PENDAHULUAN
dan bernegara. Hal ini terjadi karena mahasiswa adalah orang-orang yang
kemampuan berpikir kritis banyak dimiliki oleh kalangan ini. Menurut Indrayana
(2011) dalam Bastaman (2013:1) sikap kritis dalam diri mahasiswa tidak terlepas
dari kondisi negara serta pemerintah yang sedang berkuasa, keresahan sosial serta
pemerintah tidak lagi sesuai dengan konteks masyarakat dan tidak mampu
terlibat didalamnya. Gerakan ini merupakan suatu sikap yang terhimpun dalam
sebuah organisasi (Bastaman, 2013: 2). Organisasi adalah jaringan yang lebih
besar daripada kelompok dan dapat diartikan organisasi sebagai kelompok dari
1
Organisasi pergerakan mahasiswa nasional sudah berlangsung sejak zaman
kolonial Belanda yang ditandai dengan berdirinya Boedi Oetomo pada tahun 1908.
Misi yang dibawa oleh HMI dalam menjalankan organisasi adalah untuk
mengembangkan ajaran Islam. Motivasi dasar inilah yang menjadi wawasan dan
Berdasarkan pasal 4 Anggaran Dasar HMI, tujuan organisasi ini adalah terbinanya
jawab terhadap terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah
SWT.
HMI sebagai organisasi yang telah lama berdiri telah melakukan banyak hal
dalam mengikut jejak langkah bangsa Indonesia. HMI ikut serta melawan Belanda
musuh utama PKI untuk dibubarkan sebelum meletusnya Gestapu/ PKI 1965, dan
HMI telah dapat menjadikan dirinya sebagai aset nasional alat perjuangan bangsa
2
yang harus dibina dan mendapat respon dari mahasiswa sehingga HMI menjadi
organisasi besar dengan jumlah pengikut yang besar pula (Sitompul, 2010: 5).
dituliskan secara gamblang oleh Prof. Dr. Sitompul, dalam bukunya 44 Indikator
Kemunduran HMI, kemunduran yang dialami oleh HMI sejak tahun 1980. Buku
Peristiwa yang terjadi baru-baru ini yang menandai kemunduran HMI adalah
kisruh yang terjadi pada kongres HMI ke-29 yang dilaksanakan di Pekanbaru pada
November 2015.
media yang memberitakan hal-hal negatif terhadap HMI. Hal ini terlihat dari media
Tempo.co yang memberitakan mengenai dana yang digunakan HMI untuk kongres
organisasi ini. Stigma menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pandangan
negatif yang menempel pada diri seseorang karena pengaruh lingkungan atau
kelompoknya. Stigma terhadap HMI diungkapkan oleh salah seorang alumni HMI
bahwa HMI dituduh sebagai organisasi yang suka demonstrasi, biang keributan,
Islam kiri, tidak Islami, dan masih banyak lagi (SatelitPost.com, 2016). Hal ini
pada kekuasaan, tergabung dalam partai politik, hingga ada menyebutkan bahwa
3
Kesadaran dari seluruh anggota HMI diperlukan untuk mengantisipasi
secara simultan kepada anggota HMI. Hal ini dikarenakan ideologi HMI
merupakan nilai-nilai yang harus dimiliki oleh setiap anggota dan juga merupakan
pedoman setiap anggota dalam berorganisasi. Ideologi HMI adalah nilai-nilai yang
berlandaskan Al-Quran dan Hadist yang dijabarkan oleh Cak Nur dalam Nilai
Dasar Perjuangan (NDP). Dengan pemahaman ideologi yang baik, maka HMI
HMI. Hal ini harus diaplikasikan oleh HMI Pusat, Cabang, hingga Komisariat.
Pada pengamatan awal, Maret 2016 peneliti berhasil menemukan HMI Cabang
kesatuan organisasi di bawah Cabang yang dibentuk di satu perguruan tinggi atau
satu/ beberapa fakultas dalam satu perguruan tinggi. Jumlah anggota dalam 1
komisariat adalah 50-100 orang, jadi HMI Cabang Padang mengelola 1350-2700
orang. Dengan jumlah komisariat dan anggota yang banyak, maka HMI Cabang
Selain itu, HMI Cabang Padang juga telah mendapat pengakuan dari HMI
pusat sebagai salah satu cabang terbaik di Sumatera setara dengan cabang Aceh
dan Medan. Bahkan, Badan Koordinasi (Badko) Sumatera Barat mengakui bahwa
HMI Cabang Padang mempunyai proses perkaderan yang terbaik. Sebagai salah
satu cabang terbaik, peneliti tertarik ingin melihat bagaimana proses komunikasi
4
Komunikasi internal organisasi menjadi hal yang sangat penting dalam
Pada penelitian ini pengurus HMI Cabang mempunyai peran penting dalam
mengelola anggotanya untuk tetap menjaga nilai-nilai ideologi HMI agar tetap
terbentuk anggota yang diidealkan dan diinginkan oleh HMI. Hal ini dikarenakan
biasa HMI yang memiliki nilai-nilai ideologi HMI atau bisa dikatakan perkaderan
adalah cara untuk tetap menjaga budaya HMI. Perkaderan ini bisa terlaksana
dengan baik jika pengurus HMI Cabang Padang dapat menjalankan organisasi
dengan baik. Jadi, komunikasi internal yang diterapkan oleh HMI Cabang Padang
produktivitas organisasi.
mampu mendistribusikan nilai-nilai ideologi HMI dan tetap menjaga kultur HMI
5
menetapkan dan menjalankan program kerja merupakan kunci dalam penjagaan
Proses perkaderan HMI Cabang Padang dimulai dari training formal yang
(Latihan Kader I). Setelah itu dilanjutkan dengan intermediate training (Latihan
Kader II), dan advanced training (Latihan Kader III). Selain itu training nonformal
pelatihan kekaryaan. Untuk menjalankan program ini dengan baik tentu didukung
dengan pengorganisasian yang baik oleh kader pengurus HMI Cabang Padang.
Komunikasi yang terjalin diantara sesama pengurus dan komunikasi dari pengurus
terhadap anggota menjadi hal yang paling ditekankan dalam hal ini.
Melihat fenomena yang muncul di tubuh HMI peneliti tertarik memilih HMI
sebagai subjek penelitian. Hal ini karena HMI sebagai organisasi yang telah lama
berdiri dan masih menjaga eksistensinya hingga saat ini. HMI juga mampu
dan stigma terhadap organisasi ini. Oleh karena itu, disini peneliti tertarik meneliti
internal HMI Cabang Padang, dan pesan-pesan komunikasi apa saja yang telah
6
membuat anggota HMI ini tetap solid dan mempertahankan organisasinya, dan
Cabang Padang
7
1.5 Manfaat Penelitian
komunikasi organisasinya.
Peneliti berharap hasil penelitian bisa berguna bagi para pembaca untuk dapat
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil penelitian terdahulu termasuk salah satu faktor yang ikut mempengaruhi
dan mendukung sebuah penelitian yang lain. Penelitian terdahulu berperan sebagai
Beberapa penelitian terdahulu yang dapat menunjang penelitian ini dijelaskan pada
Tabel 2.1
9
No Nama Peneliti Judul Kesimpulan Persamaan/
Penelitian Perbedaan
Indonesia
Tbk-Cilacap
3 Zaky Albanna Peran Kultur Kegiatan yang Penelitian ini
(Skripsi Akademis dilaksanakan oleh HMI memiliki
Mahasiswa Himpunan UNJ mampu membentuk kesamaan
Ilmu Mahasiswa kultur akademis. Hal pada subjek
Komunikasi Islam sebagai tersebut dimulai dari yang
Universitas Budaya Maperca, Latihan Kader digunakan,
Negeri Organisasi I, dan Follow Up. Selain sedangkan
Jakarta) dalam itu, diskusi internal perbedaannya
Membentuk maupun publik, seminar terletak pada
Insan nasional, bakti sosial, objek dan
Akademis dan aksi demonstrasi teori yang
(Studi HMI juga mampu membentuk digunakan.
Korkom kultur akademis HMI
UNJ)
adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan
hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang
organisasi, komunikasi ini dapat bersifat formal dan dapat juga bersifat informal.
10
organisasi tersebut, yaitu adanya komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan
Selentingan dan gosip terjadi diantara rekan sekerja yang biasanya bersifat pribadi,
hal ini muncul dan kemudian menjadi topik pembicaraan dalam sebuah organisasi
dan pegawai dalam suatu organisasi atau instansi yang menyebabkan terwujudnya
organisasi tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas dan pertukaran gagasan
secara horizontal dan vertikal dalam suatu organisasi (Effendy, 2011: 122). Pada
Di dalam lingkungan internal tentu dikenal tiga arus komunikasi yang bersifat
Pada tingkat ini, arus pesan dan informasi mengalir dari pimpinan atau
manajer yang berada pada struktur lapisan atau organisasi mengalir ke seluruh
lapisan bawah organisasi, kepada seluruh pegawai yang berada di bawah struktur
organisasi. Pada penelitian ini, arus komunikasi ke bawah adalah arus pesan dan
11
informasi dari hierarki yang lebih tinggi terhadap hierarki yang lebih rendah.
Secara umum komunikasi ke bawah dapat diklasifikasikan atas lima tipe, yaitu:
pengalaman.
bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi atau
pesan rasional. Pada pesan rasional, penekanannya ada pada tugas dan
12
d. Informasi, pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan
melakukan pekerjaannya.
hierarki dalam organisasi. Pesan ke bawah cenderung bertambah karena pesan itu
bawah ini tidak selalu berjalan lancar, tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu keterbukaan, kepercayaan pada pesan tulisan, pesan yang berlebihan, timing,
Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan
atau dari tingkatan yang lebih rendah kepada tingkatan yang lebih tinggi. Arus
pesan pada tingkatan ini berisikan tentang laporan (harian, mingguan, bulanan dan
tahunan), tugas-tugas yang telah diselesaikan, pertanyaan yang tidak atau kurang
atasan atau tugas yang dipercayakan padanya. Tujuan dari komunikasi ini adalah
Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap anggota,
13
Komunikasi horizontal adalah pertukaran pesan diantara orang-orang yang
masalah, penyelesaian konflik dan saling membagi informasi. Ada beberapa tujuan
a. Mengkoordinasikan tugas-tugas.
d. Menyelesaikan konflik diantara anggota yang ada dalam bagian organisasi dan
bersifat pribadi. Informasi ini mengalir ke atas, ke bawah atau secara horizontal
tanpa memperhatikan hubungan posisi, kalaupun ada kemungkinan sedikit. Hal ini
dan mengalir keseluruh organisasi dengan arah yang tanpa dapat diduga.
Komunikasi ini lebih dikenal dengan desas-desus (grapevine) atau kabar angin
14
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari satu individu ke
efektif sehingga pesan dapat tersampaikan dengan baik. Namun, ada kalanya
yang sebenar-benarnya efektif. Ada banyak hambatan yang bisa terjadi dalam
1. Gangguan
Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya
2. Kepentingan
menghayati suatu pesan. Orang akan hanya memperhatikan perangsang yang ada
15
beberapa hari tidak menemukan makanan, maka kita akan lebih memperhatikan
menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita. Seseorang akan
3. Motivasi terpendam
seseorang berbeda dengan orang lainnya dari waktu ke waktu. Demikian pula
kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak yang
dengan sungguh, tapi sebenarnya sama sekali tidak menangkap pesan atau
mungkin menolak pesan yang disampaikan. Tanggapan semu dari komunikan ini
4. Prasangka
Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi suatu
menyampaikan pesan.
16
Emosi seringkali membutakan pikiran dan pandangan kita terhadap data dan
fakta yang nyata yang disampaikan. Prasangka akan dapat membuat seseorang tak
akan dapat berpikir secara objektif dan segala apa yang dilihat dan didengarnya
akan selalu dinilai negatif. Sesuatu yang objektif pun akan dinilai negatif.
Prasangka bukan saja dapat terjadi terhadap suatu ras, tapi juga terhadap agama,
2.2.4 Ideologi
nilai, ide, norma, kepercayaan, dan keyakinan yang dimiliki seseorang atau
sekelompok orang yang menjadi dasar dalam menentukan sikap terhadap kejadian
dan problem politik yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku politik.
Ideologi adalah sebuah istilah yang lahir pada akhir abad ke-18 atau tahun
1796 yang dikemukakan oleh filsuf Perancis bernama Destutt de Tracy dan
kemudian dipakai Napoleon. Istilah itu berasal dari dua kata ideos yang berarti
gagasan, dan logos yang artinya ilmu. Dengan demikian, ideologi adalah sebuah
ilmu tentang gagasan. Adapun gagasan yang dimaksud adalah gagasan tentang
masa depan sehingga bisa disimpulkan bahwa ideologi adalah sebuah ilmu tentang
masa depan. Gagasan ini juga sebagai cita-cita atau kombinasi dari keduanya, yaitu
cita-cita masa depan. Ideologi ini tidak sekedar gagasan, melainkan gagasan yang
diikuti dan dianut oleh sekelompok besar manusia atau bangsa, sehingga ideologi
17
bersifat menggerakkan manusia untuk merealisasikan gagasan tersebut. Meskipun
gagasan seseorang, betapapun ilmiah, rasional atau luhurnya, belum bisa disebut
ideologi, apabila belum dianut oleh banyak orang dan diperjuangkan serta
Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan
nilai, gagasan atau maksud sumber. Pesan mempunyai tiga komponen, yaitu
makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk pesan
(Mulyana, 2005: 70). Pesan diperlukan karena pesan merupakan inti dari
komunikasi yang dilakukan. Pesan ini harus jelas, tepat, dan mudah dimengerti.
verbal. Pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau
lebih. Hampir semua rangsangan tutur kata yang kita sadari termasuk ke dalam
kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar
untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan (Mulyana, 2005: 260).
menjadi himpunan kalimat yang mengandung arti. Menurut Cangara (2012: 113),
bahasa memiliki tiga fungsi yang erat kaitannya dalam menciptakan komunikasi
efektif:
18
Bahasa mengembangkan pengetahuan kita agar kita dapat menerima sesuatu
dari luar dan juga berusaha untuk menggambarkan ide-ide kita kepada orang lain.
Sebagai alat pengikat dan perekat dalam hidup bermasyarakat, bahasa dapat
membantu kita menyusun struktur pengetahuan menjadi logis dan mudah diterima
oleh orang lain. Sebab bagaimanapun bagusnya sebuah ide, kalau tidak disusun
dengan bahasa yang sistematis sesuai dengan aturan yang telah diterima, maka ide
sejarah pergolakan politik di Indonesia dan sudah berlangsung lama sejak zaman
perubahan sosial adalah kompleks dan penting tetapi tidak selalu menentukan.
keompok sosial dan politik tidak dapat dipisahkan dari golongan Islam. Dalam
perjalanan sejarah peranan yang dibawa oleh pemuda Islam seringkali menonjol
sehingga merupakan alur tersendiri dalam arus sejarah Islam di Indonesia. Peranan
dipisahkan dari pergerakan nasional Indonesia yang diawali oleh Boedi Oetomo
tahun 1908. Pergerakan pembaharuan Islam dimulai oleh Sarekat Islam pada 1911,
Muhammadiyah pada 1912, serta Nahdatul Ulama pada 1926. Selain itu kelahiran
19
Jong Islamieten Bond sebagai organisasi pemuda Islam yang pertama di Indonesia
pada 1 Januari 1925 merupakan jawaban bagi pemuda Islam dalam menghadapi
Islam yang pertama, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang diprakarsai
masjid dan lembaga dakwah kampus (LDK) sebagai jawaban atas pembungkaman
politik terhadap pemuda Islam, khususnya mahasiswa pada masa orde baru hingga
Dakwah Kampus.
pertama dengan ruang lingkup Nasional. HMI berdiri pada masa Revolusi Fisik,
mahasiswa STI yang menyadari akan kebutuhan rohani dari tiga kampus besar
dikota pelajar tersebut yaitu Sekolah Tinggi Teknik (STT), Sekolah Tinggi Islam
(STI), dan Balai Perguruan tinggi Gadjah Mada. HMI bediri pada 14 Rabiulawal
20
Pada mula berdirinya organisasi ini dihadapkan dengan kondisi
pemerintahan yang tidak stabil pada masa 1947 yang bergejolak akibat agresi
bahwasannya Indonesia telah berdaulat dan menjadi suatu negara merdeka. Hal
inilah yang mengantarkan para penduduk Indonesia semua termasuk para pelajar
yang bertolak belakang dengan HMI. Dampak dari perbedaan ideologi yang sangat
kuat antara pemahaman anti Tuhan dari filsafat komunis dengan pemahaman
keislaman dari organisasi HMI menjadikan PKI dan HMI selalu dalam posisi
bersebrangan. Pertengahan tahun 1965 saat PKI kembali menjadi partai yang
besar, perseteruan dengan HMI kembali muncul. Pada masa ini posisinya menjadi
terbalik, HMI adalah pihak yang ingin dibubarkan oleh PKI. PKI sangat gigih
berusaha membubarkan HMI dan dalam situasi ini HMI melakukan lobi politik
melalui banyak tokoh yang bersimpati terhadap HMI, baik dari kalangan militer,
dan Perguruan Tinggi sekitar Yogyakarta. Ada 4 fase perkembangan yang harus
(1966-1984), fase saran dan kritik terhadap orde baru (1985-1997), dan fase
21
membangun Indonesia baru, mengawal proses reformasi 1998 sampai dengan
sekarang.
kader. Tujuan dari organisasi ini berdasarkan Pasal 4 Anggaran Dasar HMI adalah
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang dirihoi Allah
Subhanahu wata’ala.
Berbeda dengan fenomena umum gerakan Islam, HMI lahir dan tumbuh tidak
berasal dari kandungan seorang ulama dengan dukungan masyarakat agama, tetapi
HMI lahir dan tumbuh hanya oleh mahasiswa yang relatif awam terhadap
sebenarnya organisasi ini belum memiliki visi keagamaan yang jelas sebagai
landasan gerak dan gambaran masa depan yang akan dicapai (Sitompul, 1986:
11-13)
HMI sebagai organisasi berasaskan Islam maka setiap gerak langkah HMI
senantiasa dilandasi oleh ajaran Islam baik dalam kehidupan berorganisasi maupun
yang tercermin dalam pola pikir, sikap dan aktivitas kader HMI sehingga ajaran
Islam tidak hanya menjadi sumber inspirasi dan motivasi tetapi sekaligus menjadi
tujuan yang harus diwujudkan. Ajaran Islam bagi HMI harus diwujudkan dalam
kehidupannya, baik dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT, maupun dalam
bangsa Indonesia, yaitu masyarakat adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah
22
mampu memberikan sumbangan yang bermanfaat bukan hanya untuk para
anggotanya namun sekaligus untuk masyarakat, bangsa, negara dan agama serta
mampu menempatkan dirinya menjadi “Rahmatan lil A’lamin”. Hal ini sesuai
Padang, Sumatera Barat. HMI Cabang Padang didirikan pada tahun 1954, dan
pada saat itu Padang masuk ke Sumatera Tengah. Tokoh-tokoh yang terlibat dalam
Asnil Sahim, dan sekretaris Universitas Andalas yang pertama, yaitu Mr. Eziddin.
Pertumbuhan HMI di Padang terlihat begitu pesat hingga saat ini. Pada
Universitas Negri Padang dan Ekonomi Universitas Andalas. Namun kini jumlah
jumlah anggota 50-100 orang disetiap komisariat. HMI Cabang Padang mendapat
pengakuan dari HMI pusat sebagai salah satu cabang terbaik di Sumatera, setara
dengan cabang Aceh dan Medan. Bahkan, Badan Koordinasi (Badko) Sumatera
Barat mengakui bahwa HMI Cabang Padang mempunyai proses perkaderan yang
23
2.3 Kerangka Teoritis
jaring yang dipintal oleh laba-laba yang terdiri dari desain yang rumit dan selalu
berbeda dengan yang lainnya. Begitu pula dengan budaya, Greetz menyimpulkan
budaya itu semuanya berbeda tidak ada yang sama dan di sinilah letak keunikan itu
yang patut dihargai. Budaya identik dengan image, karakter, atau iklim. Tetapi
budaya adalah sesuatu yang merupakan organisasi itu sendiri. Para teoretikus
menyatakan bahwa budaya adalah suatu cara hidup di dalam sebuah organisasi.
Budaya organisasi mencakup iklim atau atmosfer emosional dan psikologis. Hal ini
budaya organisasi melihat pada makna dan nilai yang dimiliki oleh anggota
24
mencakup aspek yang sangat luas yang menyentuh seluruh aspek kehidupan
organisasi.
mereka dengan organisasi yang memiliki budaya berbeda. Gareth Morgan (1986)
pemahaman ini penting bagi perspektif interpretif. Peraga dan indikator budaya
organisasi tidak muncul begitu saja. Semua ini harus dikonstruksi dan makna yang
sebagai “eksperimen ilmiah besar pertama dalam industri.” Dua kesimpulan yang
berkembang dari studi Hawthorne tersebut sering disebut Efek Hawtorne (The
Hawtorne Effect): (1) Perhatian terhadap orang-orang boleh jadi mengubah sikap
25
dan perilaku mereka. (2) Moral dan produktivitas dapat meningkat apabila para
pegawai mempunyai kesempatan untuk berinteraksi satu sama lainnya (Pace &
tinggi hasil pekerjaan. Maka mereka memutuskan untuk mengadakan dalam suatu
control dengan kondisi cahaya yang konstan. Dua kelompok pekerja dipilih untuk
mana cahaya tidak ada. Hasilnya adalah ketika banyaknya penerangan bertambah,
ruangan control juga bertambah. Ketika cahaya berkurang di ruangan tes, efisiensi
kelompok tes juga kelompok kontrol bertambah dengan perlahan tetapi mantap.
Ketika penerangan setaraf dengan penerangan tiga lilin di ruangan tes, para
operator memprotes, mengatakan bahwa mereka hampir tidak dapat melihat apa
yang sedang mereka lakukan; pada saat itu angka produksi berkurang. Hingga saat
juga minat terhadap manajemen. Maka dari tahun 1927 hingga 1929, sebuah tim
26
Mahasiswa merupakan agen perubahan sosial dengan kemampuan
kemunduran dan hal ini memberikan stigma terhadap HMI. Stigma terhadap HMI
diungkapkan oleh salah seorang alumni HMI bahwa HMI dituduh sebagai
organisasi yang suka demonstrasi, biang keributan, Islam kiri, tidak Islami, dan
masih banyak lagi (SatelitPost.com, 2016). Hal ini diperkuat oleh observasi
dalam partai politik, hingga ada menyebutkan bahwa organisasi HMI tidak islami.
nilai-nilai ideal yang telah ada di ideologi organisasi. Proses perkaderan yang juga
merupakan budaya dari HMI dapat terlaksana dengan baik jika HMI Cabang
internal yang dijalankan oleh HMI sangat berperan penting dalam penanaman
27
Dalam hal ini, peneliti menggunakan Teori Budaya Organisasi.untuk melihat
Teori Hubungan Manusia Elton Mayo untuk melihat komunikasi internal yang
secara simultan kepada seuruh anggota biasa. Untuk lebih detailnya, kerangka
28
Organisasi HMI
Komunikasi Organisasi
Komunikasi Internal
Organisasi
Pesan-pesan
Komunikasi
Penanaman Ideologi
Organisasi
29
BAB III
METODE PENELITIAN
data sedalam-dalamnya. Hal yang lebih ditekankan dalam penelitian ini adalah dari
segi kedalaman (kualitas) data dan bukan banyaknya (kuantitas) data. Instrument
utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, sehingga peneliti terjun
adalah mendeskripsikan suatu situasi yang bersifat faktual secara sistematis dan
seperangkat peristiwa saat ini. Studi deskriptif ini adalah alat untuk menemukan
30
Cabang Padang dalam menanamkan nilai-nilai ideologi kepada anggotanya secara
Paradigma adalah pandangan yang mendasar dari ilmuan tentang apa yang
menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu disiplin ilmu
disimpulkan paradigma adalah kumpulan longgar tentang asumsi yang secara logis
dianut bersama, konsep, atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan cara
alam, karena manusia bertindak sebagai agen yang mengkonstruksi dalam realitas
sosial mereka, baik itu melalui pemberian makna maupun pemahaman perilaku.
tentang bentuk, fungsi, dan makna ungkapan. Hal ini diungkapkan Bogdan dan
31
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian
Sugiyono (2012: 38) menyatakan objek penelitian yaitu suatu atribut atau sifat
nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
merupakan suatu hal yang diteliti dengan harapan mendapatkan data untuk tujuan
penelitian ini adalah komunikasi internal yang dibangun oleh HMI Cabang
Padang.
Informan kunci dalam penelitian ini adalah Ketua Umum HMI Cabang
Padang yang memenuhi kriteria informan dan penelitian ini menggunakan teknik
Snowball Sampling. Teknik ini merupakan teknik penentuan sampel yang awalnya
32
diminta memilih atau menunjuk orang lain untuk dijadikan sampel lagi, begitu
Pada penelitian ini, informan yang ditentukan sebagai informan utama untuk
penelitian peneliti dimulai dari Rifki Fernanda sebagai Ketua Umum HMI Cabang
Padang periode 2015-2016. Ketua Umum periode saat ini belum resmi dilantik dan
oleh karena itu peneliti memilih Ketua Umum periode sebelumnya sebagai
Prasojo selaku kepala bidang Pembinaan Anggota dan anggota Badan Pengelola
disarankan Rifki Fernanda, peneliti tidak perlu lagi mencari informan selanjutnya,
tersebut, peneliti pun mencukupkan informan utama dalam peneltian ini hanya tiga
orang saja. Peneliti juga menggunakan dua informan pendukung dalam penelitian
ini, yaitu Arifki Chaniago sebagai anggota yang terus berproses di HMI dan Rafin
Chaniago sebagai anggota yang tidak berproses di HMI. Anggota biasa yang
kegiatan HMI, sedangkan anggota biasa yang tidak berproses di HMI merupakan
anggota yang hanya terdaftar secara administratif di HMI dan tidak berpartisipasi
dalam segala kegiatan HMI. Berikut tabel daftar informan yang digunakan dalam
penelitian ini:
33
No Nama Informan Jabatan Keterangan
Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber data pertama atau
data mentah (row data) yang harus diproses lagi sehingga menjadi informasi
yang bermakna. Data primer dalam penelitian ini adalah pada saat peneliti
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua atau
sumber sekunder (Kriyantono, 2007: 44). Data ini dapat diperoleh dari data
primer penelitian terdahulu sehingga menjadi informasi bagi pihak lain. Data
menyeleksi data sekunder jangan sampai data tersebut tidak sesuai dengan tujuan
riset atau mungkin terlalu banyak (overload). Data sekunder sangat membantu
34
Data sekunder pada penelitian ini adalah saat peneliti menuliskan beberapa
literatur, jurnal, buku-buku yang terkait dengan penelitian, serta arsip HMI
Cabang Padang. Selain itu, peneliti juga mendapatkan data atau informasi dari
(Kriyantono, 2007: 93). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
3.6.1 Observasi
melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan oleh objek tersebut (Kriyantono,
2007: 110). Sugiyono (2012: 310) menyatakan bahwa observasi adalah dasar
semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja melalui data, yaitu
peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka
35
peneliti melibatkan diri dalam berproses di HMI Cabang Padang. Peneliti
IAIN Imam Bonjol yang berlangsung selama 7 hari, yaitu 20 Mei-27 Mei 2016.
Oleh karena itu peneliti di baiat menjadi anggota biasa HMI. Selain Latihan
ISIP dengan para alumni HMI komisariat ISIP dan Ilmu Budaya pada acara buka
bersama tanggal 28 Juni 2016. Lalu peneliti juga melakukan observasi terhadap
kegiatan diskusi non formal yang dilaksanakan baik di wisma HMI Cabang
3.6.2 Wawancara
komunikasi antara dua orang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang
Hal ini tentu saja bertujuan agar informan bersedia meluangkan waktunya untuk
36
pertanyaan-pertanyaan secara bebas, yang terkait dengan permasalahan
diajukan kepada pengurus HMI Cabang Padang. Kedua jenis wawancara ini juga
tanggal 29 Mei 2016, pada pukul 21.00 WIB di X Mart, Tabing. Pada wawancara
dimana peneliti memperkenalkan diri peneliti dan tujuan peneliti agar informan
pertanyaan pembuka .
maksud tujuan peneliti agar informan bersedia melungkan waktunya untuk peneliti
ajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian peneliti ini. Setelah
kasih .
37
Wawancara pada informan kedua dan ketiga peneliti lakukan pada hari Jumat,
tanggal 3 Juni 2016 di wisma HMI Cabang Padang. Peneliti bisa mewawancarai
informan dihari yang sama karena kedua informan memang sedang berada di
wisma HMI. Teknik wawancara yang peneliti lakukan pada informan ini sama
dengan teknik wawancara yang peneliti gunakan pada wawancara pertama kali
Setiap akhir wawancara, peneliti tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih.
biasa HMI yang berproses di HMI, peneliti lakukan dihari selanjutnya, yaitu Sabtu,
kepada anggota biasa yang tidak berproses di HMI, yaitu pada Minggu, 5 Juni
3.6.3 Dokumentasi
lingkungan dan situasi, serta bagaimana kaitan antara defenisi diri tersebut dalam
2007: 195).
38
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan dokumentasi dari hasil
observasi di Wisma HMI Cabang Padang, lalu dokumentasi dalam penelitian ini
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data
mengorganisasikan data ke dalam kategori, memilih mana yang penting dan yang
tidak penting, untuk kemudian dibuat kesimpulan sehingga dapat dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2012: 244). Pada penelitian ini analisis
subjek. Data tersebut berasal dari hasil observasi dan wawancara tentang
Pada penelitian ini teknik yang digunakan dalam menganalisa data adalah
dengan menggunakan teknik analisa data Miles dan Huberman. Teknik analisis
ini pada dasarnya terdiri dati tiga komponen, yaitu: reduksi data, penyajian data,
dan penarikan serta pengujian kesimpulan (Pawito, 2008: 104). Dan dilakukan
dengan cara deskriptif (non statistik), yaitu penelitian yang dilakukan dengan
dalam analisis meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data
39
verification). Teknik analisa data Miles dan Huberman dijelaskan pada Gambar
3.1
Penarikan/pengujian
Reduksi data
kesimpulan
abtraksi, dan pentranformasian data mentah yang terjadi dalam catatan lapangan
dideskripsikan dalam tulisan yakni pada hasil dan pembahasan. Data tersebut
berupa hasil wawancara dengan informan dan observasi yang dilakukan peneliti.
wawancara, peneliti memberikan kode untuk memisahkan data yang penting dan
tidak penting, serta data yang sesuai dengan kepentingan penelitian atau tidak.
40
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data biasa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Miles
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
uraian yang bercerita, bagan, tabel dan gambaran umum mengenai permasalahan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap
tahap awal didukung oleh bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
memikir ulang selama penulisan, tinjauan ulang catatan di lapangan, dan tukar
yang didapatkan dari proses pengamatan dan wawancara. Kesimpulan ini bersifat
Setiap penelitian harus bisa dinilai, ukuran kualitas sebuah penelitian terletak
pada kesahihan atau validitas data yang dikumpulkan selama penelitian. Pada
41
penelitian kualitatif validitas data terletak pada proses sewaktu turun ke lapangan
mengumpulkan data dan sewaktu proses analisis data (Kriyantono, 2007 : 68).
triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Namun dalam penelitian ini, peneliti
Arifki Chaniago dan Rafin Chaniago untuk memperoleh data yang lebih banyak
dan bervariasi, sehingga data yang didapatkan nantinya akan menunjukkan bukti
dilakukan peneliti :
42
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Merancang
Flowchart
Pengumuman SK
Pembimbing
Penulisan
Proposal
Seminar Proposal
Penulisan Skripsi
Sidang Skripsi
43
BAB 1V
Pane. HMI sampai saat ini masih menjaga eksistensinya dan memberikan
peranannya pada bangsa Indonesia. Berdasarkan data yang dicatat dalam Kongres
HMI XXVII pada tahun 2010 di Depok menyatakan bahwa jumlah cabang HMI
setingkat kabupaten kota di Indonesia mencapai 197 cabang dari Sabang sampai
Dasar HMI, HMI merupakan organisasi yang berazaskan Islam. HMI meyakini
Islam merupakan ajaran yang haq lagi sempurna untuk mengatur umat manusia.
Tujuan HMI berdasarkan Pasal 4 Anggaran Dasar dalam konstitusi HMI adalah
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang dirihoi Allah
Subhanahu wata’ala.
HMI mempunyai misi, yang biasa disebut dengan mission HMI, yaitu misi
44
Indonesia dan Islam adalah satu kesatuan integratif yang tidak perlu
politis dari lingkungan kian terasa. Reaksi ideologis yang tampil kepermukaan
Sementara reaksi politis datang dari Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII)
yang berorientasi pada Masyumi. Hal ini karena pada masa itu Masyumi
tanggal 7 November 1945. Maka sejak saat itu, seluruh kekuatan umat Islam
kekuatan umat Islam. Namun, pertentangan ini dapat dijembatani dalam sebuah
perguruan tinggi di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh unsur keanggotaan HMI
yang mana semua anggotanya adalah mahasiswa yang beragama Islam. Untuk
45
diberikan oleh kader-kader HMI yang bergelut diberbagai bidang. Selanjutnya
HMI juga diperkenalkan melalui media cetak yang berupa buletin. Buletin yang
Media merupakan lanjutan dari Criterium dan Cerdas yang terbit tahun 1948.
Dalam UU yang disahkan tahun 1950, secara keseluruhan Indonesia dibagi atas
Sumatera Tengah.
Tetapi Agussalim Sitompul mencatat bahwa pada tanggal 26-28 Desember 1952
84).
Istilah Sumatera Tengah digunakan karena saat itu HMI didirikan di Padang
pada tahun 1954, daerah ini masih berada dalam wilayah Sumatera Tengah.
Berdirinya HMI tidak terlepas dari perkembangan perguruan tinggi yang ada di
Sumatera Tengah ketika itu, dalam hal ini Padang, Sumatera Barat. Dalam hal itu,
Umum HMI Bukittinggi. Menurut Asnil Sahim, HMI pertama kali diperkenalkan
46
oleh Mr. Ezzidin, Sekretaris Universitas Andalas yang pertama. Pada Februari
1956, Asnil Sahim dilantik sebagai Ketua Umum Bukittinggi oleh Mr. Ezzidin.
diterapkan ketika itu. Meski dengan sederhana, HMI yang berada di Sumatera
masih berupa wadah bagi grup diskusi yang bertema peningkatan keilmuan
Pertumbuhan HMI di Padang terlihat begitu pesat hingga saat ini. Pada
orang.
Dalam perjalanannya HMI Cabang Padang pernah ikut serta dalam GEBAK
Kolonel Dahlan Djambek. Dan hingga saat ini HMI Cabang Padang tetap
47
pernah ikut serta dalam pengabdian ke beberapa desa untuk pembinaan desa,
HMI Cabang Padang juga sering menanggapi isu sosial dengan ikut demonstrasi
dan eksistensi HMI lebih menonjol dalam berbagai aksi demonstrasi di jalanan.
Ketika HMI hidup di dunia modern, mau tidak mau organisasi ini juga harus
AD/ART HMI pasal 4 AD HMI, tujuan HMI yaitu terbinanya insan akademis,
HMI Cabang Padang mempunyai visi dan misi dalam menjalankan organisasinya,
yaitu:
1. Visi
2. Misi
Padang
b. Mewujudkan kader HMI yang kreatif, inovatif, dan solutif dalam nilai
keislaman
bagian dari struktur organisasi HMI secara keseluruhan. Seperti yang telah
48
tercantum dalam Anggaran Dasar HMI bahwa terdapat beberapa struktur
HMI.
Cabang yang dibentuk di satu perguruan tinggi atau satu/ beberapa fakultas
dalam satu Perguruan Tinggi. Untuk lebih jelas, struktur kepemimpinan HMI
Pengurus Besar
(PB)
Badan
Koordinasi
Pengurus
Cabang
Koordinator
Komisariat
Pengurus
Komisariat
yang berada dibawah Pengurus Besar (PB), serta dikoordinir oleh BADKO
49
Padang juga memiliki struktur kepengurusan. Struktur kepengurusan HMI
Keterangan:
PA : Pembinaan Anggota
50
PU : Pemberdayaan Umat
PP : Pemberdayaan Perempuan
Dept : Departemen
organisasi HMI Cabang Padang adalah bentuk garis dan fungsional, sama dengan
Pengurus Besar HMI. Dalam organisasi yang berbentuk garis dan fungsional,
bidang-bidang kerja yang dipimpin oleh para ketua dari setiap bidang-bidang
kerja yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
umum. Hal ini dibenarkan oleh Rifki Fernanda selaku Ketua Umum HMI Cabang
Padang bahwa:
“Struktur HMI di Cabang Padang itu sejajar, semua bidang itu sama
kedudukannya. Ya, kalau bisa dibilang seperti shaf di mesjid struktur
organisasinya. Jadi ketua umum memberikan bertanggung jawab atas
kepala bidangnya saja, dan setiap bidang bertanggung jawab itu kepala
bidangnya”. (wawancara pada 29 Mei 2016)
dibentuk di satu perguruan tinggi atau satu/ beberapa fakultas dalam satu
51
Universitas Andalas; Ekonomi Universitas Andalas; Hukum Universitas Andalas;
Bonjol; Dakwah IAIN Imam Bonjol; Syariah IAIN Imam Bonjol; ADAB IAIN
Imam Bonjol; Institut Teknologi Padang; PIBTI Universitas Bung Hatta; STKIP
PGRI; UPI YPTK; Universitas Eka Sakti; STIKES; Ekonomi Sipil Universitas
HMI sebagai organisasi yang telah lama berdiri dan masih tetap menjaga
organisasinya. Ideologi HMI adalah nilai-nilai yang bersumber dari Al-Quran dan
Hadist yang dijabarkan oleh Cak Nur dalam Nilai Dasar Perjuangan (NDP).
HMI menjelaskan bahwa Islam bukan sebuah ideologi seperti halnya ideologi
yang datang dari Allah SWT, sedangkan ideologi merupakan ciptaan atau buatan
dari manusia. Maka Islam sebagai wahyu tidak sama dengan ideologi yang dibuat
oleh manusia. Oleh karena itu Cak Nur menjabarkan nilai-nilai Al Quran dan
Hadist dalam Nilai Dasar Perjuangan (NDP) untuk dijadikan ideologi HMI. Hal
ini sebagaimana yang diungkapkan oleh salah satu anggota biasa dari komisariat
MIPA Unand pada saat peneliti sedang melakukan observasi di Wisma HMI.
Ideologi kita disini itu ya NDP. Islam itu bukan sebuah ideologi. Karena
secara definitif ideologi itu adalah sebuah ide atau gagasan. Ide dan
52
gagasan itu ya dari manusia. Ideologi itu buatan manusia. Jadi jangan
disamakan dengan Islam yang merupakan wahyu dari Allah. Makanya
Cak Nur itu kemudian menjabarkan nilai-nilai Al Quran dan Hadist ke
dalam NDP untuk dijadikan ideologi organisasi (diskusi pada 28 Mei
2016).
yang universal untuk memberi panduan bagi anggota HMI agar bisa memahami
Islam dengan baik dan bisa menerjemahkannya dalam dimensi ruang dan waktu.
Oleh karena itu dalam NDP HMI tidak ditemukan ajaran-ajaran yang bersifat
Secara garis besar, ada tujuh persoalan yang dibahas dalam NDP yaitu, 1)
persoalan yang dibahas dalam NDP intinya adalah iman, ilmu, amal.
hal yang paling utama ketika menjadi anggota biasa HMI. Namun, NDP tidak
agama yang dipeluknya juga terdapat kebenaran dan jalan keselamatan, meskipun
tidak seutuh atau sesempurna agama yang di anutnya. Disini HMI melihat bahwa
semua agama adalah baik namun agama Islam yang paling sempurna.
Pemikiran inkulsifitik yang dianut oleh HMI ini memiliki ciri pemikiran
pembaharuan dalam Islam, dimana mereka beranggapan bahwa Islam itu bukan
hanya sekedar simbol namun juga esensi dari Islam itu sendiri. Hal ini juga yang
53
menjadi salah satu latar belakang dirumuskannya NDP, yaitu karena umat Islam
mengesampingkan esesnsi dari Islam itu sendiri. Hal ini sebagaimana dijelaskan
dalam sebuah wawancara pada tahun 1985 yang menjelaskan dasar pemikiran
Inklusif mengakui dan melindungi pluralitas atau keberagaman yang ada dalam
masyarakat saat ini. Islam inklusif juga menjujung cara perdamaian dalam
penyelasaian konflik karena pembenaran dapat dilakukan dengan cara yang benar
ilmu pengetahuan. Ilmu merupakan poin kedua setelah iman. Setiap anggota
ilmu yang mereka miliki. Oleh karena itu, HMI menginginkan anggota yang
Kader I pada 20-27 Mei 2016 dijelaskan bahwa setiap anggota biasa HMI harus
54
mampu menjelaskan kebenaran-kebenaran dalam Islam berdasarkan dengan ilmu
pengetahuan yang mereka miliki bukan hanya menerima saja apa yang telah ada.
Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Instruktur Iqhwal pada saat pemberian
“ketika kita ditanya mengenai kebenaran Al Quran oleh orang non Islam,
maka kita harus mampu menjawab pertanyaan tersebut dengan ilmu
pengetahuan yang kita miliki. Kita tidak boleh menjawab seperti “ya
karena begitulah adanya, alquran itu sudah benar, sudah diwahyukan
Tuhan”, melainkan kita harus menjelaskan dengan ilmu kita untuk
meyakinkan mereka. Kita bisa menjelaskan bahwa Al Quran itu benar
akrna tidak ada pembandingnya. Kalau kitab-kitab sebelumnya ada
pembandingnya. Nah harus seperti itu, kit harus punya alasan, tidak
boleh menerima saja apa adanya”.(pemberian materi LK I pada 22 Mei
2016)
mereka dengan bekal ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, HMI menginginkan
Selain iman dan ilmu, setiap anggota HMI harus memiliki amal. Amal
masyarakat. HMI mengajak kepada setiap anggotanya untuk menjadi insan yang
memberi manfaat. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan Fajar selaku alumni HMI
“Kita juga harus memberi manfaat sebagai anggota HMI yang telah
memiliki iman dan ilmu. Hal ini terlihat dari banyaknya alumni HMI
55
yang menjadi pejabat pemerintahan dan kelembagaan, wirasawasta, atau
bahkan mendirikan sebuah komunitas yang berguna bagi masyarakat
sekitarnya. Selain itu, anggota HMI juga aktif dalam melakukan
demonstrasi demi menegakkan keadilan bagi masyarakat”.(diskusi pada
19 Mei 2016)
Integrasi iman, ilmu, dan amal itulah yang membuat manusia akan mampu
memenuhi kodratnya, yaitu sebagai hamba dihadapan Tuhan dan sebagai khalifah
nilai-nilai yang harus menjadi pedoman bagi setiap anggota HMI. Hal ini karena
dengan pemahaman NDP yang baik, maka setiap anggota HMI mampu
biasa HMI.
pernah melawan ideologi anti Tuhan yang dibawa oleh PKI. Pada 1960-an, HMI
dengan HMI. Dampak dari perbedaan ideologi yang sangat kuat antara
pemahaman anti Tuhan dari filsafat komunis dengan pemahaman keislaman dari
organisasi HMI menjadikan PKI dan HMI selalu dalam posisi bersebrangan. Jadi,
dapat dikatakan bahwa misi keislaman dan kebangsaan HMI pada masa itu
56
sejatinya ialah ideologi yang menyerang kolonialisme dan memusuhi
komuniasme.
Namun, pada masa sekarang ideologi ini kemudian berubah bentuk yaitu
dalam rangka mendamaikan hubungan negara dengan Islam. Oleh karena itu,
pada saat ini ideologi di HMI digunakan untuk menyerang pemikiran organisasi
bernafaskan Islam, ia tidak berniat untuk mendirikan negara Islam. HMI sangat
berlawanan dengan ideologi yang dibawa oleh organisasi Islam tradisional. HMI
tidak setuju dengan konsep negara Islam yang dibawa oleh organisasi Islam
tradisional seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), ISIS, dan organisasi serupa
lainnya. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Muslimin pada saat peneliti
sedang terlibat diskusi dengan anggota biasa di komisariat ISIP Unand bahwa:
“Kita tidak ada yang dilawan secara fisik, namun kalau secara ideologis
kita sangat bersebrangan dengan organisasi Islam tradisional yang
mengusung konsep negara Islam yang bertentangan dengan Pancasila
dan NKRI, seperti Hizbut Tahri, ISIS itu. Karena itu bertentangan
dengan mision kita. Yah seperti yang sama-sama kita tahu, misi kita itu
untuk mempertahankan NKRI dan juga untuk mengembangkan ajaran
Islam”.(diskusi anggota biasa komisariat ISIP, 23 Juni 2016)
57
4.1.2 Anggota biasa HMI
biasa. Hal ini dikarenakan HMI Cabang Padang tidak mengadakan Masa
Perkenalan Calon Anggota (Maperca) dan anggota kehormatan HMI sampai saat
ini hanya diberikan kepada Jendral Sudirman. Oleh karena itu, setiap anggota
Hal ini dikarenakan HMI tidak mempunyai syarat khusus untuk menjadi
“ Syarat untuk jadi anggota HMI itu gampang kok. Cuma ada dua syarat
untuk jadi anggota HMI, pertama dia mahasiswa dan yang kedua dia
Islam., terserah dia dari backround apapun. Mau dia berandal, preman,
sampai yang paling alim boleh jadi anggota HMI. Asalkan mahasiswa
dan Islam”.(wawancara pada 3 Juni 2016)
58
1. Masa keanggotaan Anggota Biasa adalah sejak dinyatakan lulus LK I atau
basic training hingga 2 tahun setelah berakhirnya masa studi S1, dan
dan setelah itu dinyatakan habis masa keanggotaannya dan tidak dapat jadi
pengurus lagi.
3. Anggota biasa yang melanjutkan studi ke strata yang lebih tinggi lebih
dari dua tahun sejak lulus dari studi sebelumnya dan tidak diperpanjang
berakhir.
dari pengurus HMI Cabang Padang hingga anggota yang dikelola oleh pengurus
HMI Cabang Padang itu sendiri, status mereka adalah sama, yaitu sebagai
anggota biasa HMI Cabang Padang. Namun terdapat perbedaan antara anggota
biasa dan kader HMI, sebagaimana yang dijelaskan oleh Matur Prasojo selaku
“Beda anggota dan kader kan begini, kalau anggota itu yang terdaftar
secara administrasi sedangkan kader itu kan yang menjalankan
organisasi ini. Misalnya para pengurus itu kan disebut kader karena dia
regenerasi kepengurusan di HMI. Setiap kader itu pasti anggota, tapi
setiap anggota itu belum tentu kader. Jadi sebenarnya kader ini kembali
kepada diirinya sendiri, bagaimana rasa kecintaannya, menjalankan visi
misi HMI. Kader secara definisi itu kan adalah tulang punggung
organisasi. Tapi orang yang terus mengkader dan menghasilkan
59
kader-kader organisasi pasti dia adalah kader”.(wawancara pada 3 Juni
2016)
Latihan Kader I pada 20 Mei-27 Mei di Wisma HMI Cabang Padang, alumni
pembukaan Latihan Kader (LK) I komisariat Tarbiyah IAIN Imam Bonjol pada
“Kita HMI sebagai organisasi yang besar, maka dari itu kita butuh massa
yang besar pula, kita butuh anggota yang banyak dari segi kuantitas.
Anggota biasa sangat berperan dalam menggerakkan organisasi ini. Jadi
yang daftar itu, terima saja dulu. Kita rekrut sebanyak-banyaknya. Nanti
kan kita bisa bina di sini. Karena disini kita membina anggota, nanti bisa
kita arahkan di organisasi. Jadi rekrut saja dulu anggota, terima saja
dulu. Nanti kita bina dengan sistem training bukan doktrin”.(kata
sambutan alumni HMI, Emma Yohana, pada 20 Mei 2016)
organisasi besar membutuhkan jumlah massa dan anggota biasa yang banyak dari
4.2.1 Informan I
Panggilan : Rifki
Usia : 26 tahun
Alamat : Padang
60
Rifki Fernanda adalah Ketua Umum HMI Cabang Padang periode
Padang. Sebagai Ketua Umum, Rifki telibat aktif dalam seluruh proses dan
kegiatan yang dilaksanakan dalam lingkup HMI Cabang Padang. Selain itu
seluruh program yang dijalankan oleh HMI Cabang Padang merupakan kebijakan
yang dibuat oleh Rifki Fernanda berdasarkan visi dan misinya sebagai Ketua
Umum. Oleh karena itu peneliti menjadikan Rifki Fernanda sebagai informan
sms dan langsung disetujui oleh informan. Wawancara dengan Rifki Fernanda
4.2.2 Informan II
Panggilan : Matur
Usia : 25 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Padang
Matur adalah anggota yang aktif dalam kepengurusan HMI Cabang Padang dan
pernah menjadi Calon Ketua Umum HMI Cabang Padang periode 2016-2017.
Sebagai Kabid Pembinaan Anggota, Matur adalah orang yang paling bertanggung
61
jawab terhadap anggota biasa. Selain itu bidang Pembinaan Anggota merupakan
bidang yang berfungsi menjaga ruh perkaderan dan menjaga NDP di HMI
Cabang Padang.
telepon dan langsung disetujui oleh informan. Wawancara dengan Matur Prasojo
Panggilan : Andri
Usia : 24 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Padang
Andrianto Effendi atau yang akrab disapa andri adalah salah satu anggota
Badan Pengelola Latihan HMI Cabang Padang. Andri merupakan salah satu
Latihan, Andri berperan aktif dalam segala kegiatan perkaderan yang dijalankan
oleh HMI Cabang Padang. Hal ini dikarenakan Badan Pengelola Latihan
Badan Pengelola Latihan, Andri juga berperan sebagai instruktur dalam kegiatan
training.
62
Proses wawancara dilakukan secara tatap muka. Peneliti menghubungi Andri
Cabang Padang.
4.2.4 Informan IV
Panggilan : Arifki
Usia : 23 tahun
Pekerjaan : Penulis
Alamat : Jakarta
Arifki pernah menjadi pengurus HMI Cabang Padang dan kini telah menjadi
salah satu pengurus di HMI Pusat Jakarta atau PB HMI. Arifki merupakan
pengurus di PB HMI. Arifki juga pernah dicalonkan menjadi Ketua Umum HMI
Arifki, peneliti terlebih dahulu menghubungi melalui sosial media Line dan ia
setuju untuk diwawancarai via telepon. Hal ini dikarenakan jarak geografis yang
cukup jauh antara Padang dan Jakarta. Namun, informan tidak keberatan jika
4.2.5 Informan V
63
Panggilan : Rafin
Usia : 21 tahun
Pekerjaan : Mahasiwa
Alamat : Padang
Rafin merupakan salah satu anggota biasa HMI. Ia merupakan salah satu
untuk tidak lagi berproses di HMI. Rafin mengikuti Latihan Kader I pada 2013
dan mengikuti seluruh proses pada Latihan Kader I tersebut. Alasan peneliti
komunikasi yang baik, maka suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil.
suatu organisasi (Rusla, 1999: 80). Oleh karena itu, komunikasi internal atau
64
kinerja organisasi tersebut karena hakikatnya komunikasi internal ini adalah
sinergi kerja. Pada penelitian ini, komunikasi internal yang dilakukan HMI
kader. Perkaderan dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan primer yang
secara sadar dan sistematis yang selaras dengan pedoman perkaderan HMI.
Tujuan HMI sendiri adalah terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang
konsepsional dan praktis diterapkan secara menyeluruh oleh setiap cabang HMI
Padang juga terlihat konsisten melakukan perkaderan ini sejak awal berdirinya.
Hal ini terlihat dari jumlah komisariat yang terus bertambah higga saat ini, yaitu
berjumlah 27 komisariat.
65
NDP ditanamkan kepada anggotanya. Dengan kata lain, perkaderan adalah cara
yang dilakukan HMI untuk menjaga NDP. Perkaderan ini dapat terlaksana
melalui kinerja dari struktual atau pengurus HMI. Seperti yang dikatakan oleh
Matur Prasojo selaku Kepala Bidang Pembinaan Anggota HMI Cabang Padang
bahwa:
“Yang menjaga nilai-nilai HMI itu tetap ada adalah budaya itu sendiri
yang kemudian dijalankan oleh kader pengurus. Kader pengurus disini
mempunyai peran dalam penanaman nilai-nilai ideologi HMI melalui
kinerja yang dibuat selama masa kepengurusan. Dan disini untuk HMI
cabang Padang, maka pengurus HMI cabang Padanglah yang punya
peran penting dalam menjaga budaya ini melalui kinerja dari para
pengurus untuk mengelola seluruh anggotanya.”(wawancara pada 3
Juni 2016)
Padang sebagai regenerasi di HMI dan tulang rusuk organisasi mempunyai peran
penting dalam mewujudkan tujuan organisasi dan menjaga nilai-nilai yang telah
ada di organisasi HMI Cabang Padang. Pengurus HMI Cabang Padang yang
ideologi organisasi.
ranah, yaitu ranah struktural dan ranah kultural. Keduanya ini saling terkait dalam
Fernanda bahwa:
66
Komunikasi di ranah kultural mempunyai peran menjaga nilai-nilai HMI
melalui proses perkaderan. Proses perkaderan dalam ranah kultural ini diarahkan
kepada anggota yang dikelola oleh pengurus HMI Cabang Padang. HMI
membentuk sebuah badan khusus dalam hal perkaderan ini, yaitu Badan
badan khusus adalah lembaga yang dibentuk atau disahkan oleh struktur
bawah koordinasi bidang dan struktur pimpinan setempat. Jadi, disini BPL
“BPL merupakan bagian dari HMI yang bertugas mengelola yang terkait
dengan perkaderan, BPL yang menghandle. Apapun jenis pelatihannya,
BPL yang menghandle. Mulai dari basic training, intermediate training
untuk tingkat cabang. Kalau untuk advance training itu yang
melaksanakan tingkat nasional, yaitu PB BPL. Nah, mulai dari pelatihan
formal, pelatihan nonformal tingkat cabang, BPL yang mengelola.
Misalnya sekarang kita lagi ada LK 1, itu dibawah naungan BPL untuk
mengelola trainingnya”.(wawancara pada 3 Juni 2016)
peran untuk tetap menjaga nilai-nilai ideologi HMI tetap terjaga di pengurus
nilai-nilai ideologi yang ada di HMI, karena BPL adalah badan khusus yang
dinaungi oleh PA, sebagaimana yang telah dijelaskan Andrianto Effendi bahwa:
“Kita merupakan badan khusus tapi kita punya pedoman tersendiri. Tapi
kita tidak terlepas dari konstitusi HMI. Tapi untuk pengelolaan, BPL
punya aturan khusus tersendiri. Karena BPL berkaitan dengan
perkaderan. Karena BPL difokuskan untuk mengelola training. Mulai
dari tarining formal sampai training nonformal. Emang sepenuhnya,
67
training, perkaderan diserahkan kepada BPL. Maka dari itu, BPL punya
aturan sendiri. Tapi bukan berarti PA Cabang tidak berperan dalam
perkaderan, yang didalamnya kita menanamkan nilai-nilai ideologi NDP,
PA cabang punya peran dalam perkaderan, tapi beda ranah. Bedanya
kalau PA itu lebih kepada perkaderan struktural, kalau kita BPL di
kultural.”(wawancara pada 3 Juni 2016).
mempunyai dua ranah dalam penanaman ideologi kepada anggota biasa, dimana
ranah kultural berperan dalam penanaman ideologi kepada anggota biasa yang
Cabang Padang.
Ada hal yang cukup penting untuk kita ketahui, yaitu tentang komunikasi
internal yang selama ini dibangun oleh HMI. HMI dalam komunikasi internalnya
mereka bebas untuk bependapat asalkan sesuai dengan konteks yang sedang
dibahas. Hal ini dilakukan agar mereka bisa berpikir secara bebas untuk
Kebebasan ini kemudian bisa berdampak kepada pola pikir, pola sikap, dan
pola laku setiap anggota HMI dalam menjalankan organisasi. Hal ini
68
HMI juga menginginkan antara satu individu dengan individu yang lain
“Dalam kegiatan rutin HMI, seperti rapat harian dan rapat presidium,
setiap anggota di forum rapat mempunyai peran aktif untuk berbicara.
Dan seluruh anggota diforum rapat punya peran yang saling
mengingatkan. Dalam tahapan evaluasi pun, semua anggota punya peran
aktif dalam mengevaluasi. Nah, itu cara mempertahankan nilai-nilai
yang ada di HMI. Misalkan nilai tanggung jawab, setiap bidang yang
telah menjanjikan minggu lalu melaksanakan program A, ketika
dilaporan tidak melaksanakan aktifitas, maka bidang lain berhak untuk
menuntutnya. Dan secara tidak langsung itu adalah salah satu kunci
untuk keberhasilan terhadap program-program yang ada di HMI. Karena
seluruh orang memberikan sanksi sosial terhadap satu bidang terlepas
dari bidang apa saja tergantung siapa saja yang datang
rapat”.(wawancara pada 29 Mei 2016)
Hal ini juga dibenarkan oleh Matur Parasojo selaku Kepala Bidang
69
“Di HMI itu kita sangat mengedepankan musyawarah dalam proses
pengambilan keputusan. Jadi segala proses keputusan yang diambil di
HMI itu ya harus dengan musyawarah. Karena disitu kita bisa melihat
pendapat-pendapat dari banyak sisi dan ada
pertimbangannya.”(wawancara pada 3 Juni 2016)
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada saat Latihan Kader I (LK)
1 pada 20-27 Mei 2016 pada saat pemberian materi Latihan Kader I dijelaskan
bahwa di HMI menuntut setiap anggota untuk aktif berbicara dan berpendapat
ini sebagaimana yang di sampaikan oleh Master Eeng pada saat Latihan Kader
(LK) 1 bahwa:
“kita disini dituntut untuk berbicara dan pandai berpendapat. Oleh karea
itu kita disini dituntut untuk banyak membaca. Kalau udah LK II nanti
itu setiap mereka udah bisa banyak berpendapat pakai referensi. Kita
bisa bebas berbicara apa saja, asal terarah, sesuai dengan konteksnya. Ya
bebas terarah. Oleh karena itu adik adik disini gak boleh malu-malu
untuk berbicara, berpendapat. Kita disini sangat mengedepakan
itu”.(pemberian materi LK 1 pada 22 Mei 2016)
yang dibangun oleh HMI Cabang Padang adalah bebas dan interaktif, dimana
antara satu individu dengan individu lain saling berkaitan secara aktif dalam
ruang lingkup formal maupun nonformal, atau dapat dikatakan dalam rapat
formal atau diskusi nonformal yang sering dilakukan oleh setiap anggota biasa
HMI. Pengurus HMI Cabang Padang memiliki hubungan timbal balik (feedback)
biasa diberi kebebasan untuk berpendapat, yaitu kebebasan yang terarah, dimana
70
Di dalam lingkungan internal terdapat arus komunikasi formal (komunikasi
1. Komunikasi formal
formal. Komunikasi formal yang dilakukan oleh HMI Cabang Padang dalam
a. Komunikasi ke bawah
Komunikasi ke bawah di HMI Cabang Padang ini yaitu aliran informasi yang
bergerak dari jabatan yang berotoritaskan lebih tinggi, yaitu dari Ketua Umum
HMI Cabang Padang terhadap bidang-bidang yang ada dibawahnya. Peran Ketua
Umum dalam proses penanaman ideologi ini adalah pada visi dan misi yang
dirumuskannya, dimana visi dan misi ini bersumber pada nilai-nilai ideologi yang
ada di HMI. Hal ini sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Rifki Fernanda
“Peran ketum ya ada di visi dan misinya. Seorang Ketua Umum harus
memiliki visi dan misi dalam menjalankan organisasi di masa
kepengurusannya. Visi dan misi dirumuskan berdasarkan pada nilai-nilai
ideologi yang ada di HMI. Kemudian ketum memberikan instruksi
terhadap bidang-bidang yang ada dibawahnya untuk membuat program
kerja berdasarkan visi dan misi yang telah dirumuskan.
Program-program kerja yang dibuat oleh masing-masing bidang
kemudian diajukan kepada ketua umum dan ketua umum punya
wewenang untuk mengeliminasi program kerja yang tidak sesuai dengan
visi dan misinya. Jadi disini ketua umum mempunyai peran dalam
memutuskan program kerja yang akan dijalankan selama masa
kepengurusan”.(wawancara pada 29 Mei 2016)
Peneliti telah menjelaskan pada sub bab gambaran umum HMI Cabang
Padang mengenai visi dan misi HMI Cabang Padang. Jika dilihat kembali, visi
71
dan misi tersebut terkandung nilai-nilai ideologi organisasi atau Nilai Dasar
Selain itu, Ketua Umum juga bertanggung jawab dalam memberi sanksi
kepada anggota biasa yang tidak mencerminkan nilai-nilai ideologi atau dapat
dikatakan tidak mencerminkan kepribadian seorang anggota biasa HMI. Hal ini
dikarenakan masih ada beberapa pengurus HMI Cabang Padang yang tidak
mencerminkan NDP. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Matur Prasojo
bahwa:
“Di HMI itu beraneka ragam orangnya. Karena kita disini himpunan,
menghimpun bukan sebuah persatuan. Jadi ada banyak jenis orang yang
kita kelola disini. Ya, karena itu masih ada beberapa orang yang masih
belum memegang nilai-nilai NDP. Masih ada oknum-oknum yang masih
melanggar, dan bahkan ada pengurus”.(wawancara pada 3 Juni 2016)
Hal tersebut juga dijelaskan oleh Rifki Fernanda, Ketua Umum HMI Cabang
bidangnya:
“Iya, jadi abang pernah melakkan reshuffle terhadap kabid abang, yaitu
kabid PA. Jadi kabid ini mempunyai aktifitas pacaran yang sangat
mengganggu kinerjanya dalam menjalankan organisasi. Sebenarnya
tidak terlalu banyak melanggar nilai-nilai, tapi sangat mengganggu
kinerjanya dalam menjalankan organisasi. Abang tau karna abang
ketemu tiap hari, sering tidur di sekretariat juga, jadi apapun aktivitas
kawan-kawan, secara emosional abang pahami.”(wawancara pada 29
Mei 2016)
kepribadian seorang anggota biasa HMI. Hal ini dapat terjadi karena keberagaman
72
setiap anggota biasa HMI tersebut. Oleh karena itu Ketua Umum sebagai orang
yang paling bertanggung jawab dalam hal penanaman nilai ideologi ini
menjaga nilai-nilai ideologi di struktural HMI adalah bidang PA. Hal ini
“Untuk terus menjaga ideologi kita, ya nilai-nilai NDP di HMI, jadi ada
yang namanya bidang PA. Jadi disini Ketum memberikan instruksi
kepada bidang PA untuk penjagaan nilai-nilai NDP. Kalau ada pengurus
yang tidak menjalankan nilai-nilai, PA berfungsi menegur melalui PAO
(Penegak Aparatur Organisasi). Prosesnya, pertama secara emosional
yaitu peneguran, kedua memberi surat peringatan secara ideal. PA yang
memberi penilaian dan eksekusinya itu dilakukan oleh PAO. Tapi PAO
ini juga bisa menegur langsung tanpa rekomendasi dari PA, itu boleh. Itu
karena kan seluruh standarisasi segala aktifitas yang ada di HMI kan ada
di PAO. Nah PA nilai-nilai yang mana yang dilanggar”. (wawancara ada
29 Mei 2016)
Namun, ketika pelanggaran yang dilakukan sudah kronis, maka Ketua Umum
mempunyai hak khusus untuk menegur atau memberi surat peringatan langsung
tanpa harus melapor ke PA. Jika bidang PA dan PAO yang bertugas melaporkan
dan menindaki nilai-nilai yang dilanggar itu berdasarkan koordinasi dan sesuai
dengan konstitusi, namun Ketua Umum mempunyai hak veto untuk menegur
“Kalau secara emosional abang hanya sebatas menegur, tapi kalau secara
profesional atau struktural tidak melalui PA, ketum langsung
menyampaikan kepada PAO melalui garis instruksi. Kemudian PAO
meminta Wasekum PAO untuk membuat surat peringatan dengan tanda
tangan PAO.Tapi kalau ketua umum mau langsung, Ketua umum bisa
langsung meminta kepada Sekretaris Umum untuk membuat surat
peringatan dengan tanda tangan ketum. Jadi ada dua jalur disini. Tapi
kalau udah ketum yang negur langsung berarti permasalahannya sudah
kronis. Kalau disini PAO itu masih ada hubungan koordinasinya dengan
bidang lain. Jadi atas nama minta izin dan berdasarkan landasan, ada
landasannya. Tapi kalau ketum, asalkan ada salah, tapi gak diatur dalam
konstitusi, gak diatur dalam anggaran rumah tangga, ketum boleh
73
langsung negur asalkan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang ada di
HMI. Menegur secara langsung ataupun melalui PAO”.(wawancara pada
29 Mei 2016)
untuk ranah kultural, PA yang memberikan instruksi terhadap badan khusus yang
berada di bawah PA, yaitu Badan Pengelola Latihan (BPL) untuk mengelola
perkaderan terhadap anggota biasa yang dikelola oleh HMI Cabang Padang.
berperan dalam segala bentuk perkaderan yang ada di HMI, mulai dari
perkaderan BPL dibantu oleh tim pengelola yang terdiri dari Master Of Training
dan instruktur. Hal ini sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Andrianto
Effendi bahwa:
“Untuk garis instruksinya BPL, itu dari PA cabang, cabang Padang ya.
Sebenarnya kita instruksi dalam hal program kerja. Kita merupakan
badan khusus tapi kita punya pedoman tersendiri. Tapi kita tidak terlepas
dari konstitusi HMI. Tapi untuk pengelolaan, BPL punya aturan khusus
tersendiri. BPL secara lembaga hanya sebagai fasilitator. Kalau materi
itu diberikan oleh tim pengelola. Tim pengelola ini terdiri dari Master of
Traning dan wakilnya beserta instruktur. Jadi selama proses perkaderan
Master of Training yang bertanggung jawab. Seluruh peserta perkaderan
dibawah naungan tim pengelolanya yaitu Master of training dan
instruktur. Peran BPL disini hanya memfasilitasi tim pengelola dan
meng SK kan pengelola yang bertugas selama proses perkaderan BPL
“.(wawancara pada 3 Juni 2016)
Dalam hal pelanggaran nilai-nilai NDP yang dilanggar oleh anggota yang
melaporkan nilai-nilai yang dilanggar tapi prosesnya berbeda dengan yang terjadi
74
“Kalau untuk anggota biasa yang dikelola pengurus, itu PA cabang yang
memberi laporan kepada PA komisariat dan kemudian PA komisariat
yang menegur atau memberi surat peringatan terhadap personal anggota
yang melakukan pelanggaran.”(wawancara pada 29 Mei 2016)
Proses penanaman ideologi dasar diberikan kepada calon anggota biasa pada
saat basic training atau Latihan Kader (LK) I yang berada pada ranah kultural dan
Tarbiyah IAIN Imam Bonjol pada 20-27 Mei 2016. Peneliti terlibat aktif dalam
seluruh proses LK I sehingga peneliti pun dibaiat menjadi anggota biasa HMI
Cabang Padang.
komunikasi ke bawah ini bergerak dari Master Of Training kepada anggota biasa.
Hal ini dikarenakan Badan Pengelola Latihan (BPL) memberikan tanggung jawab
pejabat cabang, dan alumni dari komisariat yang sedang menjalankan LK. Alumni
komisariat tarbiyah yang memberikan kata sambutan pada waktu itu adalah Ibu
dan mengembangkan komisariat dengan baik. Selain itu, beliau juga mengkritisi
proses perkaderan yang kini telah sedikit bergeser. Hal ini sebagaimana yang
“ Saya disini ingin sedikit berbagi bahwa sewaktu kami datang kesini ada
cabang yang sedang melaksanakan LK, kemudian kita datang ke cabang
membawa ketua BPKRI. Kalau sewaktu dulu kami menjadi anggota di
cabang, kalau ada alumni yang datang kami sambut. Tapi sewaktu itu,
kesan saya yang paling buruk, jangankan disambut, kita tidak boleh
75
masuk. Jadi saya harap ini tidak pernah terjadi lagi.”(kata sambutan
Emma Yohanna di pembukaan LK I komisariat tarbiyah IAIN Imam
Bonjol pada 20 Mei 2016)
Kegiatan LK I dimulai dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 24.00 WIB.
Namun untuk acara penutupan dan pembukaan kegiatan bisa berlangsung hingga
pukul 05.00 WIB. Setiap peserta diberikan materi oleh instruktur dan setiap
materi memiliki porsi waktu 2 jam dan setiap peserta diberi istirahat pada saat jam
Materi disampaikan oleh instruktur dan alumni HMI. Materi pokok yang
disampaikan adalah sejarah HMI, konstitusi HMI, mission HMI, Nilai Dasar
dalam penyampaian materi ini adalah ceramah dan diskusi. Namun pada sesi
diskusi, para peserta terkesan pasif dalam diskusi dan mengajukan pertanyaan
diluar konteks atau tidak terarah. Selain itu materi yang disampaikan adalah
public speaking, karya tulis ilmiah. Metode yang digunakan dalam materi ini
yang baik di depan umum dan juga mampu menulis dengan baik. Lalu juga ada
mengenali dirinya masing-masing dan metode yang digunakan pada materi ini
lebih santai dan diiringi dengan musik-musik instrument. Lalu juga terdapat
diselingi dengan games agar setiap peserta bisa tetap fokus dala proses
HMI tersebut diberikan mulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB. Setiap
76
akhir penyampaian materi, setiap instruktur dievaluasi oleh setiap peserta melalui
kepada anggota biasa mengenai HMI dan nilai-nilai yang ada di HMI. Instruktur
membawa organisasi sesuai dengan khittahnya dan misi yang dibawa organisasi.
Hal ini terlihat dari setiap penyampaian materi terdapat unsur iman, ilmu, dan
amal.
Kegiatan yang dilaksanakan mulai pukul 19.30 WIB sampai pukul 24.00
WIB adalah evaluasi kegiatan oleh Master of Training yang dibantu Wakil Master
of Traning I dan Wakil Master of Training II. Selain evaluasi, kegiatan yang
menghargai antarasatu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, Master of Training
disini mempunyai peran dalam memperbaiki hubungan sesama peserta dan juga
HMI. Hal ini sebagaimana yang ditegaskan oleh Husni Setiawan dalam Latihan
Kader I bahwa:
“kita atas nama HMI , atas nama kader HMI, kita adalah keluarga. Mau
dimanapun keberadaannya kita adalah satu keluarga”. (penyampaian
materi oleh Master of Training pada 21 Mei 2016)
77
nilai-nilai tertentu. Secara keseluruhan nilai yang disampaikan dalam permainan
organisasi.
Latihan Kader I yang dihadiri pejabat komisariat, pejabat cabang, alumni HMI,
Master Of Training, instruktur, dan anggota biasa dari berbagai komisariat dan
cabang yang ada di Sumatera Barat. Acara yang dilakukan dalam penutupan
adalah makan bersama dan perkenalan peserta terhadap seluruh anggota biasa
yang hadir. Selain itu juga ada pemberian penghargaan tkepada peserta terbaik
dan juga instruktur terbaik selama proses LK berlangsung. Lalu setelah acara
selesai, maka seluruh peserta dibaiat atau dilantik dengan menggunakan Al Quran
menjadi anggota biasa yang dikelola oleh HMI Cabang Padang dengan
mengucapkan ikrar:
membentuk sebuah grup follow up. Dalam grup ini, setiap anggota biasa lebih
78
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
b. Komunikasi ke Atas
mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkatan yang lebih rendah
kepada tingkatan yang lebih tinggi. Arus pesan pada tingkatan ini berisikan
tentang laporan (harian, mingguan, bulanan dan tahunan), tugas-tugas yang telah
diselesaikan, pertanyaan yang tidak atau kurang jelas mengenai metode dan
dipercayakan padanya.
melakukan komunikasi ke atas adalah bidang PA kepada Ketua Umum. Hal ini
dikarenakan segala hal yang berkaitan dengan perkaderan adalah tanggung jawab
PA, baik diranah struktural maupun kultural. Walaupun didalam ranah kultural,
proses pengelolaan dilakukan oleh BPL dengan aturannya sendiri, namun BPL
untuk memberikan laporan berkala terhadap PA yang terkait perkaderan. Hal ini
79
Laporan yang diberikan ini mulai dari progress program kerja, permaslahan
melanggar nilai-nilai ideologi. Laporan ini dilaporkan dalam beberapa rapat yang
rutin dilakukan HMI Cabang Padang, yaitu rapat harian cabang yang diadakan
dua kali seminggu dan rapat kerja yang dilakukan satu kali dalam satu semester.
berjalan lebih baik. Pembaruan ini sebelumnya telah didiskusikan dalam rapat
komunikasi ke atas ini, maka Ketua Umum dapat melihat kinerja dari bidang
yang ada dibawahnya dan membantu bidangnya jika terdapat kendala. Selain itu,
Hal ini dilakukan untuk melihat bagaimana nilai-nilai NDP telah tertanam dalam
setiap anggota biasa. Hal ini sesuai dengan tujuan komunikasi ke atas yaitu untuk
80
c. Komunikasi Horizontal
Fernanda bahwa:
dalam pembinaan anggota. Hal ini dilakukan agar nilai-nilai ideologi tetap
terjaga. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Matur Prasojo bahwa:
Hal tersebut juga telah dijelaskan pada wewenang dan tanggung jawab
81
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa setiap
menjatuhkan antara satu dengan yang lain. Hal ini sebagaimana yang telah
peran dalam mengevaluasi kerja bidang lainnya sehingga bisa dilihat bahwa
setiap anggota disini berperan aktif dalam menjaga dan menanamkan nilai-nilai
yang ada di HMI. Hal ini sesuai dengan tujuan dari komunikasi horizontal yaitu
2. Komunikasi Informal
posisi mereka dalam organisasi, maka pengarahan arus informasi bersifat pribadi.
Jika dalam komunikasi formal, BPL yang mempunyai peran dalam proses
perkaderan terhadap anggota biasa yang dikelola oleh pengurus HMI Cabang
dapat terjadi di antara pengurus dan pengurus ataupun pengurus dan anggota
82
yang dikelola. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Andrianto Effendi,
HMI Cabang Padang mempunyai anggota yang sangat luas dan tersebar di
informal yang ditemukan sangat sering terjadi. Hal ini sebagaimana yang
“Setiap keluar kosan, atau kemana aja kalau ketemu anak-anak HMI,
abang bisa berjam-jam. Kadang ketemu dijalan, ngobrol-ngobrol sering
bertukar pikiran. Solanya anak HMI itu suka diskusi. Jadi ya kita ladeni
diskusi. Itu juga buat buka wawasan jadi banyak tau.”(wawancara pada 3
Juni 2016)
anggota HMI cabang Padang ini sering melakukan diskusi informal antara
melakukan diskusi mengenai hal apa saja mulai dari masalah pribadi hingga
masalah organisasi.
Selain itu, anggota biasa HMI Cabang Padang juga sering terlibat diskusi
dengan para alumninya. Hal ini terlihat ketika peneliti melakukan observasi pada
acara buka bersama komisariat ISIP dengan alumni komisariat ISIP dan Ilmu
Budaya. Pada acara tersebut para anggota biasa terlibat diskusi nonformal dengan
para alumninya. Hal yang dibahas adalah mengenai kendala organisasi, program
yang organisasi kedepannya, dan membahas isu yang sedang terjadi. Hal ini
83
dilakukan untuk menambah wawasan dan mengembangkan pola pikir anggota
Hal ini dibenarkan oleh Matur Prasojo selaku Kepala Bidang Pembinaan
keanggotannya. Namun mereka ikut serta dalam membantu HMI Cabang Padang
anggota biasa. Alumni HMI ini dijadikan sebagai pemateri dan tamu dalam
perkaderan yang dilaksanakan HMI Cabang Padang. Selain itu pada acara
dana sebesar Rp2.500.000 untuk mengganti bunga dan bendera yang telah usang
Peran alumni HMI juga dijelaskan dalam konstitusi HMI pada pasal 57
“Alumni HMI berkewajiban tetap menjaga nama baik HMI, meneruskan misi
HMI di medan perjuangan yang lebih luas dan membantu HMI dalam
merealisasikan misinya.”(Hasil Kongres HMI XXVII Depok pada 5-10
November 2010)
84
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa arus komunikasi
informal di internal HMI Cabang Padang dapat terjadi diantara sesama pengurus,
pengurus terhadap anggota biasa yang dikelolanya, alumni terhadap pengurus dan
terkait HMI yang kini mengalami kemunduran ternyata tetap konsisten dalam
sesuai dengan kinerja dari struktural organisasi HMI Cabang Padang. Hal ini
suatu cara hidup di dalam sebuah organisasi. Sedangkan menurut Budiharjo (2011:
31) budaya organisasi diartikan sebagai seperangkat nilai dan norma yang
budaya organisasi tersebut, maka budaya organisasi HMI adalah Nilai Dasar
Perjuangan (NDP) yang dijadikan sebagai landasan bagi setiap anggotanya untuk
85
Dalam kaitannya terhadap fenomena yang terjadi di HMI Cabang Padang, teori
ini telah dijelaskan bahwa NDP dikonstruksi melalui komunikasi internal yang
diterapkan oleh pengurus HMI Cabang Padang. Interaksi yang dilakukan di internal
Ritual merupakan kegiatan yang terjadi secara berulang dan teratur. Ritual
Ritual perkaderan ini merupakan kegiatan yang dijalankan dalam ranah kultural
HMI Cabang Padang. Perkaderan HMI telah memfokuskan diri pada konsep
Selain perkaderan, ritual yang dilakukan oleh HMI Cabang Padang adalah
rapat dan diskusi. Sebagaimana yang telah peneliti paparkan sebelumnya pada
wawancara Rifki Fernanda dijelaskan bahwa rapat yang rutin dilaksanakan oleh
pengurus HMI Cabang Padang dapat menjaga budaya organisasi. Hal ini
dikarenakan dalam forum rapat setiap anggota mempunyai peran aktif untuk
menyampaikan aspirasi dan mengingatkan antara satu dengan yang lain untuk
86
tetap menjaga nilai-nilai ideologi organisasi, serta menjalankan tugas dengan
sebagaimana mestinya.
budaya organisasi. Hal ini memberikan pemahaman bagi anggota biasa mengenai
realitas organisasi. Apabila kegiatan rutin atau ritual organisasi ini dilakukan
secara tetap, maka nilai-nilai dasar perjuangan sebagai ideologi HMI akan
teraktualisasi dalam personal anggota. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh
bahwa:
“Ideologi itu akan semakin tertanam di diri anggota ketika dia terus
berproses di HMI. Semakin banyak dia berproses, maka semakin banyak
dia mendapat. Selagi orientasinya baik, insya Allah NDP itu akan
mampu teraktualisasi dalam dirinya”.(wawancara d pada 3 Juni 2016)
Hal ini dibenarkan oleh Arifki Chaniago sebagai anggota biasa yang
Nilai-nilai ideologi HMI ini juga dirasakan oleh anggota biasa HMI yang
tidak berproses di HMI. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Rafin
Chaniago sebagai anggota biasa HMI yang tidak berproses lagi di HMI bahwa:
“Rafin cukup merasakan nilai yang ada disana selama 7 hari. Terutama
mengenai keislaman, bahwa Islam itu tidak hanya simbol melainkan
87
esensi Islam itu sendiri. Jadi kita gak boleh nge judge orang yang
misalnya tidak pakai jilbab, tidak baik. Belum tentu mereka tidak baik
hanya dari simbolnya. Selama LK yang dilaksanakan selama 7 hari,
banyak nilai-nilai yang ditanamkan terhadap personal disana. Para
master dan instruksur menanamkan nilai-nilai HMI melalui materi yang
disampaikan. Kita di stimulus mengenai nilai-nilai kebenaran yang harus
diamalkan dalam kehidupan. Dan diorganisasi HMI cuma wadah dan
nilai-nilai itu harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Selama LK
7 hari kultur HMI cukup terasa dan tidak dipungkiri bahwa nilai-nilai
yang diberikan itu memang benar.”(wawancara pada 5 Juni 2016)
Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Matur Prasojo selaku Kepala
terhadap organisasi. Oleh karena itu, setiap anggota biasa yang terus berproses di
HMI Cabang Padang akan mampu memberikan makna dan pengertian mengenai
realitas organisasi, serta akan semakin merasakan kultur dan nilai-nilai ideologi
mengubah sikap dan perilaku mereka. 2). Moral dan produktivitas dapat
sama lainnya. Teori ini memandang bahwa komunikasi itu penting, dalam rangka
88
meningkatkan produktivitas kerja anggota. Tanpa komunikasi yang baik proses
kerja tidak akan berjalan dengan lancar. Suasana kerja akan diliputi rasa takut,
saling tidak percaya, dan ini tentunya akan menghambat tercapainya visi misi dan
boleh saja akan mengubah sikap dan perilaku mereka serta produktivitas dapat
dijalankan HMI Cabang Padang, terlihat bahwa HMI Cabang Padang telah
dikemukakan oleh Elton Mayo. Oleh sebab itu, memberikan kesempatan kepada
pembuatan keputusan bersama pada saat pertemuan yang sering dilakukan secara
Cabang Padang.
Hubungan baik yang dijalin oleh internal HMI juga dapat meningkatkan
produktivitas kerja. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Rifki Fernanda
89
orangnya. Ya dengan membangun kedekatan emosional ini, alhasil
program yang abang jalankan 80 % jalan dan 20% tidak jalan.”
(wawancara pada 29 Mei 2016)
hubungan kekeluargaan dan solidaritas sesam a anggota HMI. Hal ini juga sesuai
Selain itu interaksi yang sering dilakukan oleh anggota biasa HMI mampu
meningkatkan moral setiap anggota biasa. Interaksi yang intens mampu merubah
kepribadian dari anggota biasa yang terus berproses di HMI. Hal ini sebagaimana
Dulu sebelum masuk HMI, abang sangat jauh dari solat atau bahkan hal
hal lainnya. Abang hobi ngerokok berandalan dan suka hal-hal yang
buruk jauh lah dari nilai-nilai Islam. Yah alhamduliilah semenjak ikut
HMI, abang udah solat, puasa dan menjalankan nilai-nilai Islam.
Melalui sering diskusi dan berproses di HMI, alhamdulillah bisa
menjalankan nilai-nilai Islam (wawancara pada 29 Mei 2016)
saling mengerti, saling memahami, rasa kekeluargaan yang tinggi dan ditambah
lagi seringnya HMI Cabang Padang mengadakan pertemuan dan diskusi sehingga
terciptalah team building yang kuat, kesetiaan pada pekerjaan dan organisasi serta
efektif sehingga pesan dapat tersampaikan dengan baik. Namun, ada kalanya
90
komunikasi tidak berlangsung sesuai dengan harapan. Bahkan beberapa ahli
yang berupa kegaduhan fisik, dimana setiap anggota tidak bisa bertemu secara
intens karena kesibukannya. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Matur
Prasojo bahwa:
“Di HMI itu setiap kita terutama pengurus itu punya kesibukan
masing-masing. Diantara mereka juga ada yang berada di lebih dari satu
organisasi. Ada juga yang wirausaha. Jadi intensitas buat ketemu juga
cukup sulit.”(wawancara pada 3 Juni 2016)
diantara pengurus cukup rendah. Hal ini disebabkan perbedaan kesibukan. Setiap
memiliki lebih dari satu organisasi dan juga memiliki banyak kegiatan.
alami oleh HMI Cabang Padang. Gangguan semantik bersangkutan dengan pesan
komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak. Hal ini terjadi ketika media massa
“Dinamika yang terjadi di HMI tidak terlepas dari sorotan media, baik
lokal maupun nasional. Cenderungnya dinamika yang diliput media
tentang HMI itu akan menyebabkan misskomunikasi terhadap anggota
91
jika tidak dikomunikasikan dengan baik. Jadi disini penyampaian
pesan-pesan komunikasi kepada anggota itu penting untuk menyikapi
dinamika yang telah dibingkai media tersebut. Ketika komunikasi bagus
maka akan berefek pada kekompakan dalam melakukan kegiatan.”
(wawancara pada 4 Juni 2016).
terhadap HMI yang dibingkai oleh media massa cenderung menyebabkan salah
menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang akan hanya termotivasi terhadap
sesuatu yang ada hubungannya dengan kepentingannya. Hal ini juga terjadi di
HMI Cabang Padang yang ditandai dengan kompleksnya orientasi anggota biasa
HMI Cabang Padang, sebagimana yang dijelaskan oleh Rifki Fernanda bahwa:
yang ada didalamnya itu beraneka ragam. Dampak dari dinamika politik internal
ini berpengaruh terhadap komitmen dan kinerja dari personal pengurus HMI
Cabang Padang.
92
Selain itu, kepentingan politik dari para alumni HMI juga mempengaruhi
kinerja dari HMI Cabang Padang. Para alumni HMI yang bekerja sebagai pejabat
Muslimin ketika peneliti terlibat diskusi dengan anggota biasa di komisariat ISIP
Unand bahwa:
“Di HMI itu beraneka ragam orangnya. Jadi ketika ada seorang anggota
biasa yang mempunyai orientasi organisasi yang salah atau keliru maka
dia akan terjerumus dalam kepentingan politik dari alumni. Seperti yang
kita tau bahwa alumni HMI itu banyak yang bekerja pada kelompok
politik tertentu bahkan menjadi pejabat pemerintahan. Bahkan, ketika
alumni ini mempunyai pegangan satu orang yang berpengaruh dalam
organisasi, ya dia bisa menggerakan organisasi tersebut. Jadi ya
tergantung orientasi mereka, kalau keliru ya pasti terjerumus dalam
kepentingan seperti itu. Itu juga salah satu hambata komunikasi
diorganisasi”( pernyataan Muslimin dalam diskusi informal pada 23 Juni
2016)
yang keliru akan menjerumuskan anggota biasa HMI dalam kepentingan poitik.
Orientasi yang seperti ini yang mendasari orang sulit menerima pesan yang
mendahului kepentingannya.
93
Prasangka ini juga terjadi di HMI Cabang Padang. Hal ini sebagaimana yang
terhadap HMI Cabang Padang bahwa HMI Cabang Padang memiliki dinamika
politik yang kompleks. Hal ini menyebabkan setiap anggota biasa lebih memiliki
berproses di komisariat yang jauh dari dinamika politik dan lebih murni untuk
berproses.
semu dari komunikan ini tentunya mempunyai motivasi terpendam. Hal ini
“Jadi abang rasa di HMI itu sendiri terutama di Cabang mereka kurang
memberdayakan anggotanya yang punya kualitas yang bagus, ya bisa
dibilang berkompeten. Mereka kurang memberikan kesempatan lah.
Mungkin kalau HMI bisa lebih memberdayakan dan memberi
kesempatan HMI di cabang ya khususnya bisa berjalan dengan baik
dengan sumber daya manusianya tersebut. Jadi ide-ide mereka ini
94
nantinya bisa tersalurkan dalam wadah sebuah organisasi.”(wawancara
pada 4 Juni 2016)
perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber. Pesan mempunyai tiga komponen,
yaitu makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk
pesan (Mulyana, 2005: 70). Pesan diperlukan karena pesan merupakan inti dari
Setiap komunikasi yang terjadi diantara anggota biasa HMI tentu saja berisi
pesan-pesan yang masuk dan keluar. Pesan diperlukan karena pesan merupakan
inti dari komunikasi yang dilakukan. Pesan ini harus jelas, tepat, dan mudah
dimengerti.
HMI cabang Padang, ada pesan yang disampaikan terkait stigma atau pandangan
negatif terhadap HMI. Stigma menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
komunikasi yang disampaikan kepada anggota biasa. Hal ini dilakukan agar
ideologi dari HMI ini semakin tertanam kepada setiap anggota biasa, baik yang
berproses maupun yang tidak berproses di HMI, serta agar setiap anggota HMI
media lokal maupun nasional. Dinamika yang terjadi diinternal HMI pun sering
95
menjadi sorotan media sehingga membentuk stigma terhadap HMI. Stigma
“...dilain pihak, organisasi ini juga begitu banyak menerima hinaan atau
cercaan. Media massa dan media sosial tanah airmemberitakan hal-hal
yang jelek tentang HMI. Misalnya dituduh tukang demo, biang
keributan, Islam kiri, tidak islami,tukang demo, dan masih banyak
lagi.”(SatelitPost.com, 6 Februari 2016)
Hal ini dibenarkan oleh Andrianto Effendi selaku anggota Badan Pengelola
nilai-nilai NDP. Oleh karena itu, pesan komunikasi untuk menyikapi stigma
tersebut dirasa perlu dikomunikasikan terhadap anggota biasa HMI. Hal ini
komunikasi itu penting untuk menyikapi stigma yang telah dibingkai dan
“Dinamika yang terjadi di HMI tidak terlepas dari sorotan media, baik
lokal maupun nasional. Cenderungnya dinamika yang diliput media
tentang HMI itu akan menyebabkan misskomunikasi terhadap anggota
jika tidak dikomunikasikan dengan baik. Jadi disini penyampaian
pesan-pesan komunikasi kepada anggota itu penting untuk menyikapi
dinamika yang telah dibingkai media tersebut. Ketika komunikasi bagus
maka akan berefek pada kekompakan dalam melakukan kegiatan.”
(wawancara pada 4 Juni 2016).
96
HMI merupakan organisasi yang berazaskan Islam. Jadi ketika ada yang
menyampaikan bahwa HMI tidak Islami itu adalah hal yang keliru. Islam yang di
bawa oleh HMI adalah moderat, yaitu perihal logika (benar/salah) atau bisa
didapat dari proses berfikir dan dari proses berfikir tersebut kebenaran akan
ditemukan. HMI tidak melihat Islam dari etika (baik atau buruk) dan tidak pula
memandang Islam dari estetika (indah atau tidak indah), melainkan melalui
logika (benar atau salah). Anggota HMI dituntut untuk tidak menerima begitu
saja atas apa yang telah ada. Mereka harus melalui proses befikir untuk
seorang anggota HMI memandang Islam bukan hanya dari simbolnya saja
melainkan adalah esensi dari Islam itu sendiri. Hal ini sebagiamana yang
“ Jadi di HMI itu kita diajarkan berfikir menggunakan logika. Jadi kita
diajarkan tentang logika-logika seperti itu. Solanya kita kan mahasiswa
jadi kita juga dituntut untuk bisa berfikir kritis untuk menemukan
kebenaran.” (wawancarapada 4 Juni 2016)
HMI juga menegaskan bahwa Islam itu bukan budaya arab. Jadi kita
menjalani kehidupan sebagai orang Islam bukan berdasarkan budaya arab. Islam
97
itu rahmatan lil alamin. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa banyak diantara
anggota HMI yang bepenampilan tidak Islami seperti organisasi Islam yang
berpenampilan seperti organisasi Islam yang ada disekitar mereka. Hal ini
“Yah bagi HMI Islam itu bukan budaya arab. Jadi ketika kita tidak
memakai seperti yang dipakai oleh orang Arab bukan berarti kita bukan
muslim. Ya seperti kita masih pakai jeans, kemeja, ya itu masih
wajarlah, gak papa. Islam itu kan rahmatan lil alamin, bukan budaya
arab” (wawancara pada 29 Mei 2016)
tersebut terjadi karena orientasi di HMI cabang Padang bisa terbilang begitu
kompleks. Oleh karena itu dinamika di HMI cabang Padang cukup besar. Namun
konflik yang terjadi di HMI Cabang Padang tersebut merupakan sebuah hal yang
wajar. Bagi HMI, konflik merupakan suatu proses pembelajaran agar kita terbiasa
dengan hal-hal yang berbau konflik dan mempunyai solusi untuk mengatasi
berbagai macam konflik yang ada. Hal-hal seperti inilah yang sering ditanamkan
terhadap anggota biasa bahwa konflik merupakan hal yang biasa terjadi di HMI,
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada saat Latihan Kader (LK) I
komisariat Tarbiyah IAIN Iman Bonjol pada 20-27 Mei 2016, salah seorang
98
bahwa Anas tidak melakukan tindak korupsi. Hal ini sebagaimana yang telah
dijelaskannya bahwa:
“Saya tidak percaya hingga saat ini kalau anas itu korupsi ya karena saya
mengalaminya, saya memahaminya. Jadi seseorang itu tidak melakukan
korupsi tapi secara administratif dia melakukan korupsi dan kalau
diputuskan dipengadilan dia pasti korupsi karena secara administratif dia
korupsi. Anas sebagai ketum partai yang mempunyai banyak dan
setumpuk persoalan pasti ada kesalahan disana, kesalahan administrasi,
bukan personal. Mana mungkinlah yang mengurus dan mengetik
administrasi itu anas, pastilah anak anak bawahannya. Tapi tetap saja
bagi orang yang belum memahami, mereka beranggapan bahwa Anas itu
korupsi.”(pernyataan alumni HMI pada 23 Mei 2016)
mengenai anggota biasa HMI yang masih belum Islami dan tidak memakai jilbab.
Belia berpendapat bahwa HMI tidak memaksakan seseorang tapi HMI hanya
“Oh masih ada anak HMI yang tidak berjilbab. Yah itu tidak kita
paksakan. Kita tidak memaksakan orang untuk berjilbab atau menutup
aurat. Tapi kita memberikan masukan-masukan dan perbaikan. HMI
bukan Tuhan. HMI hanya memberikan kalian stimulus. Training ini
tidak menjanjikan kalian untuk pandai bicara, untuk menjadi orang
besar, untuk bisa berislam dengan baik. Kita tidak bisa menjamin, tapi
disini kita hanya memberi stimulus. Kita akan memberikan apa yang
kalian butuhkan disini dengan memberikan stimulus stimulus itu tadi.
Sekeras apapun HMI menjalankan misi keislamannya, kita tidak pernah
memaksakan. “(pernyataan Master of Training pada 22 Mei 2016)
yang paling sering digunakan oleh pengurus HMI cabang Padang terhadap
anggota biasa yang dikelolanya dalam menyikapi stigma tersebut, yaitu untuk
99
dilakukan oleh HMI. dan memasuki ranah HMI. Hal ini sebagaimana yang
“Ada yang bilang HMI tidak islami, sering konflik, nah itu kan persepsi
orang. Coba Maya tanya dia HMI atau bukan, jika dia bukan HMI, maka
dia tidak akan tau apa-apa soal HMI. Ibarat sebuah buku, dia hanya
mengetahui sampulnya saja. Kita sering membahasakan kepada peserta,
untuk membuktikan bahwasanya,benar-benar ada mutiara di dasar laut
kita harus menyelami lautan itu. Jika tidak, maka kita tidak bisa percaya
seutuhnya. Sama halnya dengan HMI, bila kita belum masuk seutuhnya
ke ranah HMI, maka kita tidak akan tau bagaimana HMI. Siapapun yang
masuk HMI kita berikan pemahaman yang sama, bahwa silahkan mereka
lihat sendiri bagaimana HMI setelah mereka memasuki ranahnya.
Mungkin secara umum tidak kita pungkiri bahwa HMI itu sering demo,
ada HMI itu berpolitik. Memang betul, karena merupakan bagian dari
HMI akan tetapi ada hal-hal tertentu yang orang tidak ketahui soal HMI,
terutama pengkaderannya. Hanya orang-orang tertentu diluar HMI yang
tau soal HMI. Itupun mereka belum tau sepenuhnya soal HMI. Ada
batasan yang harus diberitahu terhadap non HMI, karena rahasia hasil
training tidak bisa kita berikan. Kalau mereka hanya melihat hal-hal
yang hanya dilakukan oleh segelintir orang, maka HMI belum tentu
seperti itu. Jangan digeneralisir.” (wawancara pada 3 Juni 2016)
Hal ini dibenarkan oleh Arifki Chaniago sebagai anggota biasa yang
Begitu juga Rafin Chaniago sebagai anggota yang tidak berproses di HMI
menjelaskan bahwa:
“Kalau alumni koruptor ya gimana lagi kak, itu kan personalnya. Tapi
kalau selama Rafin ikut LK dan dapat materi yang rafin rasain ya kayak
gini, “benar juga ya”. Selama LK rafin dikasih nilai-nilai kebenaran. Jadi
kalau ada yang bilang kayak gitu, ya rafin kurang tau juga kak. Tapi
100
yang rafin rasain, HMI gak pernah memberikan nilai-nilai seperti
itu.”(wawancara pada 5 Juni 2016)
yang terjadi di HMI itu dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki orientasi
digeneralisir bahwa organisasi memiliki hal-hal negatif seperti itu karena dalam
teersebut. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam Teori Budaya Organisasi
101
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
ideologi terhadap Anggota Biasa adalah bebas dan interaktif, karena HMI
maupun yang tidak berproses di HMI. Hal ini dapat tercapai ketika orientasi
5.2 Saran
102
ini agar ide-idenya tdapat terealisasi dan mampu menggerakkan organisasi
HMI.
103