu daripada menjualnya.
Walaupun antara pengumpulan perkakas di lumbung dan perdagangan di
pasar punya perbedaan waktu, namun keduanya punya persamaan, yaitu
Sumber Daya Alam yang berlebih (surplus nilai).

Bila seorang filosof Yunani bernama Thales (624-656 SM)


mengatakan awal mulanya kehidupan tiap individu adalah air. Maka
manusia yang berkelompok yang mengalami perkembangan pemikiran
yang hidup diabad modern ini menganggap SDA sebagai permulaan
peradaban semua manusia. SDA ini yang kelak membuat manusia
bertengkar, berkelahi, tak jarang sampai mengangkat senjata.

Dari "Horde" Sampai Terbentuknya "Big Organization"

Perkembangan manusia yang semula dari horde (kelompok)


sampai kombinasi antara horde itu lambat laun makin besar, hingga
terbentuk suku/bangsa yang ditetapkan oleh campur tangan Tuhan (given
factor) dan semakin membesar hingga akhirnya membentuk "Big
12

Organization" (artificial factor). Big organisation inilah yang kita kenal hari
ini sebagai negara. Di dalam negara itu kemudian dibangun nilai-nilai:
Mulai dari budaya, hukum, sosial, politik, ekonomi yang sesuai dengan
corak lingkungannya masing-masing, serta memilih pemimpin.

Di belahan dunia manapun, dari utara, timur, selatan sampai barat


"Big Organization" hanya dibagi menjadi 2 ruas pemikiran besar. Ruas
yang pertama apa yang disebut dengan "Ancient filosofi", sedangkan ruas
yang disebut belakangan yaitu "modern-filosofi". Sedangkan Indonesia
bukanlah kedua ruas itu.

a. Ancient filosofi

Negara "Ancient" misalnya, adalah untuk menyebut negara-negara


yang menggunakan otokrasi : kekuasaan tertinggi hanya di tangan satu
orang saja. Bila di zaman "horde" pemimpin dipilih berdasarkan siapa
yang paling kuat fisiknya, tegap badannya, lihai dalam berburuh, pandai
bertarung, maka di periode "Ancient" pemimpin dipilih dari "status sosial".
Strata yang paling tinggilah yang menjadi raja. Bapaknya berhak
menggunakan "telunjuknya" untuk memilih anaknya yang "berdarah biru".

Di dalam negara penganut "Ancient", masih ada lumbung sebagai


pusat perekonomian. Akan tetapi masalahnya adalah, lumbung disusun
dan dikuasai sepenuhnya oleh paduka. Rakyat tidak menguasainya.
Rakyat tidak berhak menentukan kebutuhan dasarnya sendiri. Tuan
rajalah yang menentukan. Singkatnya, masyarakat belum punya
"kedaulatan" di lapangan ekonomi. Jurang pemisah antara "darah biru"
dan "darah merah" membuat ketimpangan sosial kian hari makin tajam.

Meski begitu, paduka tetap membagikan hasil produksi


lumbungnya. Walaupun belum bisa dikatakan adil dan merata. Tetapi, ada
juga di zaman "Ancient", negara yang kaya raya serta makmur rakyatnya.
Seperti masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) dari Dinasti
13

Umaya yang terkenal adil dan bijaksana. yang dikasahkan elvandi (2011)
Konon, dikisahkan di negeri itu tidak ada rakyat yang mau menerima
sedekah, semua kaya raya. Baitulmal nya surplus produksi. Tetapi, tidak
bertahan lama. Oleh karena, di dalam -sistem kerajaan- ada raja baik ada
pula raja dzolim. Acapkali, anak-anak raja memperebutkan harta dan
tahta. Dan ilmu ekonomi belum "sematematik" hari ini. Akhirnya, dinasti itu
runtuh juga oleh serangan bani Abbasiyah yang dipimpin oleh Marwan Bin
Muhammad 744 M.

Beradab-abad masa jaya "Ancient" bertahan cukup lama dan


panjang. Dari Afrika : Mesir Kuno bergeser ke eropa : Yunani dan Roma,
dari eropa pindah ke timur tengah : Persia dan Arab, dari timur tengah
menuju ke asia timur : Tiongkok dan terus menjalar sampai ke Asia
Tenggara: Nusantara. Sampai situ, datanglah segerombolan pemberontak
yang banyak harta dari Perancis untuk menentang negara "ancient". Para
pemberontak itu tidak hanya ingin menguasai Sumber Daya Organisasi
Besar seperti negara, tetapi juga menguasai Sumber Daya Alam, Sumber
Daya Manusia dan Sumber Daya Finansial.

Para pemberontak itu adalah "kaum burjois". Karena mereka sering


dipajaki oleh raja dengan mengutus "abdi" dalamnya, merasa hartanya
makin hari makin berkurang, karena burjois adalah saudagar, maka
dengan kekuatan modal dan daya-upaya menggerakan rakyat jelata yang
memang sejak lama sudah dendam kusumat terhadap kekusaan paduka.
Revolusi Perancis 1799 tak dapat terhindarkan lagi. Revolusinya kaum
burjois, di tandai dengan putusnya kepala kaisar Louis XVII. Kemenangan
kaum burjois dengan membawa serta semboyan "egalite", "fertanite" dan
"liberte" adalah awal mulanya kehancuran lumbung-lumbung kerajaan
diganti oleh sistem ekonomi liberal dan awal mulanya berdiri negara
modern-filosofi.
14

b. Modern filosofi

Seorang pemikir sungguh-sungguh dari Amerika Serikat bernama


Thomas Oden berkata, "bahwa mulanya modern filosofi di mulai dengan
runtuhnya "bastile", seiring keberhasilan revolusi Perancis 1799. Dan
berakhir dengan kekalahan kaum komunisme serta runtuhnya tembok
berlin sekitar tahun 1990 an".

Thomas Oden yang seorang Amerika sedikit benar, bahwa awal


mulanya modern filosofi ketika kaum radikal burjois perancis itu
menyerang bastile 1799. Tetapi runtuhnya negara-negara modern ia
keliru. Bahwa sampai runtuhnya tembok berlin 1989 dan bubarnya soviet
uni 1991 justru negara-negara modern bukan berjatuhan, malah makin
banyak. Rusia, Amerika, Cina dan Jermanpun masuk klasifikasi negara-
negara modern. Modern Filosofi istilahnya.

Istilah modern-filosofi untuk menyebut negara-negara modern yang


dibangun berdasarkan kekuatan politik (partai). Di lapangan ekonomi
negara modern ditandai dengan kapitalisasi aset. Kaum yang
menghendaki "bebas nilai" seperti JJ Roseau, John loke, Monstoqiue
tampil kemudian sebagai tokohnya. Di bidang politik, mereka
menyongsong semboyan dengan apa yang disebut "demokrasi".
Demokrasi yang kemudian kelak menggantikan sistem pemerintahan
otokrasi (raja-raja). Walapun demokrasi sudah di kritik habis-habisan di
yunani pada abad ke 5 SM oleh para filosof yunani, para tokoh demokrasi
itu masih saja menghidupkannya.

Apabila Sokrates mendengar semboyan para tokoh demokrasi itu,


ia bisa saja bangkit dari kuburnya. Seperti dialog Socrates, seorang filsuf
yunani abad ke 5 SM yang ceritakan dalam karangan Plato yang berjudul
"The Republic" buku ke IV. Dalam buku itu Socrates sempat berdiskusi
15

dengan seseorang yang bernama Adeimantus. Sorcrates mencoba


menunjukan kelemahan demokrasi kepada Adeimantus dengan membuat
sebuah perumpamaan,

Dialog : " Kalau anda sedang berpergian naik kapal, -tanya


Socrates-, "siapa yang menurut anda paling ideal untuk memimpin kapal?”
siapa saja boleh, -jawabnya-, Socratse melanjutkan pertanyaan, "Ataukah
orang-orang yang berpendidikan dalam menghadapi aturan dan kerumitan
perjalanan laut? “ tentu saja yang kedua”, -jawab Adeimantus lagi-.
Kemudian Socrates merespon, “ lalu mengapa kita terus berpikir bahwa
semua orang, siapa saja boleh menilai siapa yang akan menjadi pemimpin
sebuah negara?

Maksud Sokrates ialah, bahwa memilih dalam sebuah pemilihan


umum merupakan tugas orang yang berilmu dan berpengalaman dan
bukan "intuisi acak".Bila di negara-negara ensen filosofi tadi dijelaskan
bahwa, untuk menjadi seorang pemimpin melalui "stratifikasi sosial",
status sosial paling tinggi, raja berhak mewariskan kepada anaknya, maka
di negara modern filosofi ini harus melalui "dinamika politik", melewati satu
pintu yang bernama partai. Walaupun si fullan punya ilmu yang setinggi
langit dan seluas samudra ia takan pernah menjadi pemimpin tanpa
melewati partai politik. Satu lagi, ia harus punya modal besar. Politik
kapitalisme juga.

Sedangkan di lapangan ekonomi, manusia "nomade" jauh lebih


baik dari zaman "modern" filosofi ini. Mereka berburuh untuk dibawah
pulang ke horde (kelompok). Semua para horde bisa makan daging
buruan yang sama. Semangat gotong royong masih tumbuh kuat. Mereka
merawat alam dengan sangat baik, tidak merusaknya. Sedangkan
"perusuh kapitalisme" di era modern filosofi terus menguasai sumber daya
yang melimpah tanpa batas-batas geo-politik dan geo-ekonomi dengan
dalil "globalisasi". Ini kan ironi.
16

Sebenarnya ada juga negara-negara gabungan dari "ancient" dan


"modern" filosofi yang menerapkan setengah monarki (seperti inggris,
misalnya). Antara kekuatan politik dan strata sosial bersatu-padu. Tokoh
revolusinya yang terkenal bernama Oliver Cromwell seorang skotlandia. Ia
merupakan pejuang parlementarian di Inggris, yang berhasil
menumbangkan sistem Monarki Absolut saat pecahnya revolusi Inggris
abab ke 17 M. Kemenangan Cromwell yang gemilang awal mulanya semi-
monarki, di tandai dengan eksekusi mati raja Charles 1.

Betapapun hebatnya kemenangan Cromwell, Tapi justru inggris


menjadi negara imperialis setelah itu. Mereka terinspirasi oleh portugis
dan spanyol yang lebih dulu melakukan ekspansi penjajahan melalui
perjanjian Thordesilasnya (7 juni 1494) dalam buku api sejarah
(ahmad:2010) . Jadi, awalnya imperialisme inggris akibat kekurangan
bahan pangan pasca perang saudara. Maka muncullah ide untuk
menguasai sumber daya alam bangsa lain.

Dengan demikian, baik "modern" filosofi, "ancient" filosofi ataupun


setengah "ancient" sudah pernah diterapkan di negara-negara maju atau
berkembang. Baik yang dibangun berdasarkan kekuatan politik maupun
stratifikasi sosial masih diterapkan sampai hari ini. Kedua-duanya tetap
gagal. Dunia dibagi hanya ada dua filosofi, -modern atau ancient folosofi-.
Akan tetapi, negara yang di bangun berdasarkan "Postmodern filosofi"
belum pernah ada.

c. Postmodern filosofi

"Post modernisme filosofi" adalah sebuah reaksi perlawanan dan


penolakan terhadap "modernisme" abad ke 19. Ia sebuah antitesa, ia
merupakan oposisi. Gejolak pemikiran ini awal mulanya muncul tahun
1970-an. Itu pertama kali terjadi di Perancis, sama pula dengan tempat
lahirnya kapitalisme, Perancis.
17

Di kisahkan. Pada sore hari, di bulan juli tanggal 15 tahun 1972.


Peristiwa itu terjadi di st. Loius kota Missouri, Perancis. Saat itu didirikan
proyek rumah Pruitt Igoe yang dianggap sebagai lambang arsitektur
modern. Namun, penghuninya menghancurkan bangunan itu dengan
dinamit sebagai bentuk penolakan terhadap modernisme. Dari sinilah
muncul aliran pemikiran "postmodernisme". Seperti yang di gambarkan
oleh Charles Jencks.

Nampaknya, para pemikir Perancis melihat langsung dengan mata


"telanjang" dampak dari modernitas. Seperti ahli pikir Perancis yang lain
bernama Jean Francois Lyotard berkata bahwa, " Suatu Era postmodern,
dimana narasi-narasi besar modern (seperti Rasionalisme, Kapitalisme
dan Komunisme) tidak dapat dipertahankan lagi".

Lalu, bagaimana kita sebagai bangsa Indonesia mengartikan


postmodern filosofi?

Post itu artinya "sesudah/setelah" ensen dan modern. Sesudah


eranya ensen filosofi, sesudah eranya modern filosofi. Post itu suatu era
yang dibangun bukan berdasarkan "stratifikasi sosial" (seperti negara
ensen). Post itu juga bukan negara yang dibangun berdasarkan kekuatan
politik (seperti negara modern). Tetapi negara yang dibangun berdasarkan
kekuatan ekonomi yang belum pernah ada di dunia. Postmodern bisa di
artikan sebagai "role model" kehidupan, arah baru kehidupan atau mega
trend ala Indonesia.

Indonesia sebagai Post modern filosofi, diambil dari risalah perjalan


bangsa Indonesia, dimana 17 Agustus 1945 adalah hari proklamasi
kemerdekaan bangsa dan 18 Agustus 1945 negaranya dibentuk (National
state). Artinya bahwa, bangsalah yang kemudian menentukan negara.
Sedangkan negara lain, baik negara ensen atau modern sama-sama
kekuasaan di tataran negara.
18

Indonesia sebagai satu Bangsa yang terlahir dari unsur pembentuk


(seperti rakyat dan wilayah) menjadi satu kekuatan ekonomi nasional.
Rakyat ini yang kemudian disebut sebagai Sumber Daya Manusia,
sedangkan wilayah tempat ia terikat, berpijak dan hidup disebut Sumber
Daya Alam. Satu indikator saja yang dikuasai oleh Asing, maka tidak akan
pernah Indonesia merdeka 100 %.

Seperti yang sudah diuraikan panjang lebar di atas. Manakala


negara penganut modern filosofi untuk menjadi pemimpin harus lewat
partai politik dan negara penganut ensen filosofi harus anak dari seorang
raja yang berdarah biru. Maka di negara Indonesia yang menganut "post-
modern filosofi" harus melewati lumbung rakyat. Jadi, lumbung juga
tempatnya rakyat berpolitik musyawarah, bukan hanya tempat simpan
padi.

Musyawarah mufakat dari kepala keluarga, kepala Rt, Kelapa Rw,


kepala Lumbung sampai menghasilkan anggota majelis permusyawaratan
rakyat (M.P.R.) dilaksanakan di lumbung. Rencana dan Rancangan
ekonomi di mulai dari basis paling terbawah, yaitu dari rakyat. Lumbung
juga sebagai "data base" untuk menentukan APBN. Inilah yang dimaksud
membangun Ekonomi Berdasarkan kekuatan ekonomi. Berdasarkan
"bangsa" maksudnya. Postmodern Filosofi.
BAB III

KESIMPULAN

3.1. Simpulan

a. Semangat egalitarisme, visi kerakyatan, keberpihakan tehadap


kaum yang tertindas harus dimiliki setiap kader HMI dan senantiasa
dikembangkan dalam rangka reposisi peran dan pencitraan HMI
dari fenomena partisipan elitis dan akomodatif terhadap kekuasaan
yang Korup diubah menjadi lebih kritis dan korektif terhadap
kekuasaan yang korup dengan bingkasi etika dan moralitas,
dengan demikian HMI harus mampu mempertahankan milik dan
kehormatannya yang paling berharga, yaitu indepensi. Maka HMI
harus segera mempersiapkan peta jalan perkaderan dalam tubuh
HMI itu sendiri. Untuk memberikan berbagai bekal kompetensi
kepada kader-kader dalam memasuki Indonesia emas 2045. Peta
jalan atau grand desain perkaderan HMI harus berperspektif masa
depan yang selaras dengan pesatnya perkembangan teknologi
digital, kecerdasan buatan (artificial intelegent), revolusi industri 4.0
dan society 5.0.

b. Menjadikan lumbung sebagai sistem strategis sebagai suatu


amanah sejarah, sebagai tempat paling dasar rakyat
bermusyawarah mufakat serta merancang kegiatan ekonominya.
Akhirnya seluruh aktifitas politik dan ekonomi akan terkonsentrasi di
lumbung-lumbung. Sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara
terjadi secara dinamis dan simultan. Postmodern Filosofi artinya
lumbung sebagai "role model", "mega trend" yang sangat tepat
untuk menyongsong era baru kehidupan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. M. S. 2010. Judul Buku “API SEJATAH 2”. PT GRAFINDO MEDIA


PRATAMA.

Elvandi. M. 2011. Judul buku. “Inilah Politikku”. PT ERA ADICITRA


INTERMEDIA. Solo

Soekarno. 1961. Judul Buku “Tujuh bahan-bahan pokok indoktrinasi”. Jakarta.

Soekarno. Judul buku “Sarinah”. Kewajiban wanita dalam perjuangan republik


Indonesia. Penerbit media pressindo. Yogyakarta 1947

https://www.academia.edu/42687165/HMI_dan_UPAYA_MENJAWAB_TANT
ANGAN_ZAMAN

https://geotimes.id/opini/hmi-dan-asa-indonesia-emas-
2024/#:~:text=Begitulah%20HMI%20bagaikan%20kawah%20candradi
muka%2C%20tempat%20dan%20proses,tangan.%20Pemerintah%20jug
a%20telah%20mencanangkan%20empat%20pilar%20utama.

20
BIODATA PENULIS
Nama : Muh. Jamal
Tempat Tanggal Lahir: matara, 08 januari 1999
Asal Cabang : HMI Cabang Kendari
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Alamat : SPP Regency IV Ranomeeto
No. HP : 085145060857
Alamat Email : muh.jamal8199@gmail.com

Riwatay Pemdidikan:
1. SDN I Wasilomata I
2. SMPN 4 Mawasangka
3. SMAN 3 Mawasangka
Jenjang Training

1. LK 1 HMI Cabang Kendari HMI Komisariat (P) Peternakan UHO 2020


Motto Hidup: bersikap objektif dan selalu bergantung kepada ALLAH SWT
agar menjadi insan yang merdeka.

Anda mungkin juga menyukai